PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SE GUGUS BIMA TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

1

PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SE GUGUS BIMA

TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ciputra Try Laksono NIM 11108244043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

Kalaupun akhirnya aku harus menyerah, setidaknya aku pernah mati-matian tidak ingin kalah oleh keadaan.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya tercinta, Bapak Ngadikun dan Ibu Nurtilah terima kasih untuk seluruh doa, cinta, kasih sayang, semangat, serta senantiasa mengiringi perjalanan putranya selama ini.

2. Kedua kakak saya, Mbak Aulia Evi Susanti dan Mbak Bety Novia Ernawati terima kasih atas motivasinya selama ini.

3. Untuk Monalisa Fajar Astuti terima kasih telah menemani langkahku hingga dapat ku selesaikan studiku.

4. Almamater, Universitas Negeri Yogyakarta. 5. Agama, nusa dan bangsa.


(7)

vii

PENGARUH KINERJA GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SE GUGUS BIMA

TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh:

CIPUTRA TRY LAKSONO NIM 11108244043

ABSTRAK

Penelitian kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinerja guru terhadap prestasi belajar Matematika siswa SD Negeri kelas V se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah 135 siswa. Dan yang dijadikan sampel sejumlah 101 siswa. Teknik pengumpulan datanya menggunakan metode angket dan dokumentasi. Instrumen penelitian ini adalah angket. Angket diuji cobakan kepada siswa kelas V SD Durensari dan SD Pucungan dengan jumlah 33 siswa. Hasil uji validitas angket dengan menggunakan 22 item pernyataan diperoleh 2 item pernyataan dinyatanan gugur dan 20 item pernyataan dinyatakan valid, sedangkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan 20 item pernyataan yang dinyatakan valid diperoleh nilai rii = 0,835 > 0,344. Teknik analisis data mengguanakan analisis deskriptif dan uji hipotesis menggunakan analisis regresi yang didahului uji persyaratan analsis, yaitu uji normalitas dan linearitas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kinerja guru terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Negeri semester ganjil se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016 dengan nilai Fregresi = 21,998 dan nilai p-value = 0,000 < 0,05. Kinerja guru termasuk kategori tinggi sebanyak 33,66% atau 34 siswa dan tingkat prestasi belajar Matematika termasuk dalam kategori tinggi 29,7% atau 30 siswa. Kata kunci: kinerja, prestasi, Matematika


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian berjudul “Pengaruh Kinerja Guru Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Se Gugus Bima Tahun

Ajaran 2015/2016” ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaikan studi di Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sri Rochadi, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi.

5. Ibu Agung Hastomo, M.Pd., dosen pembimbing II yang telah memberikan dorongan, arahan, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi.

6. Bapak Dra. Mujinem, M.Hum., dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bekal ilmu.

8. Kepala Sekolah SD Negeri segugus Bima Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo yang telah memberikan izin untuk penelitian skripsi.

9. Guru kelas V SD Negeri segugus Bima Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo yang telah membantu dan bekerjasama dengan peneliti dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 10

1. Tinjauan tentang Kinerja Guru ... 10

a. Pengertian Kinerja Guru ... 10

b. Penilaian Kinerja Guru ... 13

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 17

d. Manfaat Penilaian Kinerja Guru ... 19

e. Indikator Penilaian Kinerja Guru ... 21

2. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 22 a. Pengertian Matematika ... 22


(11)

xi

b. Tujuan ... 24

c. Ruang Lingkup ... 24

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 25

e. Arah Pengembangan... 25

3. Tinjauan tentang Prestasi Belajar ... 26

a. Pengertian Prestasi Belajar ... 26

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 26

B. Kerangka Berpikir ... 30

C. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Jenis Penelitian ... 33

C. Variabel Penelitian ... 33

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 34

E. Populasi dan Sampel ... 37

F. Metode Pengumpulan Data ... 40

G. Instrumen Penelitian ... 41

H. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 41

I. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

1. Deskripsi Data ... 50

2. Uji Prasyarat Analisis ... 54

3. Uji Hipotesis ... 55

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

C. Keterbatasan Penelitian ... 59

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60


(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN ... 64


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Indikator Penilaian Kinerja Guru ... 21

Tabel 2. SK dan KD Matmatika Siswa Kelas V Semester II ... 25

Tabel 3. Distribusi Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016 ... 38

Tabel 4. Perhitungan Pengambilan Sampel ... 39

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 41

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru ... 51

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Matematika ... 53

Tabel 8. Ringkasan Uji Normalitas Variabel X dan Y ... 54

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Linieritas ... 55

Tabel 10. Hasil Uji Regresi ... 55


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Histogram Kinerja Guru ... 51 Gambar 2. Histogram Prestasi Belajar Matematika ... 53


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Instrumen Penelitian Uji Coba ... 65

Lampiran 2. Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba ... 68

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 71

Lampiran 4. Hasil Olah Data Penelitian ... 74

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian... 85


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal fundamental yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Dengan pendidikan, manusia akan terangkat derajat dan martabatnya. Pendidikan itu sendiri menjadi dasar penilaian bagi kemajuan bangsa dan negara, karena hal yang paling mendasar yang harus dihadapi negara adalah menyiapkan generasi penerus yang berpendidikan. Pendidikan dapat membantu memahami kondisi dunia saat ini dan dapat membantu memahami negara untuk menghadapi perubahan dunia. Tantangan globalisasi saat ini mengharuskan negara untuk terus mendidik dan mempersiapkan sumber daya manusianya. Dengan dilatar belakangi pendidikan maka negara siap untuk mendunia dan menghadapi tantangan globalisasi.

Pendidikan itu sendiri dapat dipandang dari berbagai bentuk, aspek, umur, setiap disiplin ilmu, juga dasar falsafahnya, akan tetapi yang terpenting adalah makna pengertian pendidikan yang tertuju pada upaya pengembangan sumber daya manusia. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


(17)

2

Tujuan Pendidikan tidak terbatas hanya pada pengembangan kecerdasan dan kemampuan manusia melainkan juga meliputi pengembangan kepribadian, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 2 yang berbunyi:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan adalah suatu usaha terencana untuk mewujudkan proses kegiatan belajar mengajar sehingga dapat mengembangkan potensi diri yang ada pada peserta didik yang diperlukan untuk kemajuan bangsa dan negara.

Prestasi belajar seperti UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester) mencerminkan bagaimana sebuah kualitas pendidikan. Jika prestasi belajarnya rendah maka rendah pula kualitas pendidikanya. Nilai UTS dan UAS dipandang sebagai gambaran tentang hasil pendidikan karena mudah diukur. Prestasi belajar menjadi tolak ukur keberhasilan siswa dalam belajar, karena memang mudah diukur. Seperti mata pelajaran lainnya, mata pelajaran matematika di SD se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo megukur keberhasilan selama proses belajar mengajar dengan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar ini diperoleh dari bagaimana hasil UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester).


(18)

3

Setelah melakukan pengukuran keberhasilan selama proses belajar mengajar tentulah akan didapati prestasi belajar dari masing-masing siswa. Terdapat siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang baik dan ada juga siswa yang mendapatkan prestasi belajar yang kurang baik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Sekolah Dasar (SD) dan beberapa siswa yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 November 2016 di SD Negeri Semawung yang merupakan bagian dari SD se-Gugus Bima Kecamatan Bagelen, diketahui bahwa prestasi belajar Matematika masih rendah. Berdasarkan nilai ulangan harian, terdapat 7 siswa atau 36,84% dinyatakan memiliki nilai di bawah KKM, sedangkan 12 siswa atau 63,16% dinyatakan memiliki nilai di atas KKM. Sedangkan nilai KKM mata pelajaran Matematika adalah sebesar 65.

