UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR SISWA KELAS III SEMESTER 2 SDN CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRIT.

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR

SISWA KELAS III SEMESTER 2 SDN CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRIT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Faisal NIM 11108249010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“semangat belajar dan pantang menyerah, adalah harga mati sebuah keberhasilan”


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena semua ini berjalan atas rahmat-Nya, sehingga karya ini dapat kupersembahkan untuk:

1. Bapak dan Mama tercinta, yang tak pernah kenal lelah berusaha

memenuhi kebutuhan saya, dalam setiap doanya terkandung makna dan karunia yang sangat berarti bagi perjalanan hidup saya.


(7)

vii

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR

SISWA KELAS III SEMESTER 2 SDN CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRIT

Oleh Faisal NIM 11108249010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok behasan luas dan keliling bengun datar dan luas bangun datar dengan menggunakan media benda konkret pada siswa kelas III SD N Cepit, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas dengan model siklus yang berulang dan berkelanjutan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD N Cepit yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 12 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan metode observasi. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar matematika materi luas dan keliling bengun datar dan luas bangun datar siswa kelas III menggunakan media benda konkret berupa alat peraga bangun datar. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai siswa materi keliling bangun datar sebelum dan sesudah diberi tindakan. Peningkatan nilai rata-rata yaitu dari prasiklus sebesar 63,75 siklus I sebesar 77 dan siklus II menjadi 88,75 pada rentang skor nilai 0-100. Persentase ketuntasan pada prasiklus mencapai 35%, siklus I mencapai 70%, dan pada siklus II mencapai 100%. Dari hasil tersebut dapat dilihat adanya peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat 13,25 , dari siklus I ke siklus II meningkat 11,75 dan dari prasiklus ke siklus II 26. Hasil akhir diketahui bahwa semua nilai rata-rata siswa dan persentase ketuntasan siswa sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui media benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi keliling bangun datar siswa kelas III SD N Cepit Tahun Ajaran 2015/2016.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan hikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini dengan baik. Yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR SISWA KELAS III SEMESTER 2 SD N CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA

KONGKRIT”.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan, informasi serta bimbingan selama proses pengerjaan skripsi ini dari tahap perencanaan hingga penyelesaian. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dan kemudahan untuk kelancaran studi peneliti.

2. Bapak dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajaran-Nya atas pengorbanan dan kasihs ayang yang senantiasa memonitoring kemajuan skripsi kami serta memberikan sarana yang


(9)

ix

mendukung kegiatan perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi sebagaimahasiswa PPGT di Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar yang telah menyetujui pemilihan judul karya ini.

4. Bapak Sri Rochadi, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan kritik dan saran serta masukan untuk kesempurnaan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan tulus dan penuh kesabaran.

5. Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah memberikan bekal ilmu, wawasan dan semangat pada kami untuk terus maju dengan penuh kesabaran.

6. Bapak Suparlan, dan Ibu Romlah atas kesabaran dan ketabahan selama mendampingi kami di asrama.

7. Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 8. Bapak Kepala SD N Cepit Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

9. Guru kelas III Ibu Juwariah yang telah bersedia bekerjasama dan menjadi pelaksana tindakan dalam pelaksanaan penlitian di kelas III SD Negeri Cepit. 10.Siswa-siswi kelas III SD Negeri Cepit atas semangat dan kesungguhannya

mengikuti pembelajaran dalam penelitian yang penulis laksanakan.

11. Kedua orang tua saya serta keluarga, terutama Bapak dan Ibunda tercinta yang penuh keikhlasan senantiasa memberikan doa, motivasi, kasih sayang dan perjuangan tiada henti demi kebahagiaan dan kesuksesan penulis.


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 7

1. Tinjauan Tentang Belajar ... 7

2. Tinjauan tentang Kesulitan Belajar ... 9

3. Ketuntasan Belajar ... 10

4. Lembar Kerja (LKS) ... 11

5. Tinjauan tentang Prestasi Belajar ... 12

6. Belajar Matematika ... 14

7. Alat Peraga ... 18

8. Bangun datar di Sekolah Dasar ... 19

B. Media Konkret ... 22


(12)

xii

2. Cirri-Ciri Media Pembelajaran………...…… 23

3. Manfaat Media Pembelajaran……….. ... 24

4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran………... ... 28

5. Faktor Yang mempengaruhi Pemilihan Media……….... ... 29

6. Media Konkret………... ... 31

7. Kelebihan Media Konkret……… ... 32

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar………. ... 33

D. Kerang Pikir……… ... 34

E. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Desain Penelitian ... 37

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 41

D. Setting Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 44

G. Kriteria Keberhasilan ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

2. Deskripsi Subyek Penelitian ... 47

3. Deskripsi Kegiatan Penelitian ... 48

a. Tahapahan Prasiklus ... 48

b. Siklus I ... 51

1) Perencanaan Tindakan ... 51

2) Pelaksanaan Tindakan ... 51

3) Observasi Kegiatan ... 54

4) Refleksi Kegiatan ... 55

c. Siklus II... 56

1) Perencanaan Kegiatan ... 56


(13)

xiii

3) Observasi kegiatan ... 58

4) Refleksi Kegiatan ... 59

4. Analisis Data Hasil Penelitian ... 60

a. Siklus I ... 60

1) Observasi Kegiatan Pembelajaran... 60

a) Observasi Aktivitas Guru ... 60

b)Observasi Aktivitas siswa ... 62

2) Prestasi Belajar Siswa ... 64

b. Siklus II ... 65

1) Observasi Kegiatan pembelajaran ... 65

a) Observasi Aktivitas Guru ... 65

b)Observasi aktivitas Siswa ... 67

2) Prestasi Belajar Siswa ... 68

B. Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Soal ... 42

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Guru ... 43

Tabel 3. Pedoman Konservasi Tingkat aktivitas Guru dan Siswa ... 45

Table 4. Data Hasil Nilai Siswa Sebelum Pelaksanaan Kegiatan(Pretes) 50

Tabel 5. waktu pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan ke2 ... 51

Tabel 6. Waktu Pelaksanaan Penelitian Siklus II pertemuan ke 2 ... 56

Tabel 7. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I Pertemuan Ke 2 ... 61

Tabel 8. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 62

Tabel 9. Hasil Nilai Siklus I Pertemuan Ke II Pada Pokok Bahasan Keliling BangunDatar Kelas III ... 64

Tabel 10. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II Pertemuan Ke II .... 66

Tabel 11. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II... 67

Tabel 12. Hasil Nilai Siklus II Pertemuan Ke II Pokok Bahasan Keliling Bangun Datar ... 69

Tabel 13. Hasil Nilai Prasiklus Sampai Siklus II Pokok Bahasan Keliling Bangun Datar ... 72


(15)

xv

DAFTAR DIAGRAM

hal Gambar 1. Diagram Aktivitas Siswa Dan Guru ... 70 Gambar 2. Diagram Persentase Ketuntasan Siswa dari Pra Siklussampai


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 81

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 84

Lampiran 3. Lembar Observasi Siswa ... 87

Lampiran 4. Lembar Observasi Guru... 91

Lampiran 5. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 93

Lampiran 6 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 94

Lampiran 7 Sola Postes Siklus I... 95

Lampiran 8 Soal Prostes Siklus II ... 99

Lampiran 9 Nilai Pra Siklus ... 103

Lampiran 10 Nilai Postes Siklus I ... 103

Lampiran 12 Nilai Postes Siklus II ... 104

Lampiran 13 Perbandingan Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 104

Lampiran 14 Dokumentasi ... 105


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu hal pokok yang melekat pada peserta didik. Peserta didik disini mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai Perguruan Tinggi. Makin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka pelajar akan mempunyai beban belajar yang bertambah pula. Beban tersebut menjadi mudah apabila setiap siswa memiliki kesadaran akan arti penting dan hasil yang diperoleh dari belajar yang dilaksanakan. Hasil yang baik dicapai siswa dengan usaha-usaha yang maksimal dan strategi yang tepat.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotorik(Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 13). Jadi kebiasaan cara belajar juga berpengaruh pada hasil yang diinginkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan, faktor lain adalah faktor ekstern contohnya faktor keluarga, faktor sekolah serta faktor masyarakat. Setiap anak mempunyai karakteristik yang beragam. Salah satu anak dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami berbagai kesulitan, sedangkan tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya


(18)

hambatan-2

hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis maupun fisiologis sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapai berada dibawah semestinya. Matematika adalah salah satu pelajaran yang ada dalam ujian nasional dan seringkali dianggap menjadi pelajaran yang sulit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Alva Handayani (2004:15) pada Semiloka Mengatasi Fobia Matematika pada Anak di Bandung

“munculnya fobia Matematika pada anak juga disebabkan sugesti yang tertanam dalam benak seorang anak bahwa Matematika itu sulit“. Sugesti tersebut muncul dari orang-orang sekitar yang menyatakan Matematika itu sulit. Pada saat yang sama, Ivan Pranoto (pemerhati pendidikan Matematika dan dosen Program Studi Matematika Institut Teknologi Badung) menyatakan “munculnya anggapan siswa dan masyarakat bahwa pelajaran Matematika sulit bahkan menjadi fobia, lebih disebabkan pada pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan dan kecepatan berhitung“. Hakikat Matematika menurut Frans Susilo dalam Pendidikan Sains yang Humanistik yaitu :

1. Matematika bukanlah ilmu yang memiliki kebenaran mutlak, kebenaran dalam matematika adalah kebenaran yang tergantung pada kesepakatan bersama.

