MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA DEKAK MULTIFUNGSI PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI KOTAGEDE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA DEKAK MULTIFUNGSI PADA

SISWA KELAS IVB SD NEGERI KOTAGEDE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Hardianto Fifko NIM 12108249039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Jangan pernah menyerah, karena ada tempat dan saat ombak paling tinggi sekalipun akan berbalik arah.” (Harriet Beecher Stowe)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua 2. Almamater UNY


(7)

vii

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA DEKAK MULTIFUNGSI PADA

SISWA KELAS IVB SD NEGERI KOTAGEDE 1 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh Hardianto Fifko NIM 12108249039

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika menggunakan media dekak multifungsi pada siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta yang berjumlah 31 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, lembar observasi, dan tes. Angket untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa, observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran menggunakan media dekak multifungsi dan tes digunakan untuk mengetahui pencapaian hasil belajar matematika siswa. Data hasil angket dan tes dianalisis secara deskriptif kuantitatif sementara data hasil observasi dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika. Data awal dari hasil wawancara dengan guru diketahui masih ada beberapa minat siswa yang kurang, pada siklus I minat belajar siswa mencapai kategori baik yaitu 71% dengan rata-rata 49,3 dan pada siklus II minat belajar siswa menjadi kategori baik yaitu 93,5% dengan rata-rata 50. Sedangkan hasil belajar siswa pada pra siklus 54,8% dengan rata-rata 69,1, pada siklus 1 skor belajar siswa menjadi 93,6% dengan rata-rata nilai 89,4 dan pada siklus II skor belajar siswa menjadi 87% dengan rata-rata 92. Akan tetapi, siswa telah mencapai kriteria keberhasilan yaitu 75%.

Kata Kunci: minat belajar matematika, media dekak multifungsi, siswa kelas IV SD


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Meningkatkan Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Media Dekak Multifungsi pada Siswa Kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak Suparlan, M.Pd. M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar yang telah memberi kelancaran dalam pembuatan proposal sampai selesainya skripsi ini.

4. Bapak Drs. Purwono PA, M.Pd. pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan, motivasi, saran, masukan, dorongan serta dengan sabar membimbing sehingga terselesaikan skripsi ini.


(9)

ix

5. Ibu Unik Ambarwati, M.Pd. yang telah memberikan banyak bantuan dalam validasi media.

6. Bapak Banu Setya Adi, M.Pd. pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi dalam penyelesaian studi.

7. Bapak Kartana, S.Ag. Kepala Sekolah SD Negeri Kotagede 1 yang telah memberikan izin dan bantuan penelitian ini.

8. Eny Purwanti, S.Pd.SD. Guru kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 yang telah bekerja sama dalam penelitian.

9. Siswa Kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 tahun ajaran 2015/2016.

10. Kedua orang tua dan keluargaku yang telah memberikan doa, dukungan, dan materil.

11. Teman-teman PGSD Mentawai angkatan 2012 terimakasih atas doanya. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam segala hal yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan mendapatkan balasan dari Tuhan YME. Dengan segala keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam dunia pendidikan. Amin.


(10)

x

DAFTAR ISI

hal

JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Minat ... 8

B. Kajian tentang Belajar ... 13

C. Kajian tentang Minat Belajar ... 16

D. Kajian tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 18

E. Kajian tentang Matematika ... 22

F. Kajian tentang Media Pembelajaran... 26

G. Dekak Multifungsi ... 30

H. Kerangka Berfikir ... 35

I. Hipotesis Tindakan ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 38


(11)

xi

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

C. Setting Penelitian ... 40

D. Model Penelitin ... 40

E. Rancangan Pelaksanaan Tindakan ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 48

H. Defenisi Operasional Variabel ... 50

I. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53

B. Deskripsi Data Awal Siswa ... 54

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 56

1. Siklus I ... 56

2. Siklus II ... 69

D. Pembahasan ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Data Nilai Ulangan Harian Matematika... 2

Tabel 2. Kisi-Kisi Minat Belajar ... 45

Tabel 3. Kisi-Kisi Tes ... 46

Tabel 4. Data Nilai Pra Siklus Siswa Kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 ... 55

Tabel 5. Data Nilai Rata-Rata Minat Belajar Matematika Siklus I... 61

Tabel 6. Siswa yang Sudah dan Belum Mencapai Minat Sedang Pada Siklus I . 62 Tabel 7. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus I ... 63

Tabel 8. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pada Siklus I ... 65

Tabel 9. Data Nilai Siklus I Siswa Kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 ... 67

Tabel 10. Hasil Belajar Matematika Pra Siklus Dan Siklus I ... 68

Tabel 11. Data Nilai Rata-Rata Minat Belajar Matematika Siklus II ... 73

Tabel 12. Siswa yang Sudah dan Belum Mencapai Minat Sedang Siklus II ... 74

Tabel 13. Hasil Skor Minat Belajar Matematika Siklus I Dan Siklus II ... 75

Tabel 14. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Siklus II... 76

Tabel 15. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pada Siklus II ... 78

Tabel 16. Data Nilai Siklus II Siswa Kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 ... 80


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale ... 28

Gambar 2. Skema Kerangka Berfikir ... 37

Gambar 3. Model Penelitian Kemmis Dan Mc. Taggart ... 41

Gambar 4. Diagram Batang Data Skor Siklus I Minat Belajar Matematika ... 62

Gambar 5. Diagram Batang Data Skor Siklus II Minat Belajar Matematika ... 74


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Data Awal Nilai Siswa ... 91

Lampiran 2. Lembar Angket Minat Belajar Siswa ... 92

Lampiran 3. RPP Siklus I ... 93

Lampiran 4. Data Nilai Post Test Siswa Siklus I ... 114

Lampiran 5. Data Angket Minat Siklus I ... 115

Lampiran 6. Lembar Observasi Guru Siklus I ... 116

Lampiran 7. Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 117

Lampiran 8. RPP Siklus II ... 118

Lampiran 9. Data Nilai Post Test Siswa Siklus II ... 142

Lampiran 10. Data Angket Minat Siklus Ii ... 143

Lampiran 11. Lembar Observasi Guru Siklus II ... 144

Lampiran 12. Lembar Observasi Siswa Siklus II... 145

Lampiran 13. Data Angket Minat Siklus I Dan Siklus II ... 146

Lampiran 14. Data Nilai Post Test Siswa Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II ... 147


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan untuk pembangunan suatu Negara. Karena dengan adanya pendidikan dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia yang baik untuk kemajuan suatu Negara. Seperti yang tertera dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas maka pada setiap jenjang pendidikan diberikan beberapa mata pelajaran yang wajib dilaksanakan. Salah satunya matematika, matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika wajib diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan baik dan benar sejak dini.

Tercapainya suatu konsep-konsep pendidikan juga tidak lepas dari tanggungjawab seorang pendidik karena sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut


(16)

2

merupakan tugas tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajarinya.

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis segala fase dan proses perkembangan siswa.

Pada kenyataannya proses belajar mengajar, khususnya pelajaran matematika pada materi FPB masih sering dijumpai permasalahan, antara lain kurangnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas belajar siswa yang terbukti dari data nilai ulangan harian yang ada pada tabel berikut:

Tabel 1. Data nilai ulangan harian matematika kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta

Kriteria Ketuntasan Minimal (66)

Jumlah siswa yang

Mencukupi KKM 17 Siswa

Tidak mencukupi KKM 14 Siswa

Sumber: Daftar nilai kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta

Dari data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar matematika di SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta masih kurang baik, hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada guru mengatakan bahwa kurangnya minat dan


(17)

3

perhatian siswa pada saat proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga menyebabkan hasil belajar siswa menjadi kurang baik.

