Pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

Heribertus Dany Cahyo Widodo Universitas Sanata Dharma

2016

Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari tradisi nyadran. Potensi pada tradisi nyadran yaitu adanya nilai-nilai karakter kebangsaan di dalam 3 acara utama yaitu besik, kendurenan, bakdan. Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara kepada 4 anak menunjukan bahwa mereka belum memahami tradisi nyadran. Wawancara tersebut diperkuat oleh hasil angket dari 23 anak usia 9-10 tahun: 78% anak tidak memhami tradisi nyadran, 43% anak tidak mengetahui acara terakhir dalam upacara nyadran adalah bakdan. dan 87% anak membutuhkan buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran. Peneliti terdorong mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan agar anak dalam memahami tradisi nyadran.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan menggunakan enam langkah menurut Sugiyono yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Produk berupa prototipe buku cerita bergambar “nyadran”. Prototipe divalidasi oleh ahli psikologi dan sejarah. Skor rata-rata yang didapatkan adalah 91,25 sehingga sangat layak untuk diujicobakan.

Ujicoba dilakukan peneliti di SD N Jatisarono-Kulonprogo, kepada 23 anak (9-10 tahun). Dari hasil refleksi anak setelah diujicoba, peneliti mendapatkan data bahwa: 100% anak memahami tujuan nyadran serta mengetahui upacara terakhir dalam upacar nyadran adalah bakdan. Dengan demikian prototipe buku cerita bergambar tersebut membantu anak mengerti arti tradisi nyadran yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter kebangsaan yaitu nilai gotong royong, bekerjasama, berdoa, dan silahturahmi.

Kata kunci: pengembangan, buku cerita, pendidikan karakter, tradisi nyadran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

ABSTRACT

PROTOTYPE DEVELOPMENT OF CHILDREN STORY BOOK OF TRADITION NYADRAN CHARACTER EDUCATION IN THE CONTEXT OF NATIONALITY

Heribertus Dany Cahyo Widodo Universitas Sanata Dharma

2016

This thesis is the result of research and development of traditions nyadran. The potential at nyadran tradition that is the value of nationality character that contained in 3 main ways, besik, kendurenan, and bakdan. Problem that researcher got from interview to 4 children, show that they did not understand the meaning of nyadran tradition. The interview supported with result of quisioner from 23 children aged 9-10 years: 78% of children did not understand nyadran tradition, 43% of children did not know the last event in a ceremony nyadran is bakdan, and 87% of children in needed of a picture story book about nyadran tradition. Researchers are encouraged to develop a prototype of a children's book nyadran tradition in the context of national character education to help children understand nyadran tradition.

This research is a research and development (R & D) by using a six-step according Sugiyono which includes: (1) the potentials and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4) design validation, (5) design revisions, and (6) the trial product. Prototype story book entitled "Nyadran" is validated by expert psychologists and history. An average scores obtained is 91.25 so it is worth to be tested.

This prototype was tested in SD N Jatisarono-Kulonprogo, to 23 children (aged 9-10 years). From the result of reflection after the trial, researcher have shown that: 100% of the children have understood the purpose nyadran, and know the last event in a ceremony nyadran is bakdan. Thus prototype story book help children understand nyadran tradition and the values of national character education that is mutual cooperation, work together, pray, and silahturahmi .

Keyword: Development, Story book, Character education, nyadran tradition PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

i

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KARAKTER

KEBANGSAAN SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Heribertus Dany Cahyo Widodo NIM: 121134197

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

ii


(5)

iii


(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus yang selalu memberkatiku dalam setiap langkah. 2. Kedua orang tua tercinta Babe Henricus Sumbodo dan Mama

Lucia Siti Budi A. yang selalu memberikan doa dan dukungan. 3. Budheku tercinta Budhe Sul yang selalu memberiku semangat

dan dukungan tak henti-hentinya.

4. Kedua kakak tercinta Fransiscus Ageng W. dan Fransisca Siwi yang selalu memberi semangat.

5. Semua teman-temanku kelas A, B, C, kelompok payung buku cerita anak yang telah berjuang bersama-sama.

6. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 8. Pembaca skripsi ini.


(7)

v MOTTO

Selalu jadi diri sendiri tidak peduli apa yang mereka katakan dan jangan pernah menjadi orang lain meskipun mereka tampak lebih baik

(SBI)

Selalu berterima kasih kepada-Nya atas segala yang Ia berikan kepadaku dalam setiap langkah

(Dany)

Bekerjalah bagaikan tak butuh uang. Mencintailah bagaikan tak pernah disakiti. Menarilah bagaikan tak seorang pun sedang menonton

(Martin Luther King)


(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Maret 2016 Penulis

Heribertus Dany Cahyo Widodo PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Heribertus Dany Cahyo Widodo Nomor Mahasiswa : 121134197

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KARAKTER

KEBANGSAAN

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal: 31 Maret 2016 Yang menyatakan,

Heribertus Dany Cahyo Widodo


(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE BUKU CERITA ANAK TENTANG TRADISI NYADRAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN KARAKTER

KEBANGSAAN

Heribertus Dany Cahyo Widodo Universitas Sanata Dharma

2016

Skripsi ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari tradisi nyadran. Potensi pada tradisi nyadran yaitu adanya nilai-nilai karakter kebangsaan di dalam 3 acara utama yaitu besik, kendurenan, bakdan. Masalah yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara kepada 4 anak menunjukan bahwa mereka belum memahami tradisi nyadran. Wawancara tersebut diperkuat oleh hasil angket dari 23 anak usia 9-10 tahun: 78% anak tidak memhami tradisi nyadran, 43% anak tidak mengetahui acara terakhir dalam upacara nyadran adalah bakdan. dan 87% anak membutuhkan buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran. Peneliti terdorong mengembangkan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan agar anak dalam memahami tradisi nyadran.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (R&D) dengan menggunakan enam langkah menurut Sugiyono yang meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk. Produk berupa prototipe buku cerita bergambar

“nyadran”. Prototipe divalidasi oleh ahli psikologi dan sejarah. Skor rata-rata yang didapatkan adalah 91,25 sehingga sangat layak untuk diujicobakan.

Ujicoba dilakukan peneliti di SD N Jatisarono-Kulonprogo, kepada 23 anak (9-10 tahun). Dari hasil refleksi anak setelah diujicoba, peneliti mendapatkan data bahwa: 100% anak memahami tujuan nyadran serta mengetahui upacara terakhir dalam upacar nyadran adalah bakdan. Dengan demikian prototipe buku cerita bergambar tersebut membantu anak mengerti arti tradisi nyadran yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter kebangsaan yaitu nilai gotong royong, bekerjasama, berdoa, dan silahturahmi.

Kata kunci: pengembangan, buku cerita, pendidikan karakter, tradisi nyadran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(11)

ix ABSTRACT

PROTOTYPE DEVELOPMENT OF CHILDREN STORY BOOK OF TRADITION NYADRAN CHARACTER EDUCATION IN THE CONTEXT

OF NATIONALITY Heribertus Dany Cahyo Widodo

Universitas Sanata Dharma 2016

This thesis is the result of research and development of traditions nyadran. The potential at nyadran tradition that is the value of nationality character that contained in 3 main ways, besik, kendurenan, and bakdan. Problem that researcher got from interview to 4 children, show that they did not understand the meaning of nyadran tradition. The interview supported with result of quisioner from 23 children aged 9-10 years: 78% of children did not understand nyadran tradition, 43% of children did not know the last event in a ceremony nyadran is bakdan, and 87% of children in needed of a picture story book about nyadran tradition. Researchers are encouraged to develop a prototype of a children's book nyadran tradition in the context of national character education to help children understand nyadran tradition.

This research is a research and development (R & D) by using a six-step according Sugiyono which includes: (1) the potentials and problems, (2) data collection, (3) the design of the product, (4) design validation, (5) design revisions, and (6) the trial product. Prototype story book entitled "Nyadran" is validated by expert psychologists and history. An average scores obtained is 91.25 so it is worth to be tested.

This prototype was tested in SD N Jatisarono-Kulonprogo, to 23 children (aged 9-10 years). From the result of reflection after the trial, researcher have shown that: 100% of the children have understood the purpose nyadran, and know the last event in a ceremony nyadran is bakdan. Thus prototype story book help children understand nyadran tradition and the values of national character education that is mutual cooperation, work together, pray, and silahturahmi . Keyword: Development, Story book, Character education, nyadran tradition


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (TYME), karena atas berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak Tentang Tradisi Nyadran dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I dan Wahyu Wida Sari, S.Si., M. Biotech., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

5. SD Negeri Jatisarono yang sudah mengijinkan peneliti mengambil data analisis kebutuhan dan uji coba produk.

6. Validator instrumen pra-penelitian serta validator produk. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(13)

xi

7. Keluarga tercinta Babe Henricus Sumbodo dan Mama Lucia Siti Budi A. yang selalu memberikan doa.

8. Teman-teman Club Montessori (Dewi, Desti, Angel, Bayu, Adi, Dea, Suster, Oki, Pipit, Siska) yang menerima aku selalu dengan tangan terbuka dan dengan segala kekuranganku.

9. Teman-teman tercinta Ibnu, Husen, Cahyo, Andre, Yayan, Bayu, Mas Khodam yang selalu bersamaku dikala senang maupun susah dan memberikanku semangat tanpa hentinya.

10.Teman-teman penelitian fokus studi grup Jawa (Renny, Ambar, Nike, Mba Laras, Andro, Hayu, Tyas, Vinta, Dian, Wahyu), yang sama-sama berjuang serta saling memberikan semangat dan masukan.

11. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 31 Maret 2016 Peneliti

Heribertus Dany Cahyo Widodo PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ...ix

PRA KATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Rumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Pentlitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Spesifikasi Produk ... 6

1.6Definisi Opeasional ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ...………...……....8

2.1 Kajian Pustaka ... ……… 8

2.1.1 Tradisi Jawa ... 8

2.1.1.1 Pengertian Tradisi Jawa atau Upacara Adat Jawa ... 8

2.1.1.2 Macam-Macam Tradisi Jawa ... 9

2.1.1.3 Tradisi nyadran ... 11

2.1.1.3.1 Tata Cara ... 13

2.1.1.3.2 Nilai-Nilai nyadran ... 14

2.1.2 Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 15

2.1.2.1Pendidikan ... 15

2.1.2.2Arti Karakter ... 15

2.1.2.3Karakter Kebangsaan ... 16

2.1.2.4 Pendidikan Karakter Kebangsaan... 17

2.1.3Buku Cerita Anak ... 19

2.1.3.1Hakekat Buku Cerita Anak ... 19

2.1.3.2Tujuan Buku Cerita Anak ... 19

2.1.3.3Macam-macam Bentuk Buku Cerita ... 20

2.1.4 Media Gambar ... 21

2.1.4.1Pengertian Media ... 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(15)

xiii

2.1.4.2Arti Media Gambar ... 22

2.1.5 Anak Usia 9-10 tahun ... 22

2.1.5.1Psikologi Perkembangan Anak ... 22

2.1.5.2 Tugas Perkembangan Anak Usia 9-10 ... 23

2.2 Penelitian yang Relevan ... 27

2.3 Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ………...…... 33

3.1Jenis Penelitian …. ... 33

3.2Setting Penelitian …. ... 34

3.2.1 Tempat penelitian ... 34

3.2.2 Subjek Penelitian ... 34

3.2.3 Objek Penelitian ... 34

3.2.4Waktu Penelitian ... 34

3.3 Prosedur Pengembangan ... 35

3.3.1 Potensi dan Masalah ... 36

3.3.2 Pengumpulan Data ... 37

3.3.3 Desain Produk ... 37

3.3.4 Validasi Desain ... 37

3.3.5 Revisi Desain ... 38

3.3.6 Uji Coba Produk ... 38

3.4 Uji Validasi Produk ... 38

3.5 Instrumen Penelitian ... 39

3.5.1 Kisi-Kisi Lembar Wawancara ... 39

3.5.2 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner Pra Penelitian ... 39

3.5.3 Instrumen Validasi Produk ... 42

3.5.4 Instrumen Uji Coba ... 43

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.7 Teknik Analisis Data ... 46

3.7.1 Data Kualitatif ... 46

3.7.2 Data Kuantitatif ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Hasil Penelitian ... 49

4.1.1 Langkah-langkah Pengembangan Prototipe Buku Cerita Tradisi Nyadran dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan ... 49

4.1.1.1 Potensi dan Masalah ... 49

4.1.1.2 Pengumpulan Data... 50

4.1.1.3 Desain Produk ... 53

4.1.1.4 Validasi Desain ... 57

4.1.1.5 Revisi Desain ... 59

4.1.1.6 Uji Coba Produk ... 63

4.2 Pembahasan ... 66

4.3 Kelebihan dan Kekurangan Produk ... 71 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(16)

xiv

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Keterbatasan ... 73

5.3 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 78

RIWAYAT PENELITIAN ... 105 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(17)

xv

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1.1 Skema Penelitian yang Relevan ... 31 Bagan 3.3.1 Langkah-langkah R & D D menurut Sugiyono (2012) ... 35 Bagan 3.3.2 Prosedur Prototipe Pengembangan Buku Cerita Tradisi nyadran 36


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi Wawancara ... 39

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Kuesioner Pra Penelitian ... 40

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Kuesioner Pra Penelitian ... 40

Tabel 4. Instrumen Kuesioner Pernyataan Pra-Penelitian untuk Anak…..… 41

Tabel 5. Instrumen Validasi Produk ... 42

Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Uji Coba ... 43

Tabel 7. Instrumen Uji Coba ... 45

Tabel 8. Skala Linkert ... 47

Tabel 9. Skala Linkert Modifikasi ... 48

Tabel 10. Data Presentase Kuesioner Pra Penelitian untuk Anak... 51

Tabel 11. Hasil Validasi Prototipe Ahli Psikologi ... 58

Tabel 12. Hasil Validasi Prototipe Ahli Sejarah ... 58

Tabel 13. Hasil Rekapitulasi Refleksi Anak ... 65 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sketsa Awal ... 53

Gambar 2. Urutan Isi Prototipe Buku Cerita Tradisi nyadran ... 53

Gambar 3. Revisi Tahap satu ... 59

Gambar 4. Revisi Tahap dua ... 62

Gambar 5. Kegiatan Uji Coba Produk di SD N Jatisarono ... 65

Gambar 6. Salah Satu Refleksi Anak ... 68

Gambar 7. Hasil Refleksi Gambar Siswa... 70 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Analisis Kebutuhan SD N Jatisarono ... 77

Lampiran 2. Surat Ijin Uji Coba Prototipe di SD N Jatisarono ... 78

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian dari SD N Jatisarono ... 79

Lampiran 4. Hasil Analisis Data Kuesioner Pra Penelitian ... 80

Lampiran 5. Hasil Analisis Instrumen Uji Coba Prototipe ... 81

Lampiran 6. Refleksi Anak dalam Pemahaman ... 82 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk, dan definisi operasional.

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Bangsa Indonesia merupakan bangsa kesatuan yang memiliki berbagai tradisi di dalamnya, salah satunya adalah tradisi Jawa. Tradisi Jawa adalah sebuah hasil budaya yang diciptakan dan dilaksanakan sebagai pewarisan nilai-nilai oleh masyarakat Jawa secara bersama-sama untuk mensyukuri karunia Tuhan dan memohon keselamatan, kesejahteraan serta hasil yang lebih baik dalam kehidupan. Sunjata (2013:73) berpendapat bahwa upacara adat Jawa merupakan salah satu hasil budaya Jawa yang sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya, karena upacara adat merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya, dengan dilestarikannya suatu tradisi, maka generasi penerus bisa mengetahui warisan budaya luhur. Terdapat berbagai macam tradisi yang ada di Jawa diantaranya adalah, ruwatan, sedekah laut, sedekah bumi, nglarung, nyadran dan masih banyak lagi.

Peneliti mempersempit pembahasan dalam upaya mempertajam pembahasan, oleh karena itu peneliti memilih tradisi nyadran untuk dibahas lebih mendalam. Tradisi nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan puasa (Herwati, 2010: 25). Pada dasarnya nyadran atau sadranan merupakan bukti kesadaran manusia terhadap adanya kehidupan dan kematian. Bagi


(22)

2

masyarakat Jawa, menghormati arwah leluhur mereka yang sudah meninggal sangat dijunjung tinggi, karena itulah upacara ini memiliki tujuan untuk menghormati dan mendoakan leluhur yang telah meninggal. Terdapat tiga acara utama dalam tradisi ini, yaitu Besik, Kendurenan, dan Bakdan. Tradisi nyadran mengandung nilai-nilai luhur dalam pelaksanaannya. Diantaranya, nilai gotong royong, nilai kebersamaan dan nilai Ketuhanan. Nilai kebersamaan dan gotong royong dapat dilihat dari kagiatan-kegiatan tradisi nyadran, masyarakat secara bersama-sama bergotong royong membersihkan area makam. Nilai ke-Tuhanan terlihat ketika kegiatan berdoa yang dilakukan pada saat acara membersihkan makam selesai dan saat sebelum dan sesudah Kendurenan. Sedangkan nilai kebersamaan terlihat saat seluruh warga berkumpul di area makam untuk menyantap makanan yang dibawa dari rumah secara bersama-sama dan saat acara silahturahmi berlangsung. Apabila dilihat dari karakter kebangsaan yang terdapat dalam Pancasila, maka tradisi nyadran mengandung nilai-nilai dalam tiga sila yaitu, sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan yang adil dan beradab, dan sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia.

Peneliti juga melihat bahwa tradisi nyadran juga mengandung nilai-nilai pendidikan karakter kebangsaan. Pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna pembangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang khas–baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan


(23)

3

empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa (Pemerintah Republik Indonesia, 2010: 28).

Olah hati merupakan kegiatan bertakwa kepada Tuhan, hal tersebut ditunjukkan dengan memohon pengampunan dosa agar arwah leluhur ditempatkan di sisi Allah dalam kegiatan berdoa. Olah pikir ditunjukan dengan berpikir kritis, hal tersebut ditunjukkan ketika warga melaksanakan tata langkah upacara nyadran dalam upaya menghormati leluhur serta saudara yang sudah meninggal dan proses membuat makanan dalam mempersiapkan kendurenan. Olah raga/kinestetika merupakan kegiatan aktifitas fisik, hal itu terlihat saat kegiatan membersihkan makam (Besik), masyarakat bergotong royong dan saling kooperatif. Olah rasa ditunjukan saat bekerjasama dalam membersihkan lingkungan makam (Besik) dan mengandung nilai saling menghargai dan menghormati orang yang lebih tua dengan bersilahturahmi (Bakdan)

Upacara tradisi nyadran memiliki nilai-nilai luhur yang mengandung pendidikan karakter kebangsaan, namun banyak anak-anak dewasa ini yang belum mengetahui ataupun memahami tradisi nyadran. Dari hasil wawancara kepada empat orang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar, tiga anak pertama yang diwawancarai peneliti tidak tahu sama sekali mengenai upacara nyadran. Sedangkan satu anak lainnya hanya mengetahui upacara nyadran adalah acara untuk membersihkan makam. Peneliti memperkuat data dengan membagikan kuesioner di SD N Jatisarono pada anak usia 9-10 tahun yang berjumlah 23 anak. Pada tanggal 26 November 2015. Hasil dari kuesioner yang telah dikerjakan oleh anak, menunjukkan bahwa 78% anak tidak memhami tradisi


(24)

4

nyadran, 39% anak belum mengetahui adanya acara menabur bunga dan berdoa di makam yang sudah dibersihkan pada tradisi nyadran, 43% anak tidak mengetahui acara terakhir dalam upacara nyadran adalah bakdan. dan 87% anak membutuhkan buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran.