Rendahnya prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa factor, diantanya adalah kinerja guru dalam mengajar. “Kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapau tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan,

pengalaman, dan kesungguhannya” (Jasmani dan Syaiful Mustofa, 2013:

159).

Berdasarkan pendapat diatas dapat dipahami bahwa kinerja guru menyangkut peran guru dalam menjalankan tugasnya melaksanakan proses belajar mengajar. Begitu pentingnya peran seorang guru untuk memenuhi


(19)

4

kebutuhan belajar siswa, sehingga alangkah baiknya jika terdapat hubungan sinergis anatara guru dengan siswa. Dalam menjalankan perannya guru harus bisa merencanakan metode yang tepat untuk menyampaikan materi, sehingga dalam pelaksanaannya siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran dan akhirnya hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja guru mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini bisa dilakukan dengan pembenahan kualitas kinerja guru, karena guru merupakan faktor terpenting dalam kesuksesan suatu proses belajar mengajar dan terciptanya pendidikan yang berkualitas serta bermutu.

Melihat pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Figur guru ini akan senantiasa menjadi sorotan ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diseleggarakan di sekolah. Kinerja guru mempengaruhi prestasi belajar, karena guru melaksanakan proses tersebut mulai dari perencanaan, pengelolaan dan penilaian hasil pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa SD Negeri Semawung pada tanggal 23 November 2016 menjelaskan bahwa beberapa siswa menyatakan bahwa guru belum maksimal dalam memperhatikan kegiatan belajar siswa, hal ini dikarenakan ketika guru menerangkan materi mata pelajaran Matematika beberapa siswa belum memahami tentang materi


(20)

5

yang diajarkan oleh guru tersebut, akan tetapi guru tetap meneruskan ke materi selanjutnya. Selain itu saat guru menerangkan tentang materi pelajaran yang diajarkan guru belum menggunakan alat peraga yang dapat digunakan untuk membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan. Dari hasil need assessment di kelas V SD Negeri Semawung, beberapa siswa mengatakan bahwa Matematika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan karena harus mempelajari materi yang berhubungan dengan angka dan hitung-hitungan. Sebagian siswa yang lain tidak menyukai pelajaran Matematika tanpa menyebutkan alasannya.

Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti

mengangkat permasalahan tersebut dengan judul “Pengaruh Kinerja Guru terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Semester Ganjil Tahun Ajaran 2015/2016 se-Gugus Bima Kecamatan Bagelen, Kabupaten

Purworejo”.

B. Identifikasi Masalah

Ada beberapa masalah di SD Kecamatan Bagelen Gugus Bima yang terkait dengan kinerja guru seperti yang telah dijelaskan di atas, yaitu tentang: 1. Prestasi belajar Matemetika siswa masih rendah. Berdasarkan nilai ulangan harian, terdapat 7 siswa atau 36,84% dinyatakan memiliki nilai di bawah KKM, sedangkan 12 siswa atau 63,16% dinyatakan memiliki nilai di atas KKM. Sedangkan nilai KKM mata pelajaran Matematika adalah sebesar 65.


(21)

6

2. Dari hasil need assesment di kelas V SD Negeri Semawung dapat diketahui bahwa beberapa siswa mengatakan bahwa Matematika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan karena harus belajar hitung-hitungan. Sebagian siswa yang lain tidak menyukai pelajaran Matematika tanpa menyebutkan alasannya.

3. Berdasarkan informasi dari siswa diketahui bahwa guru belum maksimal dalam memperhatikan kegiatan belajar siswa.

4. Guru belum menggunakan alat peraga yang dapat digunakan untuk membantu siswa untuk lebih memahami materi yang diajarkan oleh guru yang bersangkutan.

5. Belum diketahuinya pengaruh kinerja guru terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 se-Gugus Bima Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo.

C. Pembatasan Masalah

Pembahasan masalah terkait dengan bagaimana pengaruh kinerja guru terhadap prestasi belajar matematika. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana prestasi belajar siswa. Kinerja guru terdiri atas empat aspek penilaiain, yaitu aspek pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, namun dalam penelitian ini kinerja guru hanya dibatasi pada aspek pedagogik. Aspek pedagogik merupakan aspek yang dapat dilihat langsung oleh siswa saat guru melakukan pembelajaran. Untuk itu penelitian ini hanya difokuskan pada pengaruh kinerja guru terhadap prestasi belajar mata pelajaran matematika siswa kelas


(22)

7

V semester ganjil SD se-Gugus Bima Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun pelajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

“Apakah terdapat pengaruh antara kinerja guru terhadap prestasi belajar Matematika siswa SD Negeri Kelas V se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen,

Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kinerja guru terhadap prestasi belajar Matematika siswa SD Negeri kelas V se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini digunakan untuk mengembangkan keilmuan dalam kegiatan ilmiah, yaitu dengan meneliti pengaruh kinerja guru terhadap prestasi belajar Matematika siswa sekolah dasar. Penelitian ini dapat juga digunakan sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam penelitian lanjutan yang masih relevan di masa yang akan datang.


(23)

8 2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

Sebagai masukan untuk meningkatkan dan memperbaiki kinerja guru, sehingga dengan adanya peningkatan dan perbaikan ke arah yang lebih baik maka akan terjadi juga peningkatan dan perbaikan kualitas kinerja yang akan berimbas positif terhadap peningkatan dan perbaikan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

b. Bagi Sekolah

Sebagai masukan dalam upaya peningkatan dan perbaikan kinerja guru untuk meningkatkan dan memperbaiki prestasi belajar siswa.


(24)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teori

1. Tinjauan tentang Kinerja Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Istilah kinerja berasal dari kata job performace atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Menurut Mangkunegara (dalam Jasmani dan Mustofa,

2013:155), “kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. ”Bernandin & Russell (dalam Faustino, 2003: 136) memberi batasan mengenai ”kinerja sebagai catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu”.

“Kinerja merupakan terjemahan dari bahasaInggris, work performance atau job performance. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi kerja diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pegetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu” (Jasmani dan Mustofa, 2013:155). Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Hal ini sebagaimana pendapat Davis (dalam Jasmani dan Mustofa, 2013:155)


(25)

10

kemampuan (abality) dan faktor motivasi (motivation) atau degan kata

lain, “performance = abality + motivation”.

Seperti diketahui banyak orang yang mampu bekerja tetapi tidak mempunyai motivasi untuk melaksanakan sesuatu maka tidak menghasilkan kinerja. Demikian juga banyak orang yang termotivasi tetapi tidak mampu melaksanakan suatu pekerjaan maka juga tidak menghasilkan kinerja apa-apa. Kinerja dianggap sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan bekerja. Dengan kata lain kinerja merupakan prestasi kerja yang telah dilakukan.

“Pendapat lain mengatakan kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu” (Veithzal, 2005: 309). Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai kinerja kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam lembaga. Kinerja pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya lembaga untuk mencapai tujuannya

Prawirosentono (dalam Jasmani dan Mustofa, 2013:156)

menyatakan bahwa “Kinerja atau performance merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,


(26)

11

dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai denga moral maupun etika. Kinerja individu adalah dasar kinerja organisasi, dan untuk memaksimalkan kinerja individu, berhubungan dengan perilaku individu”.

Priyatna dan Sukamto (2013: xiii) menjelaskan bahwa “di Negara -negara maju, peranan seorang guru sudah memasuki era baru. Guru dituntut untuk lebih profesional. Salah satunya adalah dengan diberlakukannya sistem portofolio dan sertifikasi”. Berdasarkan teori tersebut, dapat dijelaskan bahwa guru dituntut untuk meningkatkan profesionalnya dalam mengajar dengan cara meningkatkan kapasitasnya, baik dari segi keilmuan dan sisi profesionalitasnya. Hal ini dilakukan unutk meningkatkan output yang berkualitas dengan bekal ilmu pengetahuan yang memadai.