Apabila dilihat pada kenyataan yang terjadi hal ini bukanlah semata kesalahan siswa melainkan disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya faktor pendidik siswa yang mungkin belum menguasai hakikat pembelajaran matematika, sarana dan prasarana yang belum memadai, strategi dan metode pembelajaran yang diterapkan serta media pembelajaran yang kurang tepat.

Penggunaan media yang tepat sangat diperlukan dalam pembelajaran. Gagne (Azhar Arsyad, 2011: 14) menyatakan “media merupakan wujud dari adanya berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”. Dikatakan demikian karena dalam suatu proses pembelajaran tidak cukup jika siswa hanya menerima penjelasan materi tanpa merasakan secara langsung. Selanjutnya Brown (Azhar Arsyad, 2011: 15) meyakini “media yang digunakan dengan baik oleh guru atau siswa dapat mempengaruhi efektivitas program belajar dan mengajar sehingga pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, di samping itu bisa membuat peserta didik menjadi lebih aktif.

Penilaian yang terjadi di dalam pendidikan bertumpu pada proses dan hasil belajar sehingga memberikan wewenang bagi guru untuk dapat mengelola kegiatan belajar mengajar sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan. Aktivitas belajar yang menyenangkan selain faktor dorongan diri sendiri, juga dapat dimunculkan karena adanya pengaruh dorongan dari


(18)

4

luar berupa rangsangan-rangsangan yang membuat rasa ingin tahu siswa pada sesuatu yang dipelajarinya.

Untuk itu guru sebaiknya melakukan proses pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa agar lebih menyukai mata pelajaran matematika. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru yakni menarik perhatian siswa. Menurut Gazali (Slameto, 2003: 56), perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi dan hanya tertuju pada suatu objek (benda/media) atau kumpulan objek tertentu. Dalam penelitian ini media yang akan digunakan adalah media dekak multifungsi sesuai dengan materi pembelajaran tentang FPB (faktor persekutuan terbesar) yang dapat menarik minat belajar siswa.

Salah satu pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa adalah memberikan kesan matematika tidak sulit. Arti kesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2002) antara lain adalah apa yang terasa (terpikir) sesudah melihat (mendengar) sesuatu. Jadi yang dimaksud memberi kesan matematika tidak sulit dalam hal ini adalah memberi image pada anak, sehingga mereka merasa atau menganggap bahwa matematika tidak sulit. Dengan menganggap matematika tidak sulit, anak akan merasa tertarik pada matematika.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan penulis merasa perlu mengadakan penelitian tentang meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media dekak multifungsi pada siswa kelas IVB di SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Media


(19)

5

yang dipilih disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan yaitu menggunakan media dekak multifungsi untuk membelajarkan materi FPB pada siswa kelas IVB.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang timbul antara lain:

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran matematika yang disebabkan oleh pemilihan model dan metode yang kurang tepat.

2. Kurangnya minat siswa dalam memperhatikan pelajaran yang sedang berlangsung.

3. Kurang tepatnya media yang digunakan dalam pembelajaran matematika sehingga membuat pembelajaran matematika terasa sulit.

4. Kurangnya keterlibatan siswa dalam penggunaan media, sehingga siswa kurang mendapat pengalaman secara langsung tentang materi pembelajaran.

5. Banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran matematika karena mereka menganggap bahwa matematika itu sulit.

C. Pembatasan Masalah

Banyak faktor yang menjadi masalah bagi siswa dalam belajar matematika. Oleh karena keterbatasan tenaga, pengalaman, waktu, biaya,


(20)

6

sarana dan prasarana, maka peneliti memberi batasan terhadap masalah yang akan diteliti yaitu terbatas pada meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media dekak multifungsi pada siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimanakah meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media dekak multifungsi pada siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui media dekak multifungsi pada siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis:

Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan kegunaan, khususnya bagi guru yang mengajar di tingkat pendidikan dasar.


(21)

7 2. Secara praktis:

a. Bagi peneliti, yaitu sebagai pengalaman dalam pembelajaran matematika yang menggunakan media dekak multifungsi

b. Bagi guru, yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, sehingga konsep-konsep yang diajarkan guru dapat dikuasai siswa. c. Bagi siswa, yaitu meningkatkan minat belajarnya terhadap mata

pelajaran matematika melalui pembelajaran yang menggunakan media dekak multifungsi.


(22)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Minat 1. Pengertian Minat

Pitadjeng (2006: 16) mengatakan bahwa “minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, sesuatu atau suatu soal, atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya”. Selanjutnya menurut A. Mursal (Pitadjeng, 2006: 16) “minat adalah perhatian yang mengandung unsur perasaan. Minat bukan hanya berhubungan dengan unsur-unsur kognitif tetapi juga afektif dan bahkan psikomotorik”.

Jeanne Ellis Ormrod (2018: 101) menjelaskan “minat (interest) adalah bahwa mereka menganggap topik atau aktivitas tersebut menarik dan menantang”. Selanjutnya McDaniel, dkk dalam Jeanne Ellis Ormrod (2008: 102) menjelaskan bahwa “siswa yang tertarik pada sebuah topik tertentu mencurahkan perhatian yang lebih banyak pada topik itu dan menjadi lebih terlibat secara kognitif di dalamnya”.

Noeng Muhajir (Dwi Sunar Prasetyono, 2008: 54) mengatakan bahwa “minat adalah kecenderungan efektif (perasaan, emosi) sesorang untuk membentuk aktivitas. Dari sini dapat dilihat bahwa minat itu melibatkan kondisi psikis (kejiwaan) sesorang.

Slameto (2003: 57) mengatakan bahwa “minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati sesorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai


(23)

9

dengan rasa senang”. Selanjutnya Slameto (2003: 180) juga menjelaskan bahwa “minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat”.

Slameto juga menjelaskan bahwa suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu.

Minat timbul karena adanya rasa senang dan tertarik, perhatian dan kebutuhan. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian, minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.

Dari berbagai pendapat tentang minat dapat diambil kesimpulan tentang pengertian minat. Minat merupakan suatu perhatian, rasa lebih suka, dan rasa ketertarikan pada suatu subjek yang dapat mempengaruhi efektivitas belajar siswa dalam pembelajaran selanjutnya.

2. Macam-macam Minat

Jeanne Ellis Ormrod (2008: 101) mengatakan bahwa Para ahli psikologi membedakan dua jenis minat, yaitu:


(24)

10 1) Minat situasional

Dipicu oleh sesuatu di lingkungan sekitar. Minat yang dipicu secara temporer oleh sesuatu di lingkungan sekitar.

2) Minat pribadi

Minat ini terletak di dalam diri. Siswa cenderung memiliki preferensi pribadi tentang topik – topik yang mereka kejar dan aktivitas yang mereka ikuti. Minat semacam ini relatif stabil sepanjang waktu dan menghasilkan pola yang konsisten dalam pilihan yang dibuat siswa. Seringkali minat pribadi dan pengetahuan saling menguatkan. Minat dalam sebuah topik tertentu memicu semangat untuk mempelajari lebih dalam tentang topik tersebut, dan pengetahuan yang bertambah sebagai akibat dari proses pembelajaran itu pada gilirannya meningkatkan minat yang lebih besar.

Sedang P. A. Alexander (Jeanne Ellis Ormrod, 2008: 104) mengatakan akhirnya, minat pribadi lebih bermanfaat dibandingkan minat situasional, karena minat ini memungkinkan keterlibatan, proses-proses kognitif yang efektif, dan perbaikan dalam jangka panjang. Hidi (Jeanne Ellis Ormrod, 2008: 104) mengatakan, namun minat situasional juga penting, karena menarik perhatian siswa dan sering menjadi bibit yang dapat menimbulkan minat pribadi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat terbagi atas dua macam, minat situasional dan minat pribadi. Minat situasional merupakan minat yang berasal dari keadaan sekitar, sedangkan minat pribadi merupakan suatu minat yang berasal dari dalam diri sendiri. 3. Faktor yang Mempengaruhi Minat

Di samping itu perlu dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran itu, misalnya pada mata pelajaran matematika usahakan mengikuti apa yang harus dilakukan apakah dengan berhitung. Dengan langkah-langkah itu minat siswa terhadap mata pelajaran itu akan tumbuh.