2. Matematika bukanlah ilmu yang tidak dapat salah. Matematika dikatakan tidak dapat salah karena matematika merupakan ilmu pasti. Contohnya 1 + 1 = 2, di Negara manapun tetap sama. Sebagai ilmu yang dikembangkan oleh manusia, matematika tentu tidak luput dari keterlibatan dan kesalahan manusiawi.


(19)

3

3. Matematika bukanlah kumpulan simbol dan rumus yang tak ada kaitannya dengan dunia nyata. Justru sebaliknya Matematika tumbuh dari dan berakar dalam dunia nyata.

4. Matematika bukanlah teknik pengerjaan yang perlu dihafal saja sehingga siap pakai untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.

5. Objek Matematika adalah unsur yang bersifat sosio-kultural historis yaitu merupakan milik bersama seluruh umat manusia, sebagai salah satu sarana yang digunakan untuk mengembangkan segi-segi tertentu dalam peri kehidupan manusiawinya, dan yang terbentuk melalui proses panjang menyejarah yang berbentuk wajah Matematika itu sendiri (Rahmawati Eka, 2008: 2).

Kenyataannya proses belajar mengajar Matematika masih belum sesuai dengan hakikat Matematika. Kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru masih menggunakan metode konvensional proses Drill and Practise dalam menyampaikan materi. Siswa diberikan definisi-definisi, setelah itu langsung pada contoh-contoh, sehingga peserta didik hanya memperoleh catatan-catatan yang berupa simbol dan rumus-rumus saja, tidak ada aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berakibat pada siswa yang apabila mereka diberi soal yang berbeda dengan contoh-contoh atau soal latihan cenderung membuat kesalahan. Selain itu, rendahnya minat belajar Matematika disebabkan karena banyak guru mengajarkan Matematika dengan materi dan metode yang kurang menarik.

Prestasi merupakan hasil dari usaha-usaha yang telah dilakukan(Rahmawati Eka, 2008: 4). Belajar Matematika memerlukan suatu strategi yang tepat supaya


(20)

4

hasil yang dicapai maksimal dan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Mengatasi fobia bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit memang tidak mudah, peran guru disini sangatlah penting dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Guru harus dapat memilih metode-metode yang sesuai dengan pokok bahasan yang disampaikan, dan juga mempunyai cara-cara yang menarik sehingga peserta didik mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran Matematika. Rendahnya prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika di sekolah antara lain disebabkan oleh banyak faktor. Untuk memahami konsep-konsep Matematika yang abstrak memerlukan pengulangan yang kontinyu dan berkesinambungan belajar di luar jam sekolah. Kemauan siswa untuk mengulang pelajaran Matematika di rumah akan sangat tergantung dari prestasinya terhadap pelajaran Matematika. Kurangnya prestasi siswa untuk belajar Matematika disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam menguasai materi atau cara mengajarkannya kurang efektif, sehingga siswa tidak dapat menyerap materi yang sedang diajarkan.

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Matematika menggunakan media kongkrit pada materi bangun datar adalah benda-benda konkret. Benda konkret adalah perangkat pembelajaran yang berupa benda fisik yang dapat memodelkan dan memperagakan konsep serta proses Matematika. Melalui benda-benda konkrit tersebut diharapkan siswa dapat belajar sambil bermain sehingga siswa dapat secara aktif belajar dengan aktifitas yang menyenangkan.


(21)

5

Dari hal tersebut peneliti tertarik untuk mengungkapkan dan meneliti bagaimanakah bila dalam pembelajaran Matematika memanfaatkan media

pembelajaran berupa benda-benda konkret sebagai bantuan untuk

memvisualisasikanbangun datar. Maka, peneliti merumuskan beberapa permasalahan di atas ke dalam sebuah judul “Upaya meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III semester 2 SDN Cepit dengan menggunakan Media Benda Kongkrit pada Materi Bangun Datar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Adanya anggapan bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit.

2. Adanya anggapan bahwa ketakutan pada Matematika disebabkan karena pola pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan dan kecepatan berhitung.

3. Pembelajaran Matematika masih menggunakan metode konvensional. 4. Rendahnya minat belajar Matematika disebabkan karena guru dalam

menyampaikan materi kurang menarik.

5. Ketidakmampuan guru dalam menguasai metode mengajar. 6. Cara mengajar guru kurang efektif.

C. Pembatasan Masalah

Bertolak dari latar belakang diatas, supaya permasalahan yang dikaji dapat terarah dan untuk menghindari penyimpangan dari masalah yang diteliti, maka perlu adanya pembatasan masalah. Masalah disini dititikberatkan pada upaya


(22)

6

meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas III semester 2 tahun ajaran 2014/2015 pada materi keliling dan luas bangun datar.

D. Perumusan Masalah

Berdasar uraian latar belakang masalah di atas penulis dapat merumuskan“Bagaimanameningkatkan prestasi belajar keliling bangun datar dan luas bangun datar siswa kelas III semester 2 dalam menggunakan media benda kongkret”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuanpenelitiannya adalah:

Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III semester 2 dengan menggunakan media benda kongkret.

F. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat Penelitian adalah:

1. Sebagai wawasan bagi penulis, khususnya mengenai kepedulian guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Sebagaipelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Memberikan masukan bagi berbagai pihak terutama bagi guru yang mengajar Matematika dengan menggunakan benda konkrit pada materi bangun datar.

4. Sebagai bahan masukan bagi sekolah khususnya guru bidang Matematika dalam menggunakan benda konkret pada materi bangun datar sebagai salah satu cara yang efektif dan efisien dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika.


(23)

7

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Tentang Belajar

Dalam sejarah perkembangan psikologi, kita akan mengenal aliran psikologi. Tiap aliran psikologi tersebut memiliki tafsiran sendiri-sendiri tentang belajar, menurut pandangannya masing-masing. Pandangan-pandangan itu umumnya berbeda satu sama lain dengan alasan-alasan tersendiri.

a. Belajar menurut psikologi klasik

Menurut teori ini, hakikat belajar adalah all learning is a prosess of developing or training of mind. Kita belajar melihat objek dengan menggunakan substansi dan sensasi. Kita mengembangkan kekuatan mencipta, ingatan, keinginan, dan pikiran, dengan melatihnya. Dengan kata lain pendidikan adalah suatu proses dari dalam atau inner development. Tujuan pendidikan adalah self-development atau self-cultivation atau self-realization (Hamalik, Oemar, 2008: 40).

b. Belajar menurut psikologi daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya, mengingat, berpikir, merasakan, kemauan dan sebagainya. Tiap daya mempunyai/memiliki semua daya-daya itu, hanya berbeda kekuatannya saja. Agar daya-daya itu berkembang (terbentuk), maka


(24)

8

daya-daya itu perlu dilatih, sehingga dapat berfungsi. Teori ini bersifat formal, karena mengutamakan pembentukan daya-daya(Nasution, 2010: 36).

c. Belajar menurut teori mental state

Menurut teori ini belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat indera yang disampaikan dalam bentuk perangsang-perangsang dari luar. Pengalaman-pengalaman berasosiasi dan bereproduksi. Karena itu latihan memegang peranan penting. Lebih banyak latihan dan ulangan, maka akan lebih dan lebih lama pengalaman dan pengetahuan itu tinggal dalam kesadaran dan ingatan seseorang, dan sebaliknya kurang ulangan dan laitan maka pengalaman/pengetahuan akan cepat terlupakan(Muhibbin Syah, 2004:105).

d. Belajar menurut psikologi behavioristik

Behavioristik adalah suatu studi tentang kelakuan manusia. Belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan hubungan antara stimulus dan respons. Dengan memberikan rangsangan (stimulus), maka anak akan mereaksi dengan respons. Hubungan stimulus-respons ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis pada belajar. Jadi pada dasarnya kelakuan anak adalah terdiri atas respons-respons tertentu terhadap stimulus-stimulus tertentu. Dengan latihan-latihan maka hubungan-hibungan itu akan semakin menjadi kuat(Muhibbin Syah, 2004:106).


