Konteks konteks yang ada dalam kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana yang dapat digunakan dalam pembelajaran kontekstual di SMP

(1)

KONTEKS-KONTEKS YANG ADA DALAM KEGIATAN EKONOMI DI KALANGAN MASYARAKAT PESISIR JUWANA YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

Yohana Kristin Anggraeni (121414058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSTAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

KONTEKS-KONTEKS YANG ADA DALAM KEGIATAN EKONOMI DI KALANGAN MASYARAKAT PESISIR JUWANA YANG DAPAT DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SMP

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh :

Yohana Kristin Anggraeni (121414058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSTAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa bersyukur, skripsi ini kupersembahan kepada:

Tuhan Yesus Kristus

Orang tuaku tercinta Paulus Sukelan dan Sumiati Kakakku tersayang Samuel Kurniawan dan Kurniati

Keponakanku Jocelyn Kurniawati Semua sahabat dan teman-temanku

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan


(6)

(7)

(8)

vii ABSTRAK

Yohana Kristin Anggraeni (121414058). Konteks-Konteks yang Ada dalam Kegiatan Ekonomi Di Kalangan Masyarakat Pesisir Juwana yang dapat Digunakan dalam Pembelajaran Kontekstual Di SMP. Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Juni 2017.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui kegiatan-kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana yang memuat materi matematika SMP; 2) mengetahui materi-materi matematika SMP yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut; 3) mengetahui contoh RPP dan media pembelajaran yang dapat disusun berdasarkan materi matematika SMP yang sesuai dengan lingkungan ekonomi masyarakat pesisir Juwana. Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, serta dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana berdasarkan mata pencaharian yang dominan ialah budidaya ikan bandeng, perdagangan ikan bandeng, dan pengolahan bandeng presto. Kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut masing-masing memuat materi matematika SMP yang berbeda. Materi-materi matematika yang terkandung dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat pesisir Juwana direalisasikan dengan membuat contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran sebagai salah satu bentuk pemanfaatan hasil penelitian lebih lanjut. RPP dan media pembelajaran dirancang dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Kata kunci: Kegiatan ekonomi, materi matematika, pembelajaran kontekstual.


(9)

viii ABSTRACT

Yohana Kristin Anggraeni (121414058). Contexts of Economic Activity in Juwana Coastal Society Used for Contextual Learning in Junior High School. Undergraduate Thesis, Mathematics and Science Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, June 2017.

The objectives of this research are: 1) To know the economic activities of Juwana coastal society that contained junior high school mathematics materials; 2) To know the mathematic materials of junior high school which are applied on those economic activities; 3) To know the example of lesson plan and learning media that can be arranged based on junior high school mathematics materials appropriate with the economic circumstance of Juwana coastal society. The research was qualitative which used data collecting method of observation, interview and documentation.

The result of this research showed that the economic activity of Juwana coastal society was based on the dominant job; milk fish cultivation, trade, and presto food process. Those activities contain different junior high school mathematics materials that are realized by making the example of lesson plan and learning media as one of the utilizations of further research result. Lesson plan and learning media are planned in a lesson with contextual approach.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia serta perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Konteks-Konteks yang Ada dalam Kegiatan Ekonomi Di Kalangan Masyarakat Pesisir Juwana yang dapat Digunakan dalam

Pembelajaran Kontekstual Di SMP”. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini

adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat saran, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak R. Rohandi, Ph. D. Selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S. Pd. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Matematika dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.

6. Para narasumber dan masyarakat pesisir Juwana yang telah berkenan menjadi subyek penelitian.

7. Orang tua, kakak, dan saudara yang selalu memberikan doa, cinta, kasih, perhatian dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi imi.


(11)

x

8. Sahabatku, Nova, Ika, Cindy, Ayas, Lintang, Putri, Glo dan Ricat yang tidak pernah lelah memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan dalam Program Studi Pendidikan Matematika angkatan 2012.

10.Semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan pada penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis dengan terbuka menerima saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Pembatasan Masalah ... 4

E. Penjelasan Istilah ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

B. Kerangka Berfikir ... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Setting Penelitian ... 23

C. Bentuk Data ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25


(13)

xii

F. Keabsahan Data ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 33

H. Pedoman Pelaksanaan Penelitian secara Keseluruhan ... 34

I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

B. Pelaksanaan Pengumpulan Data atau Kegiatan di Lapangan ... 37

C. Deskripsi Data Penelitian ... 38

D. Pembahasan Data Penelitian dan Analisis Data ... 61

E. Hasil Analisis Data ... 71

F. Keterbatasan Penelitian ... 98

BAB V PENUTUP ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Denah Tambak Secara Keseluruhan ... 39 Gambar 4.2 Kerangka Panggilan ... 43


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Materi-materi matematika ... 20

Tabel 3.1 Subjek Penelitian Pada Masing-Masing Mata Pencaharian ... 22

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Pada Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng ... 25

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara Pada Kegiatan Perdagangan Ikan ... 28

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Pada Kegiatan Pengolahan Bandeng Presto ... 29

Tabel 3.5 Pedoman Observasi ... 31

Tabel 3.6 Penjadwalan Waktu Pelaksanaan ... 36

Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Petani Tambak dalam Penyediaan Lahan Budiaya ... 62

Tabel 4.2 Materi Bilangan Bulat yang Terkandung dalam Kegiatan Ekonomi diatas ... 67

Tabel 4.3 Materi Bilangan Pecahan yang Terkandung dalam Kegiatan Ekonomi diatas... 68

Tabel 4.4 Rincian Pelaksanaan Pembelajaran ... 83

Tabel 4.5 Lembar Validasi Kesesuaian Soal pada Lembar Kerja Siswa (LKS) Dengan Kegiatan Ekonomi yang Dilibatkan ... 87


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kegiatan-Kegiatan Ekonomi Di Kalangan Masyarakat Pesisir Juwana yang Memuat Materi Matematika SMP

... 104

Lampiran 2 Materi-Materi Matematika SMP yang Terkandung dalam Kegiatan Ekonomi Di Kalangan Masyarakat Pesisir Juwana ... 169

Lampiran 3 Data monografi Kecamatan Juwana ... 202

Lampiran 4 Transkrip Wawancara ... 206

Lampiran 5 Hasil Observasi ... 258

Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian ... 264

Lampiran 7 Validasi Soal dan RPP ... 266

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa ... 288

Lampiran 9 Slide Presentasi Ms.Power Point ... 292


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah salah satu proses dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan hal yang paling penting dan pokok karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Pembelajaran sendiri merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan, salah satunya yaitu materi pelajaran atau bahan ajar yang digunakan guru.

Dewasa ini, banyak pertanyaan peserta didik yang belum terjawab berkisar pada permasalahan pembelajaran, yaitu peserta didik sering mempertanyakan alasan, arti, dan relevansi materi yang mereka pelajari dengan kehidupan sehari-hari. Menanggapi hal tersebut, seorang guru harus kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran agar peserta didik mampu menerima dan menemukan makna materi bagi kehidupannya. Khususnya pada mata pelajaran matematika yang berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan, antara lain yaitu berbagai ilmu pengetahuan, pengembangan teknologi, industri, dan kegiatan ekonomi. Misalnya dalam bidang ekonomi, matematika menjadi pendekatan untuk analisis ekonomi, dimana para ahli ekonomi akan menggunakan simbol matematika dan model matematika untuk menggambarkan suatu fenomena atau permasalahan.

Pengembangan materi pembelajaran menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Materi pembelajaran dapat dikembangkan berdasarkan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan karakteristik, dimana fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dibelajarkan kepada peserta didik harus memerhatikan beberapa hal, salah satunya yaitu lingkungan ekonomi (Komalasari, 2011: 37-39). Lingkungan ekonomi berkenaan dengan mata pencaharian penduduk sekitar, status ekonomi penduduk, pemenuhan


(18)

2

kehidupan sehari-hari, dan ketersediaan sarana dan prasarana sesuai dengan status ekonomi yang dimiliki masyarakat.

Berdasarkan pemikiran tersebut, peneliti ingin mengambil sampel lingkungan ekonomi yang berfokus pada mata pencaharian penduduk di salah satu wilayah pesisir utara pulau Jawa yaitu kota Juwana. Juwana adalah sebuah kecamatan di kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Sumber daya ekonomi di wilayah Juwana yang sangat melipah adalah ikan bandeng, sehingga mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana adalah petani tambak ikan bandeng, pedagang ikan bandeng dan pengolah makanan berbahan dasar ikan bandeng khususnya bandeng presto. Lingkungan ekonomi kota Juwana menjadi bahan pertimbangan karena peneliti berasal dari wilayah tersebut sehingga mempermudah proses penelitian, serta berharap penelitian ini akan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik dan masyarakat di wilayah Juwana.

Peneliti akan mengidentifikasi materi-materi matematika SMP yang terkandung dalam kegiatan ekonomi berdasarkan mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana. Peneliti juga akan mengindentifikasi kegiatan ekonomi apa saja yang memuat materi matematika tersebut. Materi matematika SMP yang terkandung dalam kegiatan ekonomi tersebut akan direalisasikan dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran sebagai salah satu bentuk pemanfaatan hasil penelitian lebih lanjut. Penelitian ini mengangkat pembelajaran kontekstual sebagai fokus utama dalam penyusunan RPP dan media pembelajaran, artinya pembelajaran akan dikaitkan dengan kehidupan peserta didik, digali dari kehidupan peserta didik, dan bermanfaat bagi peserta didik. Penyusunan RPP dalam pembelajaran konteksual diharapkan akan meningkatkan kontekstualisasi pemahaman matematis peserta didik sehingga ia mampu menemukan makna materi matematika bagi kehidupannya. Beranjak dari pemikiran inilah maka direncanakan suatu penelitian yang berjudul “Konteks-Konteks yang Ada dalam Kegiatan Ekonomi Di Kalangan


(19)

3

Masyarakat Pesisir Juwana yang dapat Digunakan dalam Pembelajaran Kontekstual Di SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana apa saja yang memuat materi matematika SMP?

