Perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Kramat 5 Magelang pada pelajaran Pkn menggunakan model Cooperative Learning tipe Stad

(1)

i

PERBEDAAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS

III SD NEGERI KRAMAT 5 MAGELANG PADA PELAJARAN

PKN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TIPE STAD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Luxy Adidaya NIM : 111134235

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

(3)

(4)

iv Motto Hidup

“Tak pernah sekali pun saya berusaha untuk dikenang dunia, hidupku ini kubaktikan pada peristiwa-peristiwa di sekitar, bagi generasi dan jamanku, semata-mata agar

diriku terjalin dengan sesuatu yang penting bagi sesamaku” ( Abraham Lincoln )

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Bapak Suroto dan Ibu Siti Asiyah yang selalu menjadi semangat hidup saya. Terimakasih atas doa dan dukungannya selama ini. Kakak saya Windi Susanti dan kedua ponakan saya Nadia dan Valentina terima kasih atas doa dan perhatian yang


(5)

(6)

(7)

(8)

viii ABSTRAK

Adidaya, Luxy. 2017. Perbedaan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri Kramat 5 Magelang Pada Pelajaran Pkn Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti model cooperative learning tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional di SD Negeri Kramat 5 Magelang. 2) mengetahui perbedaan motivasi belajar antara siswa yang mengikuti model cooperative learning tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional di SD Negeri Kramat 5 Magelang.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitiannya quasi eksperimental design tipe non equivalent control group design. Subyek dalam penelitian ini adalah 20 siswa kelas III A dan 20 siswa kelas III B. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, observasi dan tes. Analisis data dalam penelitian ini ditetapakan secara deskriptiif kuantitatif.

Hasil kesimpulan dari penelitian menunjukan bahwa 1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran tipe STAD dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran menggunakan model tipe STAD mempunyai langkah sebagai berikut : presentasi guru dan memberi motivasi siswa, pembagian kelompok heterogen, pretest, kuis dan posttest. Analisis data menunjukan harga sig kelompok kontrol 0,002 dan sig kelompok eksperimen 0,032 lebih kecil dari 0,05, Artinya terjadi skor signifikan dari pretes ke posttest. 2) Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar pada siswa menggunakan model pembelajaran tipe STAD dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Analisis yang dilakukan antara motivasi belajar pada kelompok control dan eksperimen didapatkan sig kelompok kontrol adalah 0.950 lebih besar dari 0.05, Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar pada kelompok control dan eksperimen. Hasil tersebut dengan kata lain tidak terjadi pengaruh antara kelompok control dengan kelompok eksperimen yang diberikan pembelajaran STAD.


(9)

ix ABSTRACT

Adidaya, Luxy, 2017. Motivation Difference and Learning Outcomes of Students Grade III at Public Elementary School Keramat 5 Magelang on Civics Subject by ussing Cooperative learning type STAD Model. Essay. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research aims:1) To know about the difference of Civics learning outcomes between students who are ussing the Cooperative learning type STAD Model and students who are ussing conventional learning model at Public Elementary School Keramat 5 Magelang.2) To know about the difference of studying motivation between students who are ussing the Cooperative learning type STAD Model and students who are ussing conventional learning model at Public Elementary School Keramat 5 Magelang.

This research is quantitative research. The type of the research is quasi experimental design type non equivalent control group design. Subjects in this research are 20 students at class 3A and 20 students at class 3B. The data collection technique that are paid in the research are quosioner, observation and test. The analysing of data that is ussed in the research is acclaimed through quantitative descriptive.

The conclussion of the research shows: 1) There is significant difference between students who are ussing Cooperative learning type STAD and students who are ussing conventional learning. The learning process that usses STAD type model has these following steps: teacher's presentation which followed by motivating students, grouping students heterogeneously, pretest, quiz and postest. Data analysis shows the value of control significance 0,002 smaller than 0,05; meaning that there is significance score from pretest to postest.2) There is no difference on studying motivation between students who are ussing Cooperative learning type STAD and students who are ussing conventional learning.The analysis which is done between studying motivation on group control and experiment is obtained by a control group significance about 0.950 bigger than 0.05; meaning that there is no significance different between studying motivation on control group and experiment. That result in other word to say is that no affect between control group and experiment group which are given STAD learning.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang maha esa atas segala karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Motivasi dan Hasil Belajar Berdasarkan Model Cooperative Learning tipe STAD Pada Pelajaran PKn Siswa Kelas III SD Kramat 5 Magelang” dengan lancer sesuai dengan waktu yang diharapkan. Penulis skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana pendidikan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma serta dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik, tanpa bantuan dan doronganberbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.Pd., M.Pd selaku wakaprodi PGSD.

4. Drs. Paulus Wahana, m.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing penyelesaian skripsi

5. Elisabeth Desiana Mayasari S.Psi. M.A, selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dalam penyelesaian skripsi.

6. Andhika S.Pd selaku guru kelas III SD Kramat 5 Magelang.

7. Para Guru SD Kramat 5 Magelang yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulisan skripsi.

8. Siswa-siswi kelas III SD Kramat 5 yang telah bekerja sama.

9. Para dosen Program sudi PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama mendidik.

10.Keluarga besarku yang selalu ada untuk memberikan motivasi. 11.Teman satu angkatan PGSD Universitas Sanata Dharma 2011 12.Teman-teman Kos Juani yang selalu memberiakan motivasi.


(11)

xi

13.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan untuk kelancaran tugas akhir skripsi ini.

Penulis menyadari karya ini jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar dapat lebih baik dalam menyusun karya selanjutnya. Semoga karya penulis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Yogyakarta, Penulis


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO HIDUP ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D.Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5


(13)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A.Kajian Teori ... 7

1.Motivasi ... 7

2.Motivasi belajar ... 8

3.Hasil belajar ... 17

4.Cooperative Learning ... 20

5.Cooperative Learning tipe STAD ... 23

6.PKn SD ... 29

B. Penelitian Yang Relevan ... 32

C. Kerangka Berpikir ... 35

D. Hipotesis ... 36

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Waktu dan tempat penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel ... 39

D.Variabel Penelitian ... 40

E. Metode Pengumpulan Data ... 46

F. Instrumen Penelitian... 41


(14)

xiv

H.Tenik Analisis Data………..55

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

A.Hasil Penelitian ... 57

1.Uji Asumsi ... 57

Uji Normalitas Data ... 57

Uji Homogenitas Skor Pretest Antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 61

2. Uji Hipotesis ... 63

Uji Perbandingan Skor Pretest dan Posttest ... 63

B. Pembahasan ... 67

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN... 70

A.Kesimpulan ... 70

B. Keterbatasan Penelitian ... 71

C. Saran ... 71


(15)

xv

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 PERANGKAT PEMBELAJARAN ...72

LAMPIRAN 2 DATA KUESIONER, PRETEST DAN POST TEST...85

LAMPIRAN 3 VALIDASI INSTRUMEN ...86

LAMPIRAN 4 HASIL PENELITIAN ...87

LAMPIRAN 5 FOTO ...88


(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Motivasi ... 57

Tabel 2.2 Instrumen Yang Relevan ... 60

Tabel 2.3 Skor Motivasi Belajar ... 62

Tabel 2.4 Lembar Observasi ... 63

Tabel 2.5 Uji Validitas Motivasi ... 67

Tabel 2.6 Validasi Isi ... 70

Tabel 2.7 Validasi Observasi ... 72

Tabel 2.8 Uji Normalitas ... 78


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Bagan penelitian Yang Relevan ... 47


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal sangat penting dalam kehidupan manusia karena pendidikan mempunyai peranan dalam meningkatkan kualitas manusia seutuhnya, sebagaimana yang di amanatkan dalam Undang-undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sesuai dengan Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Pendidikan merupakan pengetahuaan yang harus ditanamkan sejak dini. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat perlu ditanamkan sejak dini untuk membangun karakter bangsa dan negara agar mampu menciptakan individu bermartabat, bermoral yang baik untuk bekal menentukan arah kebijakan bangsa dan negara (Ittihad,2007:1.37).

