Penerapan model pembelajaran arias (assurance, relevance, interest, assessment, satisfaction) ditinjau dari minat belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan pada materi kubus dan balok.

(1)

ABSTRAK

Putri Selisawati Wahyu Ivana. 2016. Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) ditinjau dari Minat Belajar dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan pada Materi Kubus dan Balok. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1)bagaimana penerapan model pembelajaran ARIAS pada materi kubus dan balok di kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan, (2)bagaimana hasil belajar matematika siswa setelah dikenai model pembelajaran ARIAS, dan (3)bagaimana minat belajar matematika siswa setelah dikenai model pembelajaran ARIAS.

Penelitian ini merupakan penilitian eksploratif dengan perhitungan kuantitatif di mana hanya akan ditunjukkan bagaimana hasil dan minat belajar siswa setelah dikenai suatu model pembelajaran tertentu yaitu model pembelajaran ARIAS. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2016. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan dengan obyek yang diteliti adalah minat belajar dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan tes hasil belajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pembelajaran yang terdiri dari (1)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan (2)Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen lain yang digunakan adalah instrumen pengumpulan data yang terdiri dari (1)angket minat belajar matematika siswa, (2)tes hasil belajar dan (3)lembar keterlaksanaan model pembelajaran ARIAS. Data dianalisis dengan menghitung persentase nilai siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan tertentu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS telah terlaksana dengan baik di SMP Kanisius Muntilan yang ditunjukkan dengan persentase keterlaksanaan model pembelajaran ARIAS yaitu . Dari segi hasil belajar penelitian ini menunjukkan (1)persentase siswa yang masuk dalam kriteria hasil belajar di bawah KKM yaitu dan persentase siswa mendapat nilai di atas atau sama dengan KKM yaitu dan (2) persentase siswa yang memiliki minat sangat tinggi yaitu 27,58%, persentase siswa yang memiliki minat tinggi yaitu 44,83%, persentase siswa yang memiliki minat rendah yaitu 24,14% dan persentase siswa yang memiliki minat sangat rendah yaitu 3,45%.

Kata kunci : Model Pembelajaran ARIAS, Kubus, Balok, Minat Belajar, Hasil Belajar


(2)

ABSTRACT

Putri Selisawati Wahyu Ivana. 2016. The Implementation of ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) Learning Model Based on Student Interest and Learning Outcomes in Learning Cubes and Cuboids for Class 8-B Students in Muntilan Kanisius Junior High School. Undergraduate Thesis, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. Yogyakarta.

The research aims to determine (1) how the implementation of ARIAS in learning cubes and cuboids for class 8-B of Muntilan Kanisius Junior High School is, (2) the learning outcomes after implementing ARIAS, (3) the student interest in mathematics after applying ARIAS.

The study was an exploratory research with quantitative analysis in which only the learning outcomes and student interest were examined after being exposed to a particular learning model, namely The ARIAS Learning Model. The data collection was conducted on April – May 2016. The subjects were the students of class 8-B in Muntilan Kanisius Junior High School while the objects were the learning outcomes and student interest. The data were obtained by conducting observation and learning outcomes assessment. The instruments used were (1) lesson plan and (2) student worksheets. The other instruments, which were used for data collection, were (1) math interest questionnaire, (2) learning outcomes assessment, and (3) ARIAS conduct report. The data were analyzed by calculating the percentage of students score which satisfied certain passing criteria.

The result shows that the application of ARIAS in Muntilan Kanisius Junior High School has been well carried out. It is proven by the percentage of the ARIAS implementation, which was 91,07%. Based on the learning outcomes, the research shows that (1) the percentage of students who tell into below qualifying marks category was 31,03% and the ones into above or equal to qualifying marks category was 68,97% and (2) the percentage of students with very high-interest was 27,58%, high-interest was 44,83%, interest was 24,14%, and very low-interest was 3,45%.


(3)

(4)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DITINJAU DARI MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIIB SMP KANISIUS MUNTILAN

PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Putri Selisawati Wahyu Ivana NIM : 121414014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) DITINJAU DARI MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIIB SMP KANISIUS MUNTILAN

PADA MATERI KUBUS DAN BALOK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Putri Selisawati Wahyu Ivana NIM : 121414014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(6)

(7)

(8)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bersukacitalah senantiasa.

Tetaplah berdoa.

Mengucap syukurlah dalam segala hal,

sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam

Kristus Yesus bagi kamu.

1 Tesalonika 5:16-18

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria,

yang telah mendengarkan dan mengabulkan doa-doaku

Ibu Sri Wahyuningsih,

yang telah membesarkanku, mendidikku, mendampingiku dan


(9)

(10)

(11)

vii

ABSTRAK

Putri Selisawati Wahyu Ivana. 2016. Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) ditinjau dari Minat Belajar dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan pada Materi Kubus dan Balok. Skripsi, Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1)bagaimana penerapan model pembelajaran ARIAS pada materi kubus dan balok di kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan, (2)bagaimana hasil belajar matematika siswa setelah dikenai model pembelajaran ARIAS, dan (3)bagaimana minat belajar matematika siswa setelah dikenai model pembelajaran ARIAS.

Penelitian ini merupakan penilitian eksploratif dengan perhitungan kuantitatif di mana hanya akan ditunjukkan bagaimana hasil dan minat belajar siswa setelah dikenai suatu model pembelajaran tertentu yaitu model pembelajaran ARIAS. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2016. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan dengan obyek yang diteliti adalah minat belajar dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode observasi dan tes hasil belajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen pembelajaran yang terdiri dari (1)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan (2)Lembar Kerja Siswa (LKS). Instrumen lain yang digunakan adalah instrumen pengumpulan data yang terdiri dari (1)angket minat belajar matematika siswa, (2)tes hasil belajar dan (3)lembar keterlaksanaan model pembelajaran ARIAS. Data dianalisis dengan menghitung persentase nilai siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan tertentu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran ARIAS telah terlaksana dengan baik di SMP Kanisius Muntilan yang ditunjukkan dengan persentase keterlaksanaan model pembelajaran ARIAS yaitu . Dari segi hasil belajar penelitian ini menunjukkan (1)persentase siswa yang masuk dalam kriteria hasil belajar di bawah KKM yaitu dan persentase siswa mendapat nilai di atas atau sama dengan KKM yaitu dan (2) persentase siswa yang memiliki minat sangat tinggi yaitu 27,58%, persentase siswa yang memiliki minat tinggi yaitu 44,83%, persentase siswa yang memiliki minat rendah yaitu 24,14% dan persentase siswa yang memiliki minat sangat rendah yaitu 3,45%.

Kata kunci : Model Pembelajaran ARIAS, Kubus, Balok, Minat Belajar, Hasil Belajar


(12)

viii ABSTRACT

Putri Selisawati Wahyu Ivana. 2016. The Implementation of ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) Learning Model Based on Student Interest and Learning Outcomes in Learning Cubes and Cuboids for Class 8-B Students in Muntilan Kanisius Junior High School. Undergraduate Thesis, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University. Yogyakarta.

The research aims to determine (1) how the implementation of ARIAS in learning cubes and cuboids for class 8-B of Muntilan Kanisius Junior High School is, (2) the learning outcomes after implementing ARIAS, (3) the student interest in mathematics after applying ARIAS.