(25)

9

2. Tinjauan tentang Kesulitan Belajar

a. Kesulitan belajar dan gejala-gejalanya.

Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar(Hamalik, Oemar, 1983: 72). Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar di antaranya adalah.

1) menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata nilai yang dicapai kelompok.

2) hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan. 3) lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.

4) menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh , berpurapura, dusta dan lain-lain.

5) menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak mau mencatat pelajaran dan lain-lain.

6) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu (Natawijaya 1984:177).

b. Latar belakang kesulitan belajar

Menurut Natawijaya (1984:178) kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa disebabkan oleh berbagai faktor baik yang terdapat dalam dirinya maupun di luar dirinya.


(26)

10

1) Faktor dari dalam (intern)

Faktor dari dalam diri siswa di antaranya adalah

a) kurangnya kemampuan dasar yang ada dalam diri siswa b) kurangnya bakat khusus yang mendasari kegiatan belajar. c) kurangnya motivasi untuk belajar.

d) gangguan jasmani seperti : cacat tubuh dan gangguan pada pancaindera.

e) situasi pribadi (emosional)

f) faktor-faktor bawaan seperti : buta warna, kidal, dan lain-lain. 2) Faktor dari luar (ekstern)

Faktor-faktor dari luar diri siswa di antaranya adalah

a) faktor lingkungan sekolah yang kurang menunjang proses belajar.

b) situasi dalam keluarga yang kurang menunjang untuk belajar. c) lingkungan sosial yang kurang memadai.

3. Ketuntasan Belajar

Menurut Suhito (1986:94) ketuntasan belajar menurut kurikulum 1984 meliputi :

a. Ketuntasan belajar dapat dilihat secara kelompok maupun perorangan. b. Secara kelompok ketuntasan belajar dinyatakan telah dicapai jika

sekurang-kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yang bersangkutan telah memenuhi ketuntasan secara perorangan.


(27)

11

c. Secara perorangan ketuntasan belajar dinyatakan telah terpenuhi jika seseorang siswa telah mencapai taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap unit bahan yang dipelajari.

d. Dalam kurikulum1984 taraf penguasaan minimal yang ditetapkan dalam ketuntasan belajar secara perorangan adalah

1) 75% dari materi setiap satuan bahasan dengan melalui penilaian formatif.

2) 60% dari nilai ideal rapor yang diperoleh melalui penghitungan hasil tes sumatif dan kokurikuler.

4. Lembar Kerja (LKS)

a. Pengertian

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal pendidikan Dasar dan Menengah, Balai Penataran guru (1998:66) menyebutkan pengertian lembar pengajaran yaitu lembar pengajaran atau LP pada umumnya disebut sebagai lembar kerja atau LK yang dirancang untuk menyusun berbagai macam lembar kerja agar dapat memenuhi kebutuhan kelas. Lembar kerja yang memuat berbagai permasalahan dapat dimanfaatkan untuk memberikan tugas tambahan, pekerjaan rumah dan proses belajar mengajar. Lembar kerja yang digunakan untuk kegiatan proses belajar mengajar di kelas adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS adalah salah satu bentuk program yang berdasarkan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan


(28)

12

keterampilan. Oleh sebab itu LKS harus dipersiapkan dengan baik, agar tujuan dapat dicapai. LKS juga digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mengecek tingkat pengalaman peserta didik terhadap materi yang disajikan. LKS dapat digunakan melalui kurikulum apabila bertujuan untuk mengembangkan materi yang telah disajikan atau tugas yang materinya dapat dipelajari secara mandiri tanpa melalui tatap muka.

b. Tujuan LKS

1) Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

2) Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.

3) Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses belajar.

c. Manfaat LKS

1) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

2) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

3) Membantu guru dalam menyusun rencana pengajaran.

4) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari secara sistematis.

5. Tinjauan tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian prestasi belajar Menurut Winkel (1993:122) prestasi adalah keberhasilan yang dapat dicapai. Prestasi jika dihubungkan


(29)

13

dengan belajar dapat diartikan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Anak belajar

karena bertujuan untuk mencapai suatu hasil atau prestasi.Dalam kegiatan belajar itulah yang dimaksud dengan prestasi belajar.Akan tetapi dalam pencapaiannya banyak hambatan-hambatan yang mempengaruhi akibat dari faktor-faktor tertentu.

Ditinjau dari faktor guru dan siswa faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut

a. Faktor internal 1) kelemahan fisik 2) kelemahan mental

3) kebiasaandari sikap yang salah

4) tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan.

b. Faktor eksternal

a) bahan dan buku yang dipergunakan b) beban studi yang terlalu berat c) populasi siswa dalam kelas

d) metode pengajaran yang kurang tepat e) sarana dan prasarana


(30)

14

6. Belajar Matematika

Pengertian belajar matematika yang dikemukakan oleh Jerome

Brunner (Herman Hudoyo,1988:27) mengatakan bahwa belajar

matematika adalah belajar terntang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta menjalankan hubungan antara konsep-konsep dan struktur–struktur itu. Lain dari itu peserta didik lebih mudah mengingat matematika itu bila yang dipelajari merupakan pola yang berstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mudah terjadinya transfer. Di dalam belajar matematika, Brunner hampir selalu menilai dengan memusatkan keteraturan intuitif peserta didik yang sudah dimiliki itu .Ini berarti peserta didik dalam belajar haruslah terlihat aktif mentalnya yang dapat diperhatikan keaktifan fisiknya. Selanjutnya Brunner (Herman Hudoyo,1988:27) menuliskan anak berkembang dalam tiga tahap.

Tiga tahap perkembangan mental itu adalah : a. Enactive

Dalam tahapan ini proses anak-anak di dalam belajar akan menggunakan / memanipulasi objek-objek secara langsung. Misalnya guru meminta siswa untuk mengukur meja atau benda-benda yang ada di kelas yang berbentuk persegi dan persegi panjang dan meminta siswa untuk menghitung luas dan keliling benda tersebut.


(31)

15

b. Econic

Tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai menyangkut mental yang merupakan gambaran dan objek-objek. Dalam hal ini anak-anak tidak memanipulasi objek-objek seperti dalam tahap enactive, melainkan sudah dapat ada lagi memanipulasi dengan menggunakan dari objek. Misalnya guru membawa karton yang berbentuk persegi dan persegi panjang kemudian meminta siswa untuk mengukurnya dan meminta siswa untuk menghitung luas dan kelilingnya.

c. Simbolic

Tahap akhir ini menurut Brunner merupakan tahap manipulasi simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan objek- objek. Misalnya guru menggambarkan bangun datar seperti persegi dan persegi panjang beserta ukurannya dan meminta siswa untuk menghitung luas dan keliling bangun datar yang telah digambarkan tersebut.

Secara garis besar Brunner (Herman Hudoyo, 1988: 27) mengemukakan empat teori belajar sebagai berikut :

1) Teorema kontruksi ( construction theorem )

Teori ini mengatakan bahwa cara berfikir seorang peserta didik untuk menilai belajar konsep dan prinsip di dalam belajar matematika peserta didik akan sangat terbantu sekali dengan adanya benda kongkrit.


(32)

16

2) Teorema notasi ( notation theorem )

Teori ini menyatakan bahwa kontruksi permulaan belajar dibuat lebih sederhana secara kognitif dan dapat dimengerti lebih baik oleh peserta didik, jika kontruksi itu menurut notasi yang sesuai dengan perkembangan mental peserta didik diharapkan dapat mengembangkan gagasan-gagasan berupa prinsip-prinsip kreasi baru.

3) Teorema perbedaan dan variasi ( contrast theorem )

Teori ini menyatakan bahwa prosedur belajar gagasan matematika yang berjalan dari kongkret menuju abstrak harus disertai perbedaan dan variasi, suatu konsep matematika akan lebih bermakna bagi peserta didik , jika konsep itu dibandingkan dengan konsep lain.

4) Teori konektivitas ( conectivity theorem )

Teori ini menyatakan bahwa di dalam konsep matematika struktur dan keterampilan dihubungkan dengan konsep, struktur, dan keterampilan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar matematika mempunyai empat aspek: fakta, konsep, prinsip, dan skill.