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pelajaran wajib bagi setiap jenis dan jenjang pendidikan. Pelajaran tersebut diberikan pada pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan Kewarganegaraan penting dalam kehidupan sehari-hari karena didalamnya mengajarkan siswa untuk bersikap dikehidupan sehari hari. Pendidikan Kewarganegaraan tidak lepas dari indikator afektif, kognitif, dan psiomotorik. Ketiga aspek tersebut sangatlah fundamental bagi perkembangan siswa. Pendidikan sekolah dasar, aspek indikator kognitif sangat diperlukan sebagai alat ukur menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Indikator kognitif sangat erat hubungannya dengan hasil belajar karena hasil usaha atau sering disebut hasil


(19)

2

belajar dinyatakan oleh angka yang didasari hasil pengetahuan yang melibatkan aspek kognitif.

Sudjana (2005:5) menyatakan bahwa hasil siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar melibatkan aspek afektif, kognitif dan psikomotorik. Hasil belajar merupakan komponen penting bagi siswa karena dapat mengukur kriteria ketuntasan mengajar sehingga, siswa dapat melanjutkan dalam tahapan standar kompetensi selanjutnya. Hasil belajar yang dinyatakan dengan angka akan berdampak memotivasi siswa agar dapat mencapai ketuntasan belajar. Siswa dianggap mencapai keberhasilan belajar jika hasil belajar yang dinyatakan dengan angka sesuai dengan standar ktiteria ketuntasan minimal . Dampak dari hasil belajar mempunyai prosentase keberhasilan tinggi jika kegiatan belajar mengajar tersebut aktif menimbulkan motivasi sehingga ketika mengalami proses beajar siswa ingin tahu . Siswa akan lebih termotivasi karena merasa terlibat dalam proses belajar mengajar. Interaksi yang terjadi dalam kelas tidak hanya berpusat kepada guru melainkan terjalinya interaksi siswa ke siswa dan guru ke siswa.

Hasil belajar yang baik tentunya dapat diperoleh dari lembaga pendidikan. Salah satunya lembaga pendidikan formal seperti sekolah karena didalamnya terdapat kurikulum, tujuan pendidikan dan tenaga pendidik yaitu guru. Guru mempunyai peran yang penting dalam pendidikan karena berhubungan langsung dengan proses pembelajaran. Hamalik (2013:108) Guru mempunyai tanggung jawab terhadap sistem pembelajaran agar berjalan dengan baik. Pemilihan metode pembelajaran adalah salah satu tanggung jawab guru terhadap sistem pembelajaran dan proses belajar mengajar. Metode pembelajaran telah dikembangkan untuk menciptakan kegiatan belajar yang sesuai untuk kebutuhan siswa seperti metode cooperative


(20)

3

learning. Metode cooperative learning merupakan model pembelajaran secara kelompok. Pembelajaran cooperative dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik, memahami konsep dan menumbuhkan kemamuan berfikir kritis siswa. Metode coopertive sangat beragam salah satunya metode cooperative learning tipe STAD. Tipe cooperative learning STAD sangatlah sederhana karena menekankan pada interaksi siswa yang dibentuk dalam kelompok heterogen.

Realita dilapangan masih dijumpai metode pembelajaran yang berorientasi hanya kepada guru atau sering dikenal dengan metode konvensional (ceramah). PKn merupakan pelajaran yang sangat sering menggunakan metode tersebut seperti di SD Negeri Kramat 5 Magelang. Hal tersebut tercermin berdasarkan observasi di lapangan bahawa guru masih menggunakan metode ceramah tersebut. Pembelajaran konvensional atau ceramah tersebut sangat jarang diikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Guru hanya mentransfer ilmu dengan panduan buku teks sehingga pembelajaran menjadi kaku dan membosankan. Siswa sangat kurang termotivasi dengan apa yang guru samapikan dikelas. Hal ini mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa terhadap pelajaran PKn. Terlihat dari nilai tes PKn yang diperoleh kelas A rata-rata dengan 7 siswa atau 35% sudah mencapai kriteria minimal dan 11 siswa atau 55% yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sedangkan kelas B dengan 9 siswa atau 45% yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal dan 11 siswa atau 65% belum mencapai kriteria ketuntasan mengajar. Data diatas mencerminkan bahwa siswa belum memahami setiap jenjang Kompetensi pelajaran PKn sepenuhnya. Hasil tersebut bisa mengganggu siswa dalam memperoleh kompentensi jenjang selanjutnya yang berakibat gagalnya pencapaian pendidikan siswa.


(21)

4

Berbagai model pembelajaran telah dikembangkan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut seperti model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Metode tersebut merupakan model pembelajaran secara kelompok yang sangat sederhana. Slavin (dalam Isjoni, 2013:74) tipe cooperative learning STAD menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi pembelajaran guna mencapai prestasi belajar.

Dari latar belakang di atas, peneliti merumuskan judul penelitian yaitu “Perbedaan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Negeri Kramat 5 Magelang Pada Pelajaran PKn Menggunakan Model Cooperative Learning Tipe STAD”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan dibatasi pada siswa kelas III di SD Negeri Kramat 5 tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan model pembelajaran cooperatif learning tipe STAD. Pada pelajaran PKn dengan SK 1.1 Mengamalkan sumpah pemuda dan KD 1.1 Mengenal makna satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti model cooperative learning tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional di SD Kramat 5 Magelang?

2. Apakah ada perbedaan motivasi belajar PKn antara siswa yang mengikuti model cooperative learning tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional di SD Kramat 5 Magelang?


(22)

5 D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti model cooperative learning tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional di SD Kramat 5 Magelang

2. Mendeskripsikan motivasi belajar PKn antara siswa yang mengikuti model cooperative learning tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional di SD Kramat 5 Magelang

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Proses penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan motivasi dan hasil belajar peserta didik serta menambah pengalaman belajar baru yang menyenangkan bagi peserta didik.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah dan guru sebagai pertimbangan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih bervariatif, kreatif dan inovatif bagi peserta didik.

3. Bagi Peneliti

Proses dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang ilmu pendidikan, serta penggunaan metode-metode pembelajaran yang lebih bervariatif.


(23)

6 F. Definisi Oprasional

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijabarkan pada definisi operasional sebagai berikut :

1. Motivasi belajar adalah segala sesuatu yang menggerakkan serta mengarahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai prestasi belajar.

2. Hasil belajar adalah nilai kemampuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam penelitian ini dibatasi hanya aspek kognitif.

3. Cooperative Learning merupakan model pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk saling berinteraksi guan memahami materi.