2. Materi matematika SMP apa saja yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan ekonomi tersebut?

3. Bagaimana contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran yang dapat disusun berdasarkan materi matematika SMP yang sesuai dengan lingkungan ekonomi masyarakat pesisir Juwana?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut :

1. Kegiatan ekonomi yang disebutkan dalam rumusan masalah adalah kegiatan ekonomi yang didasarkan pada mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana, yaitu budidaya ikan bandeng, perdagang ikan bandeng, dan pembuatan bandeng presto.

2. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 9 (sembilan) penduduk asli kecamatan Juwana.

3. Materi matematika yang dicari kaitannya dengan kegiatan ekonomi di wilayah Juwana adalah materi matematika SMP.

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran yang disusun tidak mencakup seluruh materi matematika yang terkandung dalam kegiatan ekonomi masyarakat pesisir Juwana. Materi yang digunakan dalam penyusunan RPP dan media pembelajaran ialah aritmetika sosial.


(20)

4

5. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran didasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang diharapkan dapat tercapai dari penelitian ini, antara lain:

1. Mengetahui kegiatan-kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana yang memuat materi matematika SMP.

2. Mengetahui materi-materi matematika SMP yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan ekonomi diatas.

3. Mengetahui contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran yang dapat disusun berdasarkan materi matematika SMP yang sesuai dengan lingkungan ekonomi masyarakat pesisir Juwana.

E. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi perbedaan dalam penafsiran di kalangan pembaca terhadap istilah-istilah dalam judul “Konteks-Konteks yang Ada dalam Kegiatan Ekonomi Di Kalangan Masyarakat Pesisir Juwana yang dapat Digunakan dalam Pembelajaran Kontekstual Di SMP”, penulis memberikan penegasan arti dan batasan mengenai beberapa istilah, yaitu:

1. Kegiatan ekonomi.

Kegiatan ekonomi adalah kegiatan yang dilakukan manusia dalam menggunakan sumber daya yang jumlahnya terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan tidak terbatas, yang termasuk dalam kegiatan ekonomi adalah produksi, distribusi dan konsumsi.


(21)

5 2. Materi pelajaran

Materi pelajaran merupakan sarana atau bahan yang digunakan untuk belajar yang relevan atau sesuai dengan kemampuan peserta didik dalam menerima dan mengolah materi tersebut.

3. Pembelajaran konteksual

Pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pengajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik, untuk mendorong peserta didik menemukan makna materi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang berharga untuk penelitian pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pendidikan matematika.

2. Manfaat praktis a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam merancang pembelajaran yang lebih kontekstual, terutama untuk kalangan guru SMP di daerah Juwana. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam upaya meningkatkan kontekstualisasi pemahaman matematis peserta didik.

b. Bagi Peserta didik

Penelitian ini dapat memberikan dorongan dan motivasi bagi peserta didik agar mencintai dan menghargai hasil dari kegiatan ekonomi di wilayahnya, terutama kalangan peserta didik SMP di daerah juwana. Selain itu juga peserta didik termotivasi dalam


(22)

6

mempelajari matematika karena matematika selalu mereka dapat dan alami dalam kehidupan kesehari-hari.

c. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca mengenai materi-materi matematika SMP yang terkandung dalam kegiatan ekonomi (terkait dengan mata pencaharian yang dominan) di kalangan masyarakat pesisir Juwana, dan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maupun media pembelajaran sebagai salah satu bentuk pemanfaatan hasil penelitian lebih lanjut.


(23)

7 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Kegiatan Ekonomi

Profesor P.A. Samuelson dalam Sandono Sukirno (2012: 9) menjelaskan bahwa ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-individu dan masyarakat membuat pilihan, dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas, tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi sekarang dan di masa datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat.

Sedangkan menurut Multifiah dalam bukunya yang berjudul Teori Ekonomi Mikro (2011: 1) menjelaskan bahwa ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang menaruh perhatian pada masalah bagaimana seharusnya memanfaatkan sumber daya yang jumlahnya terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam, dan tidak terbatas.

Kebutuhan manusia timbul karena adanya kebutuhan biologis untuk hidup yang meliputi makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Selain itu, kebutuhan juga timbul dari peradaban dan kebudayaan manusia itu sendiri. Kebutuhan manusia menjadi salah satu penyebab terjadinya kegiatan ekonomi.

Menurut Boediono dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Mikro (1992: 1) menjelaskan bahwa kegiatan manusia dalam suatu masyarakat di bagi menjadi tiga macam kegiatan pokok atau disebut dengan kegiatan ekonomi, yaitu:

a. Kegiatan produksi

Kegiatan produksi merupakan kegiatan yang menghasilkan dan menambah nilai guna suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pelaku kegiatan produksi disebut produsen.


(24)

8 b. Kegiatan pertukaran atau distribusi

Kegiatan distribusi adalah kegiatan menyebarkan dan menyalurkan suatu barang dan jasa yang dihasilkan produsen kepada konsumen. Pelaku kegiatan distribusi disebut distributor.

c. Kegiatan konsumsi

Kegiatan konsumsi adalah kegiatan memakai, mengurangi, dan menghabiskan nilai guna suatu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pelaku kegiatan konsumsi disebut konsumen.

Berdasarkan penjelasan mengenai kegiatan ekonomi dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan manusia dalam menggunakan sumber daya yang jumlahnya terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia yang beraneka ragam dan tidak terbatas, yang termasuk dalam kegiatan ekonomi adalah produksi, distribusi dan konsumsi.

Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia mengkonsumsikan barang atau jasa yang ia butuhkan, sedangkan kemampuan setiap orang atau masyarakat untuk memenuhi barang atau jasa selalu mempunyai batas. Hal ini dikarenakan sumber daya ekonomi yang tersedia selalu terbatas jumlahnya. Menurut Multifah (2011: 1), sumber daya ekonomi dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Sumber daya manusia, meliputi semua usaha manusia baik pikiran maupun fisik yang ditunjukan untuk menghasilkan komoditi (barang dagangan atau benda niaga).

b. Sumber daya bukan manusia, meliputi semua sumber daya kecuali manusia yang turut berperan dalam menghasilkan komoditi untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir.

2. Peranan Matematika dalam Ekonomi

Ilmu ekonomi memerlukan beberapa alat analisis untuk menguji kebenaran teori-teori ekonomi. Matematika merupakan salah satu alat


(25)

9

untuk menganalisis teori-teori ekonomi yang kompleks menjadi lebih sederhana tanpa mengurangi esensi dari teori tersebut. Adanya konsep-konsep matematis memungkinkan kita untuk menerjemahkan argumentasi yang bersifat verbal ke suatu bentuk yang ringkas dan jelas.

Matematika merupakan pendekatan untuk analisis ekonomi, dimana para pakar ekonomi akan menggunakan simbol matematika, model matematika serta kurva untuk menggambarkan suatu fenomena atau permasalahan. Matematika kalkulus dan sistem persamaan merupakan alat yang sering digunakan untuk memudahkan perhitungan dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi yang kompleks. Secara umum, matematika berperan untuk memahami, menganalisis, menyajikan dan memecahan suatu masalah dalam ekonomi.

3. Deskripsi Kota Juwana

Juwana adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota Juwana merupakan Kota terbesar kedua di Kabupaten Pati dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 90.000 jiwa dan luas wilayahnya yaitu 5.407 Ha. Letak geografis Kota Juwana berada di wilayah pesisir utara pulau jawa, yaitu terletak di jalur pantura yang menghubungkan Kota Pati dan Kota Rembang.

Masyarakat Juwana biasa dikenal dengan sebutan “wong pantura” yang artinya orang pantai utara atau “wong pesisir” yang artinya orang

pinggiran pantai. Hampir seluruh wilayah pemukiman masyarakat Juwana terletak di pinggiran pantai sehingga mayoritas masyarakat berkulit coklat sawo matang dan coklat tua. Orang Juwana mempunyai dialeg yang lebih kasar serta volume suara yang lebih keras dibandingkan orang Jawa lainnya.

Kota Juwana dijuluki kota bandeng karena terkenal dengan olahan ikan bandengnya yaitu bandeng presto atau biasa dikenal dengan bandeng presto Juwana. Olahan bandeng presto Juwana menjadi salah satu


(26)

10

makanan khas Kota Semarang yang cukup terkenal. Bandeng Juwana mempunyai cita rasa yang lebih unggul dibandingkan daerah lain karena rasa dagingnya yang gurih dan tidak beraroma lumpur.

Selain bandeng presto, salah satu potensi yang menjadi sumber perekonomian masyarakat Juwana adalah budidaya ikan bandeng. Lokasi budidaya ikan bandeng sekitar 2.400 Ha dari luas wilayah kecamatan Juwana yaitu 5.407 Ha, sehingga mayoritas masyarakat Juwana bermata pencaharian sebagai petani tambak ikan bandeng. Beberapa desa di wilayah Juwana yang menjadi pusat budidaya ikan bandeng yaitu Bakaran, Growong, Bajomulyo, Gadingrejo dan Doropayung.

Tambak-tambak di wilayah Juwana setiap harinya mampu menghasilkan puluhan ton ikan bandeng, biasanya hasil panen tersebut dibawa ke pasar Porda Juwana. Pasar Porda Juwana adalah pasar ikan yang menyediakan segala jenis ikan hasil dari tambak Juwana maupun dari luar Kota Juwana. Transaksi jual-beli ikan bisa terjadi pagi, siang, sore maupun malam hari tergantung keberadaan pedagang di pasar Porda Juwana.