Selain dari itu Brunner (Ruseffendi, 1992:109) mengatakan perkembangan mental adalah:


(33)

17

Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek

b. Tahap ikonik

Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang di manipulasinya. Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yan dilakukan siswa dalam tahap enaktif.

c. Tahap simbolik

Dalam tahap ini siswa memanipulasi symbol-simbol atau lambing-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek real. Dari hasil pengamatan Brunner ke sekolah-sekolah mengemukakan empat dalil sebagai berikut:

1) Dalil penyusunan (Kontruksi)

Dalil ini menyatakan bahwa, siswa selalu ingin mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorama, definisi dan semacamnya, untuk itu siswa harus dilatih melakukan penyusunan representasinya. Untuk melekatkan idea tau definisi tertentu dalam pikiran siswa, harus menguasai konsep dengan mencobanya dan melakukannya sendiri. Dengan demikian, konsep yang dilakukan dengan jalan


(34)

18

memperlihatkan representasi konsep tersebut, maka siswa akan lebih memahaminya.

2) Dalil notasi

Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep, notasi memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan mental siswa.

3) Dalil pengkontrasan dan keanekaragaman

Dalam dalil ini dinyatakan bahwa pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan perubahan konsep matematika dari konsep konkret ke konsep yang lebih abstrak. Keanekaragaman juga membantu siswa dalam memahami konsep yang disajikan, dan hal ini dapat memberikan belajar bermakna bagi siswa.

4) Dalil pengaitan (Konektivitas)

Dalam dalil ini dinyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan.

7. Alat Peraga

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran perlu digunakan media pengajaran atau alat peraga secara tepat. Media pengajaran sangat berperan dalam membimbing abstraksi para siswa. Bunner (Ruseffendi,


(35)

19

1996:72) mengungkapkan dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda atau alat peraga. Dengan alat peraga tersebut siswa dapat melihat langsung bagaimana ketentuan serta pola yang terdapat pada benda yang sedang diperhatikannya, ketentuan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan alat peraga berupa benda-benda konkret yang ada di sekitar siswa. Dengan alat peraga tersebut diharapkan siswa lebih mudah dalam mengerti bangun datar sederhana. Dalam proses pembelajaran ini peneliti juga membentuk kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan Lembar Kerja Siswa agar siswa lebih aktif dalam pemecahan masalah yang dihadapi.

8. Bangun datar di Sekolah Dasar

Materi bangun datar merupakan salah satu materi yang tercantum dalam GBPP Sekolah Dasar, kurikulum tahun 1994 yang disempurnakan tahun 2002 (Tim, 2000:52).

a. Bangun Datar Sederhana

Jenis bangun datar bermacam-macam, antara lain persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, trapesium, layang-layang, belah ketupat, dan lingkaran. Nama-nama Bangun Datar :

1) Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.


(36)

20

3) Segitiga, yaitu bangun datar yang terbentuk oleh tiga buah titik yang tidak segaris. Macam-macamnya: segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang.

4) Jajar Genjang, yaitu segi empat yang sisinya sepasang-sepasang sama panjang dan sejajar.

5) Trapesium, yaitu segi empat yang memiliki tepat sepasang sisi yang sejajar.

6) Layang-layang, yaitu segi empat yang salah satu diagonalnya memotong tegak lurus sumbu diagonal lainnya.

7) Belah Ketupat, yaitu segi empat yang semua sisinya sama panjang dan kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.

8) Lingkaran, yaitu bangun datar yang terbentuk dari himpunan semua titik persekitaran yang mengelilingi suatu titik asal dengan jarak yang sama. jarak tersebut biasanya dinamakan r, atau radius, atau jari-jari(Tim, 2000:64).

b. Keliling Persegi, Persegi Panjang dan segitiga 1) Keliling Persegi

Rumus keliling persegi

Keliling = sisi + sisi + sisi + sisi = 4 x sisi


(37)

21

Contoh :

Dodi memliki sebuah taplak meja berbentuk persegi. Panjang sisi taplak meja tersebut adalah 25 cm. Berapakah keliling taplak meja tersebut ?

Penyelesaian :

Panjang sisi = 25 cm Keliling persegi = 4 x 25 cm

= 100 cm 2) Keliling Persegi Panjang

Rumus Keliling Persegi Panjang Keliling = p + l + p + l

= 2p + 2l = 2 ( p + l ) Contoh :

Keliling sebuah persegi panjang adalah 20 cm. Jika panjangnya 6 cm, tentukan lebar persegi panjang tersebut !

Penyelesaian :

Keliling persegi panjang 20 cm dan panjang 6 cm. Keliling = 2 x ( p + l )

20 cm = 2 x ( 6 cm + l )

20/2 = 6 cm + l

10 cm = 6 cm + l


(38)

22

3) Keliling Segitiga K= P+L+P

Hitunglah keliling segitiga dengan panjang sisi-sisinya sebagai berikut.

4 cm; 7 cm; dan 5 cm Penyelesaian:

Mencari keliling segitiga dapat dilakukan dengan menjumlahkan seluruh sisi dari segitiga tersebut, maka4, cm + 7 cm + 5 cm = 16 cm

B. Media Konkret

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga terjadi proses belajar (Arief S. Sadiman, 2005: 6).

Romiszowski (Basuki Wibawa, 1993: 8) mengungkapkan bahwa media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan kepada penerima pesan. Sumber pesan yang dimaksud dapat berupa orang atau benda, sedangkan yang dimaksud dengan penerima pesan dalam proses belajar mengajar adalah siswa. Pembawa pesan (media) tersebut berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Media merangsang indera siswa untuk menerima informasi. Terkadang siswa dituntut untuk


(39)

23

menggunakan kombinasi dari beberapa indera agar dapat menerima pesan secara lebih lengkap.

Dari berbagai pendapat di atas dapat dikatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan berupa pikiran, perasaan, atau perhatian dari sumber pesan ke penerima pesan, sehingga akan timbul reaksi dari penerima pesan tersebut. Sumber pesan dalam penelitian ini adalah guru, dan penerima pesan adalah siswa.

2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Gerlach & Ely dalam azhar arsyad (2007: 12) mengemukakan tiga ciri media pembelajaran, sebagai berikut.

a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media pembelajaran untuk merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.

b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Ciri manipulative media memungkinkan terjadinya transformasi suatu kejadian atau objek.

c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, secara bersama kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.


(40)

24

3. Manfaat Media Pembelajaran

Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993:8-9) menyatakan, dalam proses belajar mengajar media mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang digunakan sendiri oleh siswa. Media yang digunakan sebagai alat bantu mengajar disebut dependent media. Media yang dapat digunakan sendiri oleh siswa disebut independent media.

Sebagai alat bantu, efektivitas media sangat tergantung pada cara dan kemampuan guru dalam memakainya. Sebagai media belajar media dapat dipakai oleh siswa bersama guru tetapi dapat juga dipakai oleh siswa sendiri, tanpa atau dengan sedikit bantuan dari orang lain. Bila independent media digunakan dalam sistem pelajaran klasikal, waktu belajar yang tersedia dapat digunakan untuk membahas atau mendiskusikan hal-hal penting yang sulit dipelajari siswa sendiri. Sebagian waktu yang lain dapat digunakan untuk belajar mandiri. Siswa diminta belajar dari berbagai media dan sumber belajar lain yang sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Dalam hal ini media berperan untuk menggantikan sebagian dari fungsi guru, yaitu dalam memberikan informasi atau isi pelajaran.

Harjanto (2005: 245-246) menyatakan bahwa secara umum kegunaan media sebagai berikut.

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik. b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, seperti misalnya.

1) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realitas, gambar, film, atau model.


(41)

25

2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film, atau gambar.

3) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa di tampilkan lagi lewat rekaman film, video, foto, maupun secara verbal.

4) Objek yang terlalukompleks dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain.

5) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain.

c. Media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini kegunaan media adalah sebagai berikut. 1) Menimbulkan kegairahan belajar.

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar anak didik dengan lingkungan dan kenyataan.

3) Memungkinkan anak didik belajarsendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

d. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan di tentukn sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan apabila semua itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga


(42)

26

berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu dengan kemampuan dalam:

1) Memberikan perangsang yang sama,

2) Mempersamakan pengalaman, dan

3) Menimbulkan persepsi yang sama.

Kemp dan Dayton (Suwarna, dkk. 2005: 128-129) menyatakan bahwa manfaat media pembelajaran sebagai berikut.

a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.

Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi, sehingga materi tersampaikan secara seragam.

b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik

Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan prinsip,konsep, proses maupun prosedur yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap.

c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

Jika dipilih dan dirancang dengan benar, maka media dapat membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara

aktif. Tanpa media, guru mingkin akan cenderung berbicara “satu arah” kepada siswa.

d. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi

Seringkali terjadi, para guru banyak menghabiskan waktu untuk menjelaskan materi ajar. Padahal waktu yang dihabiskan


(43)

27

tidak perlu sebanyak itu jika mereka memanfaatkan media pembelajaran dengan baik.

e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan

Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efesien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi ajar secara lebih mendalam dan utuh.

f. Proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja dan kapan saja Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa bergantung pada keberadaan guru.

g. Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. Dengan media, proses pembelajaran menjadilebih menarik. Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa pada ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu.

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif Dengan media, guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan, namun justru dapat mengurangi penjelasan verbal (lisan), sehingga guru dapat memberikan perhatian lebih banyak kepada aspek pemberian motivasi, perhatian, bimbingan, dan sebagainya.

Dari berbagai pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa secara garis besar manfaat dan kegunaan media adalah sebagai alat guna mempermudah dan memperlancar proses belajar mengajar, baik dari sisi guru sebagai alat bantu mengajar maupun dari sisi


(44)

28

siswa sebagai sumber belajar. Disamping itu dengan penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 124) mengemukakan jenis-jenis media sebagai berikut.

a. Media Auditif

Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam.

b. Media visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film bingkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada juga yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu atau film kartun.

Suwarna, dkk, (2005: 237) mengemukakan ada beberapa jenis media pendidikan yang biasa digunakan dalam proses pengajaran:

a.Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.

b.Media tiga dimensi, yaitu dalam bentuk model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, diorama dan lain-lain.


(45)

29

c.Media proyeksi seperti slide, film strip, film, penggunaan OHP, dan

d.Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan.

Dalam penelitian ini media yang digunakan peneliti adalah media konkret. Media konkret pada dasarnya adalah media yang nyata, memiliki wujud dan dapat dilihat, diraba, maupun dirasakan dengan alat indra. Berdasarkan jenis-jenis penelitian di atas media konkret termasuk dalam jenis media tiga dimensi, dan juga termasuk media visual karena dapat diamati dengan menggunakan indra penglihatan. 5. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 128) menyatakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media sebagai berikut.

a. Objektivitas

Unsur subjektivitas guru dalam memilih media pembelajaran harus dihilangkan. Guru tidak boleh memilih suatu media atas dasar kesenangan pribadi. Guru harus mementingkan kepentingan anak didik dengan memperhatikan keefektifan dan efisiensi dari media tersebut.

b. Program pengajaran

Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun kedalamannya.


(46)

30

Media yang akan digunakan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, symbol-simbol yang digunakan, cara dan kecepatan penyajiannya. Ataupun waktu penggunaannya.

d. Situasi dan Kondisi

Situasi dan kondisi di sini meliputi:

1) Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan dipergunakan, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya, dan 2) Situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran

mengenai jumlahnya, motivasi, dan kegairahannya. e. Kualitas teknik

Dari segi teknik, media pengajaran harus diperhatikan sebelum digunakan, apakah sudah memenuhi syarat atau belum. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan teknik saat penggunaan media.

f. Keefektifan dan efesiensi penggunaan

Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efesiensi berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Media dikatakan efektif apabila dengan penggunaan media tersebut informasi pengajaran dapat diserap oleh anak didik secara optimal, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Media dikatakan efesien apabila waktu, tenaga, dan biaya yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penggunaan media tersebut sedikit.


(47)

31

Suwarna, dkk. (2005: 138) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi media antara lain:

a. Tujuan instruksional yang ingin dicapai, b. Karakteristik siswa,

c. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio atau visual), keadaan latar atau lingkungan dan gerak atau diam,

d. Ketersediaan sumber setempat

e. Apakah media siap pakai atau media rancangan, f. Kepraktisan dan ketahanan media, dan

g. Efektivitas biaya dalam jangka panjang. 6. Media Konkret

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (177: 8) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala alat pembelajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap kepada anak didik sehingga mereka dapat menangkap, memahami dan memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan. Sedangkan kata konkret dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 588) diartikan sebagai sesuatu yang nyata, benar-benar ada, memiliki wujud, dapat dilihat maupun diraba.


(48)

32

Dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran konkret adalah segala sesuatu yang nyata, benar-benar ada, memiliki wujud, dapat dilihat maupun diraba dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, juga sikap-sikap kepada anak didik sehingga anak dapat menangkap, memahami sekaligus memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap sifat-sifat bangun ruang. Untuk menyampaikan materi tersebut, peneliti menggunakan media konkret, yaitu benda-benda di lingkungan sekitar yang mewakili bentuk-bentuk dari bangun datar, atau dengan tiruan bangun datar yang dibuat menggunakan gabus.

7. Kelebihan Media Konkret

A. Tabrani, Rusyan, (1993: 199) mengemukakan kelebihan media konkret sebagai berikut:

a. Dapat membantu guru dalam menjelaskan suatu materi kepada peserta didik.

b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari situasi yang nyata, dan


(49)

33 C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Piaget (Syaiful sagala, 2010: 27) mengemukakan perkembangan anak di bagi menjadi 4 tahapan sebagai berikut:

1. Sensori Motor (0.0-2.0 tahun)

Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungannya dengan kemampuan sensorik yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan menggerak-gerakkannya. Selama periode ini anak mengatur alamnya dengan indra-indranya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor).

2. Praoprasional (2.0-7.0 tahun)

Pada tahap praoperasional anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas, ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan menggolong-golongkan. Pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, yaitu menambah, mengurangi, dan lain-lain.

3. Operasinal konkret (7.0-11.0 tahun)

Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pikiran logis, walaupun kadang-kadang memecahkan masalah secara “trial and error”. Tahap ini merupakan tahap permulaan berpikir rasional, yang berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkan pada masalah-masalah konkret. Pada tahap ini anak hanya dapat menghadapi operasi-operasi konkret, bukan operasi-operasi formal sehingga anak belum dapat berurusan dengan materi abstrak.


(50)

34

4. Operasi formal (11.0 tahun ke atas)

Pada tahap ini anak dapat berpikir abstrak seperti orang dewasa. Anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya, untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Pada tahap ini anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret karena sudah dapat berpikir secara abstrak.

D. Kerangka Pikir

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa. Terkait dengan upaya peningkatan kualitas belajar tersebut, salah satu tawaran yang harus dikembangkan oleh guru adalah bagaimana guru bisa menggunakan media sebagai bahan integral dalam proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

Dengan kata lain, seorang guru harus bisa memanfaatkan benda kongkrit pada materi bangun datar di sekitar sebagai media dalam kegiatan belajar mengajar meskipun program sekolah sudah terencana dengan baik. Selama ini satu-satunya media yang dominan digunakan guru adalah buku paket. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah dengan sedikit Tanya jawab. Metode pembelajaran yang seperti itu cenderung monoton dan membosankan yang akan berpengaruh pada melemahnya antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Kasus seperti ini terjadi pada siswa kelas yang kurang fokus dalam


(51)

35

pembelajaran matematika khususnya dalam materi bangun datar. Banyak nilai siswa yang kurang dari Kriteria ketuntasan Minimal (KKM). Dengan melalui diskusi kelompok-kelompok kecil pembelajaran pada pokok bahasan benda kongkrit pada materi bangun datar dapat ditingkatkan, di mana dalam kelompok tersebut terdapat kerja sama dan saling membantu antar siswa dalam kelompoknya. Sehingga keaktifan siswa meningkat dan siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran. Pembelajaran diskusi kelompok menumbuhkan daya kreatifitas, mengasikkan, menyenangkan dan tidak membosankan.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Media benda konkret dapat meningkatkan prestasi belajar matematika kelas III Semester 2 SDN Cepit.


(52)

36

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas, yang dapat dilakukan oleh guru atau pengajar sebagai pengelola program pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas atau (Classroom Action Research) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran. Peneliti memilih metode penelitian tindakan kelas karena mempertimbangkan :

1. masalah yang dihadapi adalah masalah yang timbul dalam proses pembelajaran;

2. tidak mengganggu jalannya pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang diajarkan.

Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan secara kolaboratif partisipatif, yaitu penelitian dengan melakukan kolaborasi kerjasama antara guru dengan peneliti. Proses tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diupayakan agar masalah yang terjadi dapat teratasi, sekaligus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada materi bangun datar di kelas tersebut.


(53)

37 B. Desain Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis & Taggart yang meliputi menyusun rancangan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus.