The study was an exploratory research with quantitative analysis in which only the learning outcomes and student interest were examined after being exposed to a particular learning model, namely The ARIAS Learning Model. The data collection was conducted on April – May 2016. The subjects were the students of class 8-B in Muntilan Kanisius Junior High School while the objects were the learning outcomes and student interest. The data were obtained by conducting observation and learning outcomes assessment. The instruments used were (1) lesson plan and (2) student worksheets. The other instruments, which were used for data collection, were (1) math interest questionnaire, (2) learning outcomes assessment, and (3) ARIAS conduct report. The data were analyzed by calculating the percentage of students score which satisfied certain passing criteria.

The result shows that the application of ARIAS in Muntilan Kanisius Junior High School has been well carried out. It is proven by the percentage of the ARIAS implementation, which was 91,07%. Based on the learning outcomes, the research shows that (1) the percentage of students who tell into below qualifying marks category was 31,03% and the ones into above or equal to qualifying marks category was 68,97% and (2) the percentage of students with very high-interest was 27,58%, high-interest was 44,83%, interest was 24,14%, and very low-interest was 3,45%.


(13)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya, sehingga pada

akhirnya skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) ditinjau dari Minat Belajar dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan pada Materi Kubus dan Balok” dapat terselesaikan. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Hongki Julie, S.Pd., M.Sc., selaku Ketua Program Pendidikan Matematika.

3. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing skripsi atas waktu yang telah disediakan dan atas segala arahan dan masukan yang telah sangat membantu saya menyelesaikan skripsi ini.

4. Segenap dosen pendidikan matematika dan staf sekretariat JPMIPA yang telah banyak membantu saya selama proses perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak Drs. Al. Tamaji selaku Kepala SMP Kanisius Muntilan yang telah memberikan izin kepada saya untuk melaksanakan observasi dan penelitian di SMP Kanisius Muntilan.

6. Ibu Ignatia Yuli Kartikaningsih, ST selaku guru matematika yang telah memberikan waktu kepada saya untuk melaksanakan penelitian ini.

7. Siswa kelas VIIIA dan VIIIB SMP Kanisius Muntilan tahun pelajaran 2015/2016 yang telah bekerja sama dengan baik selama penelitian berlangsung.

8. Ibuku, Sri Wahyuningsih yang senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan kepada saya untuk selalu memberikan yang terbaik dalam segala hal yang saya lakukan.


(14)

x

9. Keluargaku Yohanes Susila dan Anastasia Haryanti terima kasih atas segala dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Terima kasih Cangyan Intan Pariwara atas perhatian, doa dan semangat kepada penulis.

11.Sahabat-sahabat terbaik saya, Adventa Rafelina (Lina), Riandika Ratnasari (Rika), dan Clara Prasetyawati Prabaningrum (Pepe), Joana Mira (Mira), Puspa Ratih Kurniawati (Ratih) terima kasih segala bantuan, dukungan, dan nasihat yang sudah kalian berikan.

12.Teman-teman pendidikan matematika angkatan 2012 atas segala hal yang telah kita lalui bersama selama empat tahun berkuliah.

13.Pihak-pihak lain seperti teman-teman kos Cinta.

14.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis berharap agar apa yang dimuat alam skripsi ini sungguh dapat membantu perkembangan pendidikan. Penulis sadar, masih ada kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Penulis mengharapkan segala masukan, kritik, dan saran untuk lebih baiknya skripsi ini.

Yogyakarta, 25 Agustus 2016 Penulis


(15)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Pembatasan Masalah ... 7

F. Batasan Istilah ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 8


(16)

xii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ... 11

1. Model Pembelajaran ... 11

2. Model Pembelajaran ARIAS ... 14

3. Komponen Model Pembelajaran ARIAS... 17

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ARIAS... 24

5. Minat Belajar ... 25

6. Indikator Minat Belajar ... 28

7. Hasil Belajar... 30

8. Materi Kubus dan Balok ... 35

B. Kerangka Berpikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47

B. Subyek Penelitian ... 47

C. Objek Penelitian... 47

D. Bentuk Data ... 48

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data... 48

1. Metode ... 48

2. Instrumen ... 49

F. Metode/Teknik Analisis Data ... 55

1. Hasil Belajar Siswa ... 55

2. Pengolahan Data Non Tes ... 57

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 59

1. Persiapan Penelitian ... 59

2. Pelaksanaan Penelitian ... 59

3. Pengolahan Data Penelitian ... 61


(17)

xiii

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian... 62

B. Tabulasi Data ... 66

1. Data Uji Coba Instrumen Tes Akhir Kubus dan Balok ... 66

2. Data Hasil Belajar Pokok Bahasan Kubus dan Balok ... 67

3. Data Minat Belajar Siswa ... 68

C. Analisis Data ... 71

1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes Akhir ... 71

2. Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS ... 72

3. Analisis Minat Belajar Siswa ... 88

4. Analisis Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Kubus dan Balok ... 90

D. Pembahasan ... 91

1. Pelaksanaan Pembelajaran ... 91

2. Minat Belajar Matematika Siswa ... 92

3. Hasil Belajar Matematika Siswa ... 93

E. Keterbatasan Penelitian ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 95

1. Keterlaksanaan Pembelajaran ... 95

2. Minat Belajar ... 95

3. Hasil Belajar... 96

B. Saran ... 96

1. Untuk Guru ... 96

2. Untuk Siswa ... 97

3. Untuk Peneliti Selanjutnya ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(18)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS ... 50

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar... 51

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Minat Belajar Matematika Siswa ... 54

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Belajar ... 56

Tabel 3.5 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 56

Tabel 3.6 Kriteria Minat Belajar Siswa ... 57

Tabel 3.7 Kategori Keterlaksanaan Data Hasil Observasi ... 58

Tabel 3.8 Penjadwalan Pelaksanaan Penelitian ... 61

Tabel 4.1 Pelaksanaan Penelitian ... 63

Tabel 4.2 Data Uji Coba Tes Akhir Kubus dan Balok ... 67

Tabel 4.3 Data Hasil Tes Akhir Kubus dan Balok ... 68

Tabel 4.4 Data Minat Belajar Siswa ... 69

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Tes Prestasi Siswa ... 71

Tabel 4.6 Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS I ... 75

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS I ... 77

Tabel 4.8 Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS II ... 79 Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS


(19)

xv

II ... 81

Tabel 4.10 Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS III ... 83

Tabel 4.11 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS III ... 85

Tabel 4.12 Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS IV ... 86

Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS IV ... 87

Tabel 4.14 Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS ... 87

Tabel 4.15 Analisis Minat Belajar Matematika Siswa ... 88

Tabel 4.16 Persentase Minat Belajar Siswa... 89

Tabel 4.17 Skor dan Kriteria Hasil Belajar Siswa ... 90


(20)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kubus ABCD.EFGH ... 36

Gambar 2.2 Balok ABCD.EFGH ... 38

Gambar 2.3 Kubus dan Salah Satu Jaring-jaring Kubus ... 40

Gambar 2.4 Balok dan Salah Satu Jaring-jaring Balok ... 41

Gambar 2.5 Kubus Satuan ... 43


(21)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A

LAMPIRAN A.1 Perhitungan Uji Validitas Tes ... 100

LAMPIRAN A.2 Perhitungan Uji Reliabilitas Tes... 113

LAMPIRAN B LAMPIRAN B.1 Soal Tes Hasil Belajar ... 116

LAMPIRAN B.2 LKS Unsur serta Jaring-jaring Kubus dan Balok ... 118

LAMPIRAN B.3 LKS Luas Permukaan Kubus dan Balok ... 123

LAMPIRAN B.4 LKS Volume Kubus dan Balok ... 125

LAMPIRAN C LAMPIRAN C.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS 1 ... 127