Berdasarkan data tersebut peneliti terdorong untuk membuat prototipe buku cerita bergambar anak mengenai nyadran. Peneliti memilih buku cerita bergambar sebagai media anak karena cerita dan gambar adalah cara yang efektif untuk memberikan pemahaman kepada anak pada tahap operasional konkrit dalam perkembangan anak oleh Jean Piaget. Pendapat peneliti diperkuat oleh Nur‟aini (2010:12) yang menyatakan bahwa “alam pikir anak adalah gambar”. Dengan perkataan lain, „bahasa alam pikir anak adalah bahasa gambar‟. Semua informasi yang dia terima, akan dia pikirkan di alam pikirannya dalam bentuk konkret, bentuk yang sesuai dengan pemikirannya sendiri. Atas dasar itulah peneliti melakukan penelitian pengembangan berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang nyadran dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan”. Prototipe yang nantinya dihasilkan berbentuk buku cerita berjudul “nyadran” yang terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, 15 gambar yang berisi tiga kegiatan utama tradisi nyadran (besik, kendurenan, bakdan), Glosarium, daftar pustaka, dan biografi penulis.


(25)

5

1.2RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, peneliti fokus terhadap rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana langkah-langkah pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam membangun karakter kebangsaan anak? 1.2.2 Bagaimana kualitas prototipe buku cerita dalam membangun karakter

kebangsaan anak? 1.3TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1.3.1 Menjelaskan langkah-langkah pengembangan prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran dalam membangun karakter kebangsaan anak. 1.3.2 Mendeskripsikan kualitas prototipe buku cerita anak tentang tradisi nyadran

dalam membangun karakter kebangsaan anak yang dapat membantu anak memahami tradisi nyadran dalam konteks pendidikan karakter.

1.4MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Bagi anak

Anak dapat memahami makna tradisi nyadran dalam pendidikan karakter. 1.4.2 Bagi peneliti

Membantu pemahaman peneliti untuk melakukan penelitian pengembangan dan membuat produk dalam upaya pelestarian tradisi nyadran.


(26)

6

1.4.3 Bagi masyarakat Jawa

Masyarakat Jawa tetap melaksanakan tradisi nyadran sebab baik untuk terus dilakukan dan memiliki sumber informasi tambahan mengenai upacara nyadran.

1.5 SPESIFIKASI PRODUK

Spesifikasi produk yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1.5.2 Produk berupa buku cerita berjudul nyadran.

1.5.3 Buku cerita terdiri dari cover, Kata pengantar, daftar isi, 15 gambar yang berisi tiga kegiatan utama tradisi nyadran (besik, kendurenan, bakdan), pertanyaan refleksi, acuan penggunaan buku di kelas, Glosarium, daftar pustaka, dan biografi penulis

1.5.4 Kata pengantar dalam prototipe berisi penjelasan tentang tahapan tradisi nyadran yang terdiri dari tiga kegiatan utama (besik, kendurenan, bakdan).

1.5.5 Setiap kegiatan dalam tradisi nyadran megandung nilai karakter kebangsaan yaitu besik (olah rasa dan olah raga), Kendurenan (olah raga, olah rasa, olah pikir, dan olah hati), bakdan (olah rasa).

1.5.6 Adanya refleksi di akhir buku untuk menggali pemahaman anak setelah membaca buku cerita tersebut.

1.6 DEFINISI OPERASIONAL

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(27)

7

1.6.1 Prototipe

Suatu karya tulis yang dijadikan buku sebagai panduan yang belum diproduksi secara masal.

1.6.2 Buku cerita anak

Sebuah buku yang berisi cerita dan gambar-gambar yang menarik bagi anak.

1.6.3 Nyadran

Nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah menjadi tradisi masyarakat jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan puasa dan bertujuan menghormati dan mendoakan leluhur yang telah meninggal

1.6.4 Anak usia 9-10 tahun

Anak dalam tahap operasional konkret, dalam tahap ini anak lebih menggunakan penalaran yang logis.

1.6.5 Karakter Kebangsaan

Sifat-sifat khas yang dimiliki oleh setiap orang untuk menjalani kehidupannya dan sifak khas yang berlandaskan Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI

.


(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

2.1 KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka yang yang digunakan peneliti meliputi tradisi Jawa, pendidikan karakter kebangsaan, buku cerita anak, anak usia 9-10 tahun.

2.1.1 Tradisi Jawa

Tradisi Jawa akan menjelaskan tentang pengertian tradisi jawa atau upacara adat, macam-macam tradisi jawa atau upacara adat, tradisi nyadran, tata cara nyadran, nilai-nilai nyadran.

2.1.1.1 Pengertian Tradisi Jawa atau Upacara Adat

Sunjata (2013:73) berpendapat bahwa upacara adat Jawa merupakan salah satu hasil budaya Jawa yang sampai saat ini masih dipertahankan keberadaannya, karena upacara adat merupakan kegiatan pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya, dengan dilestarikannya suatu tradisi, maka generasi penerus bisa mengetahui warisan budaya luhur. Sunjata (2013:76) juga berpendapat bahwa upacara adat bagi masyarakat pendukungnya merupakan sarana untuk mensyukuri karunia Tuhan dan sarana permohonan keselamatan, kesejahteraan, dan hasil yang lebih baik untuk masa yang akan datang.


(29)

9

Sejalan dengan pendapat Sunjata, Soepanto (dalam Sunjata, 2013:76) berpendapat bahwa upacara adat Jawa merupakan suatu bentuk kegiatan sosial yang melibatkan warga masyarakat di Jawa dengan tujuan untuk mencari keselamatan secara bersama-sama. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa upacara adat Jawa adalah sebuah hasil budaya yang diciptakan dan dilaksanakan sebagai pewarisan nilai-nilai oleh masyarat Jawa secara bersama-sama untuk mensyukuri atas karunia Tuhan dan permohonan keselamatan, kesejahteraan serta hasil yang lebih baik dalam kehidupan.

2.1.1.2 Macam-macam Tradisi Jawa atau Upacara Adat

Tradisi Jawa ada berbagai macam, berikut ada beberapa tradisi jawa dalam konteks upacara adat:

1. Nyadran

Sadranan atau nyadran berasal dari kata sadran. Sadranan adalah rangkaian kegiatan adat yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa dan biasa dilaksanakan pada bulan Ruwah menjelang bulan puasa. Tradisi Sadranan dilaksanakan oleh masyarakat Jawa sebagai penghormatan terhadap arwah leluhur (Herawati, 2013: 25)

2. Ruwatan

Subalidinata (dalam Sulistyobudi 2013:4) berpendapat bahwa Istilah ruwatan dalam cerita Jawa, menurut Mpu Darmaja dalam Sumaradahana, berasal darti kata ruwat, ruwuwat, atau mengruwat yang artinya membuat tak kuasa, menghapus kutukan, kemalangan dan lain-lain dan terbatas dari hal-hal yang tidak baik (membebaskan). Objek yang diruwat atau dibebaskan,


(30)

10

menurut kitab Kuncaranarna dan apa yang disebut dalam Kandhang Ringgit Purwa adalah papa (kesengsaraan), mala (noda), rimang (kesedihan atau kesusahan), kalengka (kejahatan), wirangrewang (kebingungan atau kekusutan).

3. Sedekah Laut

Buku berjudul Upacara adat Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, tulisan Hartono, dkk. (dalam Sunjata 2010:78), berpendapat bahwa upacara adat sedekah laut dilaksanakan untuk menurunkan sedekah pada sang penguasa laut dalam hal ini Ratu Kidul/ Nyai Roro Kidul, agar nelayan diberi keselamatan dan mendapatkan hasil yang banyak.

4. Sedekah Bumi

Sujarno (2010: 129) mengatakan bahwa sedekah bumi adalah ucapan syukur kepada bumi yang telah memberikan berbagai macam fasilitas dimana manusia itu tinggal. Oleh karena tradisi sedekah bumi dirasa memiliki manfaat atau makna bagi masyarakat, maka akan selalu diturunkan atau diwariskan kepada generasi berikutnya.

5. Wiwit (Methik)

Tradisi wiwit disebut juga dengan upacara mboyong mbok Sri, yaitu perilaku untuk memuliakan mbok Sri atau Dewi Padi. Upacara tersebut dilakukan oleh penduduk pedesaan, khususnya yang melakukan pekerjaan sebagai petani. Petani melakukan hal itu karena merupakan kelanjutan, menyusul setelah panenan pertama (methik) (Gatut Saksono: 2012:78).