Keterangan gambar: Siklus I

0. Perenungan 1. Perencanaan

2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I

Siklus II

4. Rencana Terevisi I

5. Tindakan dan Observasi II 6. Refleksi II

Gambar 1. Siklus PTK

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Siklus pertama dan kedua masing-masing berlangsung dua minggu (4 kali pertemuan) secara rinci prosedur penelitian tindakan ini akan dijabarkan sebagai berikut:


(54)

38

1. Siklus I

a.Tahap Perencanaan

1) Melakukan pertemuan dengan guru matematika kelas III untuk membicarakan persiapan kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan Media Benda Kongkrit.

2) Mendiskusikan dan menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) pembelajaran matematika dengan menggunakan Media Benda Kongkrit di kelas sebagai tindakan penelitian.

3) Mempersiapkan perangkat tes hasil belajar yang memuat indikator pemahaman konsep bangun datar.

4) Mempersiapkan peralatan atau alat peraga yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proses pembelajaran.

5) Memberitahu dan melatih guru sebagai praktisi penelitian tentang tindakan yang harus dilakukan saat pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana pembelajaran.

b.Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran yang telah disusun.

2) Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan Media Benda Kongkrit sesuai dengan rencana yang dibahas bersama guru. 3) Melakukan tes materi pembelajaran yaitu materi tentang bangun


(55)

39

c.Tahap Obsevasi

1) Melakukan pemantauan (observasi) terhadap setiap langkah sesuai dengan rencana.

2) Melakukan pengamatan PBM matematika dengan sasaran pemantauan sebagai berikut : keaktifan siswa untuk mengeluarkan ide, keaktifan siswa dalam bertanya, keaktifan siswa mengerjakan soal di depan kelas sekaligus menjelaskan kepada siswa lain.

d.Tahap Refleksi

1) Mengkaji data yang terkumpul secara komprehensif.

2) Melakukan diskusi dengan guru kelas serta menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru dalam penerapan Media Benda Kongkrit dalam pembelajaran.

3) Menganalisis hasil belajar/tes siswa.

4) Hasil refleksi dijadikan bahan untuk merevisi rencana tindakan selanjutnya.

5) Kolaborator memberikan masukan dan bersama-sama dengan peneliti melakukan langkah-langkah perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.


(56)

40

2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran. 3) Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan tindakan seperti pada siklus I dengan perbaikan-perbaikan yang telah direncanakan sesuai hasil refleksi siklus I. c. Tahap Observasi

1) Melakukan pengamatan dengan sasaran sama seperti siklus I. 2) Mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

3) Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.

d. Tahap Refleksi

1) Merefleksi proses pembelajaran matematika dengan

menggunakan Media Benda Kongkrit.

2) Merefleksi hasil belajar siswa dan keaktifan siswa.

3) Merangkum dan merefleksi hasil akhir penelitian bersama kolaborator.

4) Menyusun rekomendasi

Setelah data selesai dianalisis dengan menggunakan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, selanjutnya ditarik kesimpulan tentang keberhasilan atau kegagalan pada siklus II ini. Apabila berhasil pada semua indikator yang ditetapkan, maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya, tetapi apabila hasil analisis menunjukkan adanya indikasi


(57)

41

ketidakberhasilan pada salah satu indikator, maka penelitian harus dilanjutkan pada siklus berikutnya, sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian mengambil subjek seluruh siswa kelas III semester 2 SDN Cepit yang berjumlah 21 siswa, dengan siswa laki-laki sebanyak 8 siswa dan siswa perempuan sebanyak 13 siswa.

2. Objek Penelitian

Pelaksanaan proses dan hasil belajar matematika dengan menggunakan media benda konkret pokok bahasan keliling bangun datar kelas III semester 2.

D. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN Cepit, Sewon, Bantul. Penelitian ini dilakukan di dalam kelas.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015, yang lebih tepatnya pada bulan April 2015 sampai dengan bulan Juni 2015.

E. Teknik Pengumpulan Data


(58)

42

1. Tes untuk mengumpulkan data prestasi belajar keliling bangun datar dan luas bangun datar.

2. Observasi untuk mengumpulkan data aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Instrumen yang peneliti gunakan untuk menilai tingkat keberhasilan peserta didik adalah:

1. Lembar Tes

Lembar tes adalah alat untuk memperoleh data hasil belajar yang telah diberikan kepada siswa. Sedang bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal uraian. Berikut adalah kisi-kisi soal.

Tabel 1. Kisi-kisi Soal Kompetensi

Dasar Indikator

Jumlah Butir

Soal

Nomor Butir

Keliling dan Luas Bangun Datar

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Persegi

2 1,2

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Persegi panjang

2 3,4

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Segitiga

1 5

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Jajar genjang

1 6

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Belah ketupat

1 7

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Trapesium

1 8

Menyelesaikan soal yang

berkaitan dengan luas

Bangun datar


(59)

43

2. Lembar observasi

Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi oleh observer. Lembar observasi berisi tentang aktifitas peserta didik dalam pembelajaran.

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Guru

No. Aspek Penilaian

1. Perencanaan 1) Dokumentasi kondisional, memeriksa buku tugas siswa, daftar nilai harian, dan observasi guru.

2) Identifikasi masalah, siswa kelas III SD kurang menguasai tentang bangun datar. Dengan kata lain siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam mengerti bangun datar sederhana, menghitung keliling dan luas persegi dan persegi panjang.

3) Membuat skenario pembelajaran dengan melalui diskusi kelompok-kelompok kecil.

4) Menyeleksi jenis keterampilan mana yang dapat dicapai siswa. 5) Menyiapkan lembar kerja buatan guru.

6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

7) Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui daya serap hasil belajar siswa.

2. Tindakan 1) Guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana.

2) Guru bersama siswa membahas secara singkat materi bangun datar dengan melihat alat peraga, berupa benda-benda konkrit.

3) Guru membagikan lembar kerja buatan guru dan didiskusikan secara kelompok.

4) Guru mengarahkan jalannya diskusi serta membimbing membuat simpulan.

5) Guru mengevaluasi siswa terhadap proses pembelajaran dengan memberikan post tes.

3. Observasi 1) Observasi tentang persiapan pembelajaran.

2) Observasi tentang aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. 3) Observasi tentang aktivitas guru pada saat pembelajaran berlangsung. 4) Observasi tentang pembelajaran pos tes.


(60)

44 F. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini analisis data yang digunakan ada dua, yaitu analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.

1. Analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika kelas III semester 2 materi keliling bangun datar dan luas bangun datar. Adapun caranya : yaitu mencari rerata, skor terendah sampai skor tertinggi, menghitung persentase ketuntasan belajar. Adapun rumus untuk mencari rerata, menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 284-285) adalah sebagai berikut:

Mean = ∑ X N Keterangan

∑ X = jumlah nilai siswa X = skor (nilai siswa)

N = jumlah siswa

2. Analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui peningkatan proses pembelajaran yaitu dengan menjumlahkan skor observasi aktivitas siswa setiap siklus, data yang diperoleh dihitung dengan persentase, dan langkah terakhir adalah menentukan kriteria aktivitas siswa terdapat pada tabel menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 269)


(61)

45

Tabel 3. Pedoman Konservasi Tingkat aktivitas Guru dan Siswa Tingkat Aktivitas Kriteria

76% - 100% 51% - 75% 26% – 50%

< 25%

Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik

G. Kriteria Keberhasilan

Indikator keberhasilan pembelajaran dengan media benda konkret dapat dillihat dari peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar siswa dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sebelum tindakan dan setelah diberikan tindakan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian tindakan ini apabila:

1. Meningkatnya hasil belajar mata pelajaran matematika materi pokok keliling bangun datar dan luas bangun datar ditandai 80% dari jumlah seluruh siswa telah mencapai KKM yang ditentukan yaitu 70.


(62)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SD Negeri Cepit yang berada diwilayah kelurahan Panggung Harjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. SD Negeri Cepit berjarak ± 30 meter dari jalan raya. Bangunan sekolah yang sederhana, dan di depan sekolah ada lapangan umum tempat berolahraga, sehingga memudahkan anak-anak SD Cepit untuk berolahraga. Dilihat dari segi fisik, kondisi bangunan sekolah ini secara umum cukup baik. Untuk kegiatan belajar mengajar dimulai pada pukul 07.00 s/d pukul

12.00, untuk hari jum’at dimulai pada pukul 07.00 s/d 10.45.

Demikian pula dengan sarana dan prasarana yang ada di sekolah sudah cukup memadai dan mendukung kegiatan belajar mengajar. Sekolah ini mempunyai 23 ruangan, yang terdiri dari 12 ruang kelas, I –VI, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang computer dan UKS, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 kantin, dan 6 KM/WC.