LAMPIRAN C.2 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS 2 ... 131

LAMPIRAN C.3 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS 3 ... 135

LAMPIRAN C.4 Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS 4 ... 139

LAMPIRAN D LAMPIRAN D.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 141

LAMPIRAN D.2 Rubrik Penilaian ... 155


(22)

xviii LAMPIRAN E

LAMPIRAN E.1 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS ... 164 LAMPIRAN F

LAMPIRAN F.1 Contoh Hasil Tes Akhir Siswa ... 206 LAMPIRAN F.2 Contoh Angket Minat Siswa ... 211 LAMPIRAN F.3 Contoh LKS Siswa ... 220 LAMPIRAN G

LAMPIRAN G.1 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 227 LAMPIRAN G.1 Dokumentasi Penelitian ... 228


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Surya, 2004). Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi belajar yang optimal. (Aunurrahman, 2012).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 ditetapkan 4 kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi professional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Direktorat Jenderal Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (2006) menjabarkan kompetensi pedagogis ke dalam subkompetensi dan indikator yaitu: (1)Memahami peserta didik (2)Merancang pembelajaran (3)Melaksanakan pembelajaran (4)Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran (5)Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.


(24)

Untuk dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif maka setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai berkenaan dengan konsep dan cara-cara pengimplementasian model-model pembelajaran tersebut dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa-siswa di kelas. Demikian juga pentingnya pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan beberapa faktor lain yang terkait dengan pembelajaran. Tanpa pemahaman terhadap berbagai kondisi ini, model yang dikembangkan guru cenderung tidak dapat meningkatkan peran serta siswa secara optimal dalam pembelajaran, dan pada akhirnya tidak dapat memberi sumbangan yang besar terhadap pencapaian hasil belajar siswa.

Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat sangatlah penting. Artinya, bagaimana guru dapat memilih kegiatan pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Slavin guru harus berusaha menarik minat siswa terhadap bahan yang sedang mereka sajikan dan kemudian menyajikannya dengan cara yang memikat yang memuaskan maupun meningkatkan keingintahuan siswa tentang bahan itu sendiri.

Model pembelajaran yang menarik akan menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan dorongan dari dalam diri untuk belajar sehingga mendapatkan hasil belajar yang


(25)

diharapkan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa dimana membutuhkan penalaran yang lebih dalam proses penyelesaiannya. Matematika sebagai ilmu eksak dikenal dan dipelajari di semua jenjang pendidikan, mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Tak jarang banyak orang menilai prestasi seseorang dengan melihat nilai matematika. Pembelajaran matematika perlu menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa agar materi yang disampaikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa.

Berdasarkan pengamatan di SMP Kanisius Muntilan, guru lebih banyak memegang peranan dalam pembelajaran. Guru lebih banyak memberikan materi tanpa memperhatikan kesiapan siswa untuk belajar sehingga mengakibatkan siswa kelas VIIIB terlihat kurang serius dalam mengikuti pembelajaran, suasana kurang kondusif dikarenakan beberapa siswa asyik berbicara dengan teman sebangku saat guru menjelaskan materi. Siswa cenderung berpaku pada buku paket, saat guru memberikan contoh yang tidak seperti pada buku paket siswa tidak terlihat antusias untuk berpikir. Ini terlihat dengan tidak ada siswa yang bertanya materi ataupun hal yang berhubungan dengan pembelajaran. Selain melakukan pengamatan di kelas VIIIB, peneliti juga melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIIIB.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa kelas VIIIB termasuk kelas yang kurang aktif dalam pembelajaran dan memiliki hasil belajar yang rendah dibandingkan kelas yang lain. Pada saat guru bertanya kepada


(26)

siswa apakah ada siswa yang belum mengerti dengan materi yang diberikan, siswa menjawab tidak ada dan sudah mengerti. Namun hasil ulangan siswa menunjukkan hampir semua siswa memperoleh nilai dibawah KKM. Kemungkinan kurang optimalnya hasil belajar siswa disebabkan karena saat pembelajaran berlangsung siswa kurang percaya diri dan tidak berani bertanya apabila mengalami kesulitan dan juga kurangnya minat siswa untuk belajar di kelas. Selain itu dapat disebabkan siswa kurang memahami konsep dari materi yang diajarkan, ini terlihat dari penyelesaian soal yang diberikan guru. Dalam penyelesaian itu siswa hanya memasukkan angka yang diketahui dari soal ke dalam rumus yang sudah mereka tulis tanpa melihat maksud dari soal yang diberikan guru sehingga menyebabkan siswa mengalami kesalahan dalam penyelesaian.

Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang mampu menarik minat belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction). Model pembelajaran ini merupakan modifikasi dari model

pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidance, Satisfation) sebagai upaya merancang pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam rangka mencapai nilai dan tujuan dari proses pembelajaran. Model pembelajaran ini mempunyai lima komponen penting yaitu Assurance, Relevance, Interest, Assesment, dan Satisfaction. Assurance adalah upaya penanaman percaya diri siswa untuk


(27)

pembelajaran matematika. Relevance adalah pelaksanaan pembelajaran ini harus mempunyai relevansi dengan kehidupan atau pengalaman nyata siswa, sehingga akan menumbuhkan semangat siswa untuk belajar. Interest adalah pembelajaran harus mampu menarik minat/perhatian siswa

sehingga dalam proses pembelajaran siswa mampu ikut terus terlibat dalam pembelajaran. Assessment adalah penilaian yang dilakukan pada akhir pembelajaran, ini berguna untuk mengetahui sejauh mana siswa berproses. Satisfation adalah komponen yang sangat penting dalam pembelajaran ini siswa harus memiliki rasa bangga/puas telah melaksanakan pembelajaran sehingga akan menumbuhkan motivasi untuk terus belajar. Motivasi mempengaruhi tingkat keberhasilan atau kegagalan belajar, dan pada umumnya belajar tanpa motivasi akan sulit untuk berhasil. Oleh sebab itu, pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh peserta didik (Sani, 2013).

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan tersebut, peneliti mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) Ditinjau dari Minat Belajar dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan pada Materi Kubus dan Balok”.


(28)

A. IDENTIFIKASI MASALAH

Adapun identifikasi masalah terkait latar belakang masalah di atas ialah: 1. Strategi yang digunakan guru masih belum mampu membuat siswa

aktif dalam pembelajaran.

2. Kurangnya rasa percaya diri siswa dalam mengikuti pembelajaran. 3. Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika. 4. Hasil belajar yang diperoleh siswa masih belum optimal.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah-masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) di kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan?

2. Bagaimana minat belajar siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan dengan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction)?

3. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan dengan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction)?


(29)

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan keterlaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) di kelas VIIIB SMP Kanisius

Muntilan.

2. Untuk mendeskripsikan minat belajar siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan dengan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction).

3. hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan dengan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction).

D. PEMBATASAN MASALAH

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi masalah yakni sejauh mana penerapan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) ditinjau dari minat belajar

dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan.

E. BATASAN ISTILAH

1. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam


(30)

mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.