Selain budidaya ikan bandeng dan perdagangan ikan, tidak sedikit masyarakat yang terjun di bidang pertanian dan industri makanan. Salah satu makanan yang banyak diproduksi di Juwana adalah bandeng presto atau bandeng duri lunak. Namun seiring berkembangnya zaman membuat masyarakat Juwana lebih kreatif dan inovatif dalam mengolah ikan bandeng, sehingga bandeng tidak hanya diolah menjadi bandeng presto. Ikan bandeng dapat diolah menjadi beraneka ragam makanan, yaitu otak-otak bandeng, bandeng cabut duri, bandeng crispy, bakso bandeng, bandeng cripsy, nugget bandeng, sempolan bandeng, pepes waleran bandeng dan krupuk bandeng.

Makanan olahan bandeng dengan beragam rasa, selera dan harga dapat ditemukan di pasar, rumah-rumah industri, maupun toko oleh-oleh di Juwana. Ada juga industri yang memilih untuk memasarkan makanan olahan bandengnya ke luar daerah, yaitu daerah Semarang, magelang,


(27)

11

Sleman, Jogja, Lamongan dan beberapa daerah lain. Hal ini yang menjadi salah satu alasan Kota Juwana terkenal dengan kota bandeng.

Sumber daya ekonomi di wilayah Juwana yang sangat melipah adalah ikan bandeng. Hal ini yang mengakibatkan mata pencaharian yang dominan di wilayah Juwana adalah petani tambak ikan bandeng, pedagang ikan bandeng dan industri makanan berbahan dasar ikan bandeng khusunsnya bandeng presto.

4. Indikator Kegiatan Ekonomi Kota Juwana

Berdasarkan mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana, kegiatan ekonomi di Juwana dikelompokan menjadi dua, yaitu produksi dan distribusi. Kegiatan produksi meliputi budidaya ikan bandeng dan pembuatan bandeng presto, sedangkan distribusi meliputi perdagangan ikan bandeng. Berikut penjelasan dari kegiatan ekonomi (terkait mata pencaharian yang dominan) di kalangan masyarakat pesisir Juwana.

a. Budidaya ikan bandeng

Kegiatan budidaya ikan bandeng di tambak telah dikembangkan untuk waktu yang lama, hal ini didukung oleh potensi sumber daya alam yang baik terutama di daerah pesisir pantai. Berikut adalah tahapan dalam budidaya bandeng.

1) Penyediaan lahan budidaya yaitu tambak atau kolam 2) Penempatan saluran air

3) Pengeringan tambak 4) Pemupukan

5) Pengisian air

6) Penebaran benih atau nener 7) Pemberian pakan

8) Panen ikan bandeng

9) Memaksimalkan hasil panen atau keuntungan 10)Mengelola keuntungan


(28)

12 b. Perdagangan ikan bandeng

Berikut adalah tahapan dalam perdagangan ikan bandeng dari petani sampai ke pedagang eceran di pasar Porda Juwana.

1) Penerimaan pasokan ikan bandeng 2) Penentuan harga beli ikan bandeng 3) Pemilihan ikan bandeng

4) Penentuan harga jual ikan bandeng 5) Memaksimalkan keuntungan 6) Mengelola keuntungan

c. Pengolahan bandeng presto

Berikut adalah tahapan penting yang harus diperhatikan dalam mengolah bandeng presto Juwana.

1) Penyediaan bahan, bumbu dan alat masak

2) Pembersihan ikan bandeng dan peracikan bumbu 3) Proses mempresto ikan bandeng

4) Memaksimalkan keuntungan 5) Mengelola keuntungan

5. Pembelajaran Kontekstual

a. Pengertian Pembelajaran Kontekstual

Elaine B. Johnson dalam bukunya yang berjudul Contextual Teaching and Learning (2010: 57-58) menjelaskan pengajaran dan pembelajaran konteksual adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Konteks bermakna lebih dari sekadar kejadian-kejadian yang terjadi di suatu tempat dan waktu. Konteks terdiri dari asumsi-asumsi bawah sadar yang kita serap selama kita tumbuh, dari keyakinan yang kita pegang kuat, dan dari nilai-nilai yang membentuk pengertian kita tentang kenyataan.


(29)

13

Komalasari dalam buku Pembelajaran Kontekstual: Teori dan Aplikasi (2011: 6) menjelaskan pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Trianto dalam buku yang berjudul Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (2011: 107) menjelaskan pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pemanduan materi pembelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam dimana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya.

Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran kontekstual tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konteksual adalah suatu sistem pengajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, untuk mendorong siswa menemukan makna materi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Teori Belajar Pendukung Pembelajaran Kontekstual

Komkom Komalasari (2011: 19-23) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual dikembangkan berdasarkan teori-teori belajar tertentu, yaitu:

1) Teori Perkembangan dari Piaget

Menurut Piaget, bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual berhubungan dengan proses mencari


(30)

14

keseimbangan antara apa yang ia rasakan dan ketahui pada satu sisi dengan apa yang ia lihat sebagai suatu fenomena baru sebagai pengalaman dan persoalan.

Teori perkembangan Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana seseorang secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka (Trianto. 2011: 29).

2) Teori Discovery Learning dari Bruner

Bruner menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Teori Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang.

Perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu:

a) Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya.

b) Tahap ikonik, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal atau melalui perumpamaan.

c) Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.

3) Teori Meaningful Learning dari Ausebel

Menurut Dahar dalam Trianto (2011: 37) menjelaskan bahwa belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam stuktur kognitif seseorang.


(31)

15

Belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika materi pelajaran diurutkan dari umum ke khusus dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Pengetahuan awal yang dimiliki siswa sangat mempengaruhi kemampuannya dalam mempelajari konsep baru.

4) Teori Belajar Vygotsky

Teori Vygotsky lebih menekankan pada aspek sosial. Vygotsky menjelaskan proses pembelajaran akan terjadi jika orang bekerja dan menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka, yakni sedikit di atas daerah tingkat perkembangan orang tersebut (Trianto. 2011: 39).

Pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang berasal dari sumber-sumber sosial diluar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa seseorang bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi juga menekankan pentingnya peran aktif orang lain dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

c. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik khas yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lain. Kokom Komalasari (2011: 13-14) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan pada relating, experiencing, applying, coorperating, transfering, dan authentic assessment. Penjelasan masing-masing konsep adalah sebagai berikut:

1) Keterkaitan (Relating)

Pembelajaran menerapkan konsep keterkaitan adalah proses pembelajaran yang memilki keterkaitan dengan bekal pengetahuan yang telah ada pada diri siswa, dan dengan konteks pengalaman dalam kehidupan dunia nyata seperti manfaat untuk bekal di kemudian hari.


(32)

16

2) Pengalaman langsung (Experiencing)

Pembelajaran menerapkan konsep pengalaman langsung adalah proses pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengonstruksi pengetahuan dengan cara menemukan dan mengalami sendiri secara langsung.

3) Aplikasi atau penerapan (Applying)

Pembelajaran menerapkan konsep aplikasi adalah proses pembelajaran yang menekankan pada penerapan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks lain yang berbeda sehingga bermanfaat bagi kehidupan siswa. 4) Kerja sama (Coorperating)

Pembelajaran menerapkan konsep kerja sama adalah proses pembelajaran yang mendorong kerja sama diantara siswa, diantara siswa dengan guru dan sumber belajar.

5) Alih pengetahuan (Transfering)

Pembelajaran menerapkan konsep pengaturan diri adalah proses pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengatur diri dan pembelajarannya secara mandiri.

6) Penilaian autentik (Authentic Assessment)

Pembelajaran menerapkan konsep Asesmen autentik adalah proses pembelajaran yang mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotorik), baik tampak sebagai hasil akhit dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas.

d. Strategi Pembelajaran Kontekstual

Bern dan Erickson dalam Komkom Komalasari (2011: 23-24) mengemukakan lima strategi dalam mengimplementasikan kontekstual, yaitu:


(33)

17

1) Pembelajaran berbasis masalah, pendekatan yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan ketrampilan dari berbagai disiplin ilmu. Pendekatan ini meliputi: mengumpulkan dan menyatukan informasi dan mempresentasikan penemuan.

2) Pembelajaran kooperatif, pendekatan yang mengorganisasikan pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil, dimana siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3) Pembelajaran berbasis proyek, pendekatan yang memusat pada prinsip dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran, dan pada akhirnya menghasilkan karya nyata. 4) Pembelajaran pelayanan, pendekatan yang menyediakan suatu

aplikasi praktis suatu pengembangan pengetahuan dan keterampilan baru untuk kebutuhan di masyarakat melalui proyek dan aktivitas.

5) Pembelajaran berbasis kerja, pendekatan di mana tempat kerja, atau seperti tempat kerja, kegiatan terintegrasi dengan materi kelas untuk kepentingan para siswa dan bisnis.

e. Pengembangan Materi dalam Pembelajaran Kontekstual

Pengembangan materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran. Pembelajaran kontekstual menghendaki materi pembelajaran tidak semata-mata dikembangkan dari buku teks, tetapi materi dikembangkan dari lingkungan kehidupan siswa sehari-hari, baik lingkungan fisik, kehidupan sosial, budaya, ekonomi maupun psikologis, dan keterpaduan antar materi pelajaran.