(25)

11

JT. Loekmono (http://mahfudin.guru-indonesia.net/artikel_detail-23663.html) mengemukakan bahwa cara-cara untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa adalah sebagai berikut:

1) Periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini yang menjadi sebab.

2) Gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat merangsang anak untuk belajar.

3) Menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik. 4) Cek pada orang atau guru-guru lain, apakah sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga ditunjukkan di kelas lain ketika diajar oleh guru-guru lain.

5) Mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah dan belajar. Dalam hal ini orang-orang di rumah perlu diyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak.

6) Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak, atau tergerak minatnya. Apabila minatnya tergerak, maka minat tersebut dapat dialihkan kepada kegiatan-kegiatan lain di sekolah.

Jeanne Ellis Ormrod (2008: 104) menyatakan bahwa petingnya hubungan antara guru dan siswa akan berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Sebagai guru, perlunya menumbuh kembangkan minat pribadi siswa dengan mengizinkan sedikit fleksibel di topik-topik yang mereka pelajari, melalui berbagai aktivitas-aktivitas yang dikembangkan dan cara-cara menyajikan informasi.


(26)

12

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya adalah media dan metode pembelajaran yang harus sesuai dengan pemahaman siswa. Dalam penelitian ini menggunakan media sebagai metode, karena siswa akan lebih tertarik jika dalam suatu pembelajaran menggunakan media yang konkret.

4. Cara Meningkatkan Minat

Beberapa ahli pendidikan Slameto (2003: 180-181) berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu objek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada.

Di samping memanfaatkan minat yang telah ada, tanner & tanner (Slameto, 2003: 181) menyarankan agar para pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dicapai dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.

Harry Kitson (The Liang Gie, 1995: 130) mengatakan bahwa adanya dua kaidah tentang minat (the laws of interest) yang berbunyi:

1) Untuk menumbuhkan minat suatu mata pelajaran, usahakan memperoleh keterangan tentang hal itu.

2) Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, lakukan kegiatan yang menyangkut hal itu.


(27)

13

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cara meningkatkan minat belajar siswa dapat dilakukan dengan cara :

1) Membangkitkan minat-minat siswa yang telah ada.

2) Mencoba menceritakan sedikit mengenai hal-hal yang berhubungan dengan siswa sebelum masuk ke inti pembelajaran yang sesungguhnya 3) Membentuk minat-minat baru pada diri siswa.

4) Mencontohkan yang berhubungan dengan materi pada saat pembelajaran berlangsung.

5) Meminta siswa untuk terlibat secara langsung terhadap penggunaan media dekak multifungsi yang sedang berlangsung.

B. Kajian tentang Belajar 1. Pengertian Belajar

Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila tidak belajar makanya responnya menurun.

Gagne (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 9) mengatakan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.


(28)

14

Selanjutnya Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari berbagai tentang pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses pembentukan perilaku seseorang tentang keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai untuk menjadi lebih baik agar bisa membawa dampak positif di lingkungan masyarakat.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Slameto (2003: 54-70) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu:

1) Faktor intern

Adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yang meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan, faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

2) Faktor ekstern

Adalah faktor yang ada di luar individu meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan


(29)

15

ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas siswa. Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Abu Ahmadi & Widodo Supriyono (2004: 78-79) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut.

1) Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi: a) Faktor fisiologi (jasmani) baik yang bersifat bawaan maupun yang ada dalam diri. Yang termasuk faktor ini adalah penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dsb.

b) Faktor psikologi adalah faktor yang bersifat bawaan seperti kecerdasan dan bakat ataupun yang diperoleh seperti sikap, kesabaran, emosi, dsb.

2) Faktor ekstern (faktor dari luar manusia) meliputi:

a) Faktor-faktor non-sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, kelompok, dsb.

b) Faktor sosial seperti iptek, seni, miss media, dsb.

Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua, faktor intern dan faktor ekstern.


(30)

16

1) Faktor intern yang meliputi faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan).

2) Faktor ekstern yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

C. Kajian tentang Minat Belajar 1. Pengertian Minat Belajar

Abdul Hadis (2006: 42) mengatakan minat belajar dapat diartikan sebagai rasa tertarik yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam melakukan aktivitas belajar, baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Selanjutnya Abdul Hadis mengatakan jika individu atau peserta didik merasa tertarik atau berminat dalam melakukan aktivitas belajar, maka peserta didik tersebut menunjukkan gairah yang tinggi dalam melakukan aktivitas belajar , tekun dan ulet dalam melakukan aktivitas belajar sekalipun dalam waktu yang lama, aktif, kreatif, dan produktif dalam melaksanakan aktivitas dan menyelesaikan tugas-tugas belajar , tidak mengenal lelah apalagi bosan dalam belajar, senang dan asyik dalam belajar, aktivitas belajar dianggap sebagai suatu hobi dan bagian dari hidup.

Dari berbagai pendapat ahli tentang minat dan belajar dapat diambil kesimpulan pengertian minat belajar. Minat belajar adalah suatu ketertarikan terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Minat belajar juga dapat menimbulkan motivasi yang membuat mereka merasa


(31)

17

materi pembelajaran lebih menarik dibanding yang lainnya demi mencapai suatu tujuan dalam proses pembelajaran.

Crow & Crow (Rachman Abror, 1993: 112) mengatakan minat atau interest suatu yang berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik atau pun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

Fungsi minat dalam belajar sangat besar sebagai motivating force yaitu sebagai salah satu yang mendorong siswa untuk belajar. Seperti yang telah diketahui selama ini guru telah memahami dan memakai minat agar dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu. Misalnya ada seorang siswa yang menaruh minat besar pada mata pelajaran matematika, siswa tersebut akan lebih memusatkan perhatiannya dibanding siswa yang lain. Oleh sebab itu, siswa yang menaruh perhatian lebih besar terhadap materi pelajaran akan membuat siswa tersebut mampu meraih prestasi yang diinginkan. Whitherington (1985: 135) menyatakan minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.

Berdasarkan pendapat di atas, diperoleh kesimpulan tentang indikator anak berminat akan suatu aktivitas. Indikator-indikator anak berminat adalah:

1) Anak yang berminat akan terlihat dari aktivitas anak tersebut. Minat (interest) adalah bahwa mereka menganggap topik atau aktivitas tersebut menarik dan menantang Jeanne Ellis Ormrod (2018: 101).


(32)

18

2) Anak yang berminat terhadap suatu topik akan mencurahkan perhatian. Siswa yang tertarik pada sebuah topik tertentu mencurahkan perhatian yang lebih banyak pada topik itu dan menjadi lebih terlibat secara kognitif di dalamnya McDaniel, dkk dalam Jeanne Ellis Ormrod (2008: 102).

3) Anak yang berminat terhadap suatu hal akan terlihat ketika memperhatikan dan mengenang. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati sesorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang Slemato (2003: 57).

4) Anak yang berminat karena merasa suatu aktivitas menyangkut dengan dirinya. Minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, sesuatu atau suatu soal, atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya Pitadjeng (2006: 16).

Dari definisi tersebut disusun indikator-indikator minat siswa terhadap pelajaran matematika:

1) Respon siswa terhadap pelajaran matematika.

2) Perhatian siswa saat mengikuti pelajaran matematika. 3) Keterlibatan siswa saat mengikuti pelajaran matematika.