4. Cooperative Learning Tipe STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mempunyai ciri tahapan sebagai berikut presentasi kelas, pengelompokkan siswa yang heterogen, tim, kuis dan skor kemajuan individu atau siswa. Tipe STAD mempunyai keunggulan dalam kerja tim yang dibentuk secara heterogen sehingga siswa mampu menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya sehingga mampu meningkatkan kemampuan siswa.

5. PKn merupakan pendidikan untuk memberikan bekal awal dalam bela negara yang dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, berkeyakinan atas kebenaran idiologi pancasila dan UUD 1945 serta kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.


(24)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti menjabarkan segala sesuatu yang mendasari teori penelitian yaitu: kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis.

A. Kajian Teori 1. Motivasi

a. Pengertian motivasi belajar

Sardiman (2008: 73), mengemukakan bahwa motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan atau aktivitas. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri subjek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.

Slavin yang dikutip oleh Anni., dkk (2006: 156), menjelaskan motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus. Menurut Slameto (2010: 170) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkat kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa motivasi merupakan daya penggerak yang mendorong serta memberi arahan tingkah laku seseorang dalam bertindak serta melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.


(25)

8 2. Motivasi belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Di dalam belajar banyak siswa yang kurang termotivasi terhadap pelajaran termasuk didalamnya adalah aktivitas praktek maupun teori untuk mencapai suatu tujuannya. Ada beberapa pengertian motivasi belajar sebagai berikut:

Sani (2013: 49) Motivasi belajar adalah segala sesuatu yang dapat memotivasi peserta didik atau individu untuk melakukan kegiatan belajar. Sardirman (dalam Khodijah, 2014: 156) berpendapat bahwa dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan yang memberi arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki akan tercapai. Khodijah (2014: 156-157) mengemukakan motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranan yang khas dari motivasi belajar adalah bertumbuhnya gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Lebih lanjut Khodijah menjelaskan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang menjadi penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan belajar dan mencapai tujuan yaitu mencapai prestasi.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah segala sesuatu yang menggerakkan serta mengarahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai prestasi belajar.


(26)

9 b. Indikator Motivasi

Sondang P. Siagian (2008:138) motivasi mempunyai idikator sebagai berikut :

1) Daya pendorong

2) Kemauan

3) Kerelaan

4) Ketrampilan

5) Tanggung jawab

6) Kewajiban

7) tujuan

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Dimyati dan Mudjiono (2010: 97-100) menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu :

1) Cita-cita atau aspirasi siswa

Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat. Cita-cita siswa untuk “menjadi seseorang” akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan pelaku belajar.

2) Kemampuan Belajar

Kemampuan belajar meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa. Misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir, dan


(27)

10

fantasi. Siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit (nyata) tidak sama dengan siswa yang berpikir secara operasioanl (berdasarkan pengamatan yang dikaitkan dengan kemampuan daya nalarnya). Jadi siswa yang mempunyai belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses oleh karena kesuksesan memperkuat motivasinya.

3) Kondisi Jasmani dan Rohani Siswa

Siswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi psikologis, tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologis.

4) Kondisi Lingkungan Kelas

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datangnya dari luar diri siswa. Lingkungan siswa sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

5) Unsur-unsur Dinamis Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar yang tidak stabil, kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali.

6) Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa.


(28)

11

Slameto (2010 : 54-71) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut :

1) Kesehatan

Sehat bararti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

2) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju pada suatu objek atau sekumpulan objek. Mendapatkan hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar. Siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseoarang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari itu diperoleh kepuasan.


(29)

12 4) Bakat

Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat itu mempengaruhi belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena senang belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Yang termasuk dalam faktor intrinsik adalah kesehatan, perhatian, minat, dan bakat. Sedangkan yang termasuk dalam faktor ekstrinsik adalah metode mengajar, alat pelajaran, dan kondisi lingkungan. Factor-faktor tersebut digunakan dalam penyusunan kuesioner penelitian sebagai pedoman pembuatan.

d. Fungsi Motivasi Belajar

Sardiman (2003: 85) mengemukakan bahwa dalam kaitannya dengan belajar, motivasi memiliki fungsi yaitu sebagai daya penggerak untuk melakukan kegiatan belajar. Lebih lanjut Sardiman membagi fungsi motivasi sebagai berikut :

1) Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi motivasi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak yang akan digerakkan.

2) Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang akan dicapai. Jadi motivasi dapat memberi arah kegiatan yang harus dikerjakan agar sesuai dengan tujuannya.


(30)

13

3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan yang harus dikerjakan yang sesuai untuk mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Sejalan dengan Sardiman (dalam Purwanto, 2009: 70-71) berpendapat bahwa ada beberapa fungsi motivasi yaitu sebagai berikut

1) Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

2) Motif itu menentukan arah perbuatan.yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan yang harus ditempuh.

3) Motif menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tak bermanfaat bagi tujuan itu.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong dan pengarah seseorang atau siswa pada aktivitas mereka dalam pencapaian tujuan belajar.

e. Macam-macam Motivasi

Gunarsa (2004: 50-51) menjabarkan motivasi yang secara umum dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Adapun uraian kedua pengertian motivasi intrinsik dan ekstrinsik menurut Gunarsa di bawah ini sebagai berikut:


(31)

14

1) Motivasi Intrinsik merupakan dorongan atau kehendak yang kuat yang berasal dari dalam diri seseorang. Semakin kuat motivasi instrinsik yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar kemungkinan ia memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan.

2) Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan segala sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan sendiri, ataupun melalui saran, anjuran, atau dorongan dari orang lain. Faktor eksternal dapat mempengaruhi penampilan atau tingkah laku seseorang, yaitu menentukan apakah seseorang akan menampilkan sikap gigih dan tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuannya.

Sardiman (2008: 89-91) membagi motivasi menjadi dua yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Adapun uraian pengertian dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik menurut Sardiman yaitu sebagai berikut:

1) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau baerfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

2) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi ada dua yaitu motivasi yang muncul dari dalam diri individu (intrinsik) dan motivasi yang muncul diri luar diri individu (ekstrinsik). Motivasi intrinsik memiiki sifat permanen karena sudah ada di dalam diri setiap orang sedangkan motivasi ekstrinsik bisa ada ketika seseorang mendapat rangsangan (stimulus) dari luar dirinya.


(32)

15

Khodijah (2014: 157) menguraikan beberapa prinsip motivasi belajar antara lain sebagai berikut:

1) Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar.

2) Motivasi intrinsik lebih utama daripada ekstrinsik dalam belajar.

3) Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman.

4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar.

5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar.

6) Motivasi melahirkan prestasi belajar.

Hamalik (2013 : 114-115) mengemukakan beberapa prinsip motivasi belajar, sebagai berikut:

1) Pujian lebih efektif daripada hukuman.

2) Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat kepuasan.

3) Motivasi yang bersumber dari dalam diri individu lebih efektif daripada motivasi yang berasal dari luar.

4) Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan penguatan (reinforcement).

5) Motivasi mudah menjalar kepada orang lain.

6) Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar.


(33)

16

7) Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untukmelaksanakannya daripada tugas yang dipaksakan dari luar.

8) Ganjaran yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar.

9) Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk memelihara minat siswa.

10) Minat khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran.

11) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat belajar bagi siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna ternyata tidak bermakna bagi siswa yang tergolong pandai, karena ada perbedaan tingkat kemampuan.

12) Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu siswa belajar menjadi lebih baik.

13) Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar, dan menganggu perbuatan belajar siswa, karena perhatiannya akan terarah pada hal lain.

14) Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat menyebabkan frustasi pada siswa, bahkan dapat mengakibatkan demoralisasi dalam belajar, yakni perbuatan yang tidak wajar (misal: mencontoh).

15) Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu dengan yang lainnya.


(34)

17

16) Pengaruh kelompok umumnya lebih efektif dalam motivasi belajar dibandingkan dengan paksaan orang dewasa.

17) Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan kreativitas.

Dari beberapa prinsip motivasi yang dikemukakan oleh dua tokoh di atas, dapat dipahami bahwa motivasi merupakan unsur penting yang melandasi segala aktivitas/kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah.

3. Hasil belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Sudjana (2005: 5) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Sejalan dengan Sudjana, (dalam Susanto, 2014: 5) mengemukakan hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajarnya.

Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan hal yang berbeda yakni hasil belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Djamarah (2008:23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.


(35)

18

Widoyoko (2013:1) mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran. Khodijah, (2014: 51), berpendapat bahwa tidak semua perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu (peserta didik) dapat dikatakan sebagai hasil belajar.

Dari beberapa pengertian yang dikemukankan oleh beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik dari proses pembelajaran yang sudah dilakukan mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa

b. Ciri-ciri Hasil Belajar

Ahmadi dan Supriyono (dalam Khodijah, 2014: 53) menjelaskan bahwa suatu proses perubahan baru dapat dikatakan sebagai hasil belajar apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) terjadi secara sadar; (2) bersifat fungsional; (3) bersifat aktif dan positif; (4) bukan bersifat sementara; (5) bertujuan dan terarah; (6) mencakup seluruh aspek tingkah laku.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Wasliman (dalam Susanto, 2014: 12) hasil belajar yang diperoleh peserta didik dipengaruhi beberapa faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Secara terperinci uraian tentang faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut:


(36)

19

1) Faktor internal: merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.

2) Faktor eksternal: merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajarnya yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keadaan keluarga (kurang mendapat perhatian khusus dari orang tua, kebiasaan sehari-hari mendapat perlakuan kurang baik dari orang tua), dan kondisi ekonomi.

Wasliman dan Dukin (dalam Susanto, 2014: 13-14), terdapat sejumlah aspek yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran siswa dilihat dari faktor guru, yaitu:

1) Teacher formative experience, jenis kelamin serta pengalaman hidup guru yang menjadi latar belajang sosial mereka.

2) Teacher training experience, meliputi pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan prosesional, tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan.

3) Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru, motivasi dan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran, termasuk kemampuan merencanakan pembelajaran dan evaluasi maupun penguasaan materi pembelajaran yang akan diajarkan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu, faktor keluarga, ekonomi, masyarakat dan sekolah.


(37)

20 4. Cooperative Learning

a. Pengertian Cooperative Learning

Isjoni (2013: 20) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu pendekatan dimana peserta didik berkerjasama antara satu dengan yang lain dalam kelompok belajar yang kecil untuk menyelesaikan tugas individu atau kelompok yang diberikan oleh guru. Sejalan dengan Isjoni, Jhonson (dalam Isjoni, 2013: 23), berpendapat bahwa istilah pembelajaran kooperatif dalam pengertian bahasa Indonesia yaitu mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar dapat berkerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan saling memahami satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Suprijono (2013: 54) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas mencakup semua jenis kerja sama kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Lebih lanjut Suprijono menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, guru sebagai pemberi arah, guru bertugas untuk menetapkan pertanyaan-pertanyaan, menyediakan bahan-bahan dan merancang informasi untuk membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil yang memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk saling berinteraksi dan berkerja sama guna memahami suatu materi atau bahan pembelajaran.


(38)

21

Arends dan Ibrahim (dalam Isjoni, 2013: 25) menjelaskan unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: (1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa “sehidup sepenanggungan”, (2) Setiap siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lainnya dalam kelompoknya disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi, (3) Semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, (4) siswa membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompok, (5) setiap siswa akan diberikan evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok, (6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, (7) Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secera individual materi yang ditangani di dalam kelompoknya.

Roger dan Johnson (dalam Suprijono, 2013: 58), berpendapat untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, ada lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu:

1) Saling ketergantungan positif (positive interdependence). Dalam pembelajaran kooperatif, pendidik hendaknya mamu menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling memnutuhkan satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini yang dimaksud saling ketergantungan positif yaitu saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan mencari bahan atau sumber belajar, saling ketergantungan peran dan saling ketergantungan hadiah.

2) Tanggung jawab perseorangan (personal responsibility). Dalam pembelajaran kooperatif, semua anggota kelompok diajarkan untuk saling membagi tanggung jawab. Setiap anggota kelompok memiliki tugas dan


(39)

22

tanggungjawab yang sama. Interaksi promotif (face to face promotive interaction).Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok diharapkan mampu berinteraksi dengan anggota kelompok yang lain seperti: saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberi informasi dan saran yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, serta saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

3) Komunikasi antaranggota (interpersonal skill). Dalam pembelajaran kooperatif, unsur-unsur komunikasi antaranggota kelompok ini sangat penting karena dapat melatih keterampilan sosial setiap anggota kelompok misalnya: saling mengenal dan mempercayai teman, mampu berkomunikasi, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara kondusif.

4) Pemrosesan kelompok (group processing). Proses pemerosesan kelompok ini adalah suatu upaya yang digunakan sebagai evaluasi dari semua rangkaian kegiatan kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas setiap anggota dalam memberikan konstribusi terhadap kegiatan kolaborasi untuk mencapai tujuan kelompok.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran kooperatif dibedakan dari pembelajaran lainnya karena memiliki ciri-ciri khusus dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dilaksanakan secara sistematis dan harus memenuhi beberapa unsur sebagaimana telah diuraikan di atas.

c. Tujuan Cooperative Learning

Isjoni (2013: 9) berpendapat bahwa tujuan utama penerapan pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara


(40)

23

berkelompok bersama-sama dengan teman-temannya dengan saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang laian untuk mengemukakan gagasan atau menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.

Suprijono (2013: 61) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif dikembangkan yaitu untuk mencapai hasil belajar berupaprestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Lebih lanjut Suprijono menekankan bahwa untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya.

Dari penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat dipahami bahwa tujuan pembelajaran kooperatif yaitu untuk mengembangkan keterampilan peserta didik mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.

5. Cooperative Learning tipe STAD a. Pengertian

Cooperative Learning tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Aqib (2014: 20) pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam model pembelajaran ini, siswa dibentuk ke dalam kelompok/tim kecil yang beranggotakan 4-5 orang siswa. Kelompok dibentuk secara campuran (heterogen) dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, suku, status sosial, agama, dan lain sebagainya. Setiap


(41)

24

siswa/anggota kelompok saling berkerjasama serta berinteraksi guna mencapai tujuan bersama.

Sejalan dengan Aqib, Trianto (2010: 68) mengemukakan pembelajaran kooperatif STAD merupakan salah satu jenis dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa SD secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin (dalam Trianto, 2010: 68-69) juga menyatakan pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggota 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.