“Guru profesional dituntut untuk memiliki penguasaan isi bidang

studi, pemahaman karakteristik peserta didik, melakonkan pembelajaran yang mendidik, serta potensi pengembangan profesionalisme dan

kepribadian” (Depdiknas, 2004 dalam Mulyasa, 2013:6). Berdasarkan teori

tersebut, dapat dijelaskan bahwa guru profesional harus berusaha meningkatkan kapasitasnya dalam mengajar, dengan memahami karakteristik perserta didik terlebih dahulu untuk menentukan kebutuhan dan permasalahan dalam belajar dan mengajar berdasarkan materi yang akan diajarkan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan perserta didik.


(27)

12

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhannya.

b. Penilaian Kinerja Guru

Penilaian kinerja merupakan suatu proses organisasi untuk menilai kinerja pegawainya. Tujuan dilakukannya penilaian kinerja secara umum adalah untuk memberikan umpan balik kepada pegawai dalam upaya memperbaiki kinerja dan meningkatkan poroduktivitas organisasi, khususnya yang berkaitan dengan kebijakan terhadap pegawai seperti untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan latihan. Vroom dalam Novita Sari (2004:36) menjelaskan bahwa “tingkat sejauh mana

keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut “level

of performance”.” Mathis dan Jacson dalam Rosidah (2001:7),

mengemukakan bahwa “penilaian kinerja (Performance Appraisal, PA) adalah proses evaluasi seberapa baik pegawai mengerjakan ketika dibandingkan dengan satu set standard dan kemudian mengkomunikasikannya dengan para guru lainnya.”

Biasanya orang yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak


(28)

13

mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif atau performance-nya rendah. Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh pemimpin. Walaupun demikian, pelaksanaan kinerja yang obyektif bukanlah tugas yang sederhana. Penilaian harus dihindarkan adanya “like

atau “dislike” dari penialian, agar obyektifitas penilaian ini penting, karena dapat digunakan untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia akan memberikan umpan balik kepada guru tentang kinerja para guru.

Penilaian kinerja disebut juga sebagai peniaian guru, evaluasi guru, tinjauan kerja, evaluasi kinerja dan penilaian hasil pedoman. Amstrong dalam Rosidah (2001: 13) menjelaskan bahwa penilaian kinerja terdiri atas beberapa hal sebagai berikut.

1) Ukuran dihubungkan dengan hasil

2) Hasil harus dapat dikontrol oleh pemilik pekerjaan 3) Ukuran obyektif dan observable

4) Ukuran dapat digunakan dimanapun

Penialaian kinerja guru pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan untuk membina dan mengembangkan guru profesional yang dilakukan dari guru, oleh guru dan untuk guru. Hal ini penting terutama untuk melakukan pemetaan terhadap kompetensi dan kinerja seluruh guru dalam berbagai jenjang dan jenis pendidikan. Hasil penilaian kinerja tersebut dapat digunakan oleh guru, kepala sekolah, dan pengawas untuk melakukan refleksi terkait dengan tugas dan fungsinya dalam rangka memberikan


(29)

14

layanan kepada masyarakat dan meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kinerja guru.

Untuk menilai kinerja guru, perlu tersedia data yang akurat mengenai sejumlah potensi yang dimiliki guru sehingga menghasilan data yang konsisten (terpercaya) dan dianggap benar agar dapat diukur (valid). Sistem penilaian yang terpercaya menghasilkan penilaian yang sama dalam menialai guru bahkan hanya pada saat melakukan penilaian, melainkan juga ketika tidak melakukan penilaian secara format, hasilnya akan sama karena prosedurnya sama dan terpercaya. Untuk itu, perlu ada kriteria dan standar kinerja (Jasmani dan Mustofa, 2013:156)

Kriteria kinerja harus dikaitkan dengan pekerjaan yang dengan mudah dilakukan analisis jabatan. Kontribusi guru terhadap madrasah kemudian dievaluasi berdasarkan kriteria tersebut dan mencapai hasil berdasarkan ketentuan dalam analisis pekerjaan. Chung dan Megginson (2003) (dalam Jasmani dan Mustofa, 2013:156) menjelaskan bahwa

“penilaian kinerja merupakan....a way of measuring the contributions of individuals their onganization”.

Penialaian kinerja menurut Nawawi (2005) adalah “usaha mengidentifikasi, mengukur (menialai) dan mengelola (manajemen) pekerjaan yang dilaksanakan oleh pekerja di lingkungan organisasi/perusahaan”. Dalam konteks pendidikan penilaian ini adalah mengidentifikasi dan mengukur hasil unjuk kerja yang telah dilakukan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar.

Penilaian kinerja terhadap guru sangat bermanfaat bagi dinamika perkembangan madrasah. Melalui penilaian tersebut, maka dapat diketahui kondisi riil guru dilihat dari kinerjanya yang telah dilakukan dalam kurun


(30)

15

waktu tertentu. Dengan demikian, data-data dari hasil kinerja tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, misalnya terkait dengan indentifikasi kebutuhan program madrasah, promosi, mutasi pegawai, sistem imbalan, dan lain sebagainya. Penilaian tidak dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari kesalahan, tetapi mendorong guru dalam pengertian yang konstruktif untuk mengembangkan diri menjadi lebih profesional yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan siswa. Hal ini menuntut perubahan perilaku dan kesediaan guru memeriksa diri secara berkelanjutan.

Penilaian terhadap kinerja guru merupakan suatu upaya untuk mengetahui kecakapan maksimal yang dimiliki oleh guru berkenaan dengan proses dan hasil pelaksanaan pekerjaannya. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja guru adalah berdasarkan SK Mendikbud Nomor 025/01/1995 tentang standar prestasi kerja yang mana di dalamnya dinyatakan bahwa: standar prestasi kerja guru adalah minimal wajib dilakukan guru dalam proses belajar dan mengajar atau bimbingan adalah sebagai berikut.

1) Penyusunan program belajar yang terdiri dari: a). Analisis Materi Pelajaran (AMP), b). Program Tahunan (Prota), c). Program Semester (Promes), d). Program Satuan Pelajaran (PSP), e). Rencana Pembelajaran (RP), f). Alat Evaluasi (AE), g). Program perbaikan dan pengayaan.


(31)

16

2) Pelaksanaan Program Pembelajaran yang meliputi: a). Pelaksanaan pembelajaran di kelas, b). Penggunaan strategi pembelajaran, c). Penggunaan media dan sumber belajar.

3) Pelaksanaan evaluasi yang meliputi: a). Evaluasi hasil belajar, b). Evaluasi pencapaian target kurikulum, dan c). Evaluasi daya serap.

4) Analisis evaluasi yang meliputi: a). Analisis ketuntasan belajar dan b). Analisis butir soal.

5) Pelaksanaan perbaikan dan pengayaan yang meliputi: a). Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan b). Pelaksaan pengayaan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kinerja guru akan dapat ditingkatkan dengan melakukan perencanaan program pembelajaran yang disusun secara sistematis, pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan program yang telah direncanakan, diadakan evaluasi pembelajaran dan dilaksanakan perbaikan dan pengayaan pembelajaran.

c. Faktor-fator yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Dalam sebuah organisasi atau madrasah setiap individu (guru) mempunyai karakter yang berbeda-beda, demikian pun dengan kinerjanya juga berbeda-beda. Kepala madrasah seyogianya memahami akan perbedaan-perbedaan tersebut dan mengupayakan agar kinerja guru dapat maksimal. Di sebagian besar organisasi khususnya madrasah, kineja


(32)

17

seseorang dalam hal ini guru merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan organisasi. Menurut Malthis dan Jackson (2006, dalam Jasmani dan Mustofa, 2013: 158), “ada tiga faktor yang memengaruhi kinerja seseorang, yaitu kemampuan, usaha yang dicurahkan, dukungan organisasi”.