Tenaga pengajar yang ada di SD Negeri Cepit berjumlah 19 orang da tambah dengan 2 guru yang dating ke sekolah pada saat mengajar pelajaran agama saja, yaitu pelajaran agama islam dan katolik. Guru yang sudah PNS berjumlah 11 orang, dan yang belum PNS ada 8 orang. Guru


(63)

47

yang non muslim berjumlah 3 orang selebihnya beragama muslim. Jumlah siswa yang ada di SDN Negeri Cepit sebanyak 253 siswa.

Dalam sistem pembayaran uang sekolah atau yang sering di sebut pembayaran SPP di SD Negeri Cepit sudah tidak ada/gratis, karena sudah ada dana BOS.

2. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IIIb SDn Cepit Tahun Ajaran 2014/2015, yang berjumlah 20 anak. Dengan rincian siswa perempuan berjumlah 12 dan siswa laki-laki berjumlah 8 anak. Berdasarkan data yang diberikan oleh guru, sebagian besar siswa berasal dari daerah Panggung Harjo. Ditinjau dari latar belakang social ekonomi keluarga, mayoritas orang tua siwa berasal dari golongan menengah ke bawah. Profesi dari tiap orang tua murid sebagian besar adalah petani dan buruh.

Kondisi siswa kelas IIIb sebagian besar cenderung pendiam, walaupun ada beberapa siswa yang terlihat aktif. Jika dilihat dalam proses pembelajaran, siswa kelas IIIb ini cenderung pasif. Ketika guru sedang memberikan materi pelajaran ada siswa yang mendengarkan ada juga yang bermain sendiri bersama temannya, ada juga anak yang selalu mengganggu temannya. Kondisi kelas pada saat pembelajaran memang dapat terkendali dengan baik karena siswa pun dalam kondisi tenang, akan tetapi kondisi tenang tersebut tidak berarti bahwa siswa paham dengan materi yang telah disampaikan oleh guru. Siswa dalam memahami materi


(64)

48

memerlukan waktu yang cukup lama, dalam hal ini siswa sangat lamban dalam mencerna materi yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan keterangan dari guru pengampu kelas IIIb yaitu ibu Juwariah, yang sudah melakukan kunjungan ke beberapa rumah siswanya disebutkan bahwa motivasi belajar siswa kelas IIIb juga masih kurang. Hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua untuk mengawasi anak-anaknya untuk belajar di rumah. Kurangnya perhatian serta kesadaran orang tua untuk mengawasi belajar anak-anaknya karena mereka merasa tidak ada beban saat menyekolahkan anaknya, karena SD Negeri Cepit menyediakan pendidikan gratis.

3. Deskripsi Kegiatan Penelitian a. Tahapan Prasiklus

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahapan prasiklus adalah : 1) Melakukan tes pada siswa pada mata pelajaran matematika

Peneliti melakukan tes pada siswa kelas III mengenai keliling bangun datar. Dari tes tersebut dihasilkan bahwa hanya ada 7 siswa yang sudah mencapai KKM matematika yaitu 7, dengan nilai rata-rata 63,75, tingkat ketuntasannya hanya sekitar 35%.

2) Penysunan skenario pembelajaran atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam penyusunan RPP, peneliti menggunakan silabus yang ada dalam SD dengan menyesuaikan Standar Kompetensi, Kompetensi


(65)

49

Dasar serta indikator yang ada. RPP yang di buat hanya fokus pada materi keliling bangun datar.

3) Persiapan Media Pembelajaran

Menyiapkan media pembelajaran yang akan di pakai pada saat penelitian, media yang digunakan seperti, karton yang di potong berbentuk segitiga, persegi panjang, trapesium dll.

4) Pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS yang telah dipersiapkan oleh peneliti berdasarkan pada RPP yang telah dibuat supaya untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran.

5) Penyusunan instrument tes hasil belajar untuk setiap akhir siklus Instrument tes yang dibuat peneliti berdasarkan kisi-kisis soal instrument hasil belajar siswa pada pokok bahasan keliling bangun datar.

6) Penyusunan lembar observasi untuk peneliti dan siswa.

Lembar observasi dibuat untuk melihat tingkat keaktifan siswa dan peneliti pada saat melakukan proses pembelajaran yang sedang berlangsung di kelas. Penyusunan lembar observasi didasarkan pada kisi-kisi lembar observasi yang sudah di buat.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengubah proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Dari pengamatan awal yang dilakukan diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini lebih banyak menggunakan metode ceramah, sehingga siswa merasa


(66)

50

bosan saat mengikuti pembelajaran dan menyebabkan aktivitas dan motivasi belajar siswa menjadi berkurang. Selain itu, siswa juga dihadapkan pada materi tentang bangun datar yang baru diajarkan pertama kali di kelas III, siswa harus benar-benar memahami tentang bangun datar agar untuk memahami materi-materi selanjutnya siswa tidak kesusahan.

Mengacu pada pengamatan yang dilakukan, peneliti melihat masih bnyak siswa yang tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan materi. Selain itu, metode dan media pembelajaran masih kurang bervariasi. Akibatnya siswa masih ada yang belum memahami materi dan prestasi belajar pun menjadi berkurang. Berikut ini adalah hasil nilai siswa sebelum pelaksanaan kegiatan yang disajikan dalam tabel.

Table 4. Data Hasil Nilai SiswaSebelum Pelaksanaan Kegiatan(Pretes)

No Inisial Nilai

1 AJT 40

2 AK 55

3 AFFA 50

4 AYH 60

5 AAR 60

6 DA 75

7 FFR 65

8 GBS 50

9 GNY 75

10 HDP 75

11 JII 65

12 KNF 75

13 LI 80

14 MS 60

15 MAK 55

16 MA 85

17 PW 80

18 SAK 70

19 SNF 55

20 SYR 45

Nilai Tertinggi 85

Nilai Terendah 40

Rata-rata 63,75

Jumlah siswa tuntas belajar

(≥7) 7

Persentase Siswa Tuntas


(67)

51

Dari hasil prasiklus diketahui bahwa jumlah siswa yang nilainya ≥ 7 hanya 7 orang dengan tingkat keberhasilan sebesar 35%, rata-rata satu kelas juga kurang dari nilai KKM matematika. Dari hasil tersebut perlu adanya tindakan untuk meningkatkan prestasi siswa tentang keliling bangun datar.

b. Siklus 1

1) Perencanaan Tindakan

Kegiatan perencanaan yang peneliti lakukan yaitu membuat RPP dengan mata pelajaran matematika.Selain RPP, yang perlu disiapkan adalah media pembelajaran yang akan dipakai untuk kegiatan, media disini misalnya permukaan meja, lemari, ruang kelas dan ada beberapa media lainnya yang peneliti buat seperti segitiga, persegi, persegipanjang dan trapezium untuk meningkatkan prestasi siswa tentang keliling bangun datar.

Peneliti juga menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati tingkat aktivitas siswa yang dilakukan oleh teman seangkatan yaitu Sesri Y.A Masus selaku observer.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti pada siklus 1 dibagi menjadi 2 pertemuan. Disini peneliti mengambil nilai pada pertemuan 2.

Tabel 5. waktu pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan ke 2 Pertemuan ke- Hari, Tanggal Waktu


(68)

52

a) Pertemuan II

Siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2015. Seperti yang telah direncanakan, pembelajaran dilakukan oleh ibu juwariah sebagai pengajar dan Sesri Y.A masus sebagai observer. Kegiatan pembelajaran di mulai pukul 07.00 sesuai jadwal, pelajaran Matematika pada hari sabtu berlangsung selama 2 x 35 menit. Kegiatan pembalajaran dilaksanakan berdasarkan RPP yang telah dibuat oleh peneliti.

(1) Kegiatan Awal

Pukul 07.00 bel berbunyi, peneliti, observer, serta guru kelas memasuki ruang kelas IIIb pada jam pelejaran Matematika. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. Selesai berdoa, guru mengabsen siswa untuk mengetahui nama-nama siswa yang ada maupun yang tidak masuk. Setelah selesai mengabsen, guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Guru bertanya kepada semua siswa siapa yang tau jendela rumah? Berbentuk apa jendela rumah?. Sebagian besar siswa mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan dari guru. Guru juga menyampaikan tujuan yang akan dicapai.

(2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi yang akan dipelajari serta menjelaskan mengenai keliling persegi dan siswa menyimak guru yang sedang memberikan beberapa contoh bangun datar sederhana berbentuk persegi pada media benda konkret. Serta guru juga menjelaskan cara


(69)

53

menghitungkeliling bangun datar sederhana persegi dengan memperlihatkan kepada anak-anak contoh konkret yaitu ubin. Setelah melihat penjelasan guru siswa ditugaskan menghitung ubin yang berbentuk persegi dan mengerjakan hasilnya di kertas lalu dikumpulkan ke meja guru. Setelah itu siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai bangun datar persegi. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada yang belum paham.

