Profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian : survey pada guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN

Survei : Guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta Tri Ningsih

Universitas Sanata Dharma 2009

Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja; dan (3) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian.

Penelitian ini merupakan penelitian survei. Jumlah populasi penelitian sebanyak 1.829 guru. Sampel penelitian adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta yang berjumlah 317 orang. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Analysis of Variance (ANOVA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan (sign. value= 0,659 >

α= 0,05); (2) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja (sign. value= 0,324 > α=0,05) dan (3) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian (sign. value=0,539 > α=0,05).


(2)

ABSTRACT

TEACHER’S PROFESSION PERCEIVED FROM LEVEL OF EDUCATION, PERIOD OF SERVICE, AND OFFICIAL STATUS

A Survey done on High School Teachers in Yogyakarta

Tri Ningsih

Sanata Dharma University 2009

The research aims to find out the difference of teacher’s profession perceived from (1) level of education; (2) period of service; (3) official status.

This study is a kind of an observation research. The research population was

all high school teachers in Yogyakarta. The samples were 317 teachers. The technique of taking samples was purposive sampling. The technique of collecting

data was questionnaire. The technique of analysing the data was Analyse Of Variance (ANOVA).

The results of the research show that there isn’t any difference in teachers profession perceived from (1) level of education (sign. value= 0,659> α= 0,05); (2) period of service (sign. value= 0,324> α= 0,05); and (3) official status (sign. value= 0,539> α= 0,05).


(3)

PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN

Survei : Guru-Guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh : Tri Ningsih

041334079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Jika hari ini seorang Perdana Menteri berkuasa

Jika hari ini seorang Raja menaiki takhta

Jika hari ini seorang Presiden sebuah negara

Jika hari ini seorang Ulama yang mulia

Jika hari ini seorang Peguam menang bicara

Jika hari ini seorang penulis terkemuka

Jika hari ini siapa sahaja menjadi dewasa;

Sejarahnya dimulakan oleh seorang guru biasa

Dengan lembut sabarnya mengajar tulis-baca...

( Guru oh guru... Usman Awang 1979 )

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

♥ GURU – GURU SEDARI KECIL KU

♥ ORANG TUA TERKASIH


(7)

MOTTO

...Life is God’s gift to you. The way you live your life is yor gift to God. Make it fantastic one...

...Masa lalu adalah kenangan penuh pelajaran Masa kini adalah kenyataan

Masa depan adalah pengharapan penuh misteri...


(8)

Pernyataan Keaslian Karya

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 6 Maret 2009

Tri Ningsih


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Sanata Dharma : Nama : Tri Ningsih

Nomor Mahasiswa : 041334079

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 12 Maret 2009

Yang menyatakan

Tri Ningsih


(10)

ABSTRAK

PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN

Survei : Guru-guru SMA se-Kota Yogyakarta Tri Ningsih

Universitas Sanata Dharma 2009

Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja; dan (3) perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian.

Penelitian ini merupakan penelitian survei. Jumlah populasi penelitian sebanyak 1.829 guru. Sampel penelitian adalah guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta yang berjumlah 317 orang. Teknik penarikan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Analysis of Variance (ANOVA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan (sign. value= 0,659 > α= 0,05); (2) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja (sign. value= 0,324 > α=0,05) dan (3) tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian (sign. value=0,539 > α=0,05).


(11)

ABSTRACT

TEACHER’S PROFESSION PERCEIVED FROM LEVEL OF EDUCATION, PERIOD OF SERVICE, AND OFFICIAL STATUS

A Survey done on High School Teachers in Yogyakarta

Tri Ningsih

Sanata Dharma University 2009

The research aims to find out the difference of teacher’s profession perceived from (1) level of education; (2) period of service; (3) official status.

This study is a kind of an observation research. The research population was

all high school teachers in Yogyakarta. The samples were 317 teachers. The technique of taking samples was purposive sampling. The technique of collecting

data was questionnaire. The technique of analysing the data was Analyse Of Variance (ANOVA).

The results of the research show that there isn’t any difference in teachers profession perceived from (1) level of education (sign. value= 0,659> α= 0,05); (2) period of service (sign. value= 0,324> α= 0,05); and (3) official status (sign. value= 0,539> α= 0,05).


(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kasih, yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

a. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian kepada penulis.

b. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

c. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

d. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma dan Pembimbing yang telah bersedia menyediakan waktu, memberikan saran dan kritik yang sangat berarti dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.

e. Bapak S. Widanarto, S.Pd., M.Si dan Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.


(13)

f. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan selama proses perkuliahan.

g. Keluarga terkasih bapak ibu di rumah yang telah sabar menunggu & danardono sahabat hati yang ada selalu.

h. Teman-teman, Dwi In teman sepenelitian, Via juga teman-teman PAK’A & PAK’B ’04 atas hari-hari bersamanya selama perkuliahan bertahun-tahun. i. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dan karenanya peniulis mengharapkan berbagai kritik, saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pembaca.

Yogyakarta, 6 Maret 2009

Penulis


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Batasan masalah ... 4

C.Rumusan Masalah ... 5

D.Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teoritik


(15)

1. Profesionalitas Kerja Guru ... 7

2. Tingkat Pendidikan ... 12

3. Masa Kerja ... 14

4. Status Kepegawaian ... 15

B.Kerangka Berpikir ... 17

C.Hipotesis ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Jenis Penelitian ... 21

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C.Subjek Dan Objek Penelitian ... 21

D.Populasi Dan Sampel ... 22

E. Operasionalisasi Variabel ... 23

F. Teknik Pengumpulan Data ... 28

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 28

H. Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 37

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 37

2. Profesionalitas Kerja Guru ... 40

B. Analisis Data ... 44

C. Pembahasan ... 51 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN


(16)

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 60 C. Keterbatasan ... 63 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Profesionalitas Kerja Guru... 23

Tabel 3.2 Skoring Pernyataan Profesionalitas Kerja Guru ... 26

Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas Untuk Variabel Profesionalitas Kerja Guru ... 29

Tabel 3.4 Rumusan Perhitungan Anova ... 35

Tabel 4.1 Sebaran Responden Penelitian ... 37

Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 38

Tabel 4.3 Masa Kerja Responden ... 38

Tabel 4.4 Status Kepegawaian Responden ... 39

Tabel 4.5 Profesionalitas Kerja Guru ... 40

Tabel 4.6 Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 40

Tabel 4.7 Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja ... 41

Tabel 4.8 Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian ... 43

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 45

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja ... 45

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian ... 46

Tabel 4.12 Rangkuman Tabel Homogenitas ... 47

Tabel 4.13 Tabel ANOVA Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ... 48

Tabel 4.14 Tabel ANOVA Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja ... 49

Tabel 4.15 Tabel ANOVA Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian ... 50


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN ... 68

LAMPIRAN 2. DATA VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 77

LAMPIRAN 3. DATA INDUK PENELITIAN ... 85

LAMPIRAN 4. ANALISIS DATA... 98

LAMPIRAN 5. SURAT IZIN PENELTIAN ... 106


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimilikinya. Kualitas SDM tersebut meliputi seluruh kemampuan dan potensi diri yang dimiliki oleh setiap individu terkait. Untuk menghasilkan individu yang berkualitas diperlukan suatu tatanan sistem pendidikan yang berkualitas pula. Guru merupakan salah satu komponen yang memegang peran utama dalam sistem pendidikan tersebut.

Perkembangan profesi guru sejalan dengan perkembangan masyarakat dan sistem persekolahan. Sejalan dengan perkembangan masyarakat, guru dituntut memiliki tingkat kemampuan yang memadai dalam mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi. Guru dengan kemampuan artifisialnya dituntut untuk dapat membelajarkan siswa dalam jumlah yang besar dan selalu mempersiapkan diri menghadapi perkembangan jaman yang semakin mengglobal. Sementara sejalan dengan perkembangan sistem persekolahan, guru dituntut memiliki kompetensi – kompetensi tertentu yang harus dikuasai sesuai dengan standar mutu yang sudah ditetapkan pemerintah.

Kompetensi-kompetensi keguruan yang dituntut untuk dikuasai seorang guru yang profesional pada saat ini adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial (Standar Nasional


(20)

Pendidikan, Pasal 28 ayat 3). Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi: pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisaikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik dan masyarakat sekitar.