(31)

11

6. Nglarung

Tradisi nglarung merupakan salah satu kegiatan budaya yang sampai sekarang masih diselenggarakan oleh masyarakat pendukungnya khususnya di daerah Bantul. Tradisi tersebut pada umumnya dilakukan satu tahun sekali pada bulan Sura (Sunjata, 2013:75). Tujuan pelaksanaan upacara tersebut sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang telah dilimpahkan berupa melimpahnya hasil tangkapan ikan, di samping bentuk persembahan kepada penguasa laut selatan, Kanjeng Ratu Kidul (Sunjata, 2013: 117).

Budaya Jawa dalam konteks upacara adat memiliki jumlah yang banyak di Indonesia, bentuk dan caranya pun berbeda-beda. Dalam penelitian ini, peneliti hanya terfokus kepada upacara adat nyadran.

2.1.1.3 Tradisi Nyadran

Upacara tradisi nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan puasa (Harwati, 2010: 25). Nyadran berasal dari Bahasa Sansekerta “sraddha” yang artinya keyakinan, ada pula Nyadran dari kata kerja dalam Bahasa Jawa, (Sadran = Ruwah, Syakban) yang juga dimaknai dengan Sudra (orang awam) menyudra berarti berkumpul dengan orang awam yang mengingatkan kita akan hakekat bahwa manusia pada dasarnya sama, disisi lain juga ada yang mengatakan bahwa nyadran berasal dari kata Sodrun yang berarti Dada atau Hati, tentunya asal istilah tersebut telah mengisyaratkan tujuan dari terbentuknya tradisi ini. adapun perubahan pengucapannya mungkin


(32)

12

dikarenakan lidah orang jawa yang cenderung Medhok yang menjadikan istilah-istilah tersebut berubah menjadi Nyadran (Za Bhie, http://zainbie.com/tradisi-nyadran-masyarakat-islam-jawa/, 6 Mei 2016).

Tradisi ini dilakukan pada tanggal 15 Ruwah (pembukaan Nyadran), 17 Ruwah (Sadranan Pitulasan), 21 Ruwah (Sadranan Slikuran), 23 Ruwah (Sadranan Telulikuran), dan 25 Ruwah (Sadranan Penutup/Sadranan Slawean). Tradisi Sadranan dilaksanakan oleh masyarakat Jawa sebagai penghormatan terhadap arwah leluhur (Herawati, 2013: 25). Adapun tujuan nyadran adalah mengingatkan pada kematian, hidup hanya mampir minum, dan kuburan adalah rumah masa depan kita yang sesungguhnya (nilai berempati dan nilai ketuhanan), menggambarkan betapa penting kita belajar untuk akrab dengan kematian (nilai reflektif) dan juga bisa menyehatkan jiwa dan kesadaran kita (nilai kesehatan) karena adanya kekuatan psikologis untuk meneguhkan kembali jati diri dan identitas kita sebagai manusia (nilai kemanusiaan) (Prasetyo, 2010: 6).

Pada dasarnya nyadran atau sadranan merupakan bukti kesadaran manusia terhadap adanya kehidupan dan kematian. Bagi masyarakat Jawa, menghormati arwah leluhur mereka yang sudah meninggal sangat dijunjung tinggi. Sadranan sebagai sarana pengingat yang masih hidup , bahwa mereka nanti juga akan juga mengalami kehidupan baru setelah kematian. Oleh karena itu, kita harus selalu mendoakan arwah leluhur yang sudah lebih dahulu berada di alam yang berbeda.


(33)

13

2.1.1.3.1 Tata Cara

Tata cara yang sesuai dengan langkah tradisi nyadran yang ada di daerah Kulonprogo. Tradisi nyadran diawali dengan acara besik, yaitu kegiatan membersihkan makam dengan sapu, cangkul, atau dengan alat yang lain.. Kegiatan dilanjutkan dengan menabur bunga dan berdoa. Acara selanjutnya adalah kendurenan, merupakan acara bertukar makanan yang dibawa dari rumah masing-masing dan berdoa secara bersama-sama. Acara terakhir dalam upacara nyadran adalah bakdan. Bakdan yaitu acara bersilahturahmi yang dilakukan anak muda kepada orang tua (Herawati, 2010: 26-27). Tata langkah upacara nyadran tersebut haruslah dilakukan secara runtut sebagaimestinya karena itu sudah merupakan adat secara turun-temurun dan dipercaya oleh masyarakat jawa.

2.1.1.3.2 Nilai-nilai nyadran

Tradisi nyadran memiliki nilai-nilai baik yang terkandung didalamnya. Tradisi Nyadran diawali dengan acara besik, yaitu kegiatan membersihkan makam dengan sapu, cangkul, atau dengan alat yang lain. Kegiatan ini termasuk olah raga karena mengandung nilai bersih, gotong royong dan kooperatif dalam kegiatan, sedangkan termasuk dalam olah rasa karena mengandung nilai kebersamaan dalam menjalankannya (olah rasa dan olah raga). Kegiatan dilanjutkan dengan menabur bunga dan berdoa. Kegiatan ini termasuk dalam olah hati karena mengandung nilai bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui kegiatan berdoa (olah hati).

Acara selanjutnya adalah Kendurenan, merupakan acara bertukar makanan yang dibawa dari rumah masing-masing dan berdoa secara bersama-sama.


(34)

14

Kegiatan ini termasuk dalam olah raga karena mengandung nilai tangguh dalam menyiapkan makanan yang akan dibawa dan juga mengandung nilai kreatif dalam menyiapkan makanan tersebut yang termasuk dalam olah pikir. Sedangkan olah hati tercermin dalam kegiatan berdoa dan olah rasa timbul dalam nilai kebersamaan yang terjadi didalamnya (olah raga, olah rasa, olah pikir, dan olah hati). Acara terakhir dalam upacara nyadran adalah bakdan. Bakdan yaitu acara bersilahturahmi yang dilakukan anak muda kepada orang tua. Kegiatan ini termasuk dalam olah rasa karena mengandung nilai saling menghargai dan hormat kepada orang yang lebih tua (olah rasa). Berbagai kegiatan pelaksanaan tradisi nyadran ternyata mengandung berbagai olah pembentuk karakter yang sesuai dengan karakter kebangsaan (Olah hati, olah piker, olah rasa dan karsa).

Penanaman karakter kebangsaan yang memiliki khas baik dituangkan dalam runtutan yang baik pula, yaitu dimulai dari olah hati, olah pikir, olah raga dan olah rasa. Olah hati merupakan kegiatan bertakwa kepada Tuhan, hal tersebut ditunjukkan dengan memohon pengampunan dosa agar arwah leluhur ditempatkan di sisi Allah dalam kegiatan berdoa. Olah pikir ditunjukan dengan berpikir kritis, hal tersebut ditunjukkan ketika warga melaksanakan tata langkah upacara nyadran dalam upaya menghormati leluhur serta saudara yang sudah meninggal dan proses membuat makanan dalam mempersiapkan kendurenan. Olah raga/kinestetika merupakan kegiatan yang mengandung aktifitas fisik, hal itu terlihat saat kegiatan membersihkan makam (besik), masyarakat bergotong royong dan saling kooperatif. Olah rasa ditunjukan saat bekerja sama dalam membersihkan lingkungan makam (besik) dan mengandung nilai saling menghargai dan hormat kepada orang yang lebih tua dengan bersilahturahmi (bakdan).


(35)

15

2.1.2 Pendidikan Karakter Kebangsaan 2.1.2.1. Pendidikan

Ahmad D. (dalam Kurniawan, 2013: 26) merumuskan pendidikan sebagai bimbingan atau didikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun rohan, menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Ahmad Tafsir (dalam Kurniawan, 2013: 26) mendefinisikan pendidikan sebagai pengembangan pribadi (mencakup pada olah diri, lingkungan, dan orang lain) dalam semua aspeknya (Jasmani dan rohani).

Ki Hajar Dewantara seperti dikutip Abu Ahmadi dan Nur Ukhbiyati (dalam Kurniawan, 2013: 27) mendefinisikan pendidikan sebagai tuntunan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka kelak menjadi manusia dan anggota masyarakat yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sejalan dengan pendapat ahli diatas, H. Mangun Budianto (dalam Kurniawan, 2013: 27) mengartikan pendidikan adalah upaya mempersiapkan dan menumbuhkan anak didik atau individu manusia yang prosesnya berlangsung secara terus menerus sejak lahir sampai ia meninggal dunia. Berdasarkan berbagai pendapat ahli di atas, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa pendidikan adalah upaya pengembangan potensi diri untuk membentuk kepribadian.

2.1.2.2. Arti Karakter

Kamus Bahasa Indonesia (dalam Listyarti, 2012: 8) karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; watak; tabiat. Lebih dalam asal usul karakter, S. M. Dumandi


(36)

16

(dalam Adisusilo, 2012: 76) mengatakan bahwa watak atau karakter berasal dari kata Yunani “Charassein”, yang berarti barang atau alat untuk menggores, yang dikemudian hari dipahami sebagai stempel/cap, sifat-sifat yang melekat pada seseorang. Ahli pendidikan nilai Darmiyati Zuchdi (dalam Adisusilo, 2012: 28) memaknai watak (karakter) sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebijakan, dan kematangan moral seseorang. Sedangkan karakter secara koheren menurut Pemerintah Republik Indonesia (2010:07) yaitu memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan

Lurens Bagas (dalam Kurniawan, 2013: 28) mendefinisikan karakter sebagai nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang mencakup perilaku, kebiasan, kesukaan, ketidak sukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pikiran. Sedangkan Suyanto (dalam Kurniawan, 2013: 28) mendefinisikan karakter sebagai cara berfikir dan perilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Peneliti memperoleh kesimpulan bahwa karakter merupakan sifat-sifat khas setiap orang untuk menjalani kehidupannya dan sifak khas itulah yang membedakannya dari orang yang lainnya.