Sebelum mengerjakan LKS siswa dibagi menjadi 5 kelompok dan setelah ada kelompok baru siswa mengerjakan LKS untuk dikerjakan, guru berkeliling mengamati siswa. Setelah LKS selesai dikerjakan, hasil LKS masing-masing kelompok ditukar dengan kelompok yang lain, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan LKS hasil kelompok temannya didepan kelas, hanya beberapa perewakilan kelompok yang berani mengacungkan tangan untuk maju kedepan kelas. Kemudian siswa bersama guru membahas soal LKS yang sudah dikerjakan oleh kelompok temannya didepan kelas dan jawaban benar semua.

(3) Kegiatan Akhir

Pada kegiatan akhir pembelajaran, siswa bersam guru

menyimpilkan materi yang telah dipelajari dan merefleksi kegiatan pembelajaran hari itu. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih rajin belajar dan aktif dalam pembelajaran di kelas. Setelah itu, guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.


(70)

54 3) Observasi Kegiatan

Pada tahap observasi, peneliti di bantu observer sesri. Y.A masus selaku observer untuk melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru (peneliti) dan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Observasi proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Sedangkan lembar observasi kegiatan siswa digunakan untuk melihat aktivitas dan respon siswa terhadap metode dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Berdasarkan data hasil observasi pada pembelajaran pada siklus I, diperoleh beberapahal sebagai berikut :

a) Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan menyenangkan, karena berbeda dengan kegiatan pembelajaran sebelumnya yaitu dengan menggunakan berbagai metode mengajar serta penggunaan media yang menarik.

b) Penggunaan media konkret masih sederhana.

c) Partisipasi siswa dalam pembelajaran masih kurang. Siswa belum aktif bertanya apabila ada hal yang belum dimengerti. Selain itu, siswa juga belum aktif untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. d) Aktivitas siswa yang tidak relavan ketika proses pembelajaran

berlangsung adalah siswa masih suka bermain sendiri dan mengobrol dengan temannya.

Untuk melakukan observasi menggunakan pedoman lembar observasi untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada akhir siklus guru juga memberikan evaluasi untuk melihat penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Hasil observasi dan


(71)

55

evaluasi digunakan untuk refleksi. Hasil refleksi pada siklus I dijadikan acuan perbaikan pada pembelajaran siklus II.

4) Refleksi Kegiatan

Refleksi bertujuan untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh peneliti. Peneliti bersama guru kelas bertemu dan mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan, melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran, mengkaji masalah yang muncul kemudian merencanakan perbaikan.

Berdasarkan data hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti ditemukan permasalahan sebagai berikut :

a) Siswa belum aktif bertanya ketika mengalami kesulitan. b) Siswa belum aktif menjawab pertanyaan dari guru.

c) Beberapa siswa belum berani memberikan pendapat dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan masalah diatas, maka perlu diadakan perbaikan tindakan sebagai berikut :

a) Siswa diberi motivasi oleh peneliti agar aktif bertanya bila ada hal yang belum/kurang jelas.

b) Siswa diberi motivasi untuk aktif menjawab pertanyaan dari guru. c) Siswa diberi motivasi agar berani memberikan pendapat dalam proses


(72)

56 c. Siklus II

1) Perencanaan Kegiatan

Kegiatan perencanaan yang peneliti lakukan yaitu membuat RPP matematika sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah SDN Cepit.

Selain RPP, yang perlu disiapkan adalah media pembelajaran yang akan dipakai untuk kegiatan, media disini misalnya ruang kelas, pintu serta potongan berbentuk segitiga untuk meningkatkan prestasi siswa tentang keliling bangun datar. Peneliti juga menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati tingkat aktivitas siswa yang dilakukan oleh sesri Y. A Masus selaku observer.

2) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti pada siklus 2 dibagi menjadi 2 pertemuan. Disini peneliti mengambil nilai pada pertemuan 2.

Tabel 6. Waktu Pelaksanaan Penelitian Siklus II pertemuan ke 2 Pertemuan ke Hari, Tanggal Waktu

II Senin, 22 Juni 2015 08.10-09.20

a) Pertemuan II

Siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 22 Juni 2015. Seperti yang telah direncanakan, pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan ibu juwariah sebagai pengajar sekaligus selaku wali kelas IIIb. Sesuai jadwal, pelajaran matematika pada hari Senin berlangsung selama 2


(1)

104

Lampiran 12Nilai Postes Siklus II

Lampiran 13Perbandingan Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

No Nama

Siswa

Nilai Pra Siklus

ketuntasan Nilai

Siklus I

ketuntasan Nilai Siklus II Ketuntasan

1 2 1 2 1 2

1 AJT 40 √ 75 √ 85 √

2 AK 55 √ 85 √ 90 √

3 AFFA 50 √ 80 √ 95 √

4 AYH 60 √ 70 √ 80 √

5 AAR 60 √ 85 √ 95 √

6 DA 75 √ 85 √ 90 √

7 FFR 65 √ 85 √ 95 √

8 GBS 50 √ 75 √ 85 √

9 GNY 75 √ 85 √ 100 √

10 HDP 75 √ 70 √ 80 √

11 JII 65 √ 65 √ 75 √

12 KNF 75 √ 75 √ 90 √

13 LI 80 √ 80 √ 100 √

14 MS 60 √ 70 √ 90 √

15 MAK 55 √ 65 √ 80 √

16 MA 85 √ 85 √ 100 √

17 PW 80 √ 90 √ 100 √

18 SAK 70 √ 70 √ 85 √

19 SNF 55 √ 70 √ 80 √

20 SYR 45 √ 75 √ 80 √

Jumlah 1275 13 7 1,540 6 14 1,775 0% 100%

Rata-rata 63,75 65% 35% 77 30% 70% 88,75 0 20

KKM 70

Keterangan :

1 : Belum Mencapai KKM

2 : Sudah Mencapai KKM

No Nama Siswa Nilai Keterangan

Sudah Mencapai KKM Belum Mencapai KKM

1 AJT 85 √

2 AK 90 √

3 AFFA 95 √

4 AYH 80 √

5 AAR 95 √

6 DA 90 √

7 FFR 95 √

8 GBS 85 √

9 GNY 100 √

10 HDP 80 √

11 JII 75 √

12 KNF 90 √

13 LI 100 √

14 MS 90 √

15 MAK 80 √

16 MA 100 √

17 PW 100 √

18 SAK 85 √

19 SNF 80 √

20 SYR 80 √

Jumlah 1,775 20 0

Rata-rata 88,75 100% 0%


(2)

105

Lampiran 14 Dokumentasi

guru sedang menjelaskan materi yang

akan di pelajari

Siswa mengerjakan LKS

Siswa menyimak penjelasan guru tentang

bangun datar

Pembagian kelompok


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

SOAL UH MATEMATIKA KELAS 4 SEMESTER 1 BAB KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR

9 70 3

UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR MELALUI STRATEGI DISCOVERY-INQUIRY Upaya Meningkatkan Ketrampilan Menghitung Keliling Dan Luas Bangun Datar Melalui Strategi Discovery-Inquiry Pada Siswa Kelas Iv Sdn 02 Tlobo Kec

0 1 14

UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS BANGUN DATAR MELALUI STRATEGI DISCOVERY-INQUIRY Upaya Meningkatkan Ketrampilan Menghitung Keliling Dan Luas Bangun Datar Melalui Strategi Discovery-Inquiry Pada Siswa Kelas Iv Sdn 02 Tlobo Kecama

0 2 12

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SIFAT BANGUN DATAR MELALUI MEDIA UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SIFAT BANGUN DATAR MELALUI MEDIA MODEL BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 04 KUTO TAHUN 2010/2011.

0 1 15

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN DATAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS BANGUN DATAR MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS

0 0 15

PENGGUNAAN MEDIA MODEL BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG Penggunaan Media Model Bangun Datar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Konsep Bangun Datar Siswa Kelas V Semester Ii Tahun Ajaran 2010/2011 Sd Muhamm

0 1 14

Media Pembelajaran Mengenal Unsur, Luas, Keliling Bangun Datar SD | Dunia Pendidikan 0.BANGUN DATAR

0 1 51

Rumus Luas Dan Keliling Bangun Datar len

0 0 6

Keliling dan Luas bangun Datar

0 8 12

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENGHITUNG LUAS BANGUN DATAR DENGAN METODE PENEMUAN TERBIMBING DI KELAS V SDN 4 KARANGTENGAH

0 0 13