2. Model pembelajaran ARIAS adalah suatu model pembelajaran yang menanamkan rasa yakin atau percaya diri pada siswa, memiliki relevansi dengan kehidupan siswa, mampu menarik dan memelihara minat/perhatian siswa, mengadakan evaluasi terhadap pembelajaran dan menumbuhkan rasa puas pada diri siswa.

3. Minat belajar adalah kecenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu dan akhirnya memunculkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku.

4. Hasil Belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar. 5. Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah sisi

berbentuk daerah persegi yang kongruen.

6. Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam daerah persegi panjang dimana dua-dua saling berhadapan dan kongruen.

F. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Siswa

Penelitian ini bermanfaat untuk memunculkan minat dalam belajar matematika dan meningkatkan prestasi belajar matematika khususnya pada materi bangun ruang sisi datar yaitu kubus dan balok.


(31)

2. Bagi Guru Matematika

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan guru matematika mengenai model pembelajaran menarik yang dapat diterapkan untuk mengaktifkan siswa dalam pembelajaran matematika. 3. Bagi Sekolah

Penelitian ini bermanfaat untuk bahan referensi model pembelajaran yang dapat diterapkan bukan hanya mata pelajaran matematika namun mata pelajaran lainnnya.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk bekal peneliti apabila kelak menjadi guru. Peneliti dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga menghasilkan prestasi belajar yang optimal.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan terdiri dari lima bab:

BAB I Berisi tentang latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, pembatasan istilah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Latar belakang berisi tentang permasalahan yang muncul dalam pembelajaran. Dengan demikian, peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran yakni model pembelajaran ARIAS


(32)

(Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) dalam pembelajaran matematika ke siswa

kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan. Rumusan masalah berisi pertanyaan-pertanyaan yang menjadi indikator untuk diteliti. Tujuan penelitian berisi mengenai sasaran pencapaian indikator yang diteliti. Manfaat penelitian berisi kegunaan hasil penelitian ini bagi semua kalangan, sedangkan batasan masalah berisi tentang batasan-batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB II Berisi tentang landasan teori yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitian dengan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) ditinjau dari minat dan hasil belajar pada

proses pembelajaran matematika di SMP Kanisius Kalasan. BAB III Berisi metodologi penelitian yang memuat jenis penelitian,

subyek penelitian, obyek penelitian, bentuk data, metode dan instrumen pengumpulan data, metode atau teknik analisis data, prosedur pelaksanaan penelitian, serta penjadwalan pelaksanaan penelitian.

BAB IV Berisi deskripsi penelitian, tabulasi data, analisis data dan pembahasan hasil analisis data.

BAB V Berisi kesimpulan yang memuat jawaban dari rumusan masalah pada bab I, dan disertai beberapa saran.


(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI

1. Model Pembelajaran

Menurut Trianto (2011: 22) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman untuk merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Setiap model pembelajaran mengarahkan dalam desain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. (Sani, 2013: 97). Menurut Aunurrahman (2012: 141) model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar. Model pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat


(34)

dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran dimaksudkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh dengan proses belajar yang sedang berlangsung.

Menurut Joyce & Weil (1980: 1) dalam Rusman (2014: 132) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.


(35)

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: 1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); 2) adanya prinsip-prinsip reaksi; 3) sistem sosial; dan 4) sistem pendukung.

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. f. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan

pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

Sedangkan menurut Asep Jihad dan Suyanto (2013: 137) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran sebagai berikut.

a. Memiliki prosedur yang sistematis.

Sebuah model pembelajaran bukan sekadar gabungan dari berbagai fakta yang disusun secara sembarangan, melainkan prosedur yang sistematis untuk memodifikasi perilaku siswa.

b. Hasil belajar dirumuskan secara khusus.

Setiap model pembelajaran wajib menentukan tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai siswa.

c. Penetapan lingkungan secara khusus.

Menetapkan keadaan lingkungan secara spesifik dalam model pembelajaran.


(36)

d. Ukuran keberhasilan.

Model pembelajaran harus menetapkan kriteria keberhasilan unjuk kerja yang diharapkan dari siswa.

e. Interaksi dengan lingkungan.

Semua model pembelajaran menetapkan cara yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan lingkungan belajarnya.

1. Model Pembelajaran ARIAS

Model pembelajaran Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction (ARIAS) merupakan sebuah model pembelajaran yang

dimodifikasi dari model pembelajaran ARCS yang dikembangkan oleh John M. Keller dengan menambahkan komponen assessment pada keempat komponen model pembelajaran tersebut. Model pembelajaran ARCS ini dikenal secara luas sebagai Keller’s ARCS Model of Motivation. Model ini dikembangkan dalam wadah Center for Teaching,

Learning & Faculty Development di Florida State University (Keller,

2006). Model pembelajaran ini dikembangkan sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy valur theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan


(37)

itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah Attention, Relevance, Confidence, dan Satisfaction (ARCS). Keller & Suzuki (2004)

menyatakan bahwa, dari keempat bagian tersebut dikembangkan menjadi beberapa langkah.

Namun demikian, pada model pembelajaran ini belum ada bagian assessment, padahal assessment merupakan komponen yang tidak dapat

dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Assessment yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Assessment dilaksanakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang diperoleh siswa. Assessment yang dilaksanakan selama proses pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya assessment, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen assessment pada model pembelajaran tersebut.

Dengan modifikasi tersebut, model pembelajaran yang digunakan mengandung lima komponen yaitu: attention (minat); relevance (relevansi); confidence (percaya); satisfaction (kepuasan), dan assessment (evaluasi). Modifikasi juga dilakukan dengan penggantian nama confidence menjadi assurance, dan attention menjadi interest.

Penggantian nama confidence (percaya diri) menjadi assurance, karena kata assurance sinonim dengan kata self-confidence. Hal ini dimaksudkan


(38)

agar dalam kegiatan pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil, melainkan juga sangat penting menanamkan rasa percaya diri siswa bahwa mereka merasa mampu dan dapat berhasil. Penggantian juga dilakukan pada kata attention menjadi interest, karena pada kata interest (minat) sudah terkandung pengertian attention (perhatian). Dengan kata lain interest tidak hanya sekedar menarik minat siswa pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Untuk memperoleh akronim yang lebih baik dan lebih bermakna maka urutannyapun dimodifikasi menjadi assurance, relevance, interest, assessment dan satisfaction (Sopah, 2008 dalam Rahman, M & Amri Sofan, 2014: 15). Dengan mengambil huruf awal dari masing-masing komponen menghasilkan kata ARIAS sebagai akronim. Oleh karena itu, model pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini disebut model pembelajaran ARIAS.

Model pembelajaran ARIAS adalah suatu model pembelajaran yang menanamkan rasa yakin atau percaya diri pada siswa, memiliki relevansi dengan kehidupan siswa, mampu menarik dan memelihara minat/perhatian siswa, mengadakan evaluasi terhadap pembelajaran dan menumbuhkan rasa puas pada diri siswa.


(39)

2. Komponen Model Pembelajaran ARIAS

Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen, yaitu Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

a. Assurance (percaya diri)

Belajar secara efektif, perlu dihilangkan kekuatiran dan rasa ketidakmampuan dalam diri siswa. Siswa perlu percaya bahwa ia mampu dan bisa berhasil dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu, pada diri siswa perlu ditumbuhkan harapan positif untuk berhasil. Merasa diri kompeten atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dan proaktif dengan lingkungan. Sikap percaya diri dan yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal.