Banyak permasalahan yang dihadapi para guru karena ketidakmampuannya menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di sekelilingnya sebagai akibat dari keterbatasan mereka sebagai individu ataupun kemampuan sekolah dan pemerintah. Permasalahaan semakin tampak oleh sebab adanya tuntutan agar institusi pendidikan termasuk guru untuk selalu menyesuaikan diri dengan segala perkembangan yang ada dalam masyarakat. Berhadapan dengan tantangan seperti itu baik pemerintah maupun guru harus berusaha untuk menumbuhkan dan meningkatkan profesionalitas kerjanya.

Ada berbagai faktor yang berhubungan dengan profesionalitas kerja guru, diantaranya: tingkat pendidikan guru, masa kerja guru, dan status


(21)

kepegawaian guru. Tingkat pendidikan yang ditempuh seorang guru adalah salah satu unsur penentu keahliannya dalam bekerja. Guru yang menempuh tingkat pendidikan yang lebih tinggi diduga akan memiliki kemampuan pada proses belajar siswa, menguasai secara mendalam materi pelajaran dan metode pembelajaran, mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, serta menyadari bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya. Keseluruhan hal itu memungkinkan mereka untuk selalu meningkatkan profesionalitas kerjanya. Jadi jelas bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seorang guru, maka semakin tinggi profesionalitas kerjanya. Sedangkan guru dengan tingkat pendidikan yang rendah, maka rendah pula pemahamannya akan pengetahuan dari kompetensi – kompetensi keguruan yang sebenarnya dituntut untuk dimiliki olehnya sehingga hal ini akan berdampak pada rendahnya profesionalitas kerjanya.

Ditinjau dari masa kerja, guru dengan masa kerja yang lama diduga memiliki profesionalitas kerja yang tinggi. Hal ini disebabkan pada rentang waktu yang lama seseorang akan memiliki pemahaman, pengetahuan, dan kebiasaan yang lebih baik. Selama rentang waktu itu, guru tersebut dapat selalu belajar dan akhirnya kemampuannya menjadi semakin terasah. Hal ini berbeda dengan pengetahuan dan kompetensi dari seseorang yang belum begitu berpengalaman dimana mereka cenderung memiliki keahlian profesi yang belum teruji. Dengan demikian diduga kuat bahwa semakin lama masa kerja yang dilalui oleh guru, semakin tinggi pula profesionalitas kerjanya, dan


(22)

sebaliknya semakin pendek masa kerjanya semakin rendah pula profesionalitas kerjanya.

Status kepegawaian yang dimiliki seorang guru diduga juga akan mempengaruhi profesionalitas kerjanya. Guru dengan status pegawai tetap, misalnya, dilihat dari aspek ekonomi guru cenderung mendapatkan imbalan yang lebih baik dibandingkan dengan guru berstatus pegawai tidak tetap ataupun guru honorer. Dari aspek psikologis dan sosial pun guru berstatus pegawai tetap akan lebih memiliki keadaan psikologis dan sosial yang lebih baik dibanding guru berstatus tidak tetap atau guru honorer. Jadi diduga kuat bahwa semakin tinggi status kepegawaian guru semakin tinggi pula profesionalitas kerjanya, dan sebaliknya semakin rendah status kepegawaiannya smakin rendah pula profesionalitas kerjanya

Dari uraian di atas, diketahui bahwa ada banyak hal yang dapat mempengaruhi profesionalitas kerja guru. Pada penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN”. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilakukan di beberapa SMA swasta dan negeri di kota Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat profesionalitas kerja guru. Faktor-faktor tersebut antara lain faktor pendidikan, ekonomi, sosial, dan


(23)

budaya. Fokus penelitian ini adalah tingkat pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat

pendidikan?

2. Apakah ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja?

3. Apakah ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status

kepegawaian?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat

pendidikan.

2. Untuk mengetahui profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja.

3. Untuk mengetahui profesionalitas kerja guru ditinjau dari status


(24)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat profesionalitas kerja guru serta membantu untuk meningkatkan profesionalitas kerja guru.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi para mahasiswa berikutnya dan menjadi pembanding untuk penelitian sejenis serta sebagai tambahan pengetahuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profesionalitas Kerja Guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:702), kata “profesional” berasal dari kata sifat (adjektiva) yang berarti bersangkutan dengan profesi; memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya; mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya (bukan amatir). Kenneth Lynn dalam Muhammad Nurdin (2008:100) memberikan definisi profesi sebagai berikut: “ A profession delivers esoteric service based on esoteric knowledge systematically formulated and applied to the needs of a client” (suatu profesi yang menyajikan jasa dengan berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang dipahami oleh orang tertentu secara sistematik yang diformulasikan dan diterapkan untuk memenuhi kebutuhan klien). Dari pengertian tersebut, dapat ditarik pengertian bahwa dalam suatu pekerjaan yang bersifat profesional dipergunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan secara langsung dapat dipergunakan bagi kemaslahatan orang lain. Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lain (Samana, 1989:40).

Pengajaran dilaksanakan oleh tenaga-tenaga profesional. Tingkat profesionalisasi itu didasarkan pada kemampuan khusus, pengalaman, latar belakang akademis, ijazah, dan gelar yang dimilikinya. Chamberlin seperti


(26)

dikutip oleh Oemar Hamalik (2006:26) menyebutkan tingkat-tingkat profesional terdiri dari: cadet teacher, executive teacher, lead teacher, master teacher, provisional teacher, profesional teacher, regular teacher, senior teacher, special teacher, teacher assistant, teacher intern, dan team teacher.

Siegart sebagaimana dikutip oleh Rahardi (Media MNPK, 1998:29) menyatakan bahwa ada tiga sikap dasar bagi individu dan masyarakat untuk dapat menjadi profesional antara lain adanya keseimbangan antara sikap altruistik dengan sikap non altruistik atau egoistik dalam diri individu maupun masyarakat, adanya penonjolan kepentingan luhur dalam praktek kerja keseharian dan munculnya sikap solider antar teman seprofesi. Menurut Rahardi (Media MNPK, 1998:30), profesionalisme kerja memiliki tiga ciri utama yang saling terkait sebagai berikut:

1. Adanya kapasitas atau stok keahlian yang bersumber pada ilmu

pengetahuan dan teknologi yang benar dan mapan

2. Adanya moral, etika, serta perilaku baik secara individu maupun kelompok

yang baik.

3. Adanya pelayanan atau pengabdian yang tulus terhadap individu,

masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jabatan guru tergolong jabatan profesional karena memenuhi ke tiga macam sikap dasar profesionalisme.

Dalam Undang – Undang tentang Guru tahun 2005 BAB I pasal 1 disebutkan pula bahwa :

“Guru adalah tenaga profesional yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi dengan tugas utama menjadi agen pembelajaran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih peserta didik sehingga menjadi manusia berkualitas yang mengaktualisasikan potensi


(27)

kemanusiaannya secara optimum, pada jalur pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini formal”.

Ciri-ciri profesional tugas guru sebagai pendidik dan pengajar menurut Hariwung (1989:9) antara lain :

1. Adanya suatu keutuhan teori intelektual, yang diperluas oleh penelitian

dan terorganisasi. Hal ini sudah dapat dipenuhi dengan adanya teori – teori tentang ilmu kependidikan yang dikembangkan dalam penelitian.

2. Adanya teknik intelektual. Disini terdapat sejumlah teknik intelektual yang meliputi metodologi pengajaran, teknik evaluasi, dan teknik metodologi penelitian pendidikan.

3. Penggunaan teknik tersebut terhadap peristiwa – peristiwa praktis. Metode dan teknik pendidikan dimaksud juga sudah banyak membantu dalam pemecahan masalah-masalah praktis di dalam berbagai situasi di sekolah 4. Suatu jangka waktu latihan dan sertifikasi yang relatif lama.

5. Serangkaian standar atau patokan dan suatu ketentuan etika yang

dilaksanakan. Untuk ini, terdapat Kode Etik Guru Indonesia, yang ditetapkan dalam Konggres PGR ke XII tanggal 21-25 November 1973 di Jakarta.

6. Kemampuan untuk menerapkan kepemimpinannya sendiri. Tugas guru di

dalam proses belajar mengajar adalah suatu penerapan kepemimpinan kependidikan, yang bersumber pada kepemimpinan pendidikan secara struktural dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

7. Suatu perhimpunan anggota-anggota profesi dengan kualitas komunikasi

yang tinggi.