Lebih lanjut Slavin (dalam Rusman, 2011: 214) memaparkan bahwa, “Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, disimpulkan pengertian model pembelajaran kooperatif STAD adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang heterogen (tingkat prestasi, jenis kelamin, budaya, dan suku) yang terdiri dari 4-5 siswa. Kegiatan pembelajarannya diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Ciri terpenting dalam model pembelajaran kooperatif STAD adalah kerja tim.

a. Langkah-Langkah Cooperative Learning tipe STAD

Isjoni (2013: 74) menguraikan beberapa langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:


(42)

25

1) Tahap penyajian materi, dalam tahap ini guru memulai menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu peserta didik tentang materi yang akan dipelajari.

2) Tahap kerja kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari.

3) Tahap tes individu, pada tahap ini guru memberi tes kepada setiap peserta didik (individu). Tujuan dari tes individu yaitu untuk mengetahui keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik.

4) Tahap perhitungan skor perkembangan individu, pada tahap ini perhitungan skor individu dapat dihitung dari skor awal, berdasarkan nilai evaluasi yang dilakukan sebelumnya. Lebih lanjut Isjoni menjelaskan, penghitungan skor kelompok d dilakukan dengan cara menjumlahkan dari masing-masing perkembangan skor individu dalam kelompok dan hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Berbeda dengan Isjoni, Aqib (2014: 20) menguraikan beberapa langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

1) Membentuk kelompok yang anggotanya sebanyak 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).

2) Guru menyajikan pelajaran.

3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota-anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.


(43)

26 6) Kesimpulan.

Menurut Rusman (2011: 215-216) menguraikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif STAD, sebagai berikut:

1) Penyampaian tujuan dan motivasi.

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Pembagian kelompok.

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari beberapa siswa berjumlah 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas kelas dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras, atau etnik.

3) Presentasi dari guru.

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari.

4) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim).

Siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk. Kerja tim merupakan ciri terpenting dari pembelajaran kooperatif tipe STAD.

5) Kuis (evaluasi).

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis (evaluasi) tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.


(44)

27

Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif STAD, langkah-langkah pembelajaran IPS pada kelompok control menggunakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif STAD seperti tercantum di atas.

b. Kelebihan Cooperative Learning Tipe STAD

Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Hamdayama (2014: 118) yaitu:

1) Siswa berkerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-nmorma kelompok.

2) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

3) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

4) Interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

5) Meningkatkan kecakapan individu.

6) Meningkatkan kecakapan kelompok.

7) Tidak bersifat kompetitif.

8) Tidak memiliki rasa dendam.

Roestiyah (dalam Sanjaya, 2011) menyebutkan beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif STAD, sebagai berikut:

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.


(45)

28

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

3) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

4) Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

5) Siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran dan siswa lebih aktif dalam diskusi.

6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

c. Kelemahan Cooperative Learning tipe STAD

Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Hamdayama (2014: 118) yaitu:

1) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

2) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena anggota yang pandai lebih dominan dalam proses pembelajaran.

3) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.

4) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif STAD.

5) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif STAD.


(46)

29

6) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka berkerja sama.

6. PKn SD

a. Pengertian PKn SD

PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk diajarkan pada jenjang sekolah dasar. Ruminiati (2007: 1.15) menyatakan bahwa pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Tetapi di dalam pelaksanaan pembelajaran, tidak sedikit yang salah menafsirkan bahwa PKN dengan PKn merupakan hal yang sama. Padahal keduanya memiliki definisi dan fungsi yang berbeda dalam pembelajaran.

Hal ini sesuai dengan pendapat Soemantri bahwa PKN adalah pendidikan kewargaan negara, yang merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membentuk warga negara yang baik yaitu warga negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik, sedangkan PKn adalah pendidikan kewarganegaraan, pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang berisi tentang diri kewarganegaraan, peraturan naturalisasi atau pemerolehan status sebagai WNI (Ruminiati, 2007: 1 – 25).

Pengertian PKn juga dijelaskan di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi. Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi tertulis bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

PKn merupakan pendidikan untuk memberikan bekal awal dalam bela negara yang dilandasi oleh rasa cinta kepada tanah air, kesadaran berbangsa


(47)

30

dan bernegara, berkeyakinan atas kebenaran idiologi pancasila dan UUD 1945 serta kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara (Ittihad, 2007: 1.37).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang berkaitan erat dengan pendidikan afektif yang berpengetahuan bela negara. PKn juga dikatakan sebagai pendidikan awal bela negara, idiologi pancasila dan UUD 1945, naturalisasi, dan pemerolehan status warga negara.

a. Tujuan PKn

Melalui mata pelajaran PKn, diharapkan kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan sebagaimana tercantum pada Permendiknas, No. 22 tahun 2006 tentang standar isi meliputi:

1) Berpikir secara kritis dan rasional dalam menghadapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lain.

4) Berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tujuan mata pelajaran PKn terbagi menjadi beberapa aspek. Aspek berpikir merupakan


(48)

31

awal dari adanya partisipasi individu, sehingga individu secara positif dapat berkembang dan berinteraksi dengan pihak lain.

b. Ruang Lingkup PKn

Mata pelajaran PKn memiliki klasifikasi materi yang dirangkum dalam ruang lingkup pembelajaran. Ruang lingkup pada materi mata pelajaran PKn sesuai Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi, meliputi:

1) Persatuan dan kesatuan bangsa.

2) Norma, hukum, dan peraturan.

3) Hak asasi manusia.

4) Kebutuhan warga negara.

5) Konstitusi negara.

6) Kekuasan dan Politik.

7) Pancasila.

8) Globalisasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa materi pembelajaran pada mata pelajaran PKn terangkum dalam ruang lingkup mata pelajaran PKn yang terdiri dari beberapa aspek, meliputi: ruanglingkup persatuan dan kesatuan bangsa, ruang lingkup norma, hukum, dan peraturan, ruang lingkup HAM (Hak Asasi Manusia), ruang lingkup kebutuhan dan konstitusi negara, ruang lingkup kekuasaan dan politik, ruang lingkup pancasila, serta ruang lingkup globalisasi.


(49)

32 B. Penelitian Yang Relevan

Pada bagian ini peneliti memaparkan beberapa hasil penelitian yang relevan sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian dari Ni Ketut (2010) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Minat Terhadap Lingkungan Pada Siswa Kelas V SD Se-Desa Simbangkaja Tahun Pelajaran 2010/2011”. Menunjukkan bahwa pembelajaran IPA kelas V dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Learning tipe STAD memiliki dampak positif bagi siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPA pada siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.

2. Berdasarkan penelitian dari Dermini Ni Nenggah (2013) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tehnik STAD Terhadap Hasil Belajar Dilihat Daris Sikap Sosial Siswa Dalam Pembelajaran IPS”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tehnik STAD lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, (2) sikap sosial siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tehnik STAD secara signifikan lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, (3) secara simultan, hasil belajar IPS dan sikap sosial siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatid tehnik STAD secara signifikan lebih baik daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

3. Berdasarkan penelitian dari Sundari (2014) yang berjudul “Pengaruh Tipe Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Motivasi Belajar IPS Siswa Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh positif yang signifikan terhadap motivasi belajar Ilmu


(50)

33

Pengetahuan Sosial yang diajarkan dengan model pembelajaran Student Teams Achievetment Division (STAD) pada kelas V SDI Bani Saleh 6 Bekasi.