D. Kajian tentang Karakteristik Matematika Siswa Sekolah Dasar

Yusuf (2007: 24-25) mengatakan bahwa masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada umur


(33)

19

berapa tepatnya anak matang untuk masuk sekolah dasar, sebenarnya sukar dikatakan karena kematangan tidak ditentukan oleh umur semata-mata. Namun pada umur 6 atau 7 tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki sekolah dasar. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini diperinci lagi menjadi dua fase, yaitu:

1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain seperti berikut.

a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi (apabila jasmani nya sehat banyak prestasi yang diperoleh). b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional. c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut nama sendiri). d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain.

e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.

f) Pada masa ini (terutama 6,0 - 8,0 tahun) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik dan tidak.

2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira 12,0 atau 13,0 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini ialah: Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.


(34)

20

a) Amat realistic, ingin mengetahui, ingin belajar.

b) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat khusus).

c) Sampai kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya. d) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran

yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.

e) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.

William Stern (Abu Ahmadi & Munawar Sholeh, 2005: 115) membagi-bagi pengamatan ke dalam empat masa, yaitu:

1) Masa mengenal benda: sampai 8 tahun. Pengamatannya masih bersifat global. Di samping global yang samar-samar ia telah dapat membedakan benda tertentu, seperti manusia dan hewan.

2) Masa mengenal perbuatan: 8 sampai dengan 9 tahun.

3) Dalam masa ini anak telah memperlihatkan perbuatan manusia dan hewan.


(35)

21

4) Masa mengenal hubungan: 9 sampai 10 tahun. Anak mulia mengenal hubungan antara waktu, tempat, dan sebab akibat.

5) Masa mengenal sifat: 10 tahun ke atas. Anak mulai menganalisis (analyse = uraian) pengamatannya sehingga ia mengenal sifat-sifat benda, manusia, dan hewan.

Elizabeth Hurlock (190: 148) mengatakan akhir masa kanak-kanak sering kali disebut usia bermain oleh ahli psikologi, bukan karena terdapat lebih banyak waktu untuk bermain daripada dalam periode-periode lain. Hal mana tidak dimungkinkan lagi apabila anak-anak sekolah, melainkan karena terdapat tumpang tindih antara ciri-ciri bermain anak-anak yang lebih muda dengan ciri-ciri bermain anak-anak remaja. Jadi alasan periode ini disebut sebagai usia bermain adalah karena luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan karena banyaknya waktu untuk bermain.

Piaget (Rita Eka Izzaty dkk, 2013: 104) mengatakan masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Anak mampu menggunakan kemampuan mental dalam memecahkan masalah yang bersifat konkret.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak berada dalam tahap operasi konkret yang sangat terlihat ketika siswa sekolah dasar selalu bergerak, bermain, berkelompok, dan menentukan pilihan yang baik terhadap diri sendiri.


(36)

22 E. Kajian tentang Matematika

1. Pengertian Matematika Sekolah Dasar

Matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Mulyasa, 2007: 125) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI sampai SMA. Matematika mengkaji bilangan, geometri dan pengukuran serta pengolahan data. Siswa diarahkan untuk bersikap logis, kreatif dan percaya diri dalam pemecahan masalah melalui pembelajaran matematika di sekolah.

Ebbutt dan Straker (Marsigit: 2009) mengatakan bahwa matematika sekolah sebagai: (1) kegiatan matematika merupakan kegiatan penelusuran pola dan hubungan, (2) kegiatan matematika memerlukan kreativitas, imaginasi, intuisi dan penemuan, (3) kegiatan hasil matematika perlu dikomunikasikan, (4) kegiatan problem solving adalah bagian dari kegiatan matematika, (5) algoritma merupakan prosedur untuk memperoleh jawaban-jawaban persoalan matematika dan (6) interaksi sosial diperlukan dalam kegiatan matematika.

Johnson dan Rising (Sri Subarinah, 2006: 1) mengatakan matematika merupakan pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat: sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu kegiatan atau pola berfikir, mengorganisasikan


(37)

23

pembuktian logik, atau bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik karena sangat penting dalam kehidupan untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi karena dalam setiap kehidupan kita pasti akan merasakan betapa pentingnya matematika untuk bisa mengukur, menghitung, dan lain sebagainya.

Sementara berdasarkan kurikulum 2013, tujuan pembelajaran berdasarkan Standar kompetensi Lulusan SD yang diharapkan tercapai meliputi:

a. Domain Sikap: memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggungjawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah, dan tempat bermain.

b. Domain Keterampilan: memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.

c. Domain Pengetahuan: memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, humaniora, dengan wawasan kebangaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.


(38)

24 3. Ruang Lingkup Matematika SD

Ruang lingkup matematika pada tingkat satuan pendidikan SD/MI dalam KTSP tahun 2006 (Depdiknas, 2006) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Bilangan

b. Geometri dan pengukuran c. Pengolahan data

4. Materi FPB

a. Pengertian FPB

FPB (faktor persekutuan terbesar) dari dua bilangan adalah bilangan terbesar yang habis membagi kedua bilangan tersebut. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika yang harus dicapai oleh siswa kelas IVB SD adalah sebagai berikut:

Standar kompetensi

Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah.

Kompetensi dasar

1) Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan. 2) Menentukan kelipatan dan faktor bilangan 3) Menentukan KPK dan FPB.

4) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB. Dari standar kompetensi dan kompetensi dasar diatas dapat dilihat bahwa faktor persekutuan terbesar termasuk salah satu materi


(39)

25

yang harus dikuasai di kelas IV. Selanjutnya materi yang harus dicapai adalah:

1) Menentukan FPB.

2) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB.

Soewito dkk (1992: 137) mengatakan jika bilangan bulat positif r merupakan pembagi bilangan bulat positif p dan q, maka r disebut pembagi persekutuan p dan q atau faktor persekutuan p dan q. Selanjutnya di antara faktor persekutuan bilangan bulat terdapat yang terbesar, disebut faktor persekutuan terbesar.

T. Wakiman (2001: 74) mengungkapkan dalam menanamkan konsep FPB, kita dapat menggunakan pendekatan hukum DM (diterangkan-menerangkan, suatu kaidah dalam bahasa Indonesia). Menurut hukum itu, istilah faktor persekutuan terbesar tentunya berasal dari istilah faktor, kemudian menjadi faktor persekutuan, dan akhirnya menjadi faktor persekutuan terbesar.

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa FPB adalah faktor persekutuan bilangan yang terbesar yang berasal dari faktor kemudian menjadi faktor persekutuan dan akhirnya menjadi faktor persekutuan terbesar.

Adapun materi FPB yang akan diajarkan pada siswa kelas IV adalah sebagai berikut:

a. Menanamkan konsep faktor persekutuan Faktor dari 6 yaitu 1, 2, 3, dan 6.


(40)

26

Faktor dari 12 yaitu 1, 2, 3, 4, 6, dan 12.

1 adalah faktor dari 6 tetapi 1 juga faktor dari 12, maka dikatakan bahwa 1 adalah faktor persekutuan dari 6 dan 12.

2 adalah faktor dari 6 tetapi 2 juga faktor dari 12, maka dikatakan bahwa 2 adalah faktor persekutuan dari 6 dan 12.

3 adalah faktor dari 6 tetapi 3 juga faktor dari 12, maka dikatakan bahwa 3 adalah faktor persekutuan dari 6 dan 12.

Jadi, FPB dari 6 dan 12 adalah 6.

b. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB Menentukan pecahan paling sederhana dari

Faktor dari 12 (pembilang) adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12 Faktor dari 16 (penyebut) adalah 1, 2, 4, 8, 16 FPB dari 12 dan 16 adalah 4

=

=

Jadi, bentuk paling sederhana dari

adalah

F. Kajian tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

Azhar Arsyad (2002: 3) mengatakan kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Sedang Gerlach & Ely (Azhar Arsyad, 2002: 8) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis


(41)

27

besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Batasan lain telah pula dikemukakan oleh para ahli (Azhar Arsyad, 2002: 3) yang sebagian di antaranya akan diberikan ini. AECT (Association Of Education and Communicstion Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di bagian lain Heinich dkk (Azhar Arsyad, 2002: 4) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.