Sikap yakin, penuh percaya diri dan merasa mampu dapat melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa terdorong untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya atau dapat melebihi orang lain. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap diri adalah:


(40)

1) Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman keberhasilan siswa. Misalnya, mempersiapkan pembelajaran agar dengan mudah dipahami siswa, diurutkan dari materi yang mudah ke materi yang sukar. 2) Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru sekaligus.

3) Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan menyatakan persyaratan untuk berhasil. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes atau ujian pada awal proses pembelajaran. Hal ini dilakukan agar membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan.

4) Menumbuhkembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan “nampaknya kalian telah memahami konsep yang saya ajarkan dengan baik”, serta menyebutkan kelemahan siswa sebagai “hal yang masih perlu diperbaiki”.

5) Memberikan umpan balik yang konstruktif selama proses pembelajaran, agar siswa mengetahui serta memahami bagaimana kepribadiannya selama masa pendidikan mereka dan memperbaiki kelemahan mereka.


(41)

b. Relevance (relevansi)

Motivasi siswa akan bangkit dan berkembang apabila mereka merasakan bahwa apa yang dipelajari itu memenuhi kebutuhan pribadi, bermanfaat serta sesuai dengan nilai yang diyakini atau dipegangnya sehingga akan mempermudah dalam mencapai keberhasilan. Tujuan yang jelas siswa akan mengetahui kemampuan apa yang dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam pembelajaran adalah:

1) Menyampaikan kepada siswa apa yang dapat mereka peroleh dan lakukan setelah mempelajari materi pelajaran.

2) Menjelaskan manfaat pengetahuan, keterampilan, atau sikap serta nilai yang akan dipelajari, dan bagaimana hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pekerjaan dan kehidupan nanti. 3) Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan

dengan kondisi siswa atau profesi tertentu.

4) Menggunakan berbagai alternatif strategi dan media pembelajaran yang cocok untuk pencapaian tujuan. Dengan demikian dimungkinkan menggunakan bermacam-macam strategi atau media pembelajaran pada setiap kegiatan pembelajaran.


(42)

c. Interest (minat/perhatian)

Siswa yang mau belajar harus memiliki minat atau perhatian pada materi yang akan dipelajari. Perhatian siswa dapat bangkit antara lain karena dorongan ingin tahu. Oleh sebab itu, rasa ingin tahu siswa perlu dirangsang. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat atau perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Minat atau perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan menjaga minat atau perhatian siswa antara lain:

1) Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

2) Menggunakan media untuk melengkapi penyampaian bahan kajian.

3) Menggunakan humor dalam proses pembelajaran.

4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misal siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.


(43)

d. Assessment (evaluasi)

Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan siswa. Bagi guru evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa, untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Sedangkan bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi.

Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka sendiri (self assessment) atau evaluasi diri. Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap diri mereka sendiri, maupun terhadap teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Evaluasi diri juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi perlu dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi dalam kegiatan pembelajaran antara lain adalah:


(44)

1) Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap kinerja siswa.

2) Memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa agar siswa dapat langsung mengetahui hasilnya.

3) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri.

4) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi terhadap teman.

e. Satisfaction (kepuasan)

Satisfaction adalah reinforcement (penguatan) yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas pada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menimbulkan kepuasan dalam diri siswa, antara lain adalah:

1) Memberikan penguatan (Reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan atau bahkan kalau mungkin pemberian hadiah.


(45)

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang baru diperoleh dalam situasi nyata atau simulasi.

3) Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.

4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman mereka yang mengalami kesulitan atau memerlukan bantuan. Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran ARIAS akan berlangsung sebagai berikut. Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan sejak guru merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan pelajaran. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan satuan pelajaran sebagai bahan/materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran itu sudah tergambarkan usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa yakin atau percaya diri pada siswa, merelevansikan materi ajar dengan kehidupan siswa, membangkitkan minat/perhatian siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga dan kepuasan pada siswa dengan memberikan penguatan.


(46)

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ARIAS a. Kelebihan Model Pembelajaran ARIAS

Model pembelajaran ARIAS mempunyai kelebihan yaitu: 1) Siswa sama-sama aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Siswa tertantang untuk lebih memperbaiki diri.

3) Siswa termotivasi untuk berkompetisi yang sehat antar siswa. 4) Membantu siswa dalam memahami materi pelajaran.

5) Membangkitkan rasa percaya diri pada siswa bahwa mereka mampu.

b. Kelemahan Model Pembelajaran ARIAS

Model pembelajaran ARIAS mempunyai kelemahan yaitu:

1) Jika siswa tidak tergugah untuk aktif maka proses penyampaian materi kurang dipahami.

2) Harus memerlukan ekstra tenaga, waktu, pemikiran, peralatan, dan keterampilan dari seorang pengajar.

3) Sulit untuk dilakukan evaluasi secara kualitatif karena metode ini lebih menekankan kepada psikologis siswa yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar.

4) Untuk memberikan hasil yang optimal diperlukan kemampuan komunikasi guru yang baik dan memiliki kemampuan persuasif yang tinggi sehingga bisa menumbuhkan semangat siswa.


(47)

4. Minat Belajar

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2008: 151). Minat menurut Surya yaitu seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka kepada suatu rangsangan. Sesuatu yang diminati akan lebih menarik perhatian. Menurut Djamarah, 2011: 166 mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang.

Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat adalah perasaan yang didapat karena berhubungan dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya.

Ada beberapa macam cara yang dapat membangkitkan minat menurut Djamarah:

a. Membandingkan adanya suatu kebutuhan pada diri anak didik, sehingga dia rela belajar tanpa paksaan.


(48)

b. Menghubungkan bahan pelajaran yang diberikan dengan persoalan pengalaman yang dimiliki anak didik, sehingga anak didik mudah menerima bahan pelajaran.

c. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dengan cara menyediakan lingkungan belajar yang kreatif dan kondusif.

d. Menggunakan berbagai macam bentuk dan teknik mengajar dalam konteks perbedaan individual anak didik.

Menurut Djamarah, pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab tumbuhnya perhatian. Motivasi sangat erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga dengan minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.

Menurut Noer Rohmah (2015: 245) minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu, apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.


(49)

Jadi minat adalah kecenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu dan akhirnya memunculkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku.

Cara membangkitkan minat menurut Noer Rohmah antara lain sebagai berikut:

a. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

b. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau. c. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. d. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.

Slameto (2010: 180) berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu objek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Selain itu pengajar juga berusaha membentuk minat-minat baru pada diri siswa dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk


(50)

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut (Slameto, 1991: 182 dalam Djamarah, 2011: 191).

Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah (Dalyono, 1997: 56 dalam Djamarah, 2011:191). Dalam konteks itulah diyakini bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik.

5. Indikator Minat Belajar

Menurut Slameto indikator minat belajar yaitu rasa suka/senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa ketertarikan adanya kesadaran untuk belajar tanpa di suruh, berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian.

a. Perasaan Senang

Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar.


(51)

Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan bosan, dan hadir saat pelajaran.

b. Keterlibatan Siswa

Ketertarikan seseorang akan obyek yang mengakibatkan orang tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Contoh: aktif dalam diskusi, aktif bertanya, dan aktif menjawab pertanyaan dari guru.

c. Ketertarikan

Berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran, tidak menunda tugas dari guru.

d. Perhatian Siswa

Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap sama dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut. Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi.