Menurut Komalasari (2011: 37-39) materi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan pembelajaran kontekstual


(34)

18

memiliki karakteristik tersendiri, di mana dalam pemilihan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dibelajarkan kepada siswa hendaknya memerhatikan beberapa hal, salah satunya yaitu lingkungan. Keterkaitkan dengan konteks lingkungan dimana siswa berada, meliputi:

1) Lingkungan fisik

Lingkungan fisik berkenaan dengan aspek alamiah seperti sumber daya alam, flora, fauna, sungai, limbah, iklim, termasuk pula pelestarian lingkungan yang ada disekitar kehidupan siswa. 2) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial berkenaan dengan interaksi siswa dengan kehidupan bermasyarakat, misalnya: (1) mengenai pola interaksi dan kehidupan keluarga, masyarakat, sekolah; (2) mempelajari organisasi sosial yang ada di lingkungan rumah, dan di masyarakat sekitar sekolah; (3) mempelajari berbagai pemasalahan sosial yang ada di dalam kehidupan siswa.

3) Lingkungan budaya

Lingkungan budaya berkenaan dengan budaya materi dan materi yang ada di lingkungan sekitar siswa. Budaya materi berkaitan dengan bangunan, gedung, candi, prasasti, cagar alam, peralatan senjata, peralatan mata pencaharian, alat transportasi, dan sebagainya. Lingkungan budaya berupa nonmateri, meliputi: sistem kepercayaan dan agama yang dianut masyarakat, sistem norma yang berlaku di masyarakat, sistem mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, sistem ilmu pengetahuan, kesenian bahasa, keberagaman suku dan ras.

4) Lingkungan politis

Lingkungan politis berkenaan dengan pemerintahan dan segenap lembaga pemerintahan, serta kekuasaan dan kewenangan yang melekat pada jabatan atau kedudukan lembaga pemerintahan tertentu yang ada di lingkungan siswa.


(35)

19 5) Lingkungan psikologis

Lingkungan psikologis berkenaan dengan suasana psikologis manusia yang hidup dan bertempat tinggal pada wilayah tertentu misalnya suasana ramai, gaduh, tenang, dan tertib, indah, bersih, kerusuhan, bising, gerah, suasana konflik, dampak bencana alam.

6) Lingkungan ekonomi

Lingkungan ekonomi berkenaan dengan mata pencaharian penduduk sekitar, rata-rata penghasilan penduduk, status ekonomi penduduk, pemenuhan kehidupan sehari-hari, dan ketersediaan sarana dan prasarana sesuai dengan status ekonomi yang dimiliki masyarakat.

Kesemua lingkungan tersebut seyogianya menjadi bahan pertimbangan guru ketika mengorganisasikan materi pembelajaran, sehingga materi pembelajaran terkait dengan kehidupan siswa, digali dari kehidupan siswa, bermanfaat bagi siswa dalam memecahkan masalah dilingkungan kehidupannya, sesuai dengan kebutuhan, sehingga materi pembelajaran bermakna secara luas bagi kehidupan siswa dan masyarakat di sekitarnya.

6. Materi Pelajaran Matematika SMP

Winkel (1987:195) menjelaskan bahwa bahwa materi atau bahan pelajaran harus relevan atau sesuai dengan kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah materi atau bahan tersebut. Materi pelajaran juga harus dapat menunjang motivasi siswa, antara lain karena relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa materi pelajaran merupakan sarana atau bahan yang digunakan untuk belajar yang relevan atau sesuai dengan kemampuan peserta didik dalam menerima dan mengolah materi tersebut.


(36)

20

Berdasarkan silabus pelajaran matematika SMP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), berikut adalah materi-materi pokok matematika dari kelas VII sampai kelas IX.

Tabel 2.1

Materi-materi matematika

KELAS VII KELAS VIII KELAS IX

Bilangan bulat:

Urutan bilangan bulat. Penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan bulat.

Kuadrat dan akar kuadrat. Kubik dan akar kubik.

Operasi aljabar: KPK dan FPB

Operasi hitung aljabar bentuk rasional

Penerapan aljabar bentuk rasional

Kesebangunan dan kongruensi:

Dua bangun datar yang kongkruen Dua bangun datar yang sebangun Bilangan pecahan: Bentuk-bentuk pecahan Desimal Persen Perbandingan,

penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pecahan.

Fungsi: Relasi

Fungsi dan pemetaan Rumus fungsi dan nilai fungsi

Grafik fungsi

Bangun ruang sisi lengkung: Tabung Kerucut Bola Himpunan: Himpunan kosong Himpunan semesta Himpunan bagian

Diagram venn dan operasi pada himpunan

Persamaan garis lurus: Gradien

Titik potong dua garis lurus Statistika dan peluang: Peluang statistika Bentuk Aljabar:

Operasi hitung bentuk aljabar

Persamaan linier dua variabel:

Penyelesaian sistem persamaan linier dua varibel dan aplikasinya dalam kehidupan nyata.

Bilangan berpangkat dan bentuk akar:

Pangkat Akar

Aritmetika sosial:

Harga pembelian dan harga penjualan

Untung , rugi, dan presentasenya Bruto, tara, netto

Pajak dan bunga tunggal

Teorema Phytagoras: Teorema Phytagoras dalam bidang datar Teorema Phytagoras dalam kehidupan sehari-hari.

Barisan dan deret bilangan:

Pola bilangan Barisan bilangan Deret bilangan.


(37)

21 Persamaan linier satu

variabel (PLSV): Penyelesaian PLSV Model matematika yang berhubungan dengan PLSV

Lingkaran:

Unsur-unsur lingkaran Keliling dan luas lingkaran Sudut pusat dan sudut keliling

Panjang busur dan luas juring

Pertidaksamaan linier satu variabel (PtLSV):

Penyelesaian PtLSV Model matematika yang berhubungan dengan PtLSV

Bangun ruang sisi datar: Ciri-ciri bangun ruang sisi datar

Jaring-jaring bangun ruang Melukis bangun ruang Luas permukaan dan Volume bangun ruang Perbandingan:

Gambar berskala Metode satuan

Perbandingan senilai dan berbalik nilai

Statistika :

Pengumpulan data Jenis penyajian data Mengolah data

Hubungan antar variabel Segitiga:

Pengelompokan segitiga Sudut dan sisi segitiga Melukis segitiga

Keliling dan luas segitiga

Peluang: Kejadian

Peluang empirik Peluang teoritik Segiempat:

Segiempat cekung dan cembung

Sudut-sudut segiempat Keliling dan luas segiempat Luas bangun datar tidak beraturan.

Sistem Koordinat Cartesius: Bidang cartesius dan kudran

Koordinat sebuah titik Menggambar titik pada sistem koordinat cartesius Transformasi:

Translasi (pergeseran) Refeksi (pencerminan) Rotasi (perputaran) Dilatasi


(38)

22 Statistika dan Peluang:

Mengorganisasi data Mengolah data dalam bentuk tabel

Menyajikan data dalam bentuk diagram

Frekuensi relatif (peluang empirik)

B. Kerangka Berfikir

Penelitian ini mengangkat materi-materi matematika SMP yang termuat dalam kegiatan ekonomi (terkait dengan mata pencaharian yang dominan) di kalangan masyarakat pesisir Juwana. Penelitian dimulai dari mencari gambaran mengenai kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti akan mengidentifikasi apakah kegiatan ekonomi tersebut memuat materi matematika SMP. Peneliti akan menggali lebih lanjut mengenai kegiatan ekonomi apa saja yang memuat materi matematika SMP dan materi matematika SMP apa saja yang terkandung dalam kegiatan ekonomi tersebut. Materi matematika tersebut akan direalisasikan dalam sebuah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran sebagai salah satu bentuk pemanfaatan hasil penelitian lebih lanjut. RPP dan media pembelajaran yang disusun tidak mencakup seluruh materi matematika yang terkandung dalam kegiatan ekonomi. Sebab, RPP dan media pembelajaran yang dibuat hanya sebagai contoh pemanfaatan hasil penelitian sehingga hanya mencakup satu materi tertentu. Peneliti menggunakan pembelajaran kontekstual dalam mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan kehidupan siswa, terutama dalam lingkungan ekonomi Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kontekstualisasi pemahaman matematis siswa sehingga ia mampu menemukan makna materi matematika bagi kehidupannya.


(39)

23 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif naturalistik. Pada hakekatnya penelitian ini dilakukan dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia dan sekitarnya. Penelitian naturalistik bersifat induktif, mencoba mencari dan menemukan suatu teori berdasarkan data yang dikumpulkan (Nasution. S, 1988: 5-7). Penelitian ini bersifat deskripsif dan cenderung menggunakan analisis. Peneliti sebagai instrumen penelitian akan menganalisis kegiatan ekonomi yang didasarkan pada mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana untuk mencari unsur matematika yang terkandung dalam kegiatan tersebut dan menggali materi-materi matematika yang termuat dalam kegiatan tersebut.

B. Setting Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini yaitu 9 (sembilan) penduduk asli kecamatan Juwana, kabupaten Pati, provinsi Jawa tengah. Penelitian akan dilaksanakan dengan melibatkan petani tambak ikan bandeng, pedagang ikan bandeng, dan pemilik industri makanan berbahan dasar bandeng khususnya bandeng presto.

Tabel 3.1

Subyek penelitian pada masing-masing mata pencaharian

No. Mata Pencaharian Responden

1. Petani tambak ikan bandeng Sukelan Tarso Sunaryo


(40)

24

2. Pedagang ikan bandeng Kurniati Anik Arik 3. Pembuatan bandeng presto Suritno

Temok Jumiati

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana yang memuat materi matematika SMP serta materi-materi matematika SMP yang termuat dalam kegiatan tersebut.

Penelitian akan dilakukan di wilayah pesisir utara pulau jawa yaitu kota Juwana, kabupaten Pati, provinsi Jawa Tengah. Beberapa desa yang akan menjadi pusat penelitian yaitu; Bakaran Wetan, Bakaran Kulon, Growong, dan Bajomulyo.

3. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan November tahun 2016.