8. Pengakuan sebagai profesi. Pengakuan dimaksud ditunjukkan oleh

penempatan lulusan dalam bidang pekerjaan sebagai guru di sekolah sesuai dengan jenjang pendidikan.

9. Kepentingan profesional untuk penggunaan tugas guru secara

bertanggung jawab. Hal ini ditunjukkan oleh tuntutan masyarakat terhadap kualitas lulusan yang dapat dipertanggung jawabkan.

10.Hubungan yang mapan antara PGRI dengan organisasi-organisasi

profesional lainnya.

Profesionalitas kerja guru diukur berdasarkan suatu standar kompetensi yang telah ditetapkan pemerintah. Menurut Mulyasa (2007:26), kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi


(28)

guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman peserta didik pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.

Dalam Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 disebutkan bahwa kompetensi dasar guru antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk bergaul dan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik dan masyarakat sekitar.

Peraturan Mendiknas Nomor 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa terdapat sejumlah indikator dalam setiap kompetensi dasar keguruan. Dalam kompetensi pedagogik, indikator-indikator pengukuran yang termasuk di dalamnya antara lain :

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual.

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang

diampu.


(29)

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Pada kompetensi kepribadian, indikator-indikator pengukuran yang termasuk di dalamnya antara lain :

1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan

nasional Indonesia.

2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan

bagi peserta didik dan masyarakat.

3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa.

4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi

guru, dan rasa percaya diri.

5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

Pada kompetensi sosial, indikator-indikator pengukuran yang termasuk di dalamnya antara lain :

1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluaraga, dan status sosial ekonomi.

2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia

yang memiliki keragaman sosial budaya.

4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara

lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Pada kompetensi profesional, indikator-indikator pengukuran yang termasuk di dalamnya antara lain :

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang


(30)

3. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan

tindakan reflektif.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi

dan mengembangkan diri.

A. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan seseorang dalam masa hidupnya. Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang berdampak pada kompetensi yang dimilikinya. Profesi guru telah menjadi profesi yang menuntut dimilikinya profesionalitas kerja yang tinggi. Salah satu cara yang dapat membentuk setiap profesional adalah melalui pendidikan prajabatan.

Terdapat empat macam program pendidikan guru antara lain (Sahertian, 1994:68)

1. Program non gelar (program diploma) dengan rincian sebagai berikut:

a. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun

b. Program Diploma II (D2) dengan lama studi 2-3 tahun

c. Program Diploma III (D3) dengan lama studi 3-5 tahun

2. Program gelar yang melalui jenjang Sarjana (S1) dengan lama studi 4-7

tahun

3. Program Pasca Sarjana (S2) dengan lama studi 6-9 tahun

4. Program Doktor (S3) dengan lama studi 8-11 tahun

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 menyebutkan bahwa kualifikasi akademik guru meliputi:


(31)

Kualifikasi akademik Guru pada satuan pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi akademik Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudatul Atfal (RA), Guru Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Guru Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Guru Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Guru Sekolah Dasar Luar Biasa/Sekolah Menengah Luar Biasa/Sekolah Menengah atas Luar Biasa (SDLB/SMPLB/SMALB), dan Guru Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) sebagai berikut:

a. Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA

Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D4) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI

Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs

Guru pada SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA

Guru pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D–IV) atau Sarjana (S1) program studi sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

e. Kualifikasi akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB

Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D–IV) atau Sarjana (S1) program pendidikan khusus atau Sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

f. Kualifikasi akademik Guru SMK/MAK

Guru pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum Diploma Empat (D–IV) atau Sarjana (S1) program pendidikan khusus atau Sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.


(32)

2. Kualifikasi Akademik Guru Melalui Uji Sertifikasi dan Kesetaraan

Kualifikasi akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai Guru dalam bidang – bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.

C. Masa Kerja

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:550), menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masa adalah waktu, zaman atau lama waktu tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan kerja (1990:428), adalah kegiatan melakukan sesuatu; sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah. Jadi yang dimaksud dengan masa kerja adalah rentang masa seorang guru melaksanakan tugasnya sebagai pengajar pada suatu lembaga pendidikan tertentu. Masa kerja berhubungan dengan waktu kerja seseorang yaitu dari segi kuantitas seseorang di dalam menjalani pekerjaannya (Tulus, 1992:113). Pengalaman mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga berwenang (Muslich, 2007:14). Masa kerja seorang guru berstatus PNS terhitung pada saat diterimanya SK (Surat Keputusan) yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan untuk guru berstatus non PNS masa kerjanya terhitung saat diterimanya surat pengangkatan yang


(33)

dikeluarkan oleh lembaga atau satuan pendidikan tempat ia bekerja. Masa kerja biasa dihitung dalam satuan tahun.

D. STATUS KEPEGAWAIAN

Secara umum status kepegawaian tenaga pendidikan pada suatu lembaga pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : guru tetap dan guru tidak tetap (Suwondo, 2003:439)

1. Guru tetap. Guru tetap adalah guru yang telah diangkat menjadi pegawai

tetap pada suatu instansi pendidikan yang berkewajiban mengajar 24 jam per minggu dan melaksanakan tugas administrasi lainnya. Guru Tetap dapat berstatus pegawai negeri sipil (PNS) atau bukan PNS.

2. Guru tidak tetap. Guru tidak tetap adalah guru yang belum diangkat

menjadi pegawai tetap pada suatu instansi pendidikan, baik instansi pendidikan negeri maupun swasta. Guru tidak tetap dapat berstatus guru bantu. Pengadaan guru bantu dapat dilakukan melalui ikatan kerja dengan sistem kontrak yang sebelumnya proses seleksi yang berorientasi pada standar kompetensi guru dan dilaksanakan secara terpadu melalui kerja sama antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten /kota.

Ada pula yang membedakan status kepegawaian guru menjadi :

1. Pegawai Negeri Sipil

2. Guru Tetap Yayasan

3. Guru Bantu


(34)

Undang-Undang Tentang Guru tahun 2005 pasal 1 menyebutkan bahwa : Guru tetap adalah guru yang dipekerjakan secara permanen oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan.

Guru tetap Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah guru tetap yang diangkat sebagai pegawai negeri sipil oleh pemerintah dan/ pemerintah daerah berdasarkan peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Guru tetap non PNS adalah guru tetap yang diangkat oleh BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja.

Guru tidak tetap adalah guru yang diangkat secara sementara oleh pemerintah, pemerintah daerah, BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjan kerja.

Status karyawan pada suatu organisasi dapat pula dibedakan menjadi (http/www.portalhr.com):

1. Karyawan kontrak. Karyawan kontrak adalah karyawan yang dipekerjakan

oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu, waktunya terbatas maksimal hanya tiga tahun. Status karyawan kontrak hanya dapat dapat diterapkan untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :

a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya.

b. Pekerjaan yang diperlkirakan peyelesaiannya dalam waktu yang tidak

terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun.

c. Pekerjaan yang bersifat musiman.

d. Untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat diberlakukan status


(35)

e. Jika setelah kontrak kemudian perusahaan atau organisasi menetapkan yang bersangkutan menjadi karyawan tetap, maka masa kontrak tidak dihitung sebagai masa kerja.

2. Karyawan tetap. Karyawan tetap adalah karyawan yang bekerja pada suatu

organisasi dimana tidak ada batasan jangka waktu lamanya karyawan tersebut bekerja. Hubungan kerja antara organisasi dan karyawan tetap dituangkan dalam perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. Perusahaan atau organisasi dapat mensyaratkan masa percobaan maksimal tiga bulan, dan masa kerja dihitung sejak masa percobaan.