(52)

6. Hasil Belajar

a. Pengertian hasil belajar

Oemar Hamalik (2005: 155) mengemukakan hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, serta keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 1999 dalam Jihad dan Haris, 2013: 14). Belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Menurut Benjamin S. Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu Bloo berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan.

Pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu: 1) Pengetahuan tentang fakta;

2) Pengetahuan tentang prosedural; 3) Pengetahuan tentang konsep; 4) Pengetahuan tentang prinsip;


(53)

Keterampilan juga terdiri dari empat kategori, yaitu:

1) Keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif; 2) Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik; 3) Keterampilan bereaksi atau bersikap;

4) Keterampilan berinteraksi.

Untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penugasan siswa. Menurut Juliah, 2004 dalam Jihad dan Haris, 2013: 15 hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi miliki siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar. Setelah melalui proses belajar maka siswa diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yang disebut juga sebagai hasil belajar yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah menjalani proses belajar.

Usman (2001) dalam Jihad dan Haris menyatakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang


(54)

dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni domain kognitif, afektif dan psikomotorik.

1) Domain Kognitif

a) Pengetahuan (Knowledge).

Pengetahuan ini meliputi pengingatan tentang hal-hal yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metodedan proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur atau seting.

b) Pemahaman (Comprehension).

Pemahaman ini meliputi penerimaan dalam komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi dalam bentuk penyajian yang berbeda, mereorganisasikannya secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat mengeksporasikan.

c) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi yang baru.

d) Analisa.

Analisa ini meliputi kemampuan untuk memisah-misah (breakdown) terhadap suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya.


(55)

e) Sintesa.

Sintesa ini meliputi menaruhkan/menempatkan bagian-bagian atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu keseluruhan yang koheren.

f) Evaluasi.

Evaluasi meliputi kemampuan anak didik dalam pengambilan keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang nilai sesuatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah, metode, materi dan lain-lain.

2) Domain Kemampuan Sikap (affective) a) Menerima atau memperhatikan.

Sifat sensitif terhadap adanya eksistensi suatu phenomena tertentu atau suatu stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif.

b) Merespon.

Anak didik dilibatkan secara puas dalam suatu objek tertentu.

c) Penghargaan.

Perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil; tidak hanya dalam persetujuan terhadap suatu nilai tetapi juga pemilihan terhadapnya dan keterikatannya pada suatu pandangan atau ide tertentu.


(56)

d) Mengorganisasikan.

Anak didik membentuk suatu sistem nilai yang dapat menuntun perilaku.

e) Mempribadi (mewatak).

Nilai-nilai telah mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir ke dalam suatu sistem yang bersifat internal, memiliki kontrol perilaku.

3) Domain Psikomotorik a) Menirukan.

Suatu action yang diamati (observable). b) Manipulasi.

Menampilkan action seperti yang diajarkan dan juga tidak hanya seperti yang diamati.

c) Keseksamaan (Precicion).

Keseksamaan ini meliputi kemampuan dalam penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang lebih tinggi. d) Artikulasi.

Anak didik telah dapat mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan ukuran secara tepat di antara action


(57)

e) Naturalisasi.

Anak didik dapat melakukan secara alami atau action atau sejumlah action yang urut.

b. Indikator Hasil Belajar

1) Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya.

Kriteria dari sudut prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa sebagai subjek mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri.

2) Kriteria ditinjau dari hasilnya.

Di samping tinjauan dari segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil misalnya apakah hasil belajar yang diperoleh siswa dari proses pengajaran nampak dalam bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh.

7. Materi Kubus dan Balok a. Kubus

Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam buah sisi berbentuk daerah persegi yang kongruen. Kubus juga merupakan prisma tegak. Sesuai dengan definisi prisma, kubus bersifat pejal artinya tidak terdapat rongga di dalamnya. Salah satu contoh kubus dalam kehidupan sehari-hari adalah dadu.


(58)

Gambar 2. 1 Kubus ABCD.EFGH

Kubus pada gambar memiliki unsur sebagai berikut: 1) Sisi

Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Kubus memiliki 6 buah sisi yang semuanya berbentuk persegi. Sisi tersebut, yaitu ABCD, ABFE, BCGF, CDHG, ADHE dan EFGH.

2) Rusuk

Rusuk kubus adalah ruas garis yang merupakan perpotongan dua bidang sisi pada sebuah kubus. Kubus memiliki 12 rusuk. Rusuk-rusuk tersebut, yaiturusuk ̅̅̅̅ , ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ , ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅,

̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅̅. Rusuk ̅̅̅̅ , ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅ disebut rusuk-rusuk alas, rusuk ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅ disebut rusuk-rusuk atas sedangkan rusuk

̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅̅ disebut rusuk-rusuk tegak. 3) Titik Sudut

Titik sudut kubus adalah titik pertemuan dari tiga rusuk kubus. Kubus memiliki 8 titik sudut, yaitu A, B, C, D, E, F, G dan H.

rusuk sisi


(59)

4) Diagonal Sisi

Diagonal sisi kubus adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang terletak pada rusuk-rusuk yang berbeda pada sisi kubus. Kubus memiliki 12 diagonal sisi diantaranya ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅.

5) Diagonal Ruang

Diagonal ruang kubus adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang tidak terletak pada satu sisi yang sama. Kubus memiliki 4 diagonal ruang, yaitu ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅.

6) Bidang Diagonal

Bidang diagonal kubus adalah bidang di dalam kubus yang dibuat melalui dua buah rusuk yang saling sejajar tetapi tidak terletak pada satu sisi. Kubus memiliki 6 bidang diagonal, diantaranya ACGE, BGHA, AFGD, dan BEHC.

b. Sifat-sifat Kubus

Perhatikan gambar 2.1 Sifat-sifat kubus ABCD.EFGH sebagai berikut: 1) Semua sisi kubus berbentuk persegi yang saling kongruen.

2) Semua rusuk kubus berukuran sama panjang.

3) Setiap diagonal sisi pada kubus memiliki panjang yang sama. 4) Setiap diagonal ruang pada kubus memiliki panjang yang sama.


(60)

5) Setiap bidang diagonal pada kubus berbentuk persegi panjang yang saling kongruen.

c. Balok

Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam daerah persegi panjang dimana dua-dua saling berhadapan dan kongruen. Balok juga merupakan prisma tegak yang alasnya berupa daerah persegi panjang. Sesuai dengan definisi prisma, balok bersifat pejal artinya tidak terdapat rongga di dalamnya.

Gambar 2.2 Balok ABCD.EFGH

Balok pada gambar 2.2 memiliki sifat sebagai berikut:

1) Memiliki 6 sisi (bidang) berbentuk persegi panjang yang tiap pasangnya kongruen.

Sisi (bidang) tersebut adalah bidang ABCD, EFGH, BCGF, ADHE, ABFE, dan DCGH.

2) Memiliki 12 rusuk, dengan kelompok rusuk yang sama panjang sebagai berikut:


(61)

a) Rusuk ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ b) Rusuk ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ c) Rusuk ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅

3) Memiliki 8 titik sudut yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H.