2.1.2.3. Karakter Kebangsaan

Pengertian karakter bangsa menurut Pemerintah Republik Indonesia (2010: 07) adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang


(37)

17

tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indonesia yang khas baik yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI. Peneliti menyimpulkan bahwa karakterkebangsaan adalah sifat-sifat khas yang dimiliki oleh setiap orang untuk menjalani kehidupannya dan sifak khas yang berlandaskan Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadap NKRI.

2.1.2.4. Pendidikan Karakter Kebangsaan

Suyanto (dalam Kurniawan, 2013: 31) merumuskan pendidikan karakter sebagai pendidikan budipekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Sementara itu, Agus Wibowo (dalam Kurniawan, 2013: 31) mendefinisikan karakter sebagai pendidikan yang menanamkan yang mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka memiliki karakter luhur tersebut, menerapkan dan mempraktikan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara.

Berdasarkan totalitas psikologis dan sosio kultural pendidikan karakter (dalam Listyarti, 2012: 8) dapat dikelompokkan menjadi olah hati, olah pikir, olah rasa/ karsa, dan olah raga. Diperkuat oleh Pemerintah Republik Indonesia (2010: 28)


(38)

18

dalam karakter bangsa, mengartikan pendidikan karakter kebangsaan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan peserta didik guna pembangun karakter pribadi dan/atau kelompok yang khas – baik yang tercermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara sebagai hasil keterpaduan empat bagian yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa. Yang pertama adalah olah hati, berkenaan dengan perasaan sikap dan keyakinan/ keimanan. Kedua olah pikir, berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Pernyataan ini diperkuat oleh Iskandar (2009: 86-87) kemampaun berpikir merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep (conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis) atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan.

Ketiga olah raga, berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas. Serta yang keempat adalah olah rasa dan karsa, berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tercernin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan. Pendidikan karakter kebangsaan adalah Upaya membentuk keperibadian atas empat keterpaduan (olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa) yang terarah dalam kegiatan berbangsa dan bernegara.


(39)

19

2.1.3 Buku Cerita Anak

2.1.3.1 Hakekat Buku Cerita Anak

Kurniawan (2013:18) mengungkapkan cerita anak adalah cerita yang ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak. Jika cerita adalah pengalaman sehari-hari, maka pengalaman itu harus ditulis dengan menggunakan sudut pandang anak. Jika cerita adalah gambaran sehari-hari, maka gambaran kehidupan itu harus ditulis dengan sudut pandang anak. Sejalan dengan peneliti di atas Hardjana (2006:02-03), mendefinisikan bahwa cerita anak adalah cerita yang ditujukan untuk anak-anak, dan bukan cerita tentang anak. Dalam buku cerita anak yang menjadi tokoh tidak harus terdiri dari anak, melainkan apa saja atau siapa saja dapat dijadikan tokoh/ pelaku dalam sebuah cerita tersebut. Orang tua, kakek, nenek, pak guru, mahasiswa, anak remaja, binatang, bahkan peri atau makhluk halus boleh menjadi tokoh cerita.

Dari kedua pengertian menurut ahli, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa buku cerita anak merupakan cerita yang ditujukan untuk anak-anak dan menggunakan sudut pandang anak, serta menggunakan apa saja atau siapa saja yang menjadi tokoh cerita.

2.1.3.2 Tujuan Buku Cerita

Buku cerita anak dibuat oleh penulis tentunya memiliki tujuan yang berguna bagi anak-anak. Berikut ini merupakan tujuan dari buku cerita anak diantaranya adalah (a) dengan buku cerita dapat membuat anak menjadi terinspirasi, (b) membantu anak dalam perkembangan apresiasi kultural, (c) memperluas pengetahuan anak, (d) menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak,


(40)

20

(e) mengembangkan imajinasi anak, dan (d) dapat memotivasi anak untuk lebih banyak menggali literatur (Raines & Isbell, 2002:vii). Sependapat dengan ahli diatas, berikut ini merupakan tujuan dari buku cerita anak diantaranya adalah (Raines & Isbell, 2002:vii): buku cerita dapat membuat anak menjadi terinspirasi, membantu anak dalam perkembangan apresiasi kultural, memperluas pengetahuan anak, menimbulkan kesenangan tersendiri bagi anak, mengembangkan imajinasi anak, dapat memotivasi anak untuk lebih banyak menggali literatur.

Dari kedua ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari buku cerita adalah dapat memberikan motivasi, menambah wawasan dan mengembangkan imajinasi anak.

2.1.3.3 Macam-macam Bentuk Buku Cerita

Tarigan (dalam Hardjana, 2006: 4) menjelaskan bahwa mengarang buku cerita anak dapat menggunakan bentuk atau wadah: cerita pendek, novelet dan novel. Dalam ilmu kesusastraan ketiga bentuk cerita tadi disebut fiksi. Kata fiksi yang dalam bahasa Inggris dinamakan fiction diturunkan dari bahasa latin fictio yang berarti: membentuk, membuat, mengadakan, menciptakan. Tarigan (dalam Hardjana 2006:5) dapat dikatakan bahwa fiksi itu realitas , sedangkan non fiksi aktualitas. Aktualitas adalah apa yang benar terjadi. Realitas adalah apa-apa yang dapa-apat terjadi, tetapi belum tentu terjadi. Cerita fiksi adalah cerita yang dibentuk, cerita yang dibuat, cerita yang diadakan atau yang diciptakan. Itulah sebabnya cerita fiksi juga disebut sebagai cerita rekaan. Selain fiksi ada juga cerita


(41)

21

non fiksi, kalau fiksi berdasar khayalan atau tidak nyata sedangkan non fiksi merupakan nyata.

Menurut Hardjana (2006:5) mengungkapkan perbedaan utama antara fiksi dengan nonfiksi terletak dalam tujuan. Maksud dan tujuan narasi nonfiksi adalah untuk menciptakan kembali sesuatu yang telah terjadi secara aktual. Karena itu dengan kata lain dapat dikatakan sebagai Narasi nonfiksi mulai dengan mengatakan: karena semua ini fakta, maka beginilah yang harus terjadi sedangkan narasi fiksi mulai dengan mengatakan: seandainya semua ini fakta, maka beginilah yang akan terjadi.

2.1.4 Media Gambar 2.1.4.1 Pengertian Media

Criticos dalam Daryanto (2011:4) mengatakan media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Namun jika dilihat dari asal-usulnya, Munadi (2008: 6) menyatakan bahwa kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni medius (tengah atau perantara). Perantara yang berarti yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya.

Smaldino, dkk (2011: 7) mengatakan bahwa media merupakan sarana komunikasi yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah penerima. Dari pendapat ahli diatas peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa media merupakan sarana komunikasi sebagai penjelas suatu informasi.


(42)

22

2.1.4.2 Arti Media Gambar

Media gambar memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Sebelum menjadi sebuah gambar pastilah melalui proses menggambar, menurut Sumanto (2005:5) menggambar merupakan suatu perbuatan seseorang dalam usahanya untuk mengungkapkan buah pikiran, sehingga bermakna visual pada suatu bidang dan hasilnya disebut gambar. Selain penting dalam proses belajar media gambar juga dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Gambar dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan dengan isi materi pelajaran dengan dunia nyata (Sari, 2010:27).

Pendapat yang sama dipaparkan oleh Nur‟aini (2010:12) menyatakan bahwa “alam pikir anak adalah gambar”. Dengan perkataan lain, „bahasa alam pikir anak adalah bahasa gambar‟. Semua informasi yang dia terima, akan dia pikirkan di alam pikirannya dalam bentuk konkret, bentuk yang sesuai dengan pemikirannya sendiri. Dari berbagai pendapat ahli diatas, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa media gambar merupakan sebuah ilustrasi bagi anak untuk mendapatkan informasi secara konkret.

2.1.5 Anak Usia 9-10 tahun

2.1.5.1 Psikologi Perkembangan Anak

Piaget (dalam Suparno, 2001: 24) mengelompokan tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap: sensorimotor, tahap praoperasi, tahap operasi konkret, tahap operasi formal.


(43)

23

Empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget: (1) tahap sensorimotor (0-2 tahun), dalam tahap ini bayi membangun pemahaman mengenai dunianya dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris dengan tindakan fisik dan motorik. (2) tahap pra-operasional (2-7 tahun), dalam tahap ini anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar. (3) tahap operasional konkrit (7-11 tahun), tahap ini anak-anak dapat melakukan operasi yang melibatkan objek-objek dan juga dapat bernalar secara logis dan diterapkan dengan contoh-contoh yang konkret. (4) tahap operasional formal (11-15 tahun), dalam tahap ini individu melampaui pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.

Piaget (dalam Pitajeng, 2006:27), perkembangan kognitif siswa SD masih dalam tahap operasional konkret karena siswa SD berada di kisaran umur 7-11 tahun. Pada tahap operasional konkret siswa mampu berpikir logis melalui objek-objek konkrit, dan merupakan permulaan berpikir rasional. Kegiatan belajar dan berpikir anak pada tahap operasional konkrit sebagian besar melalui pengalaman nyata yang berawal dari proses interaksi dengan objek dan bukan dengan lambang, gagasan maupun abstraksi. Peneliti lebih terfokus pada anak usia 9-10 tahun, yang berarti menurut teori Piaget anak umur tersebut masuk dalam tahap operasional konkrit.