Para pemimpin organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu guru dengan guru lainnya yang berada di bawah pengawasannya. Walaupun guru-guru bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas dalam proses belajar mengajar mereka tidaklah sama. Supadi dalam Hidayati (2008: 10) berpendapat bahwa banyak penyebab yang menjadikan guru tidak menghasilkan kinerja yang optimal. Adapun penyebabnya adalah sebagai berikut:

1) Guru tidak memahami kinerja yang diharapkan pimpinan. 2) Guru tidak memahami peran yang disandangnya.

3) Guru tidak mempunyai skill yang diperlukan untuk menghasilkan kinerja yang ditargetkan.

4) Guru tidak memiliki semangat untuk memfokuskan dan mendorong aktifitasnya dalam menghasilkan kinerja. Gibson, dalam Novita Sari (2001: 39) berpendapat, ada tiga variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja. Yaitu: 1) Variabel Individual, 2) Variabel Organisasional, 3) Variabel Psikologis dengan penjelasan sebagai berikut.

a) Variabel Individual merupakan kemampuan dan kerampilan dari setiap individual dalam bekerja. Variabel individu terdiri dari 1) kemampuan dan ketrampilan : mental dan fisik, 2) latar belakang : keluarga, tingkat sosial, pengajian, dan 3) demografis : umur, asal-usul, jenis kelamin.


(33)

18

b) Variabel organisasional merupakan kemampuan yang dilihat dari segi organisasi. Variabel organisasional terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan dasar pekerjaan. c) Variabel psikologis merupakan kemampuan yang berasal dari

kejiwaan individu guru. Variabel psikologis terdiri daripersepsi, map, kepribadian, belajar, dan motivasi.

Malthis dan Jackson (2001) (dalam Jasmani dan Mustofa, 2013: 158) menjelaskan bahwa faktor kemampuan berkaitan dengan bakat dan minat yang dimiliki seseorang. Faktor usaha yang dilakukan seseorang dipengaruhi oleh masalah sumber daya manusia, seperti motivasi, insentif, dan rancangan pekerjaan. Faktor dukungan organisasi meliputi pelatihan, peralatan yang disediakan, mengetahui tingkat harapan, dan keadaan tim yang produktif. Kinerja individu akan meningkat apabila ketiga komponen tersebut ada dalam dirinya. Akan tetapi, kinerja akan berkurang apabila salah satu komponen ini dikurangi atau tidak ada.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kinerja seseorang, yaitu kemampuan, usaha yang dicurahkan, dukungan organisasi. Faktor tersebut menentukan hasil kerja yang diperoleh seseorang.

d. Manfaat Penilaian Kinerja Guru

Dalam konteks pendidikan penilaian ini adalah mengidentifikasi dan mengukur hasil unjuk kerja yang telah dilakukan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar. Penilaian mempunyai banyak manfaat karena dapat dipergunakan sebagai alat dalam pengambilan keputusan. Secara terperinci manfaat penilaian kinerja


(34)

19

menurut Sulistyani dan Rosidah (2003, dalam Jasmani dan Mustofa, 2013: 158) sebagai berikut.

1) Penyesuaian-penyesuaian kompensasi. 2) Perbaikan kinerja.

3) Kebutuhan latihan dan pengembangan.

4) Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian, dan perencanaan tenaga kerja.

5) Untuk kepentingan penelitian kepegawaian.

6) Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai. Informasi penilaian kerja tersebut oleh pimpinan, dalam hal ini kepala madrasah/SD dapat dipakai dalam mengelola kinerja pegawai/guru sesuai dengan tanggungjawabnya, dan dapat mengungkapkan kelemahan kinerja pegawai/guru sehingga kepala madrasah/SD dapat menentukan tujuan maupun target yang harus diperbaiki.

Jasmani dan Mustofa (2013: 156) menjelaskan bahwa penilaian kinerja seseorang dapat dimanfaatkan untuk penentuan tingkat kontribusi seseorang yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas-tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya secara profesional, Khususnya sebagai staf pengajar. Penilaian kinerja dapat membantu guru-guru dalam mengenal tugasnya dengan lebih baik. Dengan demikian, guru menjalankan proses belajar mengajar yang efektif mungkin untuk kemajuan siswa dan pendidikan. Penilaian dapat memberi masukan yang berharga dalam membantu memenuhi kebutuhan guru akan pentingnya pengembangan profesi dan kariernya, misalnya melalui latihan dalam tugasnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja guru sangat penting dilakukan untuk mengetahui tingkat kontribusi


(35)

20

guru yang diekspresikan dalam penyelesaian tugas-tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya sebagai staf pengajar. Penilaian kinerja dapat membantu guru-guru dalam mengenal tugasnya dengan lebih baik. Penilaian tersebut membantu guru dalam pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian, dan perencanaan tenaga kerja dan membantu diagnosis terhadap kesalahan desain guru dalam pelaksanaan tugas mengajarnya.

e. Indikator Penilaian Kinerja Guru

Berdasarkan publikasi dari Badan Standar Nasional Pedidikan (BSNP) (dalam Priatna dan Sukamto, 2013: 5-6), untuk mempermudah penilaian dalam penilaian kinerj guru, terdapat 14 kompetensi yang dinilai. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Indikator Penilaian Kinerja Guru No. Aspek Penilaian Kompetensi

1. Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik 2. Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 3. Pengembangan kurikulum

4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5. Pengembangan potensi peserta didik 6. Komunikasi dengan peserta didik 7. Penilaian dan evaluasi

2. Kepribadian 8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasioal 9. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan

teladan

10. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru

3. Sosial 11. Bersikap inkuslif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif


(36)

21

12. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik dan masyarakat

4. Profesional 13. Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

14. Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif

Berdasarkan tabel di atas, terdapat empat aspek penilaian kinerja guru, yaitu aspek pedagogik, kepirbadian, sosial, dan profesional. Penilaian pada aspek tersebut didasarkan pada kompetensi guru dalam mengajar. Aspek Pedagogik merupakan aspek yang dapat dapat diamati saat proses pembelajaran berlangsung, sedangkan aspek Kepribadian, Sosial dan Profesional dapat diamati diluar pembelajaran.

2. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

a. Pengertian Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik


(37)

22

dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan


(38)

23

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

b. Tujuan

Mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah;

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh;

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

c. Ruang Lingkup

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut:


(39)

24 1) Bilangan

2) Geometri dan pengukuran 3) Pengolahan data.

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Komptensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Matematika siswa kelas V dan semester 1 dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 2. SK dan KD Matematika Siswa Kelas V Semeter I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

1. Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah

1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan, dan penaksiran

1.2 Menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB

1.3 Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat

1.4 Menghitung perpangkatan dan akar sederhana

1.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung, KPK dan FPB


(40)

25

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Geometri dan Pengukuran

2. Menggunakan pengukuran waktu, sudut, jarak, dan kecepatan dalam pemecahan masalah

2.1 Menuliskan tanda waktu dengan menggunakan notasi 24 jam

2.2 Melakukan operasi hitung satuan waktu 2.3 Melakukan pengukuran sudut

2.4 Mengenal satuan jarak dan kecepatan 2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan waktu, jarak, dan kecepatan

3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang

3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar

4. Menghitung volume kubus dan balok dan menggunakannya dalam pemecahan masalah

4.1 Menghitung volume kubus dan balok 4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan volume kubus dan balok

(Sumber: Depdiknas, 2007:12)

e. Arah Pengembangan

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.