E. Kerangka Berpikir

1. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau dari Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak dalam hidupnya, tidak terkecuali dalam dunia pekerjaannya. Orang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi untuk bidang pekerjaannya biasanya cenderung melakukan hal yang berhubungan dengan pekerjaannya itu sebaik mungkin. Dengan demikian, pekerjaan profesional adalah pekerjaan yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan pelatihan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang harus dipenuhinya, maka semakin tinggi pula derajat profesi yang diembannya. Tinggi rendahnya pengakuan profesionalisme sangat tergantung kepada keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuh (Nurdin, 2008:102). Orang tersebut akan merasa bahwa pekerjaan yang sudah dijalaninya adalah


(36)

bagian dari hidupnya dan akan selalu berusaha untuk terus menjaga dan memperbaiki mutu kinerjanya. Ia akan bersikap profesional dalam pekerjaannya dan terus meningkatkan kompetensinya karena menyadari bahwa ilmu yang telah didapatkan pada pendidikan formal harus diterapkan dalam pekerjaannya. Sedangkan guru dengan kualifikasi pendidikan yang minim cenderung memiliki profesionalitas kerja yang rendah karena guru tersebut tidak memiliki kompetensi-kompetensi yang seharusnya dimiliki, yang didapat melalui proses pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hariwung (1989:11) yang mengatakan bahwa untuk menjalankan pekerjaan sesuai dengan tuntutan-tuntutan yang dipersyaratkan, maka orang yang dibebani tugas harus memiliki teori atau pengetahuan, pandangan atau konsep-konsep yang dapat menjelaskan kepadanya tentang pekerjaan tersebut dengan tuntutannya. Berdasarkan pengetahuan, pandangan dan pikiran-pikiran dimaksud ia mampu menyediakan seperangkat cara-cara operasional, serta informasi dan ketrampilan untuk pekerjaan tersebut.

2. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau dari Masa Kerja

Rentang waktu yang telah dijalani seseorang dalam bekerja biasanya akan membentuk suatu kebiasaan dan kemampuan tersendiri. Masa kerja atau waktu merupakan konsep yang sangat penting bagi seorang profesional. Waktu yang dipergunakan untuk kegiatan profesional (teacher’s time) adalah intensitas waktu dari seorang guru yang digunakan untuk tugas-tugas profesionalnya (Nurdin, 2008:113). Orang yang baru


(37)

menjalani bidang profesi tertentu misalnya mengajar cenderung belum memiliki keahlian pedagogik yang cukup tinggi. Namun seiring dengan berjalannya waktu, keahlian mengajar (pedagogik) tersebut akan terus terasah. Guru akan terus belajar dari tindakan-tindakannya dan mengevaluasi hasil pembelajarannya, sehingga akhirnya akan memiliki profesionalitas kerja yang tinggi. Hal ini dikuatkan dalam pedoman sertifikasi guru dimana uji kompetensi akan dilakukan melalui penilaian portofolio. Salah satu komponen portofolio itu adalah pengalaman mengajar (Pedoman Penyusunan Perangkat Portofolio, 2007:50 ). Guru dengan pengalaman lebih banyak akan berpeluang untuk memperoleh sertifikasi dibandingkan dengan guru dengan pengalaman mengajar yang sedikit. Jadi jelas terlihat bahwa dengan pengalaman atau masa kerja yang lebih panjang akan mempengaruhi tingkat profesionalitas kerja seseorang.

3. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau dari Status Kepegawaian

Status kepegawaian yang dimiliki seorang guru sering berdampak pada kinerjanya. Guru dengan status karyawan tetap cenderung memiliki profesionalitas kerja yang tinggi karena guru tersebut merasa bahwa ia adalah milik instansi tempat ia bekerja sehingga ia berusaha menjalankan pekerjaaannya sebaik mungkin, berusaha menjaga dan meningkatkan nama baik lembaga tempat guru tersebut mengajar. Guru dengan status ini diduga memiliki profesionalitas kerja yang lebih baik baik karena guru tersebut mendapatkan imbalan yang layak berupa materi dan fasilitas lainnya sehingga ia pun berusaha menampilkan kinerjanya sebaik


(38)

mungkin. Sedangkan guru dengan status karyawan tidak tetap kurang memiliki profesionalitas kerja yang baik dalam menjalankan tugasnya. Hal ini disebabkan kompensasi yang diterima sangat berbeda dibandingkan guru berstatus karyawan tetap. Ditinjau dari aspek sosial dan psikologis, karyawan berstatus pegawai tetap atau PNS akan cenderung lebih tenang dan nyaman dalam menjalani pekerjaannya sehingga berdampak baik bagi prestasi kerjanya dibanding dengan karyawan berstatus karyawan tidak tetap.

F. HIPOTESIS

Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih memerlukan jawaban atau pembuktian kebenarannya (Soeharto, 1989:134). Dalam penelitian ini, hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan 2. Ada perbedaan profesionalits kerja guru ditinjau dari masa kerja


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode survei. Surakhmad dalam Arikunto (2006:110) mengatakan bahwa pada umumnya survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (jangka waktu) yang bersamaan. Jumlahnya biasanya cukup besar. Dalam penelitian ini kesimpulan yang ditarik hanya berlaku dan terbatas pada guru-guru SMA Negeri dan Swasta di kota Yogyakarta.

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta.


(40)

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 1989:6). Sesuai masalah yang diteliti maka populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta yang berjumlah 1.829 orang guru.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu (Sudjana, 1989:161). Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan tabel Krecjie. Krecjie dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%, jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi (Sugiyono, 2007:62) Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah sebagian guru-guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Yogyakarta yang berjumlah 317 orang. Sampel tersebut diambil dari 8 SMA di kota Yogyakarta, yaitu SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Negeri 11 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, SMA


(41)

BOPKRI 2 Yogyakarta, SMA Muhammadyah 2 Yogyakarta, SMA Marsudi Luhur, dan SMA Bhinneka Tunggal Ika.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Teknik penarikan sampel ini terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti seperti jumlah sekolah dan karakteristik sekolah.

E. Operasionalisasi Variabel

1. Variabel Profesionalitas Kerja Guru

Profesionalitas kerja guru adalah kemampuan seorang guru dalam menguasai kompetensi-kompetensi dasar keguruan dalam menjalankan profesinya. Adapun dimensi profesionalitas kerja guru tersebut antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Profesionalitas kerja guru

Dimensi Indikator Pernyataan

Positif Negatif

Kompetensi Pedagogik

1. Menguasai karakteristik

peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

1,2


(42)

Kompetensi Kepribadian

3. Mengembangkan kurikulum

yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu

4. Menyelenggarakan kegiatan

pengembangan yang mendidik.

5. Memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk kepentingan

penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

6. Memfasilitasi pengembangan

potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

7. Berkomunikasi secara

efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

8. Menyelenggarakan penilaian

dan evaluasi proses dan hasil belajar.

9. Memanfaatkan hasil

penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 10. Melakukan tindakan reflektif

untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

1. Bertindak sesuai dengan

norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

2. Menampilkan diri sebagai

pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

3. Menampilkan diri sebagai

pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

4. Menunjukkan etos kerja,

tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

5. Menjunjung tinggi kode etik

profesi guru. 5 6 7 8 9 10,11 12,13 18 19, 20 14,15,16 17 21


(43)

Kompetensi Sosial

Kompetensi Profesional

1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak

diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluaraga, dan status sosial ekonomi.

2. Berkomunikasi secara efektif,

empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

4. Berkomunikasi dengan

komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 1. Menguasai materi, struktur,

konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai standar kompetensi

dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang

pengembangan yang diampu.

3. Mengembangkan materi

pelajaran yang diampu secara kreatif.

4. Mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

5. Memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. 22, 23 25, 26 28, 29, 30 31 33 34, 35 24 27 32


(44)

Pengukuran atas indikator-indikator profesionalitas kerja guru tersebut menggunakan skala Likert. Pemberian skor pada variabel ini tersaji sebagai berikut:

Tabel 3.2

Skoring Pernyataan Profesionalitas Kerja Guru

Kriteria Jawaban Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat setuju

Setuju Ragu - ragu Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

5 4 3 2 1

1 2 3 4 5

2. Variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang ditempuh atau diselesaikan seorang guru. Pemberian skor untuk variabel tingkat pendidikan ini adalah sebagai berikut:

Tingkat pendidikan Skor

S2 5

S1/D4 4

D3 3

D2 2

<D2 1

3. Variabel Masa Kerja

Yang dimaksud masa kerja dalam penelitian ini adalah suatu masa dimana guru melaksanakan tugasnya pada suatu satuan pendidikan tertentu. Dalam


(45)

penelitian ini masa kerja guru dalam menjalani profesinya dihitung dalam satuan tahun. Pemberian skor untuk variabel masa kerja adalah sebagai berikut:

Masa Kerja Skor

>25 tahun 23-25 tahun 20-22 tahun 17-19 tahun 14-16 tahun 11-13 tahun 8-10 tahun 5-7 tahun 2-4 tahun

9 8 7 6 5 4 3 2 1

4. Status Kepegawaian

Status kepegawaian merupakan keadaan atau kedudukan seseorang yang berprofesi sebagai guru dalam hubungannya dengan masyarakat keguruan. Pengukuran variabel ini adalah sebagai berikut:

Status Kepegawaian Skor

PNS 4

Guru Tetap Yayasan 3

Guru Bantu 2


(46)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang profesionalitas kerja guru, tingkat pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian.