2.1.5.2Tugas Perkembangan Anak Usia 9-10 tahun

Lusi Nuryanti (2008:50-51) mengemukakan berdasarkan teori Havighurst tentang tugas perkembangan, Hurlock (dalam Lusi Nuryanti, 2008: 50-51) menyusun daftar beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh


(44)

24

anak-anak pada akhir masa anak. Tugas perkembangan menurut Hurlock adalah sebagai berikut: (1) mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum dilakukan anak-anak; (2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai individu yang sedang tumbuh; (3) belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman sebaya; (4) mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita secara tepat; (5) mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung; (6) mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari; (7) mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai; (8) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga di lingkungan hidupnya; (9) mencapai kebebasan pribadi.

Tidak berbeda jauh dengan daftar dari Hurlock, Collins juga mengemukakan tugas perkembangan tahap kanak-kanak lanjut.

Tugas Perkembangan Menurut Collins berupa: Pertama, Aspek fisik yaitu Meningkatkan kekuatan dan koordinasi otot yaitu meningkatkan kemampuan beberapa aktivitas dan tugas fisik. Kedua, aspek kognisi yaitu pada taraf operasional konkret, berfokus pada kejadian „saat ini‟, menambah pengetahuan dan keterampilan baru, mengembangkan perasaan mampu (self efficacy). Ketiga, aspek sosial yaitu (a) mencapai bentuk relasi yang tepat dengan keluarga, teman, dan lingkungan; (b) mempertahankan harga diri yang sudah dicapai; (c) mampu mengkompromikan antara tuntutan individualitasnya dengan tuntutan konformitas, dan (d) mencapai identitas diri yang memadai atau adekuat.


(45)

25

Menurut Santrock (2011:18) masa kanak-kanak pertengahan dan akhir adalah periode perkembangan yang berlangsung antara usia 6 hingga 11 tahun, kurang lebih bersamaan dengan masa sekolah dasar. Pada periode ini, anak-anak belajar menguasai keterampilan-keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan aritmatika. Secara formal, anak dihadapkan pada dunia yang lebih luas beserta kebudayaannya. Prestasi menjadi sebuah tema yang lebih sentral dalam dunia anak, bersamaan dengan itu, kendali-diri juga meningkat.

Sedangkan menurut Yusuf (2009:69) anak usia 9-10 tahun masuk dalam kategori tahap perkembangan anak usia 6-12 tahun sebagai berikut: Pertama, belajar memperoleh ketrampilan fisik untuk melakukan permainan. Melalui pertumbuhan fisik dan otak, anak belajar dan berlari semakin stabil, makin mantap dan cepat. Kedua, belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis. Hakikat tugas ini ialah (1) mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kebersihan, kesehatan dan keselematan diri; (2) mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuh) secara positif.

Ketiga, belajar bergaul dengan teman-teman sebaya. Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru serta teman-teman sebayanya. Pergaulan anak di sekolah atau teman sebayanya mungkin diwarnai perasaan senang, karena secara kebetulan temannya berbudi baik, tetapi mungkin juga diwarnai perasaan tidak senang karena teman sepermainannya suka mengganggu atau nakal. Keempat, belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. Apabila anak sudah masuk sekolah, perbedaan jenis kelamin akan


(46)

26

semakin tampak. Dari segi permainan umpamanya akan tampak bahwa anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainan yang khas laki-laki, seperti main bola, kelereng, dan layang-layang. Kelima, belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Salah satu sebab masa usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Untuk dapat hidup dalam masyarakat yang berbudaya, paling sedikit anak harus tamat sekolah dasar (SD), karena dari sekolah dasar anak sudah memperoleh ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Keenam,belajar mengembangkan konsep sehari-hari. Apabila kita telah melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium, dan mengalami, tinggalah suatu ingatan pada kita. Ingatan mengenai pengamatan yang telah lalu itu disebut konsep (tanggapan). Semakin bertambah pengetahuan, semakin bertambah pula konsep yang diperoleh. Tugas sekolah yaitu menanamkan konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep itu meliputi kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat-istiadat dan sebagainya. Untuk mengembangkan tugas perkembangan anak ini, maka guru dalam mendidik/mengajar di sekolah sebaiknya memberikan bimbingan kepada anak untuk: (1) Banyak melihat, mendengar, dan mengalami sebanyak-banyaknya tentang sesuatu yang bermanfaat untuk peningkatan ilmu dan kehidupan bermasyarakat. (2) Banyak membaca buku-buku media cetak lainnya. Semakin dipahami konsep-konsep tersebut, semakin mudah untuk memperbincangkannya dan semakin mudah pula bagi anak untuk mempergunakannya pada waktu berpikir.


(47)

27

Ketujuh, mengembangkan kata hati. Hakikat tugas ini adalah mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan penghargaan terhadap peraturan agama (moral) disertai dengan perasaan senang untuk melakukan atau tidak melakukannya. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan masalah benar-salah, boleh-tidak boleh, seperti jujur itu baik, bohong itu buruk, dan sebagainya. Kedelapan, belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi. Hakikat tugas ini ialah untuk dapat menjadi orang yang berdiri sendiri dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orangtua dan orang lain. Kesembilan, mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga. Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tenggang rasa, mau bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang lain dan menghargai hak orang lain.

2.2 PENELITIAN YANG RELEVAN

Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu: penelitian pertama berjudul berjudul “Pengembangan Buku Cerita Bergambar Berbasis Konservasi Lingkungan untuk Pembelajaran Membaca Siswa SD Kelas Rendah”, yang ditulis oleh Pramika Wardhani (2012). Tujuan dari penelitian tersebut adalah menghasilkan buku cerita bergambar untuk membangkitkan rasa gemar membaca dan untukmengenalkan nilai-nilai konservasi lingkungan.


(48)

28

Penelitian kedua “Tradisi Nyadran di Dusun Pokoh, Desa Ngijo,

Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar”, yang ditulis oleh Nurul Hidayah (2009). Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui fungsi dari tradisi nyadran. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa upacara nyadran memenuhi kebutuhan sosial masyarakat yaitu tolong-menolong dan melestarikan tradisi leluhur.

Penelitian ketiga berjudul “Tradisi Ziarah Makam Leluhur Pada Masyarakat Jawa”, yang ditulis oleh Tuti Mumfangati (2007) dalam sebuah jurnal. Tujuan dari jurnal tersebut adalah mengetahui berbagai maksud masyarakat melaksanakannya. Jurnal ini menghasilkan kesimpulan bahwa ziarah makam memberikan dampak mengingatkan adanya kematian setelah kehidupan dan mencari ketenangan, mencari rezeki, keberuntungan dsb sesuai charisma tokoh yang dimakamkan.

Berdasarkan ketiga tujuan penelitian yang terdahulu, peneliti mengetahui bahwa pengembangan buku cerita bergambar ini masih relevan untuk diteliti. Peneliti berharap prototipe buku cerita bergambar nyadran yang dihasilkan dapat memberikan fasilitas untuk membangun pemahaman anak tentang tradisi nyadran yang berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan.


(49)

29

Apabila dibuat dalam bentuk skema, konsepnya sebagai berikut:

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Bangsa Indonesia merupakan bangsa kesatuan yang memiliki berbagai tradisi di dalamnya, salah satunya adalah tradisi Jawa. Tradisi Jawa adalah sebuah hasil budaya yang diciptakan dan dilaksanakan sebagai pewarisan nilai-nilai oleh masyarat jawa secara bersama-sama untuk mensyukuri atas karunia Tuhan dan permohonan keselamatan, kesejahteraan serta hasil yang lebih baik dalam kehidupan. Salah satu tradisi Jawa tersebut adalah upacara nyadran. Tradisi “Tradisi Ziarah Makam

Leluhur Pada Masyarakat Jawa”, “Pengembangan Buku Cerita

Bergambar Berbasis Konservasi Lingkungan

untuk Pembelajaran Membaca Siswa SD Kelas

Rendah”

Menghasilkan buku cerita bergambar untuk membangkitkan rasa gemar membaca dan untukmengenalkan nilai-nilai konservasi lingkungan. Ziarah makam memberikan dampak mengingatkan adanya kematian setelah kehidupan dan mencari

ketenangan, mencari rezeki, keberuntungan

dsb sesuai charisma tokoh yang dimakamkan.

Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Nyadran dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan

Penelitian I Pramika Wardhani (2012) Penelitian III Tuti Mumfangati (2007) Penelitian II Nurul Hidayah (2009)

“Tradisi Nyadran di Dusun Pokoh, Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten

Karanganyar”,

Upacara nyadran memenuhi kebutuhan sosial masyarakat yaitu

tolong-menolong dan melestarikan tradisi

leluhur.

Bagan 2.2.1 Skema Penelitian yang Relevan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(50)

30

nyadran mengandung nilai-nilai luhur dalam pelaksanaannya. Diantaranya, nilai gotong royong, nilai kebersamaan dan nilai ketuhanan. Tidak hanya itu, banyak dari nilai-nilai pendidikan karakter yang juga terkandung dalam tradisi nyadran tersebut. Namun sayang sekali, dewasa ini anak-anak kurang tahu apa itu upacara nyadran. Dibuktikan dari hasil wawancara dan kuesioner yang disebarkan di SD.