(41)

26

a. Pengertian Prestasi Belajar

Bila prestasi belajar dikaitkan dengan kegiatan belajar anak maka akan didapat istilah prestasi belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh seorang guru. Senada dengan makna tersebut, Tohirin (2006: 151) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Sementara itu Darwin Bangun (2008: 84-85) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai siswa berupa penguasaaan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang diberikan oleh guru.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa yang berupa penguasaan pengetahuan atau keterampilan setelah siswa melakukan kegiatan belajar yang biasanya ditunjukkan dengan angka nilai.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa tergantung dari ada tidaknya faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar bisa dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal). Guru dan orang tua perlu memahami faktor-faktor


(42)

27

tersebut agar dapat membantu siswa dalam rangka meraih prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Menurut Slameto (2013: 54-72), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut.

1) Faktor Internal (Berasal dari Diri Sendiri) a) Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah meliputi yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Faktor ini meliputi kesehatan (kemampuan mengingat, kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengarkan dan merasakan) dan cacat tubuh.

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, dan kematangan.

c) Faktor Kelelahan

Faktor kelelahan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis).

2) Faktor Eksternal (Berasal dari Luar Diri) a) Faktor Keluarga

Faktor dari keluarga yang akan mempengaruhi prestasi belajar siswa meliputi cara orang tua menididik, relasi atau hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b) Faktor Sekolah


(43)

28

Beberapa faktor dari sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c) Faktor Masyarakat

Masyarakat juga memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini terjadi karena keberadaan siswa itu sendiri dalam masyarakat. Adapun faktor dari masyarakat meliputi intensitas kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergauldan bentuk kehidupan masyarakat.

Sementara itu Moh.Uzer Usman & Lilis Setiawati (2002: 9-10) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut.

1) Faktor yang berasal dari Diri Sendiri (Internal)

a) Faktor Jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Contoh dari faktor jasmaniah seperti panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.

b) Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:


(44)

29

(1) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecekatan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.

(2) Faktor nonintelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

c) Faktor kematangan fisik maupun psikis

2) Faktor yang berasal dari luar diri (Eksternal) a) Faktor sosial yang terdiri atas:

(1) Lingkungan keluarga (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat (4) Lingkungan kelompok

b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.

d) Faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, baik yang berasal dari dalam diri siswa sendiri maupun dari luar dirinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu keluarga. Faktor keluarga di


(45)

30

sini meliputi bagaiamana orang tua mendidik, pengertian orang tua, hubungan orang tua dengan anak, dan lain-lain. Sehingga dapat diketahui bahwa orang tua memiliki peranan yang sangat penting terhadap prestasi belajar anak. Akan tetapi, pada hakikatnya prestasi belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor, bukan hanya faktor keluarga maupun orang tua.Sehingga faktor-faktor tersebut harus mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, agar prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat optimal.

B. Kerangka Berpikir

Kinerja guru menyangkut peran guru dalam menjalankan tugasnya melaksanakan proses belajar mengajar. Begitu pentingnya peran seorang guru untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa, sehingga alangkah baiknya jika terdapat hubungan sinergis anatara guru dengan siswa. Dalam menjalankan perannya guru harus bisa merencanakan metode yang tepat untuk menyampaikan materi, sehingga dalam pelaksanaannya siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran dan akhirnya hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan melakukan peningkatan kualitas pengajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan pembenahan kualitas kinerja guru, karena guru merupakan faktor terpenting dalam kesuksesan suatu proses belajar mengajar dan terciptanya pendidikan yang berkualitas serta bermutu.


(46)

31

Melihat pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Figur guru ini akan senantiasa menjadi sorotan ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diseleggarakan secara formal di sekolah. Kinerja guru menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, karena guru melaksanakan proses tersebut mulai dari perencanaan, pengelolaan dan penilaian hasil pembelajaran.

Kinerja guru yang baik berhubungan dengan prestasi belajar yang akan dicapai oleh siswa. Guru yang memiliki kinerja yang baik, dapat menjalankan professionalisme dalam mengajar, meningkatkan kualitas dan kompetensinya dalam mengajar, dan menjalankan peran guru dengan baik dengan memperhatikan karakteristik siswa.Dengan kinerja guru yang baik dalam mengajar, dapat meningkatkan prestasi belajar matematika.Artinya, semakin baik kinerja guru dalam mengajar, maka semakin baik pula prestasi belajar matematika siswa.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar atau mungkin salah, yang akan diterima kalau fakta-fakta membenarkannya dan akan ditolak kalau salah atau palsu. Menurut Kartini Kartono (2000:69),


(47)

32

hipotesis merupakan jawaban dari suatu penelitian, yang harus diuji kebenarannya dengan jalan riset.

Menurut pendapat Sugiyono (2009:96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian di mana masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Adapun hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh yang positif antara kinerja guru terhadap prestasi belajar Matematika siswa SD Negeri Kelas V se-Gugus Bima Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo Tahun Ajaran


(48)

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri kelas V se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016. Untuk mendapatkan data, penelitian akan dilaksanakan mulai Desember 2015.

B. Jenis Penelitian

Jenis pada penelitian ini adalah ex-post facto. Menurut Furchan

(2002:383), “penelitian ex post facto adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas terjadi karena

perkembangan suatu kejadian secara alami”. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan korelasional. “Analisis korelasional adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi

terhadap data yang memang sudah ada” (Sugiyono, 2010:4). Berdasarkan hal

tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh antara kinerja guru terhadap prestasi belajar Matematika siswa SD Negeri Kelas V se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016.


(49)

34

C. Variabel Penelitian

Variabel menggambarkan permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian. Variabel penelitian merupakan sesuatu yang dapat dijadikan

sebagai bahan penelitian. Menurut Suharto (2003:105), “variabel penelitian

diartikan sebagai salah satu yang menjadi pengamatan penelitian yang didukung oleh beberapa variabel sebagai faktor-faktor yang berperan dalam

menjelaskan peristiwa atau gejala yang akan diteliti dalam sebuah penelitian”.

Adapun variabel yang termasuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono,

2007:39). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kinerja guru yang dilambangkan dengan X.

2. Variabel terikat atau variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:39). Dalam penelitian ini, variabel terikat adalah prestasi belajar matematika yang dilambangkan dengan Y.

Paradigma hubungan kedua variabel penelitian tersebut diilustrasikan pada diagram di bawah.

Dimana:


(50)

35 X = Kinerja guru

Y = Prestasi belajar

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk menghindari penyimpangan penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu akan dikemukakan definisi operasional variabel untuk mengurangi keabstrakan konsep atau variabel penelitian, sehingga bisa dilakukan pengukuran. Variabel penelitian ini didefinisikan sebagai sebagai berikut.

1. Kinerja guru

Kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapau tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhannya. kinerja guru dilihat dari aspek pedagogik meliputi beberapa indikator sebagai berikut.

a. Menguasai karakteristik peserta didik

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

c. Pengembangan kurikulum

d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik e. Pengembangan potensi peserta didik


(51)

36 f. Komunikasi dengan peserta didik g. Penialaian dan evaluasi

2. Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh siswa dalam kurun waktu tertentu. Prestasi belajar dalam penelitian ini diukur melalui dokumentasi nilai raport mata pelajaran matematika siswa kelas V semester ganjil SD se-Gugus Bima Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian selalu dihadapkan pada sumber data yang disebut populasi dan sampel. Namun dalam menentukan sumber data tergantung pada permasalahan yang diajukan oleh penelitian serta hipotesa yang

hendak diuji kebenarannya. “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di

tarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2010:117).