C. Bentuk Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian bersifat verbal dan non-verbal. Data verbal merupakan kalimat yang diungkapkan secara lisan melalui percakapan atau tanya jawab, sedangkan data non-verbal merupakan gerak-gerik badan, tangan dan perubahan wajah selama wawancara, pengamatan dan dokumentasi yang dilakukan.


(41)

25 D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara yang dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan ekonomi berdasarkan mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana adalah wawancara terbuka. Wawancara terbuka memiliki jumlah pertanyaan yang tidak terbatas dan jawaban narasumber tidak terikat pada pertanyaan yang diberikan.

2. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan atau observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan ekonomi (terkait dengan mata pencaharian yang dominan) yang berlangsung di wilayah Juwana.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mencari informasi mengenai hal-hal berkaitan dengan topik penelitian, yaitu berupa artikel, surat kabar, gambar, foto serta sumber lain yang relevan dengan kegiatan ekonomi (terkait dengan mata pencaharian yang dominan) di wilayah Juwana.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Salah satu karakteristik dari metode penelitian naturalistik yang diungkapkan oleh Nasution (1988: 9), instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri, sedangkan instrumen yang lain merupakan instrumen bantu. Instrumen bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi.

1. Instrumen utama penelitian

Instrumen penelitian disusun berdasarkan indikator kegiatan ekonomi yang terjadi di wilayah Juwana, yaitu budidaya ikan bendeng, perdagangan ikan bandeng, dan pembutan bandeng presto. Indikator dalam instrumen memuat:


(42)

26

a. Kegiatan-kegiatan ekonomi di kalangan masyarakat pesisir Juwana (terkait dengan mata pencaharian yang dominan) yang memuat atau membutuhkan materi matematika SMP.

b. Materi-materi matematika SMP yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan ekonomi (terkait dengan mata pencaharian yang dominan di kalangan masyarakat pesisir Juwana) diatas.

c. RPP dan media pembelajaran yang dapat disusun berdasarkan materi matematika SMP yang sesuai dengan lingkungan ekonomi masyarakat pesisir Juwana.

2. Instrumen bantu penelitian

Instrumen bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk melengkapi informasi yang tidak diperoleh dari hasil wawancara. Berikut adalah indikator dalam pedoman wawancara dan observasi.

Tabel 3.2

Pedoman wawancara pada kegiatan budidaya ikan bandeng

Indikator Pertanyaan

Penyediaan lahan budidaya yaitu tambak atau kolam

a. Berapa ukuran tambak yang anda gunakan untuk budidaya ikan bandeng? b. Tambak yang anda dikelola milik pribadi

atau sewa?

c. Berapa harga sewa tambak yang dikelola pertahunnya?

Penempatan saluran air a. Saluran air untuk tambak dibuat dari apa?

b. Bagaimana penempatan saluran air untuk tambak?

Pengeringan tambak a. Apakah anda melakukan proses pengeringan tambak?


(43)

27

yang biasa dilakukan?

c. Apa saja alat yang diperlukan untuk mengeringan tambak?

d. Berapa waktu yang diperlukan untuk proses pengeringan tambak?

Pemupukan dasar tambak

a. Apakah anda melakukan pemupukan dasar tambak?

b. Bagaimana proses pemupukan dasar tambak yang biasa dilakukan?

c. Apa saja yang diperlukan untuk pemupukan dasar tambak?

d. Adakah perbedaan jika tidak dilakukan pemupukan dasar tambak?

Pengisian air a. Bagaimana proses pengisian air tambak yang biasa anda lakukan?

b. Apa saja alat yang diperlukan untuk pengisian air tambak?

c. Berapa waktu yang diperlukan agar tambak terisi penuh?

Penebaran benih ikan bandeng atau nener

a. Dari mana anda mendapat benih ikan bandeng atau nener?

b. Berapa harga benih ikan bandeng atau nener yang biasa dibeli?

c. Berapa jumlah benih ikan bandeng atau nener yang biasa ditebar?

d. Bagaimana proses penebaran benih ikan bandeng atau nener yang biasa dilakukan?

e. Bagaimana cara anda memperkirakan jumlah benih atau nener yang ditebar sesuai dengan kapasitas tambak yang dikelola?

Pemberian pakan a. Kapan ikan bandeng siap diberi makan? b. Apa jenis pakan yang biasa digunakan? c. Berapa harga pakan yang biasa


(44)

28

digunakan?

d. Berapa jumlah pakan yang diberikan setiap hari?

e. Bagaimana tahap dalam proses pemberian pakan?

Panen ikan Bandeng a. Kapan ikan bandeng siap dipanen? b. Apa saja alat yang diperlukan untuk

memanen ikan bandeng?

c. Bagaimana cara anda memanen ikan bandeng?

d. Berapa waktu yang diperlukan untuk memanen ikan bandeng?

Memaksimalkan hasil panen atau keuntungan

a. Apakah anda pernah mengalami gagal panen? Jika pernah, hal apa yang mengakibatkan anda mengalami gagal panen?

b. Apa yang dilakukan jika mengalami gagal panen?

c. Bagaimana cara anda menutupi kerugian jika terjadi gagal panen?

d. Usaha apa saja yang biasa dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan? e. Bagaimana cara anda menghitung

keuntungan?

Mengelola keuntungan a. Apa yang biasa anda lakukan setelah mendapat keuntungan dari hasil panen? b. Bagaimana cara anda mengelola

keuntungan dari hasil panen? Tabel 3.3

Pedoman wawancara pada kegiatan perdagangan ikan bandeng

Indikator Pertanyaan

Penerimaan pasokan ikan bandeng

a. Dari mana anda mendapat pasokan ikan bandeng?

b. Apakah anda mempunyai kriteria khusus sebelum menerima pasokan ikan?


(45)

29 Penentuan harga beli

ikan bandeng

a. Bagaimana cara anda menentukan harga beli ikan bandeng dari pemasok?

b. Apakah ada persaingan harga diantara pemasok?

Pemilahan ikan bandeng a. Apakah anda melakukan pemilahan sebelum menjual kembali ikan bandeng? b. Bagaimana proses pemilahan ikan

bandeng sebelum dijual? Penentuan harga jual

ikan bandeng

a. Bagaimana cara anda menentukan harga jual ikan bandeng?

b. Apakah ada persaingan harga diantara pedagang?

Memaksimalkan keuntungan

a. Apakah anda pernah mengalami kerugian? Jika pernah, hal apa yang mengakibatkan anda mengalami kerugian?

b. Bagaimana cara anda menutupi kerugian tersebut?

c. Usaha apa saja yang biasa dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan? d. Bagaimana cara anda menghitung

keuntungan?

Mengelola keuntungan a. Apa yang biasa anda lakukan setelah mendapat keuntungan dari hasil penjualan?

b. Bagaimana cara anda mengelola keuntungan dari hasil penjualan?

Tabel 3.4

Pedoman wawancara pada kegiatan pengolahan bandeng presto

Indikator Pertanyaan

Penyediaan bahan dan alat masak

a. Apa bahan dan alat yang diperlukan untuk membuat bandeng presto?

b. Dari mana mendapat bahan dan alat tersebut?

c. Apakah anda mempunyai kriteria khusus dalam memilih bahan utama (ikan


(46)

30

bandeng)? Pembersihan ikan

bandeng dan peracikan bumbu

a. Bagaimana cara anda membersihkan ikan bandeng sebelum diolah menjadi bandeng presto?

b. Siapa saja yang biasa berperan dalam pembersihan ikan bandeng dan peracikan bumbu?

c. Kapan ikan bandeng siap dibumbui? d. Bagaimana proses membumbui ikan

bandeng? Proses presto ikan

bandeng

a. Bagaimana cara menata ikan bandeng dalam panci presto?

b. Berapa waktu yang diperlukan untuk membuat bandeng presto?

c. Bagaimana cara mengetahui bahwa ikan bandeng yang sedang dipresto sudah matang?

d. Langkah apa yang dilakukan setelah bandeng presto sudah matang?

Memaksimalkan keuntungan

a. Apakah ikan bandeng yang anda presto pernah mengalami kegagalan? Jika pernah, hal apa yang mengakibatkan kegagalan tersebut?

b. Apa yang anda lakukan jika ikan bandeng yang dipresto mengalami kegagalan?

c. Bagaimana cara anda menutupi kerugian setelah mengalami kegagalan saat mempresto?

d. Usaha apa saja yang biasa dilakukan untuk memaksimalkan keuntungan? e. Bagaimana cara anda menghitung

keuntungan?

Mengelola keuntungan a. Apa yang biasa anda lakukan setelah mendapat keuntungan dari hasil


(47)

31

pembuatan bandeng presto?

b. Bagaimana cara anda mengelola keuntungan dari hasil pembuatan bandeng presto?

Tabel 3.5 Pedoman observasi

Kegiatan Ekonomi Indikator

Budidaya ikan bandeng Penyediaan lahan budidaya yaitu tambak atau kolam

Penempatan saluran air Pengeringan tambak Pemupukan dasar tambak Pengisian air

Penebaran benih atau nener Pemberian pakan

Panen ikan Bandeng

Memaksimalkan hasil panen atau keuntungan

Mengelola keuntungan Perdagangan ikan

bandeng

Penerimaan pasokan ikan bandeng Penentuan harga beli ikan bandeng Pemilihan ikan bandeng

Penentuan harga jual ikan bandeng Memaksimalkan keuntungan Mengelola keuntungan Pengolahan bandeng

presto

Penyediaan bahan, bumbu dan alat masak Pembersihan ikan bandeng dan peracikan bumbu

Proses mempresto ikan bandeng Memaksimalkan keuntungan Mengelola keuntungan


(48)

32 F. Teknik Analisis Data

Prof. Dr. S. Nasution, M.A. (1988: 128-130) menjelaskan bahwa teknik analisis data dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Reduksi data

Data yang diperoleh di lapangan harus dianalisis sejak awal penelitian, data diketik atau ditulis dalam bentuk laporan yang terinci. Laporan tersebut perlu direduksi, artinya dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting sesuai dengan topik penelitian. Laporan disusun secara sistematis, dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek tertentu agar mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.