Arief S. Sadiman (2005: 6) mengatakan kata media berasal bahasa latin dan merupakan jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. “MedÒë adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) dalam Arief S. Sadiman (2005: 7) memiliki pengertian yang berbeda tentang media. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Di bagian lain Arief S. Sadiman memiliki pendapat sendiri, yaitu:

Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.


(42)

28

Romiszowski (Basuki Wibawa & Farida Mukti, 1992: 8) mengatakan bahwa media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar-mengajar, penerima pesan itu ialah siswa.

Edgar Dale (Arief S. Sadiman, 2008: 8) mengatakan, dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini adanya pengadaan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi ini kemudian dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone of experience).

Gambar 1. Kerucut Pengalaman E. Dale (Arief S. Sadiman, 2008: 8)

Pengalaman yang konkret secara langsung dialami siswa terletak di bagian bawah kerucut. Di sinilah pengalaman belajar yang paling besar dan banyak memperoleh manfaat karena dengan cara mengalaminya sendiri. Seperti dikatakan James L. Mursell (Yudhi Munadi, maret 2013:


(43)

29

19) menyampaikan bahwa belajar yang sukses (successful lesrning) adalah belajar dengan mengalami sendiri.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah perantara dalam menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima. Dikatakan demikian, dengan menggunakan media pembelajaran dapat merangsang pikiran dan minat siswa dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat Media Pembelajaran

Arsyad (2002: 26) merincikan manfaat media pendidikan dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

1) Media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2) Media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya, dan memungkinkan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3) Media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu.

4) Media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungan.

Nana Sudjana (2013: 2) mengatakan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik;

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,


(44)

30

sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain. Midum (Rayndra Asyar, 2012: 41) menyampaikan manfaat penggunaan media pembelajaran tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Dengan media pembelajaran dapat memperluas cakrawala sajian materi pembelajaran yang diberikan.

2) Media pembelajaran dapat memberikan pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada peserta didik.

3) Media-media pembelajaran dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru.

4) Media pembelajaran dapat menambah ke menarikan tampilan materi sehingga meningkatkan motivasi dan minat serta mengambil perhatian peserta didik untuk fokus mengikuti materi yang disajikan.

5) Media pembelajaran dapat merangsang peserta didik untuk berfikir kritis, menggunakan kemampuan imajinasinya.

6) Media pembelajaran dapat memecahkan masalah pendidikan atau pengajaran baik dalam lingkup mikro maupun makro.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran adalah sesuatu yang dapat memperjelas penyajian materi dan informasi sehingga dapat menimbulkan minat dan motivasi belajar terhadap siswa.

G. Dekak Multifungsi

1. Pengertian Dekak Multifungsi

Media dekak multifungsi adalah alat bantu berbentuk bangun ruang dangan ukuran 40x40 cm yang digunakan pada saat proses pembelajaran matematika. Media ini dapat digunakan untuk menjelaskan tentang FPB,


(45)

31

KPK, kubus, dan jaring-jaring kubus tetapi, dalam penelitian ini peneliti hanya terbatas pada materi FPB melalui media dekak multifungsi.

Dekak adalah alat peraga atau media pembelajaran yang bermanfaat untuk memudahkan siswa dalam memahami bilangan- bilangan FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil), sehingga siswa dapat dengan mudah mencari FPB dan KPK dari 2 atau 3 bilangan ( DBE2, USAID, Katalog Alat Peraga Murah : 19 ).

T. Wakiman (2001: 74) mengungkapkan bahwa alat peraga yang digunakan dalam konsep FPB berangkat dari alat peraga dekak-dekak tentang perkalian. Menurut (Ruseffendi, 1997: 261) alat peraga dekak-dekak adalah salah satu alat peraga matematika yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep perkalian.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media dekak adalah suatu media pembelajaran yang digunakan untuk dapat memudahkan proses pemahaman dalam pembelajaran agar mencapai hasil yang baik. Adapun tahap penggunaan media dekak multifungsi adalah sebagai berikut:

Menurut Jerome Brunner (Suwarso, 2002: 26) mengatakan bahwa cara menyajikan pelajaran harus disesuaikan dengan derajat berfikir anak dan membagi tahap-tahap menjadi 3 yaitu:

a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata. Pada tahap


(46)

32

ini peserta didik secara langsung terlibat dalam penggunaan media. Adapun tahapnya sebagai berikut:

1) Untuk menggunakan alat ini, lebih baik dilakukan oleh anak-anak dengan jumlah genap, misalnya 2 anak.

2) Satu anak menjadi “pemain”, lainnya menjadi “juri”.

3) Pemain mengambil kartu kemudian diserahkan kepada juri dan bersiap di dekat alat.

4) Juri membacakan soal FPB.

5) Setelah pemain memahami soal, pemain mencari dulu faktor dari

masing-masing bilangan. Kemudian langsung mengoperasikan

“Dekak Multifungsi” dengan cara sebagai berikut.

a) Letakkan kartu angka pada kotak horizontal paling atas (11 kotak) dimulai dari angka “1”. Contoh dapat dilihat dari gambar.

b) Pada baris kedua, letakkan kartu pada kotak yang merupakan faktor dari bilangan pertama dalam soal, misalnya 12. Faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, dan 12. Lihat pada gambar.


(47)

33

c) Hasil FPB ditemukan jika terdapat kartu pada kedua bilangan dalam satu garis.

d) Jika belum, maka angka pada baris paling atas diganti sekarang, dimulai dari angka 12 - 22.

e) Lakukan langkah b, c, dan d sesuai dengan faktornya hingga mendapatkan hasil.

b. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas. Pada tahap ini siswa menggambar bentuk media dekak multifungsi ke dalam buku mereka masing-masing, seperti pada gambar berikut ini.


(48)

34

c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Abstract symbols yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak lainnya. Pada tahap ini siswa diminta mengerjakan soal pada buku masing-masing. Misalnya seperti pada contoh berikut:

Mencari FPB dari 6 dan 8.

Faktor dari 6 adalah 1, 2, 3, dan 6. Faktor dari 8 adalah 1, 2, 4, dan 8.

1 dan 2 adalah faktor persekutuan dari 6 dan 8.

Jadi, faktor persekutuan terbesar dari 6 dan 8 adalah 2

2. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Media dalam Pembelajaran a. Kelebihan Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran

Menurut Ruseffendi (1992: 144), kelebihan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran yaitu, 1) menumbuhkan minat belajar peserta didik karena pelajaran menjadi lebih menarik; 2) memperjelas makna bahan pelajaran sehingga peserta didik lebih mudah memahaminya; 3) metode mengajar akan lebih bervariasi sehingga peserta didik tidak


(49)

35

akan mudah bosan; 4) peserta didik lebih aktif melakukan kegiatan belajar seperti: mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan dan sebagainya.

b. Kekurangan Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran

Menurut Ruseffendi (1992: 144), kekurangan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran adalah, 1) guru lebih dituntut untuk menguasai penggunaan alat peraga; 2) banyak waktu yang diperlukan untuk persiapan penggunaan alat peraga; 3) membutuhkan tambahan biaya dalam pengadaannya.

Dari penjelasan kelebihan alat peraga di atas dapat disimpulkan bahwa alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran matematika akan mempermudah siswa dalam memahami pembelajaran.

Dari kelebihan ada juga kekurangannya, guru dituntut untuk mempersiapkan waktu yang lebih banyak. Tetapi, alat peraga juga dapat lebih mudah dalam mengerjakannya yaitu dengan cara membuat alat peraga yang lebih simpel, hemat biaya, dan mudah dipahami.