G. Teknik Pengujian Instrumen

Di dalam penelitian, data memiliki kedudukan yang paling tinggi karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Untuk mengumpulkan data memerlukan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Dalam penelitian ini validitas akan dihitung

dengan menggunakan perhitungan korelasi Product Moment (Arikunto,

2006:170):

(

)( )

(

)

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y

N X X

Y X XY

N

∑ − ∑ ∑

− ∑

N


(47)

Keterangan:

xy

r X

Y

XY

= koefisien korelasi = jumlah skor X = jumlah skor Y

= jumlah hasil kali antara X dan Y N = banyaknya sampel yang diuji

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya hasil koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product Moment pada tabel. Jika hasil r hitung lebih besar dari r tabel maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid, dan begitu sebaliknya.

Uji validitas dilakukan terhadap item-item pernyataan variabel profesionalitas kerja guru, dilakukan pada guru-guru Sekolah Menengah Atas diluar yang menjadi sampel penelitian ini. Berikut adalah rangkuman uji validitas untuk variabel profesionalitas kerja guru :

Tabel 3.3

Rangkuman Uji Validitas Untuk Variabel Profesionalitas Kerja Guru

Butir No Korelasi Dengan Koreksi Status

1 0.569 Valid

2 0.825 Valid

3 0.527 Valid

4 0.633 Valid

5 0.655 Valid

6 0.435 Valid

7 0.506 Valid

8 0.497 Valid

9 0.414 Valid

10 0.649 Valid


(48)

12 0.694 Valid

13 0.711 Valid

14 0.511 Valid

15 0.579 Valid

16 0.571 Valid

17 0.392 Valid

18 0.080 Tidak Valid

19 0.534 Valid

20 0.430 Valid

21 0.610 Valid

22 0.391 Valid

23 0.458 Valid

24 0.212 Tidak Valid

25 0.104 Tidak Valid

26 0.583 Valid

27 0.447 Valid

28 0.558 Valid

29 0.624 Valid

30 0.636 Valid

31 0.570 Valid

32 0.706 Valid

33 0.651 Valid

34 0.717 Valid

35 0.427 Valid

36 0.575 Valid

37 0.617 Valid

38 0.485 Valid

39 0.132 Tidak Valid

Pengambilan keputusan ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai- nilai koefisien rhitung masing- masing butir dengan nilai koefisien rtabel.

Dengan jumlah data (N) sebanyak 33 responden dan taraf signifikansi 5% atau 0,05 maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,228. Maka bila nilai

koefisien rhitung lebih kecil dari 0.228 adalah tidak valid. Dari tabel diatas


(49)

yang tidak valid. Keempat pernyataan tersebutt selanjutnya tidak digunakan dalam penelitian ini.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen itu sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden untuk memilih jawaban – jawaban

tertentu. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen

yang skornya bukan satu dan nol, misalnya angket atau soal bentuk uraian (Arikunto, 1989 : 164).

Rumus Alpha:

(

)

⎥⎢⎡ −∑ ⎥⎤ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ −

= 22

11 1 1 t b k k r σ σ Keterangan: = 11

r reliabilitas instrumen = k = ∑ 2 b σ = 2 t σ

banyaknya butir pertanyaan jumlah varian butir

varian total

Tingkat reliabilitas kuesioner diuji pada taraf signifikansi 5%. Instrumen dikatakan reliabel apabila nilai r alpha > 0,60 dan instrumen dikatakan tidak reliabel apabila nilai alpha < 0,60 (Nunnaly dalam Imam Ghozali, 2001:20).

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus


(50)

Windows versi 16,0. Dari tiga puluh sembilan butir pernyataan pada variabel profesionalitas kerja guru diperoleh nilai koefisien alpha (rtt)

sebesar 0,740. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan nilai koefisien alpha dengan 0,60 dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien alpha lebih besar daripada nilai 0,60. Hal ini membuktikan bahwa instrumen profesionalitas kerja guru dapat dikatakan reliabel.

H. Teknik analisis data

1. Statistik Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data hasil pengumpulan data yang sudah didapat dan penelitian lapangan yang meliputi responden, variabel profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan, masa kerja, dan status kepegawaian. Maka untuk keperluan deskripsi data digunakan tabel distribusi frekuensi untuk setiap variabel.

2. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (uji K-S).

Uji K-S ini digunakan untuk menguji apakah dua sampel berasal dari populasi - populasi yang memiliki distribusi yang sama atau berbeda. Dasar pengujian ini adalah membandingkan dua distribusi kumulatif


(51)

dan memfokuskan pada selisih terbesar antara kedua distribusi tersebut dengan rumus (Sudrajat, 1985:39):

D = Max

[

Fo(Xi)−SN(Xi)

]

Keterangan :

D = Deviasi atau penyimpangan maximum

Fo(Xi) = Proporsi yang diharapkan dari nilai yang sama atau lebih

kecil dari Xi

SN(Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi dari satu

sampel random dengan N observasi.

Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi masing – masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilita lebih besar dari α =0,05 berarti sebaran data normal

2) Jika nilai probabilita lebih kecil dari α =0,05 berarti sebaran data tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi yang berdistribusi normal berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap populasi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian ini. Pengujian yang dipakai adalah uji F dengan rumus sebagai berikut : (Sudjana, 1975:250)

   


(52)

Harga Fhitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel

dengan dk pembilang dan dk penyebut. Kesimpulan: F tabel > F hitung serta signifikansi lebih dari 0,05, maka varians data yang dianalisis homogen, sebaliknya bila Ftabel < Fhitung dan signifikansi

kurang dari 0,05 maka varians data yang dianalisa tidak homogen. 3. Pengujian Hipotesis

a. Perumusan Hipotesis

Ho1= Tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari

tingkat pendidikan

Ha1= Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan

Ho2= Tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja

Ha2= Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa

kerja

Ho3= Tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian

Ha3= Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian

b. Pengujian Hipotesis

Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan Analisis Varians. Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut (Arikunto, 2000:532)


(53)

1) Mengelompokkan skor berdasarkan kategori

2) Langkah berikutnya adalah mencari harga-harga untuk setiap unsur

yang diperlukan dengan rumus Anava. Harga - harga tersebut adalah :

a) Banyaknya subjek dalam setiap kelompok (n ) k

b) Rerata skor untuk masing-masing kelompok (X)

c) Jumlah skor dalam setiap kelompok (∑Χ)

d) Jumlah kuadrat setiap skor dalam kelompok

(

∑Χ2

)

e) Jumlah untuk masing-masing harga (sesuai rerata)

Tabel 3.4

Rumus Perhitungan ANOVA

Sumber variasi

Jumlah kuadrat (JK) d.b MK F

Kelompok (K) Dalam (d)

(

) (

)

N nk

JK

X X

JK k t

k 2 2 ∑ ∑ = k t

JK

=

d

JK

1 − =K dbk

K

N

db

=

k

k k db JK MK = d k o MK MK F = d d d db JK MK =

Total (T)

(

)

N XT

2

2 − ∑

X

JKT =∑ T dbT = N−1

Keterangan:

nk = jumlah subyek dalam kelompok k = banyaknya kelompok

N = jumlah subyek seluruhnya

(

)

2

Ν Χ

T

= faktor frekuensi yang muncul berkali-kali

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan antara F hitung dan F tabel. Jika harga F hitung > F tabel maka dapat disimpulkan bahwa


(54)

ada perbedaan secara signifikan untuk profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikaan. Begitu pula sebaliknya, jika harga F hitung < F tabel maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan untuk profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan.

Catatan :

Perumusan dan pengujian hipotesis, serta pengambilan kesimpulan untuk variabel masa kerja, dan status kepegawaian dilakukan dengan cara yang sama seperti di atas.