4. Berdasarkan penelitian dari I.G.A Diah Mardani (2013) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar PKn Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas 4 SD Gugus I Kuta Kabupaten Bandung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar PKn yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan Kooperatif Tipe STAD dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, (2) terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dan motivasi berprstasi terhadap hasil belajar PKn, (3) untuk kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang mengikuti Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran Konvensional, dan (4) untuk kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar PKn antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan kooperatif tipe STAD dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(51)

34

Berikut merupakan bagan penelitian sebelumnya.

Gambar 1.1 Kerangka Penelitian Sebelumnya

Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti akan mengujicobakan model cooperative learning tipe STAD untuk mengetahui apakah ada perbedaan motivasi dan hasil belajar antara kelompok siswa yang mengikuti model Cooperative

Sundari (2014) Pengaruh Student Teams Achievetment Division STAD-motivasi I.G.A Diah Mardani (2013) Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD-hasil belajar PKn Cooperative

Learning tipe STAD

Ni Ketut (2010) Pembelajaran pengaruh kooperatif tipe STAD-hasil Belajar Dermini Ni Nenggah (2013) Pengaruh Pembelajaran kooperatif tehnik STAD- Yang diteliti: Perbedaan Model Cooperative Learning tipe STAD- motivasi dan hasil belajar

Motivasi belajar IPS Siswa Kelas IV SD

Hasil belajar IPS Siswa Kelas IV SD


(52)

35

Learning tipe STAD dan kelompok siswa yang mengikuti model Pembelajaran Konvensional pada mata pelajaran PKn siswa kelas III SD. Pada penelitian ini menetapkan mata pelajaran PKn sebagai mata pelajaran yang diteliti karena penelti diatas belum mengembangkan PKn untuk penelitiannya dan melihat perbedaan hasil belajar dan motivasinya.

C. Kerangka Berpikir

PKn merupakan mata pelajaran yang fundamental karena merupakan pengetahuan awal siswa untuk bersikap dan bermoral agar berguna bagi nusa dan bangsa. Pelajaran PKn diajarkan setiap jenis dan jenjang pendidikan baik formal maupun non formal. Hal tersebut sangat bertolak belakang dimana terdapat fenomena PKn merupakan pelajaran membosankan bagi siswa. Tercermin berdasarkan observasi, siswa kurang termotivasi dalam proses belajar . hal tersebut berdampak pada hasil belajar yang belum mencapai standart minimal ketuntasan belajar. Perlunya inovasi dalam metode pembelajaran merupakan tanggung jawab bagi setiap tenaga pendidik.

Dewasa ini pendidikan terutama pada mata pelajaran PKn masih sering dijumpai penggunaan metode konvensional yaitu metode ceramah. Penggunaan metode ceramah pada mata pelajaran PKn sering diaplikasikan dengan guru secara tidak pas sebagai contoh menempatkan guru sebagai satu satunya sumber belajar tanpa mengaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Metode ceramah tersebut sangat kurang relevan karena siswa menjadi bosan dalam kegiatan belajar. Motivasi siswa untuk belajar akan menurun karena jenuh dengan metode yang mengedepankan teks buku. Turunnya motivasi tersebut perlu disadari oleh setiap tenaga pendidik karena dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Berbagai model pembelajaran telah dikembangkan salah satunya metode kooperatif. Metode kooperatif merupakan metode pembelajaran secara


(53)

36

kelompok. Inovasi seperti metode kooperatif dirasa sangat penting agar mampu memotivasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran sendiri merupakan factor yang dapat mempengaruhi hasil belajar.

Berdasarkan uraian diatas pentingnya inovasi metode pembelajaran sangat diperlukan maka peneliti menggunakan metode kooperatif untuk memotivasi dan meningkatkan hasil belajar siswa. Metode kooperatif yang dipilih adalah tipe STAD kaarena metode pembelajarannya yang sangat sederhana. Tahap-tahap pembeljarannya cukup berbeda dari metode kooperatif lainnya. Tahap awal pembentukan kelompok heterogen kemudian guru presentasi dilanjutkan dengan prettes, kuis dan posttest dalam kelompok. Metode STAD mempunyai kelebihan menitikberatkan interaksi siswa dalam kelompok. Guru menempatkan diri sebagai fasilitator bukan sebagai satu satunya sumber belajar. Siswa diharapkan mampu membelajarkan sesama siswa pada saat proses belajar karena hal tersebut sangat efektif daripada pembelajaran dari guru.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan hasil belajar PKn antara siswa yang mengikuti model cooperative learning tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional di SD Kramat 5 Magelang.

2. Terdapat perbedaan perbedaan motivasi belajar PKn antara siswa yang mengikuti model cooperative learning tipe STAD dengan model pembelajaran konvensional di SD Kramat 5 Magelang.


(54)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dibahas tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2009: 8) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakakn untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Lebih lanjut Sugiyono, menjelaskan penelitian kuantitatif sering disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode ednographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya.

Widoyoko (2013: 21) mejelaskan bahwa data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai hasil observasi atau pengukuran. Lebih lanjut Widoyoko, menjelaskan data kuantitatif bersifat objektif dan bisa ditafsirkan sama oleh semua orang.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian quasi eksperimental design tipe non equivalent control group design. Menurut Sugiyono (2010: 116) dalam penelitian quasi eksperimental design tipe non equivalent control group design terdapat kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi perlakuan) dan kelompok eksperimen (kelompok yang diberi perlakuan) yang diambil tidak secara random, karena populasinya berupa


(55)

38

kelas. Dua kelompok tersebut diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal siswa sebelum diberi pelakuan atau treatment. Hasil pretest yang baik yang baik jika tidak ada perbedaan yang signifikan diantara pretest kedua kelompok tersebut. Setelah diberi treatment kemudian diberikan posttest. Pengaruh treatment dihitung dengan cara: (O1-O2) (O3-O4)O1O2 / O3-O4

Bagan 1. Desain penelitian

Keterangan:

= Hasil observasi dengan pretest pada kelompok eksperiment

= Hasil observasi dengan posttest pada kelompok eksperiment

= Hasil observasi dengan pretest padakelompok kontrol

= Hasil observasi dengan posttest pada kelompok kontrol

X = Perlakuan (treatment)

Semua data hasil observasi diperoleh dari data yang diambil dari variabel dependen dengan pretest dan posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dilakukan pretest perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran menggunakan model kooperatif learning tipe STAD. Sedangkan pada kelompok kontrol digunakan metode konvensional dan pada akhir pembelajaran diberikan posttest pada semua kelompok.

O1 X O3


(56)

39 B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kramat 5 Kota Magelang. Alasan peneliti memilih SDN Kramat 5 Magelang sebagai tempat penelitian karena memiliki kelas paralel dan dari hasil observasi menunjukan bahwa nilai tes pada pelajaran PKn kurang dari Kriteria Ketuntasan Miniml (KKM ) sehingga memenuhi syarat untuk melakukan penelitian jenis quasi eksperimen karena dalam pelaksanaannya juga membutuhkan 2 kelas yaitu, kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sejak awal November sampai akhir Desember 2016.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2009: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Lebih lanjut Sugiyono, menjelaskan bahwa populasi bukan hanya orang, tetapi bisa juga obyek dan benda-benda alam lain. Populasi juga buka sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek itu. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Kramat 5 Magelang yang berjumlah 40 siswa. Kelas III A ada 20 siswa yang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki sedangkan kelas III B ada 20 siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kramat 5 Kota Magelang yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu sampel kelompok eksperimen yaitu kelas III B dan sampel kelompok kontrol yaitu siswa kelas III A. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara diundi.