H. Kerangka Berfikir

Jeanne Ellis Ormrod (2018: 101) menjelaskan “minat (interest) adalah bahwa mereka menganggap topik atau aktivitas tersebut menarik dan menantang”. Selanjutnya McDaniel, dkk dalam Jeanne Ellis Ormrod (2008: 102) menjelaskan bahwa “siswa yang tertarik pada sebuah topik tertentu


(50)

36

mencurahkan perhatian yang lebih banyak pada topik itu dan menjadi lebih terlibat secara kognitif di dalamnya”.

Minat belajar siswa terhadap pembelajaran matematika tergantung dari model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menyadari tentang ketidak sesuaian model yang diterapkan dalam pembelajaran, guru hanya menggunakan buku dalam pembelajaran sehingga siswa tidak mendapatkan pengalaman langsung tentang materi yang diajarkan. Hal tersebut membuat siswa merasa bosan terhadap pembelajaran yang mengakibatkan minat siswa menurun, padahal yang dapat memicu siswa dalam suatu keberhasilan adalah minat.

Media pembelajaran dekak multifungsi dipilih, karena sesuai dengan karakteristik siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta yaitu anak mengembangkan kemampuan untuk mempermudah dalam memahami konsep tentang FPB. Adapun skema kerangka berfikir dapat digambarkan sebagai berikut:


(51)

37

Gambar 2. Skema Kerangka Berfikir

I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian bab II, maka hipotesis penelitian ini adalah “minat belajar matematika dengan materi tentang FPB pada siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta dapat ditingkatkan dengan menggunakan media dekak multifungsi”.

Siswa Minat belajar matematika materi FBP Guru

Belum menggunaka n media dalam

pembelajaran

matematika Menggunakan Siklus 1 dekak multifungsi dalam pembelajaran matematika Menggunakan

media dekak multifungsi dalam pembelajaran matematika Siklus 2 Menggunakan dekak multifungsi dalam pembelajaran matematika Diperkirakan melalui penggunaan media dekak multifungsi dapat

meningkatkan minat belajar matematika tentang materi FPB

Kondisi Awal

Tindakan


(52)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas. Wina Sanjaya (2009: 25) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi.

Carr dan Kemmis (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2010: 8) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sesuatu bentuk penelitian refleksi diri (self reflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran:

1. Praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri. 2. Pengertian mengenai praktik-praktik tersebut.

3. Situasi-situasi di mana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.

McNiff (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama, 2010: 8) memandang bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan keahlian mengajar. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh masyarakat/kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi, dan kolaboratif antara peneliti dan kelompok sasaran.


(53)

39

Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama (2010: 9) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Berdasarkan pengertian tindakan kelas di atas, maka dapat disimpulkan secara singkat bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk refleksi diri untuk mengembangkan keahlian dan memperbaiki kinerja bagi guru yang bertujuan untuk memperbaiki hasil belajar siswa.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Jumlah siswa sebanyak 31 orang, dengan jumlah siswa laki-laki 18 orang dan perempuan 13 orang. Alasan melakukan penelitian ini untuk meningkatkan minat belajar siswa dikarenakan minat dan hasil belajar siswa masih belum mencukupi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 6, 60.

Objek penelitian ini adalah meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta.


(54)

40 C. Setting Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IVB SD Negeri Kotagede 1, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta yang beralamat di Jalan Kemasan No. 49, Kotagede, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55173.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan april sampai mei semester genap, tahun ajaran 2015/2016. Pemaksaan Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung.

D. Model Penelitian

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang terstruktur. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan model Kemmis & McTaggart. Ishak Abdulhak & Ugi Suprayugi (2012: 160-161) menyatakan model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja, komponen ackting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan.

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart (Ishak Abdulhak & Ugi Suprayogi, 2012: 161) mengatakan bahwa pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu; perencanaan, tindakan pengamatan, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut


(55)

41

dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada gambar di bawah, tampak bahwa di dalamnya terdiri dari dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus.

Keterangan Siklus I: 1. Perencanaan I

2. Tindakan dan Observasi I 3. Refleksi I

Siklus II: 4. Perencanaan II

5. Tindakan dan Observasi II 6. Refleksi Ii

Gambar 3. Model Penelitian Kemmis dan Mc. Taggart

Dalam pelaksanaan ini, tiap 1 siklus akan dilaksanakan dengan alur sebagai berikut:

1. Perencanaan meliputi penetapan materi pembelajaran matematika kelas IV dan penetapan waktu yaitu bulan April 2016.

2. Pelaksanaan tindakan, meliputi proses kegiatan belajar mengajar menggunakan media dekak multifungsi pada pelajaran matematika materi FPB pada siswa kelas IVB SD.

3. Observasi dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar berlangsung untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan media dekak multifungsi


(56)

42

dapat membantu siswa memahami materi FPB, yang diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa.

4. Refleksi meliputi kegiatan mencari kemungkinan penyebab kekurangan-kekurangan yang ada pada saat pelaksanaan penggunaan media dekak multifungsi. Berdasar penyebab kekurangan yang ada selanjutnya dicari solusi perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

E. Rancangan Pelaksanaan Tindakan 1. Tahap Pra Siklus

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh gambaran tentang keadaan pembelajaran matematika khususnya pada siswa kelas IVB SD. Gambaran keadaan pada siswa kelas IVB SD menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa pada materi FPB masih rendah, seperti yang ada pada lampiran 1 halaman 91. Maka dari itu perlu diadakan penelitian untuk meningkatkan minat belajar pada materi FPB.

2. Tahap Siklus I

Tahap ini merupakan inti dari rangkaian tahapan-tahapan penelitian ini. Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah:

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan berikut 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2) Menyusun Lembar Kerja Siswa


(57)

43

3) Mempersiapkan Media Pembelajaran 4) Menyusun Pernyataan Angket 5) Menyusun Lembar Observasi 6) Menyusun Soal Post Test b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan yaitu guru melaksanakan proses belajar mengajar menggunakan media dekak multifungsi pada pelajaran matematika materi FPB kelas IVB.

c. Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan waktu pelaksanaan tindakan yaitu saat proses belajar mengajar berlangsung untuk mengetahui apakah penggunaan media dekak multifungsi sudah digunakan sesuai dengan yang seharusnya. Guru juga mengkaji kekurangan-kekurangan serata hambatan-hambatan yang masih dihadapi pada pelaksanaan penggunaan media dekak multifungsi d. Refleksi

Pada tahap ini refleksi dilakukan adalah mencari kemungkinan penyebab kekurangan-kekurangan yang ada pada saat pelaksanaan penggunaan media dekak multifungsi. Berdasarkan penyebab kekurangan yang ada selanjutnya dicari alternatif tindakan perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.


(58)

44 3. Tahap Siklus II

Berdasarkan refleksi siklus I menyatakan bahwa mencari kemungkinan penyebab kekurangan-kekurangan yang ada pada saat pelaksanaan penggunaan media dekak multifungsi. Pada siklus II ini sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya dengan melihat yang telah diperoleh pada siklus sebelumnya. Pada tahap ini, dilakukan tahapan yang sama dengan siklus sebelumnya tentang perbaikan yang mungkin masih belum sesuai dengan rencana dalam penggunaan media dekak multifungsi. Peneliti mencermati catatan keberhasilan dan kendala yang dihadapi pada waktu pelaksanaan tindakan kemudian menganalisis data, dengan membandingkan antara kondisi awal, kriteria ketuntasan minimal, dan kondisi pada akhir siklus. Dengan kesimpulan, jika siklus dihentikan maka indikator keberhasilan sudah tercapai.

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 101) menyampaikan bahwa instrument pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Angket

Menurut Arikunto (2006: 151) “Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti


(59)

45

laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui”. Sedangkan menurut Sugiyono (2003: 199) “Angket atau kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab”.