Dalam penelitian selalu dihadapkan pada sumber data yang disebut populasi dan sampel. Menurut Suharto (2003:81), populasi adalah keseluruhan semesta dan kesemestaan dan dapat didefinisikan sebagai semua anggota dari suatu kesatuan orang, kejadian, atau benda yang akan dijadikan sasaran generalisasi hasil-hasil penelitian. Populasi


(52)

37

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah 135 siswa.

Tabel 3. Ditribusi Jumlah Siswa Kelas V SD Negeri se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016

No Kelas Jumlah siswa

1. SD N Soko Agung 19

2. SD N Kali Agung 10

3. SD N Kali Rejo 12

4. SD N Bedug 31

5. SD N Krendetan 12

6. SD N Hargorojo 22

7. SD N Bagelen 12

8. SD N Semawung 17

TOTAL 135

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Alasan penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel, karena jumlah populasi yang besar, dapat menghemat waktu dan biaya.

a. Ukuran Sampel

Penarikan sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin, yaitu:

n = N

1 + N(e)2

Keterangan : n = sampel N = populasi e = error sampling

Dalam penelitian ini, error sampling ditentukan sebesar 5% sehingga diperoleh:


(53)

38

n = 135

1 + 135 (0,05)2

= 135 1,3375 = 100,93 = 101

Jadi, sampel dalam penelitian ini sejumlah 101 siswa. b. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proporsional. Pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak dari seluruh SD, sehingga seluruh individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk diambil sebagai anggota sampel. Dalam menentukkan sampel tiap SD peneliti menggunakan perhitungan sebagai berikut.

Tabel 4. Perhitungan Pengambilan Sampel

No Nama Sekolah Jumlah

Populasi

Jumlah Sampel 1. SD N Soko Agung 19

135�101

14 2. SD N Kali Agung 10

135�101

7

3. SD N Kali Rejo 12

135�101

9

4. SD N Bedug 31

135�101

23

5. SD N Krendetan 12

135�101

9 6. SD N Hargorojo 22

135�101

17

7. SD N Bagelen 12

135�101

9

8. SD N Semawung 17

135�101

13


(54)

39

F. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan dalam suatu penelitian untuk tujuan mendapatkan keterangan-keterangan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan guna memperoleh data penelitian yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan datanya menggunakan metode angket dan dokumentasi.

1. Metode Angket

Angket menggambarkan sejumlah pertanyaan yang akan

diberikan kepada responden sesuai dengan variable penelitian. “Angket

atau Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang di gunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang di ketahui dan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

tertulis (Suharsimi Arikunto, 2006: 151)”. Menurut Sugiyono (2006:199), “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk di jawabnya”. Angket atau kuesioner ini digunakan untuk mengungkapkan data tentang kinerja guru.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah merupakan benda-benda tertulis yang dapat memberikan berbagai informasi atau keterangan yang diperlukan


(55)

40

dalam penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002: 137). Teknik dokumentasi dalam hal ini merupakan teknik pengumpulan data yang ada dan dijadikan sebagai sumber informasi. Metode ini digunakan untuk mengetahui prestasi belajar matematika yang diperoleh dari nilai raport mata pelajaran matematika semester ganjil tahun ajaran 2015/2016.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008:102). Penyesuaian butir-butir variabel didasarkan atas kisi-kisi angket yang telah disesuaikan dengan landasan teori yang telah dikembangkan. Kisi-kisi instrumen dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Aspek

Penilaian

Kompetensi Nomor

Item Pedagogik a. Menguasai karakteristik peserta didik

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik c. Pengembangan kurikulum

d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik e. Pengembangan potensi peserta didik f. Komunikasi dengan peserta didik g. Penialaian dan evaluasi

1,2,3 4,5,6 7,8 9,10 11,12,13 14,15,16,17

18,19,20

Total 20

H. Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen sebelum digunakan sebagai pengumpulan data penelitian, terlebih dahulu harus diuji cobakan. Suharsimi Arikunto (2002: 143) mengemukakan bahwa, tujuan diadakan uji coba instrumen adalah untuk


(56)

41

menguji keandalan instrumen dan untuk menguji ketepatan dari segi teknik. Uji coba instrumen penelitian dilakukan pada siswa kelas V SD Negeri Durensari dan SD Negeri Pucungan dengan jumlah 33 siswa. Hasil angket kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya dengan keterangan sebagai berikut.

1. Uji Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang dikumpul tidak menyimpang dari gambar tentang validitas

yang dimaksud. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:144), “validitas adalah

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.

Adapun rumus yang digunakan adalah rumus yang dikemukan oleh pearson yang dikenal dengan rumus korelasi Product Moment.

rxy =

 

 

 

2 2

 

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N           Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi x dan y

∑X : Jumlah skor item

∑Y : Jumlah skor total N : Jumlah subjek

∑XY : Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total

∑X2

:Jumlah skor item kuadrat

∑Y2


(57)

42

Dari hasil penghitungan yang dilakukan dengan analisis Regresi kemudian dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikan 5%. Ketentuannya adalah sebagai berikut.

a. Jika rxy lebih besar dari rtabel, maka item mempunyai daya dukung yang besar terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir tersebut dipertahankan untuk mengungkap data.

b. Jika rxy lebih kecil dari rtabel, maka item mempunyai daya dukung yang relatif kecil terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir perlu digugurkan dalam mengungkapkan data.

Berdasarkan hasil uji validitas angket kinerja guru dengan menggunakan 22 item pernyataan diperoleh 2 item pernyataan dinyatanan gugur, yaitu nomor 7 dengan nilai rxy = 0,183 < 0,344 dan 12 dengan nilai rxy = 0,340 < 0,344, sedangkan 20 item pernyataan dinyatakan valid dengan nilai rxy > 0,344 (n = 33, α = 5%). Perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 71.

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui tingkat kepercayaan angket yang akan diujikan kepada reponden. Reliabilitas sering diartikan sebagai taraf kepercayaan. Menurut Arikunto (2002:171), alat ukur yang baik di samping mempunyai validitas yang tinggi, juga harus reliabel, artinya memiliki tingkat keajegan meskipun sudah berkali-kali diujikan. Reliabilitas instrumen dianggap handal jika memiliki koefisien reliabilitas


(58)

43 rii =                2 2 1 1 t i s s k k Keterangan :

rii = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

Σsi2 = Jumlah variansi butir st2 = Variansi soal

Hasil perhitungan uji reliabilitas kemudian dibandingkan dengan r tabel. Apabila hasilnya lebih besar dari harga rtabel pada taraf signifikan 5% maka instrumen itu dinyatakan andal. Namun apabila harga rhitung lebih kecil dari pada harga rtabel pada taraf signifikan 5% maka butir instrumen dinyatakan gugur. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan 20 item pernyataan yang dinyatakan valid diperoleh nilai rii = 0,835 > 0,344. Artinya, data hasil angket dapat dipercaya dan kuat untuk digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Perhitungan selengkapnya terlampir pada halaman 71.

I. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data dalam penelitian adalah menyempitkan dan membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu cara yang teratur, tersusun dan lebih berarti. Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif dan uji hipotesis menggunakan korelasi Regresi yang didahului uji persyaratan analsis, yaitu uji normalitas dan linearitas.


(59)

44

Analisis deskriptif ini digunakan untik menggambarkan nilai Mean, Median, Modus, dan Standar Deviasi.

a. Mean

Mean adalah teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tertentu. Rumus untuk menghitung mean adalah sebagai berikut .

M =

n Xi

Keterangan:

M = Mean (rata-rata

∑ = Epsilon (baca jumlah)

Xi = Nilai x ke i sampai ke n N = Jumlah individu

(Sugiyono, 2007: 49).

b. Median

Median atau nilai tengah adalah nilai data observasi yang membagi data menjadi dua setelah data diurutkan dari yang terkecil ke yang terbesar. Rumus untuk menghitung median adalah sebagai berikut.