Sangat disayangkan jika anak-anak melewatkan kesempatan untuk mengetahui upacara nyadran yang banyak mengandung nilai baik didalamnya. Hal tersebut mendorong peneliti untuk menyusun prototipe buku berjudul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Anak tentang Nyadran dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan”. Peneliti menyusun prototipe berupa buku cerita anak berjudul Nyadran yang terdiri dari cover, kata pengantar untuk membantu anak agar mudah memahami isi kesuluruhan dari buku, daftar isi, isi buku dengan limabelas gambar dengan cerita sederhana. Cerita sederhana tersebut memuat makna dan rangkaian kegiatan tradisi nyadran, serta menonjolkan nilai-nilai yang berkaitan dengan pendidikan karakter kebangsaan. Tidak hanya itu, prototipe juga berisi daftar pustaka yang berkaitan dengan tradisi nyadran dan pendidikan karakter kebangsaan, serta biografi penulis.


(51)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab III ini menguraikan tentang jenis penelitian, setting penelitian, prosedur pengembangan, uji validasi produk, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

3.1JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) atau sering di singkat dengan R & D dalam penyebutannya. Sugiyono (2010: 407) berpendapat bahwa Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tertentu. Pendapat yang sejalan juga diungkapkan oleh Sukmadinata (2007:164) bahwa penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk lama. Berdasarkan dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Research and Development adalah jenis penelitian yang menghasilkan atau mengembangkan suatu produk dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang menghasilkan atau mengembangkan suatu produk. Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan prototype buku cerita bergambar mengenai budaya upacara nyadran untuk melestarikan salah satu budaya jawa yaitu upacara nyadran dan menumbuhkan karakter kebangsaan pada anak usia 9-10 tahun di sekolah dasar.


(52)

34

3.2SETTING PENELITIAN

Setting penelitian ini akan membahas tentang tempat penelitian, subjek penelitian, objek penelitian dan waktu penelitian.

3.2.1 Tempat Penelitian

Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data awal di daerah Kulon Progo, Yogyakarta. Penelitian untuk analisis kebutuhan anak dilaksanakan di SD Negeri Jatisarono tepatnya di Karang, Jatisarono, Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta. Uji coba produk dilaksanakan di SD N Jatisarono yang beralamat di Karang, Jatisarono, Nanggulan, Kulonprogo, Yogyakarta

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek uji penelitian yang akan diteliti adalah anak usia 9-10 tahun. 3.2.3 Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah prototipe pengembangan buku cerita anak tentang tradisi nyadran untuk anak usia 9-10 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

3.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini membutuhkan waktu selama delapan bulan. Terhitung mulai dari bulan Juni 2015 sampai bulan Januari 2016


(53)

35

3.3PROSEDUR PENGEMBANGAN

Prosedur penelitian ini menggunakan tahapan penelitian Research and Development (R&D) menurut Sugiyono (2010: 409). Penelitian ini memiliki 10 langkah. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

Bagan 3.3.1 Langkah-langkah Metode Research and Development (Sugiyono, 2012:298)

Tahapan langkah pengembagan Sugiono dimulai dari (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain (6) Ujicoba Produk, (7) Revisi Produk, (8) Ujicoba Pemakaian, (9) Revisi Produk, (10) Produksi Masal.

Penelitian ini hanya menggunakan 6 langkah pada tahapan pengembangan Sugiono dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga. Peneliti menggunakan 6 langkah antara lain: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Desain, (5) Revisi Desain (6) Ujicoba Produk. Hasil final berupa adalah prototipe buku cerita bergambar mengenai budaya upacara nyadran yang mencerminkan karakter kebangsaan pada anak usia 9-11 tahun di sekolah dasar yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Potensi dan Masalah Pengumpulan data Desain Produk Validasi Desain Revisi Desain Ujicoba Produk Revisi Produk Ujicoba Pemakaian Revisi Produk Produksi Masal


(54)

36

Bagan 3.3.2 Prosedur Prototipe Pengembangan Buku Cerita Anak tentang Tradisi nyadran dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan 3.3.1 Potensi dan Masalah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh potensi dan masalah yang ditemukan oleh peneliti melalui analisis kebutuhan anak di Yogyakarta. Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara membagikan lembar kuesioner yang berisikan berbagai pernyataan dalam upaya mengetahuan anak mengenai upacara nyadran di sekolah. Pembagian lembar kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui apakah anak usia 9-10 tahun membutuhkan sebuah buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran dalam meningkatkan pengembangan karakter kebangsaan. Maka buku

Tahap II Pengumpulan Data Tahap III Desain Produk Tahap IV Validasi Desain Tahap V Revisi Desain  Wawancara

 Pembagian Lembar Kuesioner Pra

Penelitian

Menentukan Gambar Tradisi nyadran

Membuat draft cerita

 Membuat Sketsa

 Konsultasi & Revisi

 Merancang Prototipe Buku Cerita  Validasi oleh ahli

 Revisi Prototipe Buku Cerita Bergambar berdasarkan saran ahli psikologi dan sejarah

Tahap VI

Ujicoba Produk  Ujicoba produk di SD Negeri Jatisarono Tahap I

Potensi dan Masalah

 Analisis Kebutuhan Anak

 Potensi: Tradisi nyadran memiliki nilai karakter kebangsaan

 Masalah: anak kurang mengetahui 


(55)

37

cerita bergambar tentang tradisi nyadran ini disusun dan dikembangkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan konteks pendidikan karakter kebangsaan.

3.3.2 Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, peneliti lakukan dengan membagikan lembar kuesioner atau angket kepada anak di SD Negeri Jatisarono Kecamatan Kulonprogo. Pengumpulan data ini dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengetahui bentuk perencanaan buku cerita bergambar yang akan dibuat sehingga produk yang dihasilkan dapat membantu pemahaman anak-anak di SD Negeri Jatisarono Kecamatan Kulonprogo terhadap tradisi nyadran.

3.3.3 Desain Produk

Desain produk berupa prototipe buku cerita bergambar mengenai tradisi nyadran yang berisi berbagai ilustrasi gambar dan cerita mengenai berbagai tahapan upacara tradisi nyadran yaitu: Besik, menabur bunga dan berdoa, Kendurenan, Bakdan. Peneliti merancang dan menyusun prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran agar gambar-gambar yang terkandung di dalam buku tersebut dapat meningkatkan pemahaman anak terhadap tradisi nyadran. Peneliti mendesain prototipe buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran untuk anak 9-10 tahun dalam konteks pendidikan karakter kebangsaan.

3.3.4 Validasi Desain

Langkah keempat peneliti melakukan validasi desain terhadap produk yang sudah dibuat kepada para ahli. Produk divalidasi oleh 2 dosen yaitu Drs. Heribertus Hery Santosa, M.Hum. dan Kintan Limiasih, M. Pd.. Validasi desain


(56)

38

ini bertujuan untuk memperoleh kritik dan saran yang disertai penilaian terhadap produk yang akan dikembangkan sebagai uji kelayakan. Kritik dan saran yang didapat akan diolah oleh peneliti untuk diketahui kekurangan dan kelebihan produk yang akan dikembangkan, serta penentuan bagian-bagian yang perlu diperbaiki.

3.3.5 Revisi Desain

Revisi desain dilakukan setelah mendapatkan kritik dan saran dari para pakar. Hasil kritik dan saran dari para pakar menjadi landasan bagi peneliti dalam memperbaiki kekurangan dari produk buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran menjadi lebih baik dan mudah dipahami oleh anak-anak usia 9-10 tahun. 3.3.6 Ujicoba Produk

Ujicoba produk dilakukan setelah prototipe telah direvisi dan siap untuk diujicobakan. Pada langkah ini, ujicoba dilakukan terhadap siswa kelas 4 (usia 9-10 tahun) yang berjumlah 23 siswa di SD Negeri Jatisarono. Ujicoba ini bertujuan untuk mengetahui apakah buku cerita bergambar tentang tradisi nyadran ini benar - benar layak dan mempunyai kualitas yang baik untuk anak.

3.4UJI VALIDASI PRODUK

Kegiatan ujicoba produk ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data guna untuk mengetahui kualitas prototype buku bergambar tentang nyadran. Data yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnaka prototipe dalam penelitian ini. Ujicoba ini diupayakan untuk meningkatkan kualitas prototipe dan secara nyata telah diuji secara empiris. Ujicoba dilakukan setelah prototype sudah


(57)

39

divalidasi oleh 2 dosen ahli psikologi dan sejarah. Ujicoba lapangan dilakukan di SD Negeri Jatisarono kecamatan Kulonprogo.

3.5INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen yang dilakukan pada penelitian ini adalah lembar kuesioner pra-penelitian yang diberikan kepada 23 anak di SD Negeri Jatisarono pada tanggal 26 November 2015. Lembar kuesioner tersebut telah divalidasi oleh expert judgement (oleh ahli). Peneliti juga menyusun instrumen yang sama seperti istrumen pra-penelitian untuk validasi produk yang dikembangkan. Adapun kisi-kisi dan kuisioner yang digunakan pada pra-penelitian maupun sesudah uji coba adalah kisi-kisi dan kuesioner untuk anak.

3.5.1 Kisi-Kisi Lembar Wawancara

Lembar wawancara digunakan untuk pra penelitian. Lembar wawancar ini ditujukan pada anak dan orang tua. Berikut ini adalah kisi-kisinya

Tabel 1. Kisi-Kisi Wawancara No Kisi-kisi

1 Apakah arti dari nyadran? 2 Apa tujuan dari nyadran

3 Apa saja yang harus dipersiapkan dalam tradisi nyadran

4 Siapa saja yang ikut melakukan tradisi nyadran

3.5.2 Kisi-Kisi Lembar Kuesioner Pra Penelitian

Lembar kuesioner ini digunakan untuk pra penelitian. Lembar kuesioner ini ditujukan untuk 23 anak yang berusia 9-10 tahun. Berikut ini adalah kisi-kisi lembar kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti.