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika. Angket disusun berdasarkan kisi-kisi dan indikator yang dikembangkan menjadi butir-butir pernyataan seperti yang ada pada lampiran 2 halaman 92. Adapun kisi-kisi angket dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2. Kisi-Kisi Minat Belajar

Variabel Indikator Nomor Butir Jumlah Butir Minat

belajar matematika

Respon siswa terhadap pelajaran matematika

1, 2, 3, 4, 5 5 Perhatian siswa saat

mengikuti pelajaran matematika

6, 7, 8, 9, 10 5

Keterlibatan siswa saat mengikuti pelajaran matematika

11, 12, 13, 14, 15

5

2. Observasi

Menurut Riduwan (2004: 104) menyatakan observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Teknik observasi yang dimaksud adalah untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam penggunaan media apakah sudah seperti seharusnya, Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi/pengamatan.


(60)

46

Lembar yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti dalam lampiran 6 dan 7 pada halaman 116 dan 117

3. Tes

Musa Sukardi (2000: 10) menyatakan bahwa tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan siswa yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban yang dianggap benar. Siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal tentang materi FPB pada setiap akhir siklus.

Tabel 3. Kisi-Kisi Tes Kisi-Kisi Tes

Satuan Pendidikan : SDN Kotagede 1 Mata pelajaran : Matematika Kelas/Semester : IV/II

Standar Kompetensi : 2. Memahami dan Menggunakan Faktor dan Kelipatan dalam Pemecahan Masalah.

Kompetensi Dasar : 2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB).

2.4Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB


(61)

47

Materi : 1. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan

Indikator Jumlah Soal Bentuk Soal Nomor Soal

1.2.1. Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan

5

Uraian singkat

1, 2, 3, 4, 5

1.2.2. Menentukan FPB dari dua bilangan menggunakan pohon faktor.

5

Uraian singkat

6, 7, 8, 9, 10

2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB Indikator Jumlah Soal Bentuk Soal Nomor Soal

1.2.3. Menggunakan FPB dalam menyederhanakan

pecahan.

5

Uraian singkat

1, 2, 3, 4, 5

1.2. 4. Menggunakan FPB dalam

menyelesaikan soal cerita. 5

Uraian singkat


(62)

48 G. Teknik Analisis Data

Menurut Riduwan dan Akdon (2007: 27) mengatakan analisis deskriptif adalah analisis yang menggunakan suatu data yang akan dibuat sendiri maupun dibuat secara berkelompok. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan analisis data secara deskriptif kualitatif untuk hasil observasi selama proses pembelajaran dan analisis data deskriptif kuantitatif untuk mengetahui peningkatan minat dan hasil belajar matematika siswa melalui media dekak multifungsi.

Dari skor minat yang diperoleh dilakukan pengelompokan berdasarkan tinggi-rendahnya minat belajar siswa. Penetapan kategori dilakukan dengan membuat skor dengan rumus dan memberi kategori pada masing-masing interval skor (Eko Putro Widoyoko, 2010: 238).

Untuk mengetahui tingkat minat belajar matematika siswa dalam satu kelas, maka data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan deskriptif dengan rumus sebagai berikut:

Data yang berwujud angka-angka hasil perhitungan dan pengukuran tersebut diproses dengan cara dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan sehingga diperoleh persentase.

Sedangkan data pada hasil belajar siswa dalam menentukan FPB dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB adalah dengan melaksanakan post test I pada akhir pertemuan siklus I serta post test II pada akhir pertemuan siklus II. Berdasarkan hasil post test I pada siklus I serta hasil


(63)

49

post test II pada siklus II yang dikerjakan siswa ditentukan skor rata-rata. Untuk menghitung skor rata-rata post test digunakan rumus di bawah ini:

Keterangan:

M = Mean atau rerata N = Jumlah atau total siswa

x = Jumlah skor siswa

Setelah didapatkan skor rata-rata hasil post test I dan post test II maka langkah selanjutnya adalah mencari persentase peningkatan keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB pada siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1. Untuk mengetahui persentase peningkatan keterampilan siswa tersebut digunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

P =

x 100%

(Saifuddin Azwar. 1997: 38) Keterangan:

P = Persentase peningkatan keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB

Mtes1= Skor rata-rata post test siklus 1 Mtes2= Skor rata-rata post test siklus 2


(64)

50 H. Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini, menentukan variabel penelitian merupakan hal yang penting karena menjadi titik perhatian dalam penelitian. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Minat belajar

Minat belajar merupakan suatu perhatian, rasa lebih suka, dan rasa ketertarikan terhadap pembelajaran matematika melalui penggunaan media dekak multifungsi yang digunakan sebagai alat bantu. Minat belajar siswa dikatakan meningkat apabila:

a. Siswa tidak merasa bosan ketika belajar matematika.

b. Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas yang diberikan guru.

c. Siswa dengan serius memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan materi pembelajaran.

d. Siswa merasa gembira ketika berhasil. 2. Pembelajaran matematika

Pembelajaran matematika dalam penelitian ini terbatas pada materi FPB melalui media dekak multifungsi untuk mencapai hasil sesuai yang diharapkan.

3. Media dekak multifungsi

Media dekak multifungsi adalah alat bantu dalam pembelajaran matematika yang terbuat dari tripleks berbentuk bangun ruang dengan ukuran 40x40 cm, pada setiap sisi dipasang engsel agar memudahkan


(65)

51

ketika digunakan karena pada saat digunakan media ini dibuka sehingga terlihat seperti jaring-jaring kubus. Cara pengoperasian media dekak multifungsi sebagai berikut.

a. Letakkan kartu angka pada kotak horizontal paling atas (11 kotak) dimulai dari angka “1”. Contoh dapat dilihat dari gambar.

b. Pada baris kedua, letakkan kartu pada kotak yang merupakan faktor dari bilangan pertama dalam soal, misalnya 12. Faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, dan 12. Lihat pada gambar.

c. Hasil FPB ditemukan jika terdapat kartu pada kedua bilangan dalam satu garis.

d. Jika belum, maka angka pada baris paling atas diganti sekarang, dimulai dari angka 12 - 22.

e. Lakukan langkah b, c, dan d sesuai dengan faktornya hingga mendapatkan hasil.


(66)

52 I. Indikator Keberhasilan Penelitian

Suatu tindakan dikatakan berhasil apabila mampu mencapai kriteria yang ditentukan. Kriteria keberhasilan tindakan pada penelitian ini mengacu pada minat dan hasil belajar siswa. kriteria keberhasilan tersebut yaitu:

1. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rata-rata persentase minat siswa mencapai 75%.

2. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila peningkatan hasil belajar siswa hingga 75% siswa di kelas memenuhi ketuntasan minimal yaitu 66. Untuk menghitung ketuntasan digunakan rumus:

Persentase Ketuntasan =


(67)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Kotaegede 1. Objek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Kotagede 1. Berikut ini akan dipaparkan mengenai gambaran kondisi sekolah tempat dilaksanakan penelitian ini.

Sekolah ini bernama SD Negeri Kotagede 1. Beralamat di jalan Kemasan 49, Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan kode pos 55173.

Sekolah ini berstatus negeri dan memiliki keadaan fisik yang baik. Kondisi lingkungan SD Negeri Kotagede 1 cukup aman dan mudah dijangkau karena terletak di tepi jalan raya. Penerangan listrik dan air bersih memadai serta terdapat internet.

Dilihat dari kondisi fisik SD Negeri Kotagede 1, bangunan SD masih cukup bagus. Gedung sekolah masih tampak baru dan layak untuk proses belajar mengajar. Setiap kelas disertai dengan jendela-jendela besar dan ada ventilasi yang memungkinkan udara keluar masuk ruangan.