2. Display data

Data yang sudah dikelompokan berdasarkan aspek-aspek tertentu disajikan atau dipaparkan dengan berbagai macam, yaitu matriks, grafik, networks dan charts agar mudah melihat hubungan antara aspek-aspek atau bagian-bagian secara keseluruhan dari penelitian.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Kegiatan penarikan kesimpulan dapat dilakukan sejak awal penelitian dengan mencoba mencari makna dan mencoba mengambil kesimpulan sementara atau hipotesis. Peneliti dapat mencari pola, thema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul. Kesimpulan mula-mula masih kabur dan diragukan, namun dengan bertambahnya data maka kesimpulan harus selalu diverifikasi agar kesimpulan tersebut grounded.

Verifikasi dapat dilakukan dengan mencari data baru, bila penelitian dilakukan oleh suatu tim dapat pula dikaji lebih mendalam untuk mencapai persetujuan bersama agar lebih terjamin validitas atau keabsahan data nya.


(49)

33 G. Keabsahan Data

Teknik yang digunakan untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian di lapangan salah satunya adalah teknik triangulasi. Tiangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi peneliti, metode, dan sumber data.

Trianggulasi peneliti digunakan untuk menguji kejujuran, subyektivitas, dan kemampuan merekam data oleh peneliti dilapangan. Hal ini untuk menghindari subyektivitas tanpa kontrol yang dilakukan peneliti. Trianggulasi peneliti dilakukan dengan meminta bantuan peneliti lain dalam pengecekan langsung, wawancara ulang, serta merekam data yang sama di lapangan sebagai verifikasi terhadap hasil penelitian.

Trianggulasi metode dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi dan sebaliknya. Tujuan umum metode ini adalah mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.

Tianggulasi sumber data dilakukan untuk membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda. Menurut Burhan Bungin (2007: 256) dalam bukunya yang berjudul Penelitian Kualitatif menjelaskan hal-hal yang dapat dilakukan dalam trianggulasi sumber data ialah membandingkan data hasil pengamatan dan wawancara, keadaan dan prespektif seseorang dalam berbagai pendapat, apa yang dikatakan didepan umum dan yang dikatakan secara pribadi, dan sebagainya. Hasil dari perbandingan-perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasan mengapa terjadi suatu perbedaan.


(50)

34

H. Pedoman Pelaksanaan Penelitian secara Keseluruhan

Berikut adalah pedoman yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian.

1. Memilih sumber data dan lokasi penelitian.

2. Memasuki lokasi atau tempat penelitian, kemudian meminta izin untuk melakukan pengamatan (observasi) dan wawancara (interview) dengan subyek penelitian.

3. Selama pengumpulan data tidak ada campur tangan atau manipulasi peneliti terhadap data yang diungkapkan oleh subyek penelitian.

4. Melakukan triangulasi untuk membuktikan keabsahan data atau validitas data yang diperoleh.

5. Melakukan analisis data secara keseluruhan, yaitu reduksi data, display data dan pengambilan keputusan.

6. Penulisan laporan sebagai hasil penelitian.

I. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Berikut adalah penjadwalan waktu pelaksanaan penelitian. Tabel 3.6

Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian

No. Tanggal Kegiatan Keterangan

1. 13 Oktober 2016 Wawancara dengan Sukelan mengenai budidaya ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Wawancara dilakukan di Ds. Bakaran Wetan RT 02/02, Juwana, Pati, Jawa Tengah.

2. 14 Oktober 2016 Wawancara dengan Kurniati mengenai perdagangan ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Wawancara dilakukan di Jl. Aluminium No.6 RT 03/07, Growong Lor, Juwana, Pati, Jawa Tengah.

3. 22 Oktober 2016 Wawancara dengan Daniel Sutarso

Wawancara dilakukan di Ds. Bakaran Wetan


(51)

35

mengenai budidaya ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

RT 02/02, Juwana, Pati, Jawa Tengah.

4. 22 Oktober 2016 Wawancara dengan

Temok Sunari

mengenai pembuatan bandeng presto dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Wawancara dilakukan di Ds. Bakaran Wetan RT 01/03, Juwana, Pati, Jawa Tengah.

5. 31 Oktober 2016 Observasi mengenai budidaya ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Observasi dilakukan di tambak Gadingrejo, Juwana, Pati, Jawa Tengah.

6. 1 November 2016 Wawancara dengan Arik mengenai perdagangan ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Wawancara dilakukan di Ds. Bakaran Kulon RT 02/02, Juwana, Pati, Jawa Tengah.

7. 1 November 2016 Wawancara dengan Sunaryo mengenai budidaya ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Wawancara dilakukan di Ds. Bakaran Wetan RT 04/03, Juwana, Pati, Jawa Tengah.

8. 4 November 2016 Observasi mengenai budidaya ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Observasi dilakukan

di Tambak

Bajomulyo, Juwana, Pati, Jawa Tengah. 9. 5 November 2016 Wawancara dengan

Anik mengenai perdagangan ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Wawancara dilakukan di Ds. Bakaran Wetan RT 01/07, Juwana, Pati, Jawa Tengah.

10. 5 November 2016 Wawancara dengan Suritno mengenai pembuatan bandeng

Wawancara dilakukan di Ds. Dukutalit RT 05/03, Juwana, Pati,


(52)

36

presto dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Jawa Tengah.

11. 5 November 2016 Observasi mengenai pembuatan bandeng presto dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Wawancara dilakukan di Ds. Dukutalit RT 05/03, Juwana, Pati, Jawa Tengah.

12. 6 November 2016 Observasi mengenai perdagangan ikan bandeng dan kegiatan ekonomi yang terjadi

Observasi dilakukan di Pasar Porda Juwana, Pati, Jawa Tengah.

13. 7 November 2016 Wawancara dengan Jumiati mengenai pembuatan bandeng presto dan kegiatan ekonomi yang terjadi.

Wawancara dilakukan di Ds. Dukutalit RT 01/02, Juwana, Pati, Jawa Tengah.


(53)

72 37 BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota Juwana merupakan Kota terbesar kedua di Kabupaten Pati dengan jumlah penduduk mencapai 96.686 orang. Jumlah penduduk terbanyak menurut mata pencahariannya adalah petani yaitu 17.725 orang. Terdapat dua jenis petani di wilayah Juwana yaitu petani tambak dan petani sawah, petani tersebut terdiri dari petani pemilik tanah, petani penggarap tanah, dan petani penggarap atau penyekap.

Luas wilayah Kecamatan Juwana adalah 5.407,50 Ha, dimana luas wilayah tambak yaitu 2.408 Ha, luas wilayah sawah yaitu 1.567 Ha, dan sisanya adalah wilayah bangunan dan fasilitas umum. Letak geografis Kota Juwana berada di wilayah pesisir utara pulau jawa, yaitu terletak di jalur pantura yang menghubungkan Kota Pati dan Kota Rembang. Jarak pusat Kecamatan Juwana dengan Kabupaten Pati adalah 12 km.

Kecamatan Juwana terdiri dari 29 desa. Desa yang menjadi tempat penelitian yaitu Desa Bakaran Wetan, Desa Bakaran Kulon, dan Desa Dukutalit. Tempat penelitian dipilih berdasarkan hasil observasi dan kesedian narasumber yang berkerja sebagai petani tambak ikan bandeng, pedagang bandeng dan pembuatan bandeng presto.

B. Pelaksanaan Pengumpulan Data atau Kegiatan di Lapangan

Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mengetahui kegiatan ekonomi di wilayah Juwana. Pengumpulan data dengan wawancara dilaksanakan di rumah para narasumber yang dilakukan secara terbuka, dimana informan atau narasumber mengetahui kehadiran pewawancara sebagai peneliti. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan produksi dan


(54)

38

kegiatan distribusi berdasarkan mata pencaharian yang dominan di wilayah Juwana. Kegiatan produksi meliputi budidaya ikan bandeng dan pembuatan bandeng presto, sedangkan kegiatan distribusi meliputi penjualan ikan bandeng. Pengumpulan data dengan observasi dilaksanakan dengan cara terjun langsung ke lapangan, yaitu di tambak budidaya ikan bandeng, Pasar Porda Juwana, dan rumah-rumah industri pembuatan bandeng presto. Peneliti tinggal di daerah dilaksanakannya penelitian sehingga peneliti hanya mencatat beberapa hal khusus untuk melengkapi data dan menverifikasi data yang diperoleh dari hasil wawancara. Dokumentasi dilakukan untuk mengetahui letak geografis, demografis, desa atau kelurahan, dan pendidikan di wilayah Juwana. Dokumentasi juga dilakukan dalam wawancara dan observasi yaitu berupa pengambilan video dan foto.

C. Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian disajikan berdasarkan dari hasil observasi dan hasil wawancara dengan sampel 3 (tiga) petani tambak, 3 (tiga) pedagang ikan bandeng dan 3 (tiga) pengolah bandeng presto. Deskripsi data penelitian merupakan hasil penelitian secara ringkas. Data lengkap disajikan pada lampiran 4 adalah transkrip wawancara, lampiran 5 adalah hasil observasi dan lampiran 6 adalah dokumentasi penelitian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 (sembilan) narasumber dan hasil observasi dapat diperoleh informasi sebagai berikut.