Md = b + p

        f f n 2 1 Keterangan: Me = Median

b = batas bawah, dimana median akan terletak n = banyak data/jumlah sampel

F = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median F = Frekuensi kelas median


(60)

45 c. Modus

Modus adalah anggota data atau nilai observasi yang paling sering muncul dalam sekumpulan data observasi. Rumus mencari Modus adalah sebagai berikut.

Mo = b + p 

      2 1 1 b b b Keterangan: Mo = Modus

B = Batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak p = Panjang kelas interval dengan frekuensi terbanyak

b1 = Frekuensi pada kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval terdekat sebelumnya).

b

2 = Frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas interval terbanyak) dikurangi frekuensi kelas interval berikutnya)

(Sugiyono, 2007: 52).

d. Standar Deviasi

Menurut Sugiyono (2007:59), rumus untuk menghitung standar deviasi adalah sebagai berikut.

S =

) 1 ( 2 1  

n X X Keterangan:

S = varian sampel

Xi = Nilai x ke i sampai ke n

X = Rata-rata (mean) n = jumlah sampel


(61)

46

Selanjutnya dari hasil perhitungan analisis dikonsultasikan dengan klasifikasi sebagai berikut :

(M + 1,5 SD) - skor maksimal ideal = sangat tinggi (M + 0,5 SD) - (M + 1,5 SD) = tinggi (M - 0,5 SD) - (M + 0,5 SD) = sedang (M - 1,5 SD) - (M - 0,5 SD) = rendah

Skor minimal ideal - (M - 1,5 SD) = sangat rendah Nilai rerata ideal (Mi) dan standar deviasi (Sdi) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

Mi = ½ (sekor tertinggi ideal + skor terendah ideal) Sdi = 0,167 x (sekor tertinggi ideal - skor terendah ideal)

2. Uji Prasyarat Analisis

Uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas dan uji linieritas dengan penjelasan sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menggambarkan hasil angket apakah hasilnya normal atau tidak. Adapun analisis yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah dengan menggunakan analisis chi-kuadrat (χ2). Jika hasilnya menunjukan distribusi normal, analisis dapat dilanjutkan. Analisis chi-kuadrat (χ2) menggunakan rumus sebagai berikut.  2 =

  k i h h o f f f 1 2 ) ( Keterangan : χ2

= Chi Kuadrat


(62)

47

�ℎ = Frekuensi yang diharapkan (Sugiono, 2007:107).

Hasil analisa normalitas dapat diinterpretsaikan jika harga Chi Kuadrat yang diperoleh lebih kecil dari tabel, maka dapat dikatakan data tersebut adalah normal. Jika harga Chi kuadrat yang diperoleh lebih besar dari harga Chi kuadrat tabel dapat dikatakan data tersebut tidak normal.

b. Uji Linieritas

Uji linearitas di gunakan untuk mengetahui apakah hubungan dua variabel linear atau tidak. Formula yang digunakan adalah uji F-. Menurut Arikunto (2006), untuk mengetahui hubungan antara dua variabel tersebut linear menggunakan variansi garis regresi dengan rumus: F = ) 1 ( ) 1 ( 2 2 R m m N R    Keterangan:

F = Harga regresi yang dicari N = Banyak subyek

m = Banyak predictor

R = Koefisien korelasi X dan Y

Hasil uji linearitas dapat diinterpretsaikan jika harga F hitungyang diperoleh lebih kecil dari F tabel, maka dapat dikatakan data tersebut adalah linier. Jika harga F hitung yang diperoleh lebih besar dari F tabel dapat dikatakan data tersebut tidak linear


(63)

48

Tujuan dari uji hipotesis adalah untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel. Dalam penelitian ini, uji hipotesis menggunakkan analisis regresi dengan rumus sebagai berikut :

Y = a + bX + …e

Keterangan:

Y = tabel dalam variabel dependen yang diprediskikan a = harga Y ketika X = 0 (harga konstan)

b = angka araha atau koefisien regresi

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu (Sugiyono, 2013:26)


(64)

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data

Deskripsi data dalam penelitian ini mendeskripsikan data kinerja guru (X) dan prestasi belajar matematika (Y).

a. Kinerja guru (X)

Dalam penelitian ini disebarkan 33 set angket yang berisi 22 item pernyataan kinerja guru kepada 33 responden yang terpilih. Setelah dianalisis menggunakan analisis butir soal didapat 2 item pernyataan yang dinyatakan gugur dan 20 item pernyataan yang dinyatakan valid. Setelah itu angket yang sudah di uji validitas disebarkan kepada 101 responden yang terpilih sebagai sampel. Setiap item memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga berlaku ketentuan skor maksimal ideal 20 x 4 = 80, skor minimal ideal adalah 20 x 1 = 20. Berdasarkan skor maksimal ideal dan skor minimal ideal diperoleh rerata dan simpangan baku sebagai berikut.

Rerata ideal (M) sebesar = ½ (80 + 20) = 50

Simpangan baku ideal sebesar = 0,167 x (80 - 20) = 10

Sehingga dapat disusun kriteria kurva normal menurut korelasi skala lima (Sudijono, 2011:329) yang tercantum pada bab III halaman 45 adalah sebagai berikut.

65 – 80 = sangat tinggi 55 – 65 = tinggi


(65)

50 45 – 55 = sedang

35 – 45 = rendah

20 – 35 = sangat rendah

Dari hasil penelitian diperoleh harga rata-rata (Mean) = 60,32. Harga tersebut berada pada kategori tinggi pada interval 55 – 65. Dengan demikian, kinerja guru memiliki kecenderungan tinggi.

Adapun distribusi kinerja guru dapat dilihat pada tablel 6. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru

No Interval Frekuensi Persentase

1. 65 – 80 38 37,62%

2. 55 – 65 34 33,66%

3. 45 – 55 14 13,86%

4. 35 – 45 8 7,92%

5. 20 – 35 7 6,93%

Total 101 100%

Distribusi kinerja guru selengkapnya dijelaskan melalui histogram pada gambar 1.

Gambar 1. Histogram Kinerja Guru

7 8

14

34

38

0 5 10 15 20 25 30 35 40

20-35 35-45 45-55 55-65 65-80


(66)

51

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa presentase paling banyak adalah interval sangat tinggi (65-80) sebanyak 37,62%, di susul interval tinggi (55-65) sebanyak 33,66%, interval sedang (45-55) sebanyak 13,86%, interval rendah (35-45) sebanyak 7,92%, dan terakhir interval sangat rendah (20-35) sebanyak 6,93%.

b. Prestasi belajar Matematika (Y)

Dari data sekunder, yaitu nilai raport mata pelajaran matematika siswa kelas V semester ganjil se-gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016 diperoleh skor terendah 40 dan skor tertinggi sebesar 92. Berdasarkan skor maksimal ideal danskor minimal ideal diperoleh rerata dan simpangan baku sebagai berikut.

Rerata ideal (M) sebesar = ½ (92 + 40) = 66

Simpangan baku ideal sebesar = 0,167 x (92 - 40) = 8,7

Sehingga dapat disusun kriteria kurva normal menurut korelasi skala lima (Sudijono, 2011:329) yang tercantum pada bab III halaman 45 adalah sebagai berikut.