SD Negeri Kotagede 1 memiliki 17 ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, dan ruang TU, koperasi, ruang serbaguna, gudang, UKS, mushala, 9 kamar mandi, laboratorium komputer, laboratorium IPA, kantin, perpustakaan, dapur, dan parker. Terdapat halaman yang agak luas di tengah-tengah bangunan sekolah. Sekolah ini juga mempunyai taman kecil yang


(68)

54

terdapat di setiap depan kelas. selain itu, juga terdapat kolam sekolah yang dibuat untuk memelihara ikan di bagian sebelah barat kelas IIB.

Jumlah siswa pada semester II tahun ajaran 2015/2016 di kelas IVB berjumlah 31 siswa. Guru kelas dan guru mata pelajaran berjumlah 24 orang dengan rincian 17 guru kelas, 5 guru agama (1 guru agama islam, 1 guru agama Kristen, 1 guru agama katolik, 1 guru agama hindu) dan 2 guru penjas. Kondisi orang tua/wali murid sebagian besar berpenghasilan menengah ke bawah, ada yang bermata pencarian petani dan pedagang kecil serta buruh. Namun ada juga sebagian kecil yang bekerja sebagai wiraswasta, PNS, pamong desa serta sebagai tentara dan polisi.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan. Siklus II juga terdiri dari 2 pertemuan. Alur siklus yang digunakan dalam penelitian adalah alur siklus model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi serta refleksi.

B. Deskripsi Data Awal Siswa 1. Pra Siklus

Pada tahap pra siklus dilakukan kegiatan pengambilan data tentang kondisi awal siswa. Hal ini dilakukan dengan menemui guru kelas dan meminta hasil nilai ulangan siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana minat belajar matematika siswa sebelum menggunakan media dekak multifungsi. Pengambilan data nilai semester siswa dilaksanakan


(69)

55

pada hari selasa 20 April 2016. Hasil data yang didapat dari guru kelas IVB dapat diketahui bahwa minat belajar matematika siswa cukup rendah yang mengakibatkan nilai hasil belajar siswa ikut rendah dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 91. Hasil pra siklus kemudian dihitung persentase siswa yang mencapai KKM dan tidak mencapai KKM. Hasil perhitungan pra siklus dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Data Nilai Pra Siklus Siswa Kelas IVB SD Negeri Kotagede 1

No. Kategori Nilai

Jumlah

Siswa Persentase (%)

1 Mencapai KKM (≥66) 17 54,8

2 Tidak mencapai KKM (<66) 14 45,2

Jumlah 31 100

Berdasarkan tabel 4 di atas, jumlah siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal ada 17 siswa (54,8 %) dan yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal 14 siswa (45,2 %) sedangkan tindakan dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila 75 % atau lebih siswa kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 meraih hasil belajar yang mencapai kriteria ketuntasan minimal.


(70)

56 C. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan pada siklus I dilakukan demi meningkatkan minat belajar siswa pada pra siklus, dimana pada pra siklus hanya 17 (54,8%) dari 31 (100%) siswa yang memenuhi KKM dengan rata-rata 69,1. Selanjutnya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi faktor persekutuan terbesar (FPB). Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama membahas tentang menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan kemudian pertemuan kedua menentukan FPB dari dua bilangan menggunakan pohon faktor. Rencana pelaksanaan dibuat didiskusikan dengan guru untuk mempersiapkan sesuatu yang dibutuhkan untuk tindakan siklus I.

Perencanaan selanjutnya yang dilakukan pada siklus I adalah pembuatan media dekak multifungsi sebagai alat yang digunakan dalam mempelajari FPB. Pembuatan media dilakukan oleh pekerja mebel yang dipesan oleh peneliti dengan desain dan ukuran dari peneliti. Peneliti juga membuat media lain sebagai pelengkap yaitu angka dan emote berbentuk gambar.

Tahap selanjutnya adalah pembuatan langkah kegiatan lembar kerja siswa dan soal-soal evaluasi, kemudian didiskusikan bersama guru kelas IVB SD Negeri Kotagede 1 untuk mengetahui kesesuaian


(71)

57

soal yang telah dibuat dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu peneliti menyiapkan instrument penelitian untuk pengumpulan data berupa pedoman observasi dan angket minat belajar siswa yang digunakan untuk mengukur peningkatan minat belajar matematika siswa.

Tahap terakhir yang adalah menjelaskan kepada guru kelas tentang proses pembelajaran dengan menggunakan media dekak multifungsi serta mendiskusikan segala sesuatu yang akan dilakukan dalam tindakan pada siklus 1, baik proses pembelajaran maupun setting kelas yang digunakan serta berbagai media dan peralatan yang digunakan agar sesuai dengan tahapan yang sudah direncanakan b. Pelaksanaan Tindakan

1) Siklus I pertemuan 1

Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 mei 2016 materi tentang menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan. Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama menurut agama dan keyakinan masing-masing kemudian mengomunikasikan kehadiran kepada guru.

Selanjutnya, guru melakukan apersepsi yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari, secara bergantian siswa menanggapi apersepsi yang disampaikan oleh guru. Setelah beberapa siswa menjawab pertanyaan dari guru, guru mulai


(72)

58

mengarahkan kepada materi yang akan dipelajari yaitu menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan.

Kegiatan selanjutnya adalah tanya jawab antara guru dengan siswa tentang menentukan FPB dari dua bilangan. Setelah beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru, guru menjelaskan tentang cara menentukan FPB dari dua bilangan. Selanjutnya guru menunjukkan dan memperkenalkan media dekak multifungsi kepada siswa. Guru mengarahkan siswa untuk membagi kelompok menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 sampai 6 siswa yang nantinya masing-masing kelompok akan diberikan 1 pertanyaan kemudian perwakilan dari masing-masing kelompok diminta untuk maju ke depan memperagakan media dekak multifungsi guna menyelesaikan soal yang telah diberikan. Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan soal, guru melihat kembali apakah cara menyelesaikan soal FPB dari dua bilangan yang dikerjakan siswa sudah benar. Selanjutnya, guru menjelaskan kembali cara penggunaan media dekak multifungsi dengan benar kemudian menanyakan apakah semua siswa sudah paham dalam menggunakan media dekak multifungsi tersebut.

Guru membagikan LKS dan meminta siswa untuk bekerja sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi, siswa diminta untuk mengikuti instruksi yang ada pada LKS. Mula-mula siswa mengambil kartu angka dan emoticon yang akan ditempelkan ke


(1)

147

Lampiran 14. DATA PERBANDINGAN NILAI POST TEST SISWA ANTARA PRA SIKLUS, SIKLUS I DAN SIKLUS II

No Nama Siswa Pra

Siklus

Siklus I Siklus II

1 PA 60 86 70

2 AD 60 50 50

3 MVI 65 91

4 RMY 60 75 80

5 AA 67 85

6 BFDR 59 62 50

7 CFR 65 89 95

8 DA 78 92 98

9 DHP 69 89 100

10 DAN 70 94 100

11 DRP 65 100 100

12 ESR 65 81 100

13 HK 63 90 90

14 IB 67 93 100

15 LSW 59 85 85

16 MR 60 87 100

17 MMA 92 100 100

18 MAAF 76 100 100

19 MHFR 88 100 100

20 NBK 76 94 100

21 PNK 65 97 98

22 RRA 68 89 90

23 RJP 71 94 100

24 RA 72 85 100

25 RIY 65 85 90

26 RAQ 69 90 94

27 STN 66 100 100

28 SND 67 96 96

29 SBP 86 100 100

30 ZZS 89 100 100

31 FZAB 60 93 98


(2)

148

Lampiran 15. GAMBAR PROSES PEMBELAJARAN SISWA Siswa Diskusi Mengerjakan LKS

Siswa Mengerjakan Soal Evaluasi Secara Mandiri


(3)

(4)

(5)

(6)