1. Budidaya ikan bandeng a. Penyediaan lahan budidaya

Lahan budidaya ikan bandeng yang digunakan petani adalah lahan sewa dan lahan milik pribadi. 2 dari 3 narasumber menggunakan lahan sewa sebagai lahan budidaya sedangkan narasumber yang lain menggunakan lahan milik pribadi. Harga sewa lahan tergantung dari sumber air, kualitas air, dan kualitas tanah dimasing-masing daerah. Harga sewa tambak yang dikelola


(55)

39

narasumber pertahun berkisar Rp5.000.000,00/Ha sampai Rp7.000.000,00/Ha.

Salah satu narasumber mengatakan bahwa tambak yang ia kelola adalah tambak lelang. Tambak lelang adalah tambak milik desa yang disewakan kepada masyarakat dan harga sewanya ditentukan dengan sistem lelang. Harga sewa tambak dengan sistem lelang tidak bisa dipastikan karena tergantung dari minat petani saat pelelangan harga sewa. Narasumber menjelaskan bahwa selama 4 tahun berturut-turut atau selama 2 periode telah mengelola tambak lelang berukuran 2,5 Ha, dimana harga sewa tambak pada periode pertama yaitu Rp38.000.000,00 sedangkan pada periode kedua yaitu Rp35.000.000,00.

Petani biasa menyewa tambak selama 2 – 3 tahun. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan hasil panen dan keuntungan sebab harga sewa tambak naik setiap tahunnya. Terbukti bahwa pada tahun 2001 harga sewa tambak pertahun masih berkisar Rp2.000.000,00/Ha sampai Rp2.600.000,00/Ha sedangkan tahun 2016 harga sewa tambak pertahun berkisar Rp5.000.000,00/Ha sampai Rp7.000.000,00/Ha.


(56)

40

Gambar 4.1. Denah tambak secara keseluruhan

Lahan yang digunakan untuk budidaya ikan bandeng berukuran 1 Ha atau 10.000 m2 yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu “ipukan”, “caren”, “jagalan”, dan tambak budidaya. Beberapa bagian tersebut dibatasi dengan benteng yang disebut benteng tambak, benteng caren, benteng ipukan, dan benteng jagalan. Benteng tambak adalah pembatas antara tambak yang satu dengan tambak yang lain. Benteng tambak dibuat lebih tinggi dari permukaan air untuk menghindari luapan air dari sungai maupun tambak yang lain. Benteng tambak digunakan sebagai jalan oleh petani untuk menuju tambak yang satu dengan tambak yang lain dan memudahkan petani pada saat proses pemberian makan. Panjang benteng tambak sama dengan panjang tambak, tinggi benteng sesuai dengan kedalaman tambak dan lebar benteng tambak yaitu . Ukuran benteng caren, benteng ipukan, dan benteng jagalan lebih kecil dibandingkan ukuran benteng tambak. Panjang benteng disesuaikan dengan panjang caren, ipukan, dan jagalan yang dibuat petani tambak. Tinggi benteng caren, ipukan, dan jagalan dibuat lebih rendah dari benteng tambak yaitu sekitar sedangkan lebar benteng yaitu sekitar .

Ipukan adalah tambak kecil yang berfungsi untuk memelihara benih bandeng atau nener sebelum ditabur di tambak budidaya. Ipukan biasa ditempatkan di dekat saluran air agar pengisisan air lebih mudah dan praktis. Tidak ada ketentuan mengenai ukuran ipukan yang baik dan tepat untuk memelihara nener, sebab para petani menentukan ukuran ipukan hanya menggunakan perkiraan.


(57)

41

Umumnya, ukuran ipukan menyesuaikan ukuran tambak budidaya, semakin luas tambak budiaya maka semakin luas pula ipukan. Misal ukuran tambak budidaya adalah 1 berarti petani membutuhkan ipukan yang cukup luas untuk memelihara lebih dari 10.000 nener.

Caren adalah parit kecil yang berada disalah satu sisi tambak budidaya yang berfungsi untuk mempercepat proses pengaliran air ke tambak. Caren juga mempunyai pintu air yang untuk mengontrol air yang mengalir dari caren ke tambak budidaya dan sebaliknya. Pintu air tersebut terletak di benteng yang membatasi caren dan tambak budidaya atau biasa disebut benteng caren.

Jagalan adalah kolam kecil yang berisi air. Jagalan digunakan pada saat panen ikan bandeng dengan cara dibedah. Air tambak yang dibuang melalui saluran air akan menuju ke jagalan kemudian air tambak turun ke sungai. Saat air tambak surut, semua ikan bandeng akan berkumpul di jagalan sehingga memudahkan petani untuk memanen ikan bandeng. Lebar jagalan biasanya sama dengan lebar ipukan.

Sirihan yaitu parit-parit kecil di dalam tambak budidaya yang dibagi menjadi 2 jenis yaitu sirihan besar dan sirihan kecil. Sirihan digunakan petani saat panen ikan bandeng, prosesnya yaitu saat air mulai surut maka semua ikan bandeng akan turun ke sirihan kemudian baru turun ke jagalan. Sirihan besar adalah sungai di dalam tambak yang hampir berbentuk diagonal, sedangkan sirihan kecil berbentuk persegi panjang. Masing-masing mempunyai lebar

dengan jarak setiap sirihan adalah. b. Penempatan saluran air

Setiap tambak mempunyai lebih dari satu saluran air atau pintu air. Di kalangan para petani tambak Juwana, pintu air tambak

biasa disebut “panggilan”. Panggilan ditempatkan di salah satu sisi benteng tambak dan benteng lainnya. Panggilan terbuat dari papan dan kayu yang dirangkai seperti tanggul kemudian bagian tengah


(58)

42

tanggul tersebut disekat dengan papan kayu yang berfungsi sebagai pintu. Petani hanya perlu mengangkat pintu tersebut saat akan melakukan pengisian air dan pembuangan air.

Terdapat dua jenis pintu air atau panggilan, yaitu panggilan utama dan panggilan bantuan. Umumnya, suatu tambak hanya mempunyai satu panggilan utama. Panggilan utama ditempatkan disalah satu sisi benteng tambak yang dekat dengan sungai. Jika jarak tambak dengan sungai jauh maka petani membuat parit-parit kecil untuk membantu mengalirkan air dari sungai ke tambak. Panggilan bantuan berfungsi untuk membantu mengalirkan air dari sungai yang turun menuju ke jagalan, ke ipukan, ke caren, dan ke tambak budidaya sehingga berjumlah lebih dari satu.

Ketinggian benteng tambak dapat mencapai , sedangkan pintu panggilan umumnya berukuran . Jika pintu panggilan utama dibuat dengan ketinggian akan menyulitkan petani karena menggunakan tenaga manual sehingga pintu panggilan utama disusun menjadi 3 pintu. Lebar panggilan sama dengan lebar benteng tambak yaitu 5 m, panjang panggilan yaitu 0.5 m, sedangkan tinggi panggilan sesuai dengan ketinggian benteng tambak yang dibuat petani. Panggilan bantuan lebih kecil dibandingkan panggilan utama dan disesuaikan dengan ukuran benteng caren, ipukan, dan jagalan yang dibuat petani. Ipukan, caren, dan jagalan mempunyai lebar benteng yang sama yaitu 2 m, sedangkan tinggi masing-masing benteng berbeda yaitu tinggi benteng ipukan = 0,5 m; tinggi benteng jagalan = 0,3 m; tinggi benteng caren . Panjang pintu panggilan bantuan sama dengan panjang pintu panggilan utama yaitu 0.5 m. Umumnya setiap panggilan ditutup menggunakan papan kayu yang bertujuan untuk keamanan dan kenyamanan petani agar tidak jatuh ke tambak saat melewati panggilan tersebut. Ukuran papan penutup disesuaikan dengan ukuran panggilan yang dibuat.


(59)

43

Gambar 4.2 Kerangka Panggilan c. Pengeringan tambak

Tahap pertama sebelum melakukan pengeringan tambak yaitu membuang air dari tambak ke sungai. Proses pembuangan air tambak tergantung posisi tambak dengan sungai. Jika posisi tambak lebih tinggi dari sungai maka petani hanya perlu membuka pintu air atau panggilan sehingga air tambak akan turun ke sungai. Sebaliknya, jika posisi tambak lebih rendah dari sungai maka petani harus menggunakan pompa air untuk memompa air dari tambak ke sungai, namun hanya sedikit tambak yang memiliki posisi lebih rendah dari sungai.

Waktu yang diperlukan untuk pembuangan air tambak saat ketinggian air mencapai 50 cm melalui pintu air atau panggilan berukuran , dimana proses pembuangan air tanpa menggunakan pompa yaitu sekitar 5 jam. Setelah air tambak surut, tambak dikeringkan hingga dasar tambak menjadi retak-retak


(60)

44

dan berwarna putih atau “nelo”. Proses pengeringan tergantung

cuaca, jika cuaca cerah dan panas akan membutuhkan waktu sekitar 2 minggu, namun jika curah hujan tinggi akan membutuhkan waktu lebih dari 2 minggu. Selama proses pengeringan, petani selalu memantau kondisi dasar tambak, jika dasar tambak tergenang air karena curah hujan terlalu tinggi maka air harus dikeluarkan melalui saluran air. Pengeringan tambak akan membantu meningkatkan kadar garam air tambak setelah pengisian air.

Pengeringan tambak tidak harus selalu dilakukan saat memulai budidaya ikan bandeng. Pengeringan tambak bisa dilakukan satu kali dalam setahun dengan perkiraan untuk 2 kali budidaya ikan bandeng. Hal tersebut dilakukan petani untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya pengeringan tambak sehingga petani dapat memaksimalkan keuntungan hasil panen.