78,05 – 92,00 = sangat tinggi 70,35 – 78,05 = tinggi

61,65 – 70,35 = sedang 52,95 – 61,65 = rendah

40,00 – 52,95 = sangat rendah

Dari hasil penelitian diperoleh harga rata-rata (Mean) = 71,82. Harga tersebut berada pada kategori tinggi pada interval 70,35 – 78,05. Dengan demikian, prestasi belajar matematika memiliki


(67)

52

kecenderungan tinggi. Adapun distribusi skor prestasi belajar matematika dapat dilihat pada tablel 8.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar Matematika

No Interval Frekuensi Persentase

1. 78,05 – 92,00 25 24,75%

2. 70,35 – 78,05 30 29,7%

3. 61,65 – 70,35 33 32,67%

4. 52,95 – 61,65 7 6,93%

5. 40,00 – 52,95 6 5,94%

Jumlah 101 100%

Distribusi prestasi belajar matematika dijelaskan melalui histogram pada gambar 2.

Gambar 2. Histogram Prestasi Belajar Matematika

Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa presentase paling banyak adalah interval sedang (61,65-70,35) sebesar 32,67%, di susul interval tinggi (70,35-78,05) sebesar 29,7%, interval sangat tinggi (78,05-92,00) sebesar 24,75%, interval rendah (52,95-61,65)

6 7 33 30 25 0 5 10 15 20 25 30 35

40.00 – 52.95

52.95 – 61.65

61.65 – 70.35

70.35 – 78.05

78.05 – 92.00


(68)

53

sebesar 6,93%, dan terakhir interval sangat terendah (40-52,95) sebesar 5,94%.

2. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menggambarkan hasil angket apakah hasilnya normal atau tidak. Adapun analisis yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah dengan menggunakan analisis chi-kuadrat (χ2). Jika hasilnya menunjukan distribusi normal, analisis dapat dilanjutkan. Hasil uji normalitas dari data yang diperoleh meliputi kinerja guru (X) dan prestasi belajar matematika (Y). Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut.

Tabel 8. Ringkasan Uji Normalitas Variabel X dan Y No Variabel dk χ2hitung χ

2 tabel

(5%) Kriteria 1. Kinerja guru 28 23,921 41,337 Normal 2. Prestasi belajar

matematika 25 24,050 37,652 Normal Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 9, diketahui bahwa

harga χ²hitung variabel kinerja guru adalah 23,921 < 41,337 dan harga

χ²hitung data prestasi belajar matematika adalah 24,050 < 37,652. Dapat dijelaskan bahwa kedua data dinyatakan sebenarnya normal pada taraf

signifikan 5% karena harga χ² hitung di bawah harga χ²tabel..


(69)

54

Uji linieritas dapat dilihat dari uji F, jika F hitung <F tabel maka dapat dikatakan data tersebut adalah linier. Hasil uji linieritas adalah sebagai berikut.

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Linieritas

Variabel db F Hitung F Tabel (5%) Hasil

X – Y 37/62 1,401 1,59 Linier

Uji linieritas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dengan variabel terikat linier atau tidak. Hasil perhitungan uji F diperoleh harga F hitung=1,401< F table=1,59. Dengan memperhatikan tabel diatas, tampak bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel, dengan demikian berarti bahwa hubungan antara X1 dengan Y dan hubungan antara X2 dengan Y bersifat linier.

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis regresi. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 10. Hasil Uji Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 49.286 4.895 10.068 .000

X .374 .080 .426 4.690 .000

a. Dependent Variable: Y

(Sumber: data penelitian diolah) Persamaan garis regresi dapat diperoleh dengan terlebih dahulu mengetahui koefisien variabel bebas. Hasil perhitungan diperoleh nilai a =


(70)

55

0,374 dan a0 = 49,286, sehingga didapat persamaan garis regresi �= 0,374X + 49,286 + e. Berdasarkan model regresi tersebut diperoleh koefisien regresi variabel kinerja guru sebesar 0,374 yang berarti bahwa setiap terjadi peningkatan kinerja guru sebesar satu satuan maka akan meningkatkan prestasi belajar matematika sebesar 37,4%.

Hasil di atas didukung dengan hasil uji signifikansi dengan uji Fregresi untuk menguji hipotesis penelitian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ada hubungan kinerja guru terhadap prestasi belajar matematika”. Hasil uji F dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji ANOVA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1943.073 1 1943.073 21.995 .000b

Residual 8745.719 99 88.341

Total 10688.792 100

a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X

Berdasarkan data di atas, diperoleh nilai Fregresi = 21,998 dengan nilai p-value = 0,000 < 0,05, artinya hipotesis yang berbunyi ada hubungan kinerja guru terhadap prestasi belajar matematika diterima karena nilai signifikansi di bawah 5%.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan regresi didapat persamaan garis regresi � = 0,374X + 49,286 + e. Berdasarkan model regresi tersebut diperoleh koefisien regresi variabel kinerja guru sebesar 0,374 yang berarti


(71)

56

bahwa setiap terjadi peningkatan kinerja guru sebesar satu satuan maka akan meningkatkan prestasi belajar matematika sebesar 37,4%. Berdasarkan tabel ANOVA, diperoleh nilai Fregresi = 21,998 dengan nilai p-value = 0,000 < 0,05, artinya hipotesis yang berbunyi ada pengaruh kinerja guru terhadap prestasi belajar matematika diterima karena nilai signifikansi di bawah 5%.

Kinerja guru adalah melaksanakan proses pembelajaran baik dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas di samping mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti mengerjakan administrasi sekolah dan administrasi pembelajaran, melaksanakan bimbingan dan layanan pada para siswa, serta melaksanakan penilaian. (A. Tabrani Rusyan dkk, 2000:17)

Kinerja guru menyangkut peran guru dalam menjalankan tugasnya melaksanakan proses belajar mengajar. Begitu pentingnya peran seorang guru untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa, sehingga alangkah baiknya jika terdapat hubungan sinergis anatara guru dengan siswa. Dalam menjalankan perannya guru harus bisa merencanakan metode yang tepat untuk menyampaikan materi, sehingga dalam pelaksanaannya siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran dan akhirnya hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan melakukan peningkatan kualitas pengajaran. Hal ini bisa dilakukan dengan pembenahan kualitas kinerja guru, karena guru merupakan faktor terpenting dalam kesuksesan suatu proses belajar mengajar dan terciptanya pendidikan yang berkualitas serta bermutu.


(72)

57

Kualitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kualitas kinerja guru. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, perlu secara terus menerus mendapat perhatian dari penanggung jawab sistem pendidikan peningkatan ini akan lebih berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemampuan dan usaha mereka sendiri. (Soetjipto : 1999)

Melihat pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Figur guru ini akan senantiasa menjadi sorotan ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diseleggarakan secara formal di sekolah. Kinerja guru menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, karena guru melaksanakan proses tersebut mulai dari perencanaan, pengelolaan dan penilaian hasil pembelajaran.

Kinerja guru yang baik berhubungan dengan prestasi belajar yang akan dicapai oleh siswa. Guru yang memiliki kinerja yang baik, dapat menjalankan professionalisme dalam mengajar, meningkatkan kualitas dan kompetensinya dalam mengajar, dan menjalankan peran guru dengan baik dengan memperhatikan karakteristik siswa. Dengan kinerja guru yang baik dalam mengajar, dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Artinya, semakin baik kinerja guru dalam mengajar, maka semakin baik pula prestasi belajar matematika siswa.


(73)

58

C. Keterbatasan Penelitian

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini pasti tidak terlepas dari berbagai keterbatasan. Maka peneliti perlu memaparkan beberapa hal yang terkait dengan keterbatasan penelitian yang dilakukan, antara lain:

1. Penelitian ini hanya terbatas pada pengaruh kinerja guru dengan prestasi belajar matematika tanpa mengikutsertakan faktor lain.

2. Hasil penelitian ini hanya dapat digeneralisasikan pada siswa SD Negeri kelas V se-Gugus Bima, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo tahun ajaran 2015/2016 dan tidak untuk subjek selain SD di Gugus Bima Kecamatan Bagelen.

3. Tidak semua responden dapat mengerjakan angket dengan serius dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)