(55)

BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan November 2008. Subyek penelitian ini adalah guru-guru di Sekolah Menengah Atas se- Kota Yogyakarta. Keseluruhan Sekolah Menengah Atas ini antara lain adalah SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 9 Yogyakarta, SMA Negeri 11 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta, SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, SMA Muhammadyah 2 Yogyakarta, SMA Bhinneka Tunggal Ika, dan SMA Marsudi Luhur Yogyakarta. Kuesioner yang diberikan kepada guru adalah sebanyak 317 buah. Jumlah kuesioner yang diisi lengkap oleh responden sebanyak 241 buah. Dengan demikian response rate pengembalian kuesioner sebesar 76,02%. Secara lengkap sebaran responden tersaji dalam tabel berikut:

Tabel 4.1

Sebaran Responden Penelitian

Nama Sekolah Responden Tidak Kembali

Rusak Gagal Jumlah

SMA N 3 YK 50 11 - - 39

SMA N 9 YK 50 10 - - 40

SMA N 11 YK 13 6 - - 7

SMA BOPKRI 1 YK 40 13 - - 27

SMA BOPKRI 2 YK 50 14 - - 36

SMA Muhammadyah 2 YK 60 18 - - 42

SMA Bhinneka Tunggal Ika 24 - - - 24

SMA Marsudi Luhur YK 30 4 - - 26

Jumlah 317 76 - - 241

1. Deskripsi Responden Penelitian a. Tingkat Pendidikan


(56)

Tabel 4.2

Tingkat Pendidikan Responden

No Tingkat pendidikan f fr (%)

1 S2 14 5,8

2 S1/D4 212 88

3 D3 13 5,4

4 D2 2 0,8

5 <D2 - -

Total 241 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mempunyai tingkat pendidikan kurang dari D2 tidak diketemukan, tingkat pendidikan D2 sebanyak 2 orang atau 0,8%, tingkat pendidikan D3 sebanyak 13 orang atau 5,4%, tingkat pendidikan S1/D4 sebanyak 212 orang atau 88%, dan tingkat pendidikan S2 sebanyak 14 orang atau 5,8%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini mempunyai tingkat pendidikan S1/D4.

b. Masa Kerja

Tabel 4.3

Masa Kerja Responden

No Masa Kerja f fr (%)

1 >25 tahun 36 15

2 23-25 tahun 27 11,2

3 20-22 tahun 25 10,4

4 17-19 tahun 20 8,3

5 14-16 tahun 16 6,6

6 11-13 tahun 25 10,4

7 8-10 tahun 22 9,1

8 5-7 tahun 29 12

9 2-4 tahun 41 17


(57)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mempunyai masa kerja 2-4 tahun sebanyak 41 orang atau 17,0%, masa kerja 5-7 tahun sebanyak 29 orang atau 12%, masa kerja 8-10 tahun sebanyak 22 orang atau 9,1%, masa kerja 11-13 tahun sebanyak 25 orang atau 10,4%, masa kerja 14-16 tahun sebanyak 16 orang atau 6,6%, masa kerja 17-19 tahun sebanyak 20 orang atau 8,3%, masa kerja 20-22 tahun sebanyak 25 orang atau 10,4 %, masa kerja 23-25 tahun sebanyak 27 orang atau 11,2%, dan masa kerja lebih dari 25 tahun sebanyak 36 orang atau 15%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini mempunyai masa kerja 2-4 tahun.

c. Status Kepegawaian

Tabel 4.4

Status Kepegawaian Responden

No. Status Kepegawaian f fr (%)

1 PNS 123 51,1

2 Guru Tetap Yayasan 23 9,5

3 Guru Bantu 9 3,7

4 Guru Honorer 86 35,7

Total 241 100

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah responden yang mempunyai status kepegawaian guru honorer sebanyak 86 orang atau 35,7%, berstatus guru bantu sebanyak 9 orang atau 3,7%, berstatus guru tetap yayasan sebanyak 2 orang atau 9,5%, berstatus pegawai negeri sipil sebanyak 123 orang atau 51,0%. Dengan demikian dapat


(58)

disimpulkan sebagian besar responden penelitian ini berstatus pegawai negeri sipil.

2. Profesionalitas Kerja Guru

Profesionalitas kerja guru disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.5

Profesionalitas Kerja Guru

Skor Frekuensi Persentase (%) Interpretasi

148-175 127-147 113-126 99-112 <99 88 142 9 2 - 36,51 58,92 3,73 0,84 - Sangat tinggi Tinggi Cukup tinggi Rendah Sangat rendah

Jumlah 241 100

Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa profesionalitas kerja guru di kota Yogyakarta dikategorikan sangat tinggi sebanyak 88 guru atau 36,51%, dikategorikan tinggi sebanyak 142 guru atau 58,92%, dikategorikan cukup tinggi sebanyak 9 guru atau 3,73%, dikategorikan rendah sebanyak 2 guru atau 0,84%, dan tidak terdapat guru yang dikategorikan sangat rendah. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan mean = 145,02, median = 144 , dan modus =145 ( Lampiran 4)

a. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Tabel 4.6

Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan

Kriteria Sangat

Tinggi Tinggi

Cukup

Tinggi Rendah

Sangat

Rendah Jumlah

<D2 F - - -

Fr (%) - - -

D2 F 1 1 - - - 2 Fr (%) 50 50 - - - 100


(59)

Fr (%) 38 54 7,7 - - 100 S1/D4 F 76 126 8 2 - 212

Fr (%) 36 59 3,8 0,9 - 100 S2 F 6 8 - - - 14

Fr (%) 43 57 - - - 100 Total F 88 142 9 2 241

Fr (%) 36,51 58,92 3,74 0,83 100

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) tidak diketemukan guru dengan tingkat pendidikan di bawah D2; 2) di tingkat pendidikan D2, 1 guru atau 50% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 1 guru atau 50% memiliki profesionalitas kerja tinggi; 3) di tingkat pendidikan D3, 5 guru atau 38% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 7 guru atau 54% memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru atau 7,7% memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 4) di tingkat pendidikan S1/D4, 76 guru atau 36% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 126 guru atau 59% memiliki profesionalitas kerja tinggi, 8 guru atau 3,8% memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi, dan 2 guru atau 0,9% memiliki profesionalitas kerja rendah; 5) di tingkat pendidikan S2, 6 guru atau 43% memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 8 guru atau 57% memiliki profesionalitas kerja tinggi.

b. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari masa Kerja Tabel 4.7

Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja Masa Kerja

Kriteria Sangat

Tinggi Tinggi

Cukup

Tinggi Rendah

Sangat

Rendah Jumlah

2-4 F 14 25 1 1 - 41


(60)

5-7 F 11 17 1 - - 29 Fr (%) 37,9 58,6 3,4 - - 100

8-10 F 9 12 1 - - 22

Fr (%) 40,9 54,5 4,5 - - 100

11-13 F 14 10 1 - - 25

Fr (%) 56 40 4 - - 100

14-16 F 3 12 - 1 - 16

Fr (%) 18,8 75 - 6,2 - 100

17-19 F 7 13 - - 20

Fr (%) 35 65 - - - 100

20-22 F 7 18 - - - 25

Fr (%) 28 72 - - - 100

23-25 F 13 13 1 - - 26

Fr (%) 48,1 48,1 3,7 - - 100 >25 F 10 22 4 - - 36

Fr (%) 27,8 61,1 11,1 - - 100

Total F 88 142 9 2 241

Fr (%) 36,51 58,92 3,74 0,83 100

Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Masa kerja 2-4 tahun, 14 guru (34,1%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 25 guru (61%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, 1 guru (2,4%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi, dan 1 guru (2,4%) memiliki profesionalitas kerja rendah; 2) Masa kerja 5-7 tahun, 11 guru (37,9%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 17 guru (58,6%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, 1 guru (3,4%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 3) Masa kerja 8-10 tahun, 9 guru (40,9%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 12 guru (54,5%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, 1 guru (4,5%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 4) Masa kerja 11-13 tahun, 14 guru (56%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 10 guru (40%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (4%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 5) Masa kerja 14-16


(61)

tahun, 3 guru (18,8%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 12 guru (75%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (6,2%) memiliki profesionalitas kerja rendah; 6) Masa kerja 17-19 tahun, 7 guru (35%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 13 guru (65%) memiliki profesionalitas kerja tinggi; 7) Masa kerja 20-22 tahun, 7 guru (28%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, dan 18 guru (72%) memiliki profesionalitas kerja tinggi; 8) Masa kerja 23-25 tahun, 13 guru (48,1%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 13 guru (48,1%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (3,7%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 9) Masa kerja >25 tahun, 10 guru (27,8%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 22 guru (61,1%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 4 guru (11,1%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi.

c. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian Tabel 4.8

Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian Status

Kepegawaian

Kriteria Sangat

Tinggi Tinggi

Cukup

Tinggi Rendah

Sangat

Rendah Jumlah Guru F

Honorer

49 1 86

32 4 -

Fr (%) 37,20 56,97 4,65 1,16 - 36 Guru

Bantu

F 2 6 1 - - 9 Fr (%) 22,22 66,67 1,16 - - 4

Guru Tetap Yayasan

F 9 13 - 1 - 23 Fr (%)

39,13 56,52 - 4,34 - 10

PNS F 45 74 4 - - 123

Fr (%) 36,58 60,16 3,25 - - 51

Total F 88 142 9 2 241


(62)

Tabel 4.8 di atas menu an b profes nalitas k rja gur

ditinjau dari s waia kan s bagai berikut: 1)

Guru honorer, 32 guru (37,20%) memiliki profesionalitas kerja sanga

B. Analisi 1. Pen

a. Pengujian Normalitas

rmalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya t pendidikan, masa kerja, dan status adalah hasil pengujian normalitas yang

njukk ahwa io e u

tatus kepega n dapat diurai e

t tinggi, 49 guru (56,97%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, 4 guru (4,65%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi, dan 1 guru (1,16%) memiliki profesionaitas kerja rendah; 2) Guru Bantu, 2 guru (22,22%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 6 guru (66,67%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (1,16%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi; 3) Guru tetap yayasan, 9 guru (39,13%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 13 guru (56,52%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 1 guru (4,34%) memiliki profesionalitas kerja rendah; 4) PNS, 45 guru (36,58%) memiliki profesionalitas kerja sangat tinggi, 74 guru (60,16%) memiliki profesionalitas kerja tinggi, dan 4 guru (3,25%) memiliki profesionalitas kerja cukup tinggi.

s Data

gujian Prasyarat Analisis

Uji no

distribusi variabel tingka kepegawaian. Berikut


(63)

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov (uji K-S). (Lampiran 4)

Tabel 4.9

Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan

D2 D3 S1 S2

N 2 13 212 14

Normal Parametersa

Mean 143.50 145.08 144.70 148.86 Std. Deviation 6.364 15.618 12.618 12.272 Most Extreme

Differences

Absolute .260 .213 .077 .193 Positive .260 .213 .077 .193 Negative -.260 -.162 -.050 -.175 Kolmogorov-Smirnov Z .368 .769 1.119 .723 Asymp. Sig. (2-tailed) .999 .596 .164 .672

sebagaimana tersaji dalam t 4.9 unjuk

Tabel 4.10

Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja

Hasil pengujian abel men kan

bahwa nilai probabilitas untuk variabel profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan D2 adalah 0,999; tingkat pendidikan D3 adalah 0, 596; tingkat pendidikan S1 adalah 0,164; tingkat pendidikan S2 adalah 0,672. Keseluruhan nilai asimp. sig tersebut lebih besar dari α = 0,05 Dengan demikian, dapat disimpulkan distribusi data profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan adalah normal.

Thn2_4 Thn5_7 Thn8_10 Thn11_13 Thn14_16 Thn17_19 Thn20_22 Thn23_25 Thn_25

N 41 29 22 25 16 20 25 27 36

Normal Parametersa

Mean 144.07 143.62 144.68 149.48 142.88 146.05 144.04 149.30 142.22 Std.

Deviation 13.530 11.400 13.167 14.717 13.923 9.545 12.009 13.861 11.059 Most Extreme Absolute .114 .140 .149 .113 .196 .110 .155 .150 .106


(64)

Differences Positive .114 .140 .149 .113 .196 .110 .155 .145 .106 Negative -.069 -.067 -.098 -.109 -.134 -.075 -.100 -.150 -.099 Kolmogorov-Smirnov Z .730 .755 .697 .565 .784 .494 .776 .781 .637 Asymp. Sig. (2-tailed) .661 .619 .716 .907 .570 .968 .584 .575 .811

Hasil pengujian sebagaimana tersaji da tab 10 m njuk ahwa nilai probabilitas untuk variabel profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja masa kerja 2-4 tahun adalah 0,661; masa kerja 5-7 tahun adalah 0,619; masa kerja 8-10 tahun adalah 0,716; masa kerja 11-13 tahun adalah 0,907; masa kerja 14-16 tahun adalah 0,570; masa kerja 17-19 tahun adalah 0,968; masa kerja 20-22 tahun adalah 0,584; masa kerja 23-25 tahun adalah 0,575; masa kerja lebih dari 25 tahun 0,811.Keseluruhan nilai asimp. sig tersebut lebih besar dari α = 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan distribusi data profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja adalah normal.

Tabel 4.11

asil Pengujian Normalitas Variabel Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Status Kepegawaian

lam el 4. enu kan

b

Rangkuman H

HONORER GURUBANTU GTY PNS

N 86 9 23 123

Normal Parametersa

Mean 144.31 140.00 146.04 145.70

Std. Deviation 13.379 10.977 15.604 11.727 Most Extreme

Differences

Absolute .112 .163 .143 .100 Positive .112 .152 .143 .100 Negative -.058 -.163 -.094 -.052 Kolmogorov-Smirnov Z 1.036 .490 .684 1.104 Asymp. Sig. (2-tailed) .233 .970 .738 .175


(65)

Hasil pengujian sebagaimana tersaji dalam tabel 4.11 menunjukkan

b. ogenitas

ntuk menguji kesamaan varians populasi

Tabel 4.12 Tabel Homogenitas

Variabel Levene Statistic

Sig.

bahwa nilai probabilitas untuk variabel profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian guru honorer adalah 0,233; status guru bantu adalah 0,970; status guru tetap yayasan adalah 0,738; status PNS adalah 0,175.Keseluruhan nilai asimp. sig tersebut lebih besar dari α = 0,05 Dengan demikian, dapat disimpulkan distribusi data profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian adalah normal.

Pengujian Hom

Pengujian ini digunakan u

yang berdistribusi normal berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap populasi. Pengujian didasarkan dengan menggunakan uji Levenne Statistic. Berikut disajikan tabel hasil pengujian homogenitas (Lampiran 4).

df1 df2

Profesionalitas ditinjau dari tingkat pendidikan

kerja guru 0,411 3 237 0,724

Profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja

1,063 8 232 0,390

Profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian

1,504 3 237 0,214

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan didapat nilai levene statistic 0,411 dengan probabilitas 0,724. Nilai probabilitas ini lebih besar dari α = 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat kesamaan varian populasi.


(66)

Profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja didapat nilai levene statistic 1,063 dengan probabilitas 0.390. Nilai probabilitas ini lebih besar dari α = 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat kesamaan varian populasi. Profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian didapat nilai levene statistic 1,504 dengan probabilitas 0,214. Nilai probabilitas ini lebih besar α = 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat kesamaan varian populasi.

Pengujian Hipotesis c.

alam penelitian ini menggunakan Analysis Of

daan profesionalitas kerja guru ditinjau

Ha: nalitas kerja guru ditinjau dari

b) Pen

bel hasil pengujiannya:

Tabel ANOVA

Profesionalitas Ker injau Dari Tingkat Pengujian hipotersis d

Variance (ANOVA). Hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: 1) Profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan

a) Rumusan hipotesis 1 Ho: Tidak ada perbe

dari tingkat pendidikan. Ada perbedaan profesio tingkat pendidikan. gujian hipotesis 1 Berikut ini disajikan ta

Tabel 4.13 ja Guru Dit Pendidikan Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. Between Groups 259.726 3 86.575 .534 .659 Within Groups 38404.124 237 162.043


(67)

H si dipero itung = 0,534 dengan nilai

signifikansi (α) = 0,65 g untuk F l raf

2) Prof

a) otesis II

ja guru ditinjau

b)

Berikut ini disajikan tabel hasil pengujiannya: Tabel 4.14

Tabel Anova

Masa Kerja a l pengujian leh Fh

9. Sedan kan tabe pada ta

signifikansi (α) = 0,05 (β=95%) dengan numerator/df1 (jumlah variabel-1) = 3, dan denumerator/df2 (jumlah kasus-jumlah variabel) = 237 adalah 2,6555.Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat pendidikan.

esionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja Rumusan hip

Ho: Tidak ada perbedaan profesionalitas ker dari masa kerja.

Ha: Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja.