(58)

40

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Kuesioner Pra Penelitian

No Aspek Nomor Item

1. Definisi nyadran 1 dan 2

2. Tujuan nyadran pada umumnya 3 dan 4

3. Kegiatan-kegiatan pada tradisi nyadran 5, 6, 7, dan 8

4. Upaya mengenalkan budaya Jawa menggunakan

buku cerita 9 dan 10

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Pra-Penelitian

No Aspek Nomor

Item Pernyataan

1. Definisi nyadran

1 dan 2 1. Upacara tradisi nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah menjelang bulan puasa. nyadran merupakan kegiatan ziarah ke makam para sanak saudara dan mendoakan mereka.

2. Nyadran merupakan kegiatan ziarah ke makam para sanak saudara dan mendoakan mereka.

2. Tujuan nyadran pada umumnya

3 dan 4 1. Tujuan dari tradisi uacara nyadran yaitu untuk mendoakan kakek, nenek, dan saudara yang telah meninggal. Tidak hanya itu, tujuan lainnya adalah menjalin persaudaraan yang baik dengan teman-teman dan keluarga yang masih hidup

2. Tradisi upacara nyadran mengingatkan kita untuk bersyukur atas hidup yang diberikan Tuhan dan juga supaya kita berfikir untuk menyehatkan jiwa dan kesadaran kita.

3. Kegiatan-kegiatan pada tradisi

5, 6, 7, dan 8

1. Tradisi nyadran diawali dengan acara Besik, yaitu kegiatan membersihkan makam dengan sapu, cangkul, atau dengan alat yang lain secara bersama-sama/gotong royong (olah raga dan olah rasa)


(59)

41

nyadran 2. Kegiatan dilanjutkan dengan menabur bunga dan berdoa (olah hati)

3. Acara selanjutnya adalah Kendurenan, merupakan acara bertukar makanan yang dibawa dari rumah masing-masing (saat dirumah memfikirkan dan menyiapkan makanan apa saja yang akan dibawa) dan berdoa secara bersama-sama. (olah fikir, olah hati, dan olah rasa)

4. Acara terakhir dalam upacara nyadran adalah Bakdan. Bakdan yaitu acara mengikat tali persaudaraan yang dilakukan anak muda kepada orang tua (olah rasa)

4. Upaya mengenalkan budaya Jawa buku cerita

9 dan 10 1. Perlu buku yang berisi penjelasan tentang nyadran.

2. Buku tentang nyadran sebaiknya berupa buku cerita bergambar.

Tabel 4. Instrumen Kuesioner Pernyataan Pra-Penelitian untuk Anak

No Pernyataan Ya Tidak

1. Upacara tradisi nyadran adalah rangkaian upacara adat yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa dan biasa dilakukan pada bulan Ruwah atau menjelang bulan puasa.

2. Nyadran merupakan kegiatan ziarah ke makam para sanak saudara dan mendoakan mereka.

3. Tujuan dari tradisi upacara nyadran yaitu untuk mendoakan kakek, nenek, dan saudara yang telah meninggal. Tidak hanya itu, tujuan lainnya adalah menjalin persaudaraan yang baik dengan teman-teman dan keluarga yang masih hidup

4. Tradisi upacara nyadran mengingatkan kita untuk bersyukur atas hidup yang diberikan Tuhan dan juga supaya kita berfikir untuk menyehatkan jiwa dan kesadaran kita.

5. Tradisi upacara nyadran diawali dengan acara Besik, yaitu kegiatan membersihkan makam


(60)

42

dengan sapu, cangkul, atau dengan alat yang lain secara bersama-sama/gotong royong.

6. Setelah acara besik selesai, dilanjutkan dengan acara menabur bunga dan berdoa di makam yang sudah dibersihkan.

7. Setelah selesai menabur bunga dan berdoa, dilanjutkan dengan acara Kendurenan. Kendurenan adalah acara bertukar makanan yang dibawa dari rumah masing-masing dan berdoa secara bersama-sama.

8. Acara terakhir dalam upacara nyadran adalah Bakdan. Bakdan yaitu acara menjalin persaudaraan yang dilakukan anak muda kepada orang tua.

9. Saya perlu buku yang berisi penjelasan tentang tradisi upacara nyadran.

10. Buku tentang tadisi upacara nyadran sebaiknya berupa buku cerita bergambar.

3.5.3 Instrumen Validasi Produk

Peneliti menyusun instrumen validasi produk yang digunakan ahli untuk menilai kualitas produk buku cerita dan mewarnai tentang tradisi nyadran.

Tabel 5. Instrumen Validasi Produk No Item yang dinilai

Skor

Saran 1 2 4 5

1. Bahasa

a. Bahasa sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar. b. Susunan kalimat dapat dipahami

oleh anak-anak. 2. Format penulisan


(61)

43

a. Sesuai dengan kaidah penulisan buku cerita.

b. Menggunakan kepustakaan yang sesuai dengan teori kebudayaan Jawa yaitu nyadran yang diintegrasikan dengan pendidikan karakter kebangsaan.

3. Isi

a. Memuat cerita tentang salah satu tradisi Jawa.

b. Memuat nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam cerita tentang tradisi nyadran. c. Memuat gambar-gambar yang

berkaitan dengan alur cerita tentang tradisi nyadran.

Total Skor

Skor Maksimal 35

3.5.4 Instrumen Uji Coba berupa Refleksi untuk Anak terhadap Pemahaman Tradisi nyadran melalui Buku Cerita

Peneliti menyusun instrumen uji coba untuk mengetahui pemahaman anak terhadap tradisi nyadran melalui buku cerita. Instrumen ini nantinya berupa refleksi yang diisi oleh anak setelah menggunakan produk buku cerita dan mewarnai tentang tradisi nyadran. Berikut ini adalah kisi-kisi penyususn instrumen setelah uji coba dan refleksi untuk anak.

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Uji Coba berupa Refleksi tehadap Pemahaman Tradisi nyadran dalam Buku Cerita

No. Aspek Indikator Pernyataan No. Pernyataan

1. Olah Hati

- Memohon pengampunan dosa agar arwah leluhur

- Tradisi

Nyadran dapat menjadi dorongan

2, 5, 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(62)

44 ditempatkan di sisi Allah - Mengandung nilai bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui kegiatan berdoa untuk mendoakan arwah leluhur, agar diampuni segala dosanya. - Berdoa disamping makam dan menaburkan bunga di makam. - Berdoa bersama sebelum menyantap makanan dalam upacara kendurenan.

2. Olah Pikir

- Melaksanakan tata langkah upacara nyadran dalam upaya menghormati dan mendoakan leluhur serta saudara yang sudah meninggal. (reflektif) - Tujuan nyadran untuk menghormati leluhur dan saudara yang sudah meninggal. 1

3. Olah Raga

- Mengandung aktifitas fisik dan kooperatif dalam kegiatan

membersihkan makam (Besik)

- Perlunya peran seluruh masyarakat untuk bersama-sama membersihkan area makam 3

4. Olah Rasa dan Karsa

- Saling bekerja sama dalam membersihkan lingkungan makam (Besik) - Mengandung nilai saling menghargai dan - Seluruh masyarakat bergotong royong untk membersihkan area makam - Seluruh masyarakat

4, 7, 8 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(1)

101 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

103 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

105

Lampiran 7. Dokumentasi Uji Coba Prototipe


(6)

BIOGRAFI PENELITI

Heribertus Dany Cahyo Widodo, lahir di Tangerang pada tanggal 20 Juni 1993. Peneliti menempuh pendidikan formal di SD Strada Santo Aloysius I pada tahun 2006, SMP Strada Santa Maria I pada tahun 2009, dan SMA Strada Santo Thomas Aquino pada tahun 2012. Pada Tahun 2012 peneliti melanjutkan studi S1 di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD Universitas sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjadi mahasiswa PGSD 2012, peneliti aktif mengikuti organisasi seperti: (1) Ketua Bidang Non Akademik Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (HMPS PGSD), (2) Anggota Montessori Club.

Peneliti juga mengikuti berbagai kepanitiaan seperti: (1) Koordinator Kursus Mahir Dasar Pramuka (KMD), (2) Pendamping Pelatihan Penggunaan SIA Mahasiswa, (3) Anggota Divisi P3K Parade Gamelan Anak 2013, (4) Koordinator Umum Parade Gamelan Anak 2014, (5) Anggota Perlengkapan Love Datting and Sex kerjasama lembaga LABC, (6) Sekertaris 2 Malam Kreatifitas PGSD 2013, (7) Stadium Generale, (8) Moderator Symposium On Biology Education 2015 Universitas Ahmad Dahlan, (9) Dokumentasi Diseminasi Magang IB, Cambridge, dan IPC. Tidak hanya itu peneliti pernah mengikuti berbagai lomba seperti: (1) Juara 1 Lomba Futsal PGSD (2012), (2) Juara 3 Musikalisasi Puisi (MK PGSD 2013), (3) Pemakalah Symposium On Biology Education 2015 Universitas Ahmad Dahlan.

Masa pendidikan peneliti di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Pengembangan Prototipe Buku Cerita Tradisi Nyadran dalam Konteks Pendidikan Karakter Kebangsaan”.