(57)

40

Pembelajaran pada kedua kelas tersebut dilakukan oleh guru yang sama untuk mengurangi bias dalam penelitian.

D. Variabel Penelitian

Menurut Hatch dan Farhady (dalam Widoyoko, 2013: 1) mendefenisikan variabel sebagai atribut yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek denga objek yang lainnya. sedangkan Sugiyono (2010: 38). Berpendapat bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yaitu:

a) Variabel Bebas

Widoyoko (2013: 4) berpendapat bahwa variabel bebes adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab terjadinya perubahan pada variabel lain. Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah Cooperative Learning tipe STAD.

b) Variabel Terikat

Widoyoko (2013: 5) berpendapat bahwa variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikat adalah motivasi dan hasil belajar.

Gambar 1.2. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat Model Cooperative

Learning tipe STAD (variabel bebas)

Motivasi dan Hasil

Belajar PKn Siswa Kelas III SD (variabel terikat)


(58)

41 E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa skala, observasi dan tes.

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data menggunakan daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab. Kuesioner menggunakan kuesioner tertutup karena jawaban telah disediakan peneliti sehingga responden hanya memilih salah satu alternatif jawaban. Jumlah pernyataan yang peneliti sediakan dalam angket berjumlah 20 butir soal. Setiap pernyataan angket disusun berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi menurut Slameto (2010: 54-71) yaitu meliputi kesehatan, minat, perhatian, dan bakat.

Alat ukur yang peneliti gunakan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar PKn siswa yaitu menggunakan kuesioner motivasi belajar. kuesioner motivasi belajar dibuat berdasarkan empat faktor yang mempengaruhi motivasi sebagaimana dikemukakan oleh Slameto di atas.

Penilaian jawaban skor satu sampai lima item-item yang terdapat dalam tabel 3 di bawah ini :Tabel 2.3.

Skor Motivasi Belajar Linkert

No Favourable Skor Unfavourable Skor

1 Sangat tinggi 5 Sangat tinggi 1

2 Tinggi 4 Tinggi 2

3 Sedang 3 Sedang 3


(59)

42

5 Rendah sekali 1 Rendah sekali 5

2. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk melihat langsung keadaan pembelajaran di SDN Kramat 5 Kota Magelang. Jenis-jenis informasi tertentu dapat diperoleh dengan baik melalui pengamatan langsung oleh peneliti, sehingga observasi dapat disimpulkan menjadi sebuah pengamatan dan pencatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Usman, 2008:52) Metode ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa di kelas serta gejala-gejala yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator lembar observasi berdasarkan teori Slameto (2010: 54-71). Alasan peneliti menggunakan metode ini yaitu untuk memperoleh gambaran tentang tingkat motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn di SDN Kramat 5 Kota Magelang.

Tabel 2.4

Lembar Pedoman Observasi

No. Indikator Ya Tidak

1. Bersemangat dalam mengikuti pembelajaran 2. Selalu bertanya kepada guru saat mengalami

kesulitan dalam pembelajaran

3. Berani mempertahankan pendapatnya 4. Gigih dalam menyelesaikan tugas

5. Tidak merasa lelah selama pembelajaran

6. Fokus pada guru yang sedang menyampai pembelajaran


(60)

43

7. Mengangkat tangan saat diminta menjawab pertanyaan dari guru

8. Berani presentasi di depan kelas

9. Mencatat apa yang sedang dijelaskan guru

3. Tes

Tes adalah salah satu alat untuk melakukan pengukuran yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Karakteristik objek dapat berupa keterampilan, pengetahuan, bakat, minat, baik yang dimiliki oleh individu maupun kelompok. Widoyoko (2013: 50). Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi (achievement test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian maupun kompetensi seseorang setelah mempelajari sesuatu. Pemberian tes dilakukan setelah siswa mengikuti model Coperative Learning Tipe STAD untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar siswa dari apa yang sudah dipelajari sebelumnya. Pada tes pengukuran disusun dimana setiap tes disediakan dijawab dan ditulis sesuai intruksi yang diberikan. Tes ini menghasilkan skor yang konstan, tidak tergabung kepada siapapun yang memberi skor karena pemberi skor tidak dipengaruhi oleh sikap subjektivitias.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah Skala dan test sesuai dengan masing-masing variabel sebagai berikut :

1. Lembar Kuesioner Motivasi

Kuesioner motivasi belajar dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Slameto (2010: 54-71). Responden diminta untuk menanggpai pernyataan


(61)

44

mengenai motivasi belajar yang disusun dalam bentuk pernyataan dengan jawaban Sangat Tinggi (ST), Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (RS). Setiap jawaban diberi skala likert dari 1-5.

Secara keseluruhan kuesioner motivasi belajar terdiri dari 20 aitem pernyataan. Distribusi aitem skala motivasi belajar secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1

Distribusi Aitem Kuesioner Motivasi Belajar

No

. Aspek Indokator

Nomor Pernyataan Aitem favorabel (+) Unfavorab el (+) 1. Kesehatan

Adanya kesehatan yang baik dalam menerima danmengikuti

pembelajaran

1, 3, 4 2, 5

2.

Perhatian

Adanya perhatian terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru

6, 9 7, 8, 10

3.

Bakat

Adanya kemampuan untuk menyelesaikan belajarnya karena

sesuai dengan

bakat/kemampuan yang dimiliki

11, 13, 12, 14, 15

4.

Minat

Adanya ketertarikan untuk mengikuti pembelajaran atas dorongan/keinginan diri sendiri tanpa paksaan


(62)

45 orang lain

Jumlah 20 20

2. Lembar Tes

Untuk mengetahui hasil belajar siswa peneliti menggunakan tes berupa soal-soal yang harus dikerjakan oleh responden. Soal di buat berdasarkan standar isi kurikulum KTSP 2006 yang mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran PKn Siswa kelas III SD semester 2 (dua). Materi pembelajaran PKn yang peneliti gunakan sebagai tes untuk mengetahui hasil belajar siswa yaitu pada (SK 1.) Mengamalkan makna sumpah pemuda (KD 1.1) Mengenal makna satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Jumlah soal tes yang peneliti gunakan yaitu 30 soal pilihan ganda dan uraian, berikut adalah kisi-kisi instrument tes di bawah ini:

Tabel 2.2

Kisi-kisi instrumen tes

Kompetensi

Dasar Indikator

Nomor Item Soal Mengenal

Sumpah Pemuda Mampu menjelaskan pengertian Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa

1, 2, 3, 15, 16, 17

Mampu mengidentifikasikan dan mengenali kebudayaan

4, 5, 13, 14, 18, 19, 20


(63)

46 yang ada di Indonesia

Mampu menjelaskan kongres sumpah pemuda dilaksanakan

6, 7, 8, 9, 21, 22, 23

Mampu menjelaskan organisasi-organisasi

pemuda yang di bentuk

11, 24, 25, 26, 27

Mampu menjelaskan dan menulis naskah sumpah pemuda secara lengkap

12, 28, 29, 30

Jumlah 30 Butir

G. Validitas dan Reabilitas

Pengujian kuisioner bertujuan untuk informasi mengenai sudah atau belum terpenuhinya persyaratan.

Menurut Arikunto (2010: 16) “instrumen dikatakan memenuhi syarat sebagai pengumpul data bila sekurang-kurangnya instrumen tersebut valid dan reliabel.

1. Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mendapatkan alat ukur yang sahih dan terpercaya. Lebih lanjut Arikunto, ”sebuah instrumen dikatakan valid, apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2010:17)”. Hasil uji coba dianalisis dengan bantuan komputer seri program statistik SPSS 18 dan menggunakan rumus Product Moment Coefficient dari Karl Pearson sebagai berikut (Arikunto, 2010:17) :


(64)

47

rxy =

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N           Keterangan:

rxy = koefisien korelasi X dan Y

N = jumlah subyek

XY = jumlah produk dari X dan Y

X = jumlah nilai X

Y = jumlah nilai Y

Kriteria pengujian suatu butir dikatakan valid atau sahih apabila koefisien korelasi rxy sama dengan atau > dari rtabel pada taraf signifikansi 5%, jika rxy < rtabel maka butir tersebut tidak valid atau sahih.

a. Validitas Isi Kuesioner Motivasi Belajar

Lembar isi skala motivasi belajar yang peneliti buat di validasi oleh guru bidang studi PKn. Pendapat berupa penilaian dan komentar yang diberikan pada rubrik validasi lembar skala motivasi belajar. Skor penilaian setiap komponen yang ditentukan adalah 0, 1, 2, 3, 4. Nilai dari ke 2 validator akan dijumlahkan dan hitung rata-ratanya. Hasil validitas lembar skala motivasi belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.6. Validasi Isi Lembar kuesioner Motivasi Belajar No Komponen

penilaian Validator I Validator II Rata-rata


(65)

48 1 Keterkaitan

indikator dengan tujuan

3 3 3

2 Kesesuaian pernyataan dengan indikator

3 3 3

3 Kesesuaian antar pernyataan dengan tujuan

3 3 3

4 Bahasa yang digunakan baku

3 4 3.5

Jumlah Skor

12 13 12,5

Rata-rata 3 3,25 3,12

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil penilaian validator I komponen 1 samapai dengan 3 skornya adalah 4, komponen 4 skornya adalah 3. Validator II komponen 1 samapai dengan 3 skornya adalah 4, komponen 4 skornya adalah 3. Rata-rata penilaian dari validator 1 dan 2 adalah 3,12. Jika hasil rata-rata sama dengan 3 atau lebih, maka peneliti tidak akan melakukan revisi pada komponen-komponen diatas. Rata-rata hasil penilaian kedua validator tersebut adalah 3,12. hasil skor rata-rata dari kedua validator sudah melebihi dari nilai perbaikan yang ditentukan, sehingga lembar skala motivasi belajar sudah layak untuk digunakan untuk penelitian.


(66)

49

b. Validitas Observasi terhadap kuesioner motivasi belajar

Lembar observasi terhadap kuesioner motivasi belajar yang peneliti buat di validasi oleh guru bidang studi PKn. Pendapat berupa penilaian dan komentar yang diberikan pada rubrik validasi lembar observasi terhadap kuesioner motivasi belajar. Skor penilaian setiap komponen yang ditentukan adalah 1, 2, 3, 4. Nilai dari ke 2 validator akan dijumlahkan dan hitung rata-ratanya. Hasil validitas lembar observasi terhadap skala motivasi belajar dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.7 Validasi Observasi No Komponen

penilaian Validator I Validator II Rata-rata 1 Indikator

sesuaidengan karakteristik peserta didik

3 3 3

2 Pernyataan indikator sesuai dengan motivasi belajar

3 3 3

3 Aspek keprilakuan dalam setiap indikator dapat diamati

3 3 3

4 Bahasa yang digunakan baku

3 4 3

Jumlah Skor


(67)

50

Rata-rata 3 3,25 3,12

Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil penilaian validator I komponen 1, 3, 4 skornya adalah 3, komponen 2 skornya adalah 4. Validator II komponen 1, 3, 4 skornya adalah 3, komponen 2 skornya adalah 4. Rata-rata penilaian dari validator 1 dan 2 adalah 3. Jika hasil Rata-rata-Rata-rata sama dengan 3 atau lebih, maka peneliti tidak akan melakukan revisi pada komponen-komponen diatas. Rata-rata hasil penilaian kedua validator tersebut adalah 3. Hasil skor rata-rata dari kedua validator sudah melebihi dari nilai perbaikan yang ditentukan, sehingga lembar observasi terhadap skala motivasi belajar sudah layak untuk digunakan untuk penelitian.

c. Validitas empiris

Uji coba validitas soal dilakukan terhadap 20 siswa yang memilki karakteristik yang sama dengan responden penelitian. Dari 30 item pernyataan untuk semua dinyatakan valid.. Uji validitas kuesioner diperoleh hasil dengan semua item pernyataan valid. Hal tersebut menandakan bahwa instrumen penelitian dapat digunakan untuk mengukur penelitian, sehingga penelitian dapat dilanjutkan. Berikut hasil uji validitas:

No Soal

R Hitung R table Keterangan

1 0,504** 0,361 Valid

2 0,379* 0,361 Valid


(1)

139 FOTO


(2)

140

LAMPIRAN 6


(3)

(4)

142

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press

Aqib, Zainal. 2014. Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran Konstekstual (Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, Endang. Sri & Resminingsih. 2010. Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan Menengah, Jilid I. Jakarta : PT Grasindo

Ayuningsih, Dyah. 2013. Psikologi Perkembangan Anak. Yogyakarta: Pustaka Larasati.

Crain, Wiliam. 2014. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Djamarah dan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Gunarsa dan Singgih D. G. 2004. Psikologi Anak bermasalah. Jakarta : BPK Gunung

Mulia

Gunawan, Rudy.2011. Pendidikan IPS-Filosofi, Konsep, dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hidayati. 2004. Pendidikan IPS di SD. Yogyakarta: UNY Press.

Isjoni. 2007. CooperativeLearning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Pekanbaru : Alfabeta


(5)

143

---. 2013. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ittihad, Zainul Amin. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Universitas Terbuka Khodijah, Nyanyu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Sambas, Ali dan Maman, Abdurahman. 2009. Analisis Korelasi, Regresi, dan alur dalam Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, Ade. 2011. “Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD”. Diambil dari http://aadesanjaya.blogspot.com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html, di akses pada tanggal 28 Februari 2015

Sardiman. 2003. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

---. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

---. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya: Cetakan ke Lima. Jakarta: PT Rineka Cipta

Supriya. 2012. Pendidika n IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. 2010. Metode Penelitian Pendidikan(Pendekatan Kuantitatif, Kuantitatif dan R&D).Bandung: Alvabeta.


(6)

144

Sudjana, Nana. 2005. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta : Kencana. Usman, Husaini & Purnomo Setiady Akbar, 2008, Metodologi Penelitian Sosial,

Jakarta: PT. Bumi Aksara

Widoyoko, Eko Puto. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik stad dan teknik jigsaw: kuasi eksperimen di SMP attaqwa 06 Bekasi

0 4 76

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan melalui pendekatan kooperatif teknik: student team achievement divisions (STAD) dan teknik Group Investigation (GI)

0 36 221

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

Perbedaan motivasi dan hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Kramat 5 Magelang pada pelajaran Pkn menggunakan model Cooperative Learning tipe Stad.

0 0 164

Perbedaan motivasi dan hasil belajar berdasarkan model cooperative learning tipe STAD pada pelajaran IPS siswa kelas IV SD.

0 1 228

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR PKn KELAS V SD ARTIKEL PENELITIAN

0 1 10

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD

0 0 10