Pengujian hipotesis II

Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 1487.718 8 185.965 1.161 .324 Within Groups 37176.133 232 160.242

Total 38663.851 240

ian dip Fhitung = 1,161 dengan nilai

ikansi (α) = 0 an untuk tabel pada taraf

Hasil penguj eroleh


(68)

signifikansi (α) = 0,05 (β=95%) dengan numerator/df1 (jumlah variabel-1) = 8, dan denumerator/df2 (jumlah kasus-jumlah variabel) = 232 adalah 2,6548. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari masa kerja. esionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian Rumusan hipotesis III

3) Prof a)

ditinjau aian

b)

Ber l hasil pengujiannya

Tabel 4.15 Tabel Anova

Kepegawaian Ho: Tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru

dari status kepegaw

Ha: Ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian

Pengujian hipotesis III ikut ini disajikan tabe

Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Status

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 350.501 3 116.834 .723 .539 Within Groups 38313.350 237 161.660

Total 38663.851 240

ujian dip hitu

signifikansi (α) = 0,539. S ngk untuk Ftabel pada taraf

Hasil peng eroleh F ng = 0,723 dengan nilai

eda an

signifikansi 0,05 (β=95%) dengan numerator/df1 (jumlah variabel-1) = 3, dan denumerator/df2 (jumlah kasus-jumlah variabel) = 237 adalah 2,6555. Dengan demikian dapat ditarik


(69)

kesimpulan bahwa Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari status kepegawaian.

N HASIL PENELITIAN C. PEMBAHASA

1. Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan

t disimpulkan bahwa tidak ada pendidikan. Kesim

dikan S2 sebanyak 14 respon

fesionalitas kerja tinggi. Hal ini tampak dari jawaban-Berdasarkan analisis data dapa

perbedaan profesionalitas kerja guru ditinjau dari tingkat

pulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai Fhitung = 0,534

lebih kecil dari Ftabel = 2,6555 atau nilai probabilitas = 0,659 lebih besar

dari taraf signifikansi (α = 5%) atau = 0,05.

Berdasarkan deskripsi data tentang tingkat pendidikan guru diperoleh hasil sebagai berikut: guru berpendi

den, berpendidikan S1/D4 sebanyak 212 responden, berpendidikan D3 sebanyak 13 responden, berpendidikan D2 sebanyak 2 responden, dan tidak diketemukan guru dengan tingkat pendidikan <D2. Hasil tersebut menunjukkan sebagian besar responden berpendidikan S1/D4. Sedangkan deskripsi data tentang profesionalitas kerja guru diperoleh hasil sebagai berikut: untuk kriteria sangat tinggi sebanyak 88 responden, tinggi sebanyak 142 responden, cukup tinggi sebanyak 9 responden, rendah sebanyak 2 responden, dan tidak ada responden berada pada kategori sangat rendah.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pro


(70)

jawab

pendi

an responden yang bersifat positif atas pernyataan-pernyataan tentang kinerjanya. Profesionalitas kerja guru menjadi indikator prasyarat pemberian sertifikasi guru dalam jabatan. Guru dengan tingkat pendidikan semakin tinggi akan memiliki profesionalitas kerja yang tinggi pula dan sebaliknya guru dengan tingkat pendidikan semakin rendah cenderung memiliki profesionalitas kerja yang rendah pula.

Dalam penelitian ini ditemukan adanya kesamaan profesionalitas kerja guru dari berbagai tingkat pendidikan. Guru dengan tingkat

dikan S1 memiliki profesionalitas kerja yang sama tingginya dengan guru dengan tingkat pendidikan D3 dan begitu pula guru dengan tingkat pendidikan D3 memiliki profesionalitas kerja yang sama tingginya dengan guru dengan tingkat pendidikan S2. Tidak adanya perbedaan tersebut disebabkan karena profesionalitas kerja guru juga dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar tingkat pendidikan seperti supervisi kepala sekolah dan banyaknya pengalaman yang diperoleh selama guru tersebut bekerja. Hal ini juga terlihat dari hasil penelitian Meliyana (2006:74) yang berkesimpulan bahwa supervisi kepala sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru. Kepala sekolah yang visioner akan selalu berupaya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi semua guru, seperti pendidikan dan pelatihan, seminar kependidikan, pelatihan penggunaan teknologi pengajaran terbaru dan lainnya, karena dengan pengetahuan yang luas akan meningkatkan profesionalitas kerja guru tersebut.


(71)

Salah satu teori yang dapat dijadikan landasan terbentuknya kompetensi seseorang adalah teori medan yang dikembangkan oleh Kurt Lewin

2.

rdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa tidak ada ja guru ditinjau dari masa

, teori ini memosisikan seseorang akan memperoleh kompetensi karena medan gravitasi disekitarnya turut membentuk kompetensi seseorang. Artinya kompetensi individu dipengaruhi dan dibentuk oleh lingkungannya yang dalam pandangan teknologi pembelajaran, lingkungan tersebut diposisikan sebagai sumber belajar. Selain itu, sistem informasi yang diperoleh seseorang dari lingkungan berupa pengalaman yang diperoleh secara empiris melalui observasi, pengetahuan ilmiah yang diterima dari pendidikan formal dan keterampilan yang dilakukannya secara mandiri turut mewarnai pembentukan kompetensi dirinya (Uno, 2007:60). Wawasan dan pengetahuan yang diperoleh guru dari lingkungannya inilah yang juga membentuk profesionalitas kerjanya yang semakin tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa guru dengan tingkat pendidikan apapun sangat mungkin memiliki profesionalitas kerja yang tinggi.

Profesionalitas Kerja Guru Ditinjau Dari Masa Kerja Be

perbedaaan yang signifikan antara profesionalitas ker

kerja. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan nilai Fhitung

= 1,161 lebih kecil dari Ftabel = 2,6548 atau nilai probabilitas = 0,324 lebih


(72)

Berdasarkan deskripsi data tentang masa kerja guru diperoleh hasil sebagai berikut: guru yang memiliki masa kerja lebih dari 25 tahun seban

ermasuk seorang guru. Profe

sejalan dengan pendapat Djohar M.S (2006:6) yang menyatakan bahwa kualitas yak 36 responden, masa kerja 23-25 tahun sebanyak 27 responden, masa kerja 20-22 tahun sebanyak 25 responden, masa kerja 17-19 tahun sebanyak 20 responden, masa kerja 14-16 tahun sebanyak 16 responden, masa kerja 11-13 tahun sebanyak 25 responden, masa kerja 8-10 tahun sebanyak 22 responden, masa kerja 5-7 tahun sebanyak 29 responden, dan masa kerja 2-4 tahun sebanyak 41 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki masa kerja 2-4 tahun. Sedangkan deskripsi data tentang profesionalitas kerja guru diperoleh hasil sebagai berikut: untuk kriteria sangat tinggi sebanyak 88 responden, tinggi sebanyak 142 responden, cukup tinggi sebanyak 9 responden, rendah sebanyak 2 responden, dan tidak ada responden berada pada kategori sangat rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai profesionalitas kerja tinggi.

Masa kerja yang panjang cenderung akan membuat seseorang lebih menguasai bidang keilmuan yang digelutinya t

sionalitas kerja memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaaan. Guru dengan masa kerja lama diduga memiliki profesionalitas kerja yang tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan adanya kesamaan profesionalitas kerja guru dari berbagai lamanya masa kerja. Hasil penelitian ini tidak


(1)

106

Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status, dan masa kerja guru : studi kasus guru-guru SMA N1 Bantul, SMA N1 Sedayu, SMA N1 Kasihan di Kabupaten Bantul.

0 1 106

Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari masa kerja, tingkat pendidikan, golongan jabatan dan status kepegawaian.

0 4 151

Persepsi guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan ditinjau dari tingkat pendidikan guru, golongan jabatan guru dan masa kerja guru.

0 2 115

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru dan golongan jabatan guru.

0 4 181

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru dan golongan jabatan guru - USD Repository

0 0 179

PERSEPSI GURU TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, BEBAN MENGAJAR, DAN STATUS GURU

0 4 201

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN GURU, GOLONGAN JABATAN GURU DAN MASA KERJA GURU

0 0 113

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU, DAN MASA KERJA GURU

0 0 104

PROFESIONALITAS KERJA GURU DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, MASA KERJA, DAN STATUS KEPEGAWAIAN

0 0 126

PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA

0 0 160