Selama proses pengeringan, petani memanfaatkan waktu

untuk memasang “pracek”. Pracek adalah bambu-bambu yang dibenamkan di dalam tambak yang berfungsi untuk melindungi ikan bandeng dari serangan burung. Dibidang pertanian, pracek memiliki fungsi yang sama dengan orang-orangan sawah. Pracek dibuat dari bambu berukuran yang dibelah kecil-kecil dan salah satu ujungnya dibuat runcing. Ujung bambu yang runcing dibenamkan di tanah sedangkan ujung yang lain diikat dengan benang plastik atau benang layang-layang untuk menyambungkan pracek yang satu dengan yang lain. Jarak setiap pracek sama dengan jarak pracek dengan benteng tambak yaitu .

d. Pemupukan dasar tambak

Setelah dasar tambak terlihat retak–retak, langkah berikutnya adalah pemupukan dasar tambak yang bertujuan untuk menggemburkan tanah dan menyuburkan klekap. Klekap adalah pakan alam ikan bandeng yang masih berumur kurang dari 1 bulan. Jenis pupuk yang digunakan TS dan urea, TS bertujuan untuk


(61)

45

menggemburkan tanah sedangkan urea bertujuan untuk menyuburkan klekap atau pakan alam. Penggunaan urea dan TS tergantung kebutuhan, petani bisa menggunakan urea atau TS atau keduanya.

Pemupukan dasar tambak tidak harus selalu dilakukan, sebab kadar air tambak yang asin bisa menumbuhkan klekap secara alami hanya saja pertumbuhannya tidak maksimal. Pada jaman dahulu petani belum menggunakan urea dan TS, jumlah nener yang bisa ditebar yaitu sekitar 3000 nener/Hayang telah melalui proses “ngipuk”.

Jika dibandingkan dengan tambak yang melakukan pemupukan, nener yang bisa ditebar yaitu sekitar 6000 nener/Ha yang telah melalui

proses ngipuk. Pertumbuhan klekap dapat mempengaruhi perkembangan ikan bandeng dikarenakan kebutuhan pakan yang tidak mencukupi sehingga akan mengakibatkan perkembangan ikan menjadi lamban.

Jumlah urea atau TS yang ditebar yaitu sekitar 100 kg/Ha,

namun jika menggunakan keduanya maka jumlah urea dan TS diperkirakan sesuai dengan kebutuhan petani. Harga urea yaitu Rp116.000,00/karung sedangkan harga TS yaitu Rp95.000/karung,

masing-masing karung berisi 50 kg Setelah penaburan urea dan TS tambak bisa langsung dialiri air.

e. Pengisian air

Setelah pemupukan dasar tambak maka dapat dilakukan pengisian air tambak secara bertahap. Proses pengisisan air tergantung posisi tambak dengan sungai. Jika posisi tambak lebih tinggi dari sungai petani harus memompa air dari sungai ke tambak. Sebaliknya, jika posisi tambak lebih rendah dari sungai maka petani hanya perlu membuka pintu air atau panggilan sehingga air sungai akan turun ke tambak. Pompa air yang digunakan petani biasa

disebut “pompa sodok” yaitu pompa air yang dimodifikasi dengan pralon, kayu dan sebagainya. Bahan bakar yang digunakan pompa


(62)

46

sodok yaitu bensin atau solar dengan perhitungan bahan bakar yang digunakan saat memompa yaitu 1 liter/jam.

Pengisian air tambak dilakukan secara bertahap. Istilah pengisian air tambak disebut “nyoroti”, namun pengisian pertama disebut “nglikek”. Tahap pertama atau nglikek, tambak diisi air dengan ketinggian 20 cm. Waktu yang diperlukan untuk pengisian air tambak ukuran 1,5 hektar pada dengan ketinggian air 20 cm yaitu 2 hari, tetapi dalam satu hari petani hanya memompa selama 8 jam, jika diakumulasikan berarti petani memompa selama 16 jam. Air tersebut diamkan sampai surut dan dasar tambak menjadi kering, hal ini bertujuan untuk menumbuhkan klekap dan meningkatkan kadar garam air saat pengisian kedua. Waktu yang diperlukan agar dasar tambak menjadi kering sekitar 2 minggu, dimana cuaca cerah dan panas. Tahap kedua, tambak diisi air kembali dengan ketinggian 20 cm. Perkiraan waktu yang diperlukan untuk pengisian air sama dengan tahap pertama. Air tambak pada pengisian kedua dibiarkan selama 2 minggu sebelum penaburan nener agar air yang masuk ke tambak jernih terlebih dahulu. Tahap ketiga, petani harus memperhatikan ketinggian air tambak yang disesuaikan dengan pertumbuhan ikan bandeng. Saat ikan bandeng berumur 2 bulan ketinggian air harus ditambah menjadi 30 cm. Tahap keempat, ikan bandeng berumur 3 bulan biasanya mulai pemberian pakan trembel apung. Ikan bandeng akan naik ke permukaan air untuk memakan trembel apung. Jika ketinggian air tambak tidak sesuai dengan ukuran ikan maka ekor ikan dapat merusak tanah dan air menjadi keruh. Umumnya, ikan bandeng berumur 3 bulan berbobot 100 gr/ekor

atau sekitar 10 ekor/kg dan ketinggian air yang sesuai adalah 40 cm.

Tahap terakhir petani harus selalu memantau perkembangan ikan bandeng. Ikan bandeng berumur 4 bulan berbobot 150 gr/ekor atau

sekitar 7 ekor/kg dan ketinggian air yang sesuai adalah 50 cm.


(63)

47

bisa mengakibatkan ketinggian air bertambah atau berkurang. Misalnya, pada saat musim kemarau, cuaca sangat panas sehingga air tambak berkurang. Mengatasi hal tersebut maka petani harus melalukan pengisian air tambak, tetapi biasanya penambahan air hanya 2 cm sampai 3 cm.

f. Penebaran benih atau nener

Benih ikan bandeng atau nener biasa didapatkan dari para pedagang nener. Harga nener sekitar Rp15,00/ekor sampai

Rp20,00/ekor tergantung jumlah nener dipasaran, jika jumlah nener

dipasaran sedikit maka harga nener mencapai Rp20,00/ekor. Cara

memperkirakan jumlah benih ikan bandeng atau nener yang ditebar sesuai dengan kapasitas tambak yang dikelola yaitu 10.000 nener/ Ha.

Proses penebaran yaitu nener ditaruh di tambak kecil atau ipukan terlebih dahulu sebelum ditebar di tambak besar. Setelah nener didalam ipukan berumur 36 hari baru dipindah di tambak yang besar atau tambak budidaya. Setelah 36 hari kemungkinan jumlah nener yang masih hidup yaitu sekitar 6.000 nener dari jumlah sebelumnya yaitu 10.000 nener.

g. Pemberian pakan

Jenis pakan ikan bandeng yang digunakan petani di daerah Juwana ialah trembel apung dan trembel tenggelam. Perbedaan trembel tenggelam dan trembel apung terletak pada penggunaannya. Keunggulan trembel apung yaitu petani dapat mengontrol pemberian pakan karena sifat trembel yang mengapung sehingga saat ikan sudah kenyang dan tidak mau makan maka petani dapat menghentikan pemberian pakan, serta butiran trembel apung tidak mudah hancur saat terendam air. Butiran trembel tenggelam mudah hancur saat terendam air sehingga pemberian pakan berupa trembel tenggelam yang tepat adalah saat ikan bandeng berumur 1 bulan sampai 3 bulan karena ikan tergolong masih bayi. Setelah umur 3 bulan pemberian pakan berupa trembel apung. Hal ini dikarenakan


(64)

48

saat ukuran ikan bandeng mulai besar atau sekitar berumur 3 bulan keatas, pemberian pakan trembel tenggelam akan membuat tanah mudah rusak. Harga trembel yaitu Rp250.000,00/karung, bedanya

trembel apung berisi 30 kg/karung sedangkan trembel tenggelam 50 kg

/karung sehingga harga trembel apung lebih mahal dibandingkan

trembel tenggelam.

Pemberian pakan ikan bandeng dimulai saat ikan berumur sekitar 1 bulan sampai 2 bulan atau menyesuaikan pertumbuhan ikan bandeng. Setiap pertumbuhan ikan berarti ada perbedaan jumlah pakan yang diberikan. Pemberian pakan untuk 6.000 nener berumur 1 – 2 bulan yaitu sekitar 2 kg/hari, nener berumur 2 – 3 bulan yaitu

sekitar 3 kg/hari, nener berumur 3 – 4 bulan yaitu sekitar 5 kg/hari,

Setelah ikan bandeng berumur 4 bulan keatas pemberian pakan sekitar 10 kg/hari.

h. Panen ikan bandeng

Ikan bandeng siap dipanen minimal berumur 4 bulan, tetapi tidak menutup kemungkinan ikan bandeng dipanen saat berumur kurang dari 4 bulan karena terjadinya gagal panen. Umumnya, ikan bandeng beumur 4 bulan mencapai 6 ekor/kg atau tergantung dari

pertumbuhan ikan bandeng. Ukuran ikan bandeng 6 ekor/kg sampai 7 ekor

/kg adalah ukuran yang laris dipasaran. Jika terjadi gagal panen

pada ikan bandeng yang berumur sekitar 3 bulan biasanya hanya mencapai 10 ekor/kg,

Hasil panen dapat diprediksi dengan cara melihat ukuran ikan yang akan dipanen. Jumlah hasil panen yaitu jumlah ekor nener yang ditebar (setelah melalui proses ngipuk) jumlah ekor ikan perkg yang akan dipanen. Misal jumlah ikan yang ditebar yaitu 9.000 nener yang sudah melalui proses ngipuk, kemudian dipanen saat ukuran ikan mencapai 6 ekor/kg, maka hasil panen akan mencapai sekitar 1,5


(1)

292

LAMPIRAN 9


(2)

(3)

(4)

295

LAMPIRAN 10

Surat-Surat


(5)

(6)