4) Memiliki 12 diagonal bidang, diantaranya ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅, ̅̅̅̅ dan ̅̅̅̅. 5) Memiliki diagonal ruang yang sama panjang yaitu diagonal ̅̅̅̅,

̅̅̅̅, ̅̅̅̅, dan ̅̅̅̅.

6) Memiliki 6 bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang dan tiap pasangnya kongruen. Keenam bidang diagonal tersebut adalah AFGD, EBCH., AHGB, CFED, ACGE, dan BDHF.

d. Jaring-jaring Kubus dan Balok

Jaring-jaring kubus adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis pada dua persegi yang berdekatan akan membentuk bangun kubus. Sedangkan, jaring-jaring balok adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis pada dua persegi panjang yang berdekatan akan membentuk bangun balok. 1) Jaring-jaring kubus

Jaring-jaring kubus adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis pada dua persegi yang berdekatan akan membentuk bangun kubus. Kubus memiliki 11 jaring-jaring. Pada gambar 2.3 berikut ini adalah sebuah kubus ABCD.EFGH


(62)

yang sudah direntangkan di tiap sisinya dan menghasilkan sebuah jaring-jaring kubus.

Gambar 2.3 Kubus dan Salah Satu Jaring-Jaring Kubus

2) Jaring-jaring balok

Jaring-jaring balok adalah sebuah bangun datar yang jika dilipat menurut ruas-ruas garis pada dua persegi panjang yang berdekatan akan membentuk bangun balok. Balok memiliki 54 jaring-jaring. Pada gambar 2.4 berikut ini adalah sebuah balok ABCD.EFGH yang sudah direntangkan di tiap sisinya dan menghasilkan sebuah jaring-jaring balok.


(63)

Gambar 2.4 Balok dan Salah Satu Jaring-Jaring Balok e. Luas Permukaan Kubus dan Balok

Luas permukaan kubus dan balok adalah jumlah luas seluruh sisi kubus atau balok.

1) Luas Permukaan Kubus

Dari gambar 2.3 menunjukkan sebuah kubus beserta jaring-jaringnya. Untuk mencari luas permukaan kubus, berarti sama saja dengan menghitung luas jaring-jaring kubus tersebut. Oleh karena jaring-jaring kubus merupakan 6 buah sisi berbentuk daerah persegi yang kongruen maka

Luas permukaan kubus = luas jaring-jaring kubus =

= =


(64)

2) Luas Permukaan Balok

Dari gambar 2.4 terlihat sebuah balok beserta jaring-jaringnya. Balok mempunyai tiga pasang sisi yang tiap pasangnya sama dan sebangun, yaitu

(a) Sisi ABCD sama dan sebangun dengan sisi EFGH; (b) Sisi ADHE sama dan sebangun dengan sisi BCGF; (c) Siisi ABFE sama dan sebangun dengan sisi DCGH.

Akibatnya diperoleh

Luas permukaan ABCD = luas permukaan EFGH = Luas permukaan ADHE = luas permukaan BCGF = Luas permukaan ABFE = luas permukaan DCGH =

Luas permukaan balok sama dengan jumlah luas ketiga pasang sisi yang saling kongruen pada balok. Dengan demikian luas permukaan balok tersebut adalah

Luas permukaan balok = luas persegi panjang ABCD + luas persegi panjang EFGH + luas persegi panjang ABFE + luas persegi panjang DCGH + luas persegi panjang ADHE + luas persegi panjang BCGF

=


(65)

=

=

=

f. Volume Kubus dan Balok

Volume kubus/balok adalah banyaknya kubus satuan yang tepat mengisi kubus/balok tersebut.

1) Volume Kubus

Gambar 2.5 menunjukkan sebuah kubus dengan panjang rusuk 2 satuan panjang.

Gambar 2.5 Kubus Satuan

Volume kubus tersebut = panjang kubus satuan lebar kubus satuan tinggi kubus satuan

= (2 2 2) satuan volume = 23 satuan volume

= 8 satuan volume

Jadi diperolah rumus volume kubus dengan panjang rusuk r sebagai berikut.


(66)

Volume kubus = rusuk rusuk rusuk = r r r

= r3 2) Volume Balok

Gambar 2.6 Balok Satuan

Gambar 2.6 menunjukkan sebuah balok satuan dengan ukuran panjang = 4 satuan panjang, lebar = 2 satuan panjang dan tinggi = 2 satuan panjang.

Volume balok tersebut = panjang kubus satuan lebar kubus satuan tinggi kubus satuan

= (4 2 2) satuan volume = 16 satuan volume

Jadi, volume suatu balok balok dapat ditentukan dengan mengalikan panjang, lebar dan tinggi balok tersebut. Dengan demikian dirumuskan sebagai berikut.

Volume balok = panjang lebar tinggi = p l t


(67)

A. KERANGKA BERPIKIR

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan kondisi pembelajaran di sekolah saat ini dimana pembelajaran yang digunakan masih secara konvensional. Siswa belum secara optimal dilibatkan dalam proses belajar mengajar serta kurang rasa percaya diri siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pada dasarnya untuk melakukan aktivitas belajar siswa harus memiliki motivasi dalam belajar sehingga akan memunculkan minat dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran harus ada hal yang dapat dijadikan sebagai motivasi atau dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu dalam hal ini adalah tujuan pembelajar. Motivasi ini sangat penting karena dapat meningkatkan kemauan siswa dan guru dalam proses pembelajaran untuk dapat saling memajukan satu sama lain sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

. Setelah mengalami proses pembelajaran ada yang dinamakan hasil belajar sebagai suatu yang ditentukan oleh usaha seseorang dalam melaksanakan kegiatan dalam hal ini belajar. Hasil belajar ini ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang meliputi segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dan hasil belajar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam mencapai tujuannya. Baik itu faktor internal maupun faktor eksternal.


(68)

Untuk itu penelitian ini menerapkan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran matematika untuk mengoptimalkan hasil belajar dalam rangka tercapainya tujuan belajar yang diharapkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan setelah belajar menggunakan model pembelajaran ARIAS. Apabila penelitian ini berhasil, dapat diharapkan guru mencoba menggunakan model pembelajaran ini dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.


(69)

47 BAB III

METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi yang meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana minat belajar dan hasil belajar matematika siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan apabila menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction).

B. SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIB SMP Kanisius Muntilan tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 29 orang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

C. OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian adalah penerapan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction) ditinjau dari minat belajar dan hasil belajar matematika siswa.


(70)

D. BENTUK DATA

Bentuk data yang dipakai dalam penelitian adalah data kuantitatif, yakni data yang diperoleh dari hasil tes akhir, angket minat belajar siswa, serta observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran ARIAS.

E. METODE DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

1. Metode a. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat (Sudjana, 2010). Alat yang dipakai untuk melakukan observasi adalah pedoman observasi. Observasi ini meliputi observasi keterlaksanaan pembelajaran di kelas dan observasi keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan pembelajaran ARIAS.

b. Tes

Tes merupakan alat penilaian yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan, dalam bentuk tulisan, atau dalam bentuk perbuatan. (Sudjana, 2010). Tes yang digunakan dalam


(71)

penelitian ini adalah tes uraian, yakni bentuk tes yang kunci jawabannya hanya satu di mana pengerjaan sebuah soal dilakukan melalui prosedur atau langkah tertentu dan ada skor untuk setiap langkah pengerjaannya. Tes akhir ini merupakan tes yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data.

c. Pengisian Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket minat belajar matematika sesuai dengan model pembelajaran ARIAS. Angket berupa lembar yang berisi pertanyaan tertutup dimana setiap pernyataan menggambarkan minat belajar matematika siswa. Angket ini diberikan siswa pada sebelum dan sesudah pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran ARIAS.

2. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai berdasarkan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment, Satisfaction).Adapun RPP dapat dilihat pada lampiran D.1.


(72)

b. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan terdiri dari lembar tes hasil belajar siswa, angket minat belajar matematika siswa, dan lembar observasi.

1) Pedoman Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Instrumen keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) berupa

lembar keterlaksanaan yang akan diisi oleh Observer selama proses pembelajaran berlangsung di kelas. Berikut tabel kisi-kisi lembar keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction):

Tabel 3.1

Kisi-kisi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ARIAS

No Aspek Penilaian Indikator

1 Keterlaksanaan Guru melakukan model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction)

2 Assurance Guru melakukan usaha/kegiatan untuk

menanamkan rasa percaya diri pada siswa.

3 Relevance Guru menyampaikan kepada siswa

tujuan atau manfaat dari materi pembelajaran.

4 Interest Guru memberi kesempatan kepada

siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran.


(73)

2) Lembar Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dilaksanakan di akhir pembelajaran untuk mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam materi kubus dan balok dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS.

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar

No Hal yang dinilai Nomor butir

instrumen 1 Membuat jaring-jaring kubus. 1 2 Menggunakan rumus luas permukaan

kubus.

2 3 Menghitung volume kubus dan balok. 3 4 Menghitung luas permukaan balok dan

kubus.

4 5 Menggunakan rumus luas permukaan

balok.

5

6 Menghitung volume balok. 6

Total 6 soal

Adapun soal tes akhir dapat dilihat pada lampiran B.1.

Tes akhir ini sebelumnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran, kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.

a) Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen

5 Assessment Guru mengadakan evaluasi untuk

mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

6 Satisfaction Guru menumbuhkan rasa bangga/puas

baik secara verbal maupun nonverbal kepada siswa yang telah menunjukkan keberhasilannya.


(74)

(Arikunto, 2010: 211). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam menentukan validitas suatu instrumen, misalnya tes hasil belajar matematika bentuk uraian digunakan rumus Product Moment yaitu:

Keterangan:

= koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y = banyak subyek

= Nilai hasil uji coba

= Nilai rata-rata harian (Ruseffendi, 1991 dalam Jihad dan Asep, 180)

Untuk mengetahui valid dan tidaknya maka dari perhitungan validitas tersebut akan dibandingkan dengan Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi digunakan kriteria Nurgana (Ruseffendi, 1994: 144) berikut ini:

0,80 1,00 : Sangat Tinggi 0,60 0,80 : Tinggi


(75)

0,20 0,40 : Rendah

0,20 : Sangat Rendah

b) Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010: 221). Untuk memperoleh reliabilitas soal prestasi belajar digunakan rumus Alpha Cronbach (jihad, Asep dan Abdul Haris, 2013 :180-181):

[ ] [

]

Dimana

∑ ∑

Keterangan:

= koefisien reliabilitas instrumen n = jumlah soal

= jumlah varian skor tiap item

= variansi skor total

= jumlah kuadrat nilai/skor yang diperoleh setiap siswa untuk masing-masing butir soal

= kuadrat jumlah nilai/skor yang diperoleh setiap siswa untuk masing-masing butir soal


(76)

Nilai r yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan rumus Alpha Cronbach diatas, kemudian akan dibandingkan dengan harga r tabel dengan . Bila maka instrumen dinyatakan reliabel. Langkah selanjutnya adalah menafsirkan angket koefisien reliabilitas.

0,90 1,00 : Reliabilitas Sangat Tinggi

0,70 0,90 : Reliabilitas Tinggi

0,40 0,70 : Reliabilitas Cukup 0,20 0,40 : Reliabilitas Rendah

0,20 : Reliabilitas Sangat Rendah

3) Angket Minat Belajar Matematika

Angket minat belajar matematika siswa berupa lembar yang berisi 30 pertanyaan tertutup untuk mengetahui minat belajar matematika siswa pada materi kubus dan balok.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Matematika Siswa Indikator

Pernyataan (+)

Pernyataan (-) JP NP JP NP Memiliki sikap percaya diri dalam

pembelajaran

2 4, 11 3 17, 26, 29 Adanya perhatian dalam belajar 2 16, 27 3 3, 10,

15 Ketertarikan terhadap materi

pembelajaran

2 19, 20 3 12, 14, 23 Adanya rasa suka dan senang dalam 3 1, 5, 8 2 7, 18


(77)

pembelajaran

Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

3 2, 13, 28

2 6, 9 Adanya perasaan bangga/puas 3 21, 25,

30

2 22,24

Jumlah pertanyaan tertutup 15 15

Keterangan:

Total = 30 pertanyaan JP : Jumlah Pertanyaan NP : Nomor Pertanyaan

F. METODE/TEKNIK ANALISIS DATA 1. Hasil Belajar Siswa

Nilai tes akhir siswa akan menunjukkan hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran ARIAS. Nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan skor jawaban setiap siswa. Skor tersebut dikonversikan dalam satu nilai dengan rentang 1 – 100. Rumusan untuk menentukan nilai akhir tiap siswa adalah sebagai berikut:

Keterangan:

nilai akhir individu

jumlah skor individu


(78)

Selanjutnya, nilai hasil belajar siswa dibandingkan dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kemudian dihitung persentase skor yang diperoleh setiap siswa untuk menentukan kriteria ketuntasan hasil belajar.

Tabel 3.4

Kriteria Hasil Belajar Siswa Nilai Akhir Keterangan

Nilai ≥ 73 Tuntas

Nilai < 73 Tidak Tuntas

Selanjutnya, dilakukan perhitungan presentase skor dari masing-masing siswa dengan rumus sebagai berikut:

Dari presentase hasil belajar siswa dikonversikan ke dalam beberapa kategori untuk menentukan kriteria ketuntasan hasil belajar.

Tabel 3.5

Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Siswa % Kategori Ketuntasan

≤ 40 Sangat Rendah

41-55 Rendah

56-65 Cukup

66-79 Tinggi

80-100 Sangat Tinggi


(1)

(2)

228

DOKUMENTASI PENELITIAN

Siswa sedang bertanya kepada guru terkait pembelajaran.

LAMPIRAN G.2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

230

Guru menjelaskan materi kubus dan balok. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

232

Siswa mengerjakan tes akhir.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI TEORI KONSTRUKTIVISMEUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-1 MTS NEGERI TUNGKOB

0 10 1

Penerapan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Dan Satisfaction) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V Mi Unwaanunnajah

1 9 186

peranan model pembelajaran arias (Assurance, relavance, interest, assessment dan satisfaction untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa; penelitian tindakan kelas di MTs. Sa'aadatul mahabbah Pondok Cabe

0 6 202

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT AND SATISFACTION) DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 KISARAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

0 2 31

PENINGKATAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction).

0 0 8

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, AS

0 0 17

82297055 Penerapan Model Arias Assurance Relevance Interest Assesment and Satisfaction

0 0 5

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction)

0 0 6

1 PENERAPAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DAN MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA DI SMA

0 0 13

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESMENT DAN SATISFACTION (ARIAS) DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA - Raden Intan Repository

0 0 107