Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema Fungsi Makanan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

(1)

ABSTRAK

Prasetyo, Dodik. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013

Subtema Fungsi Makanan untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi:

Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema fungsi makanan untuk kelas IV Sekolah Dasar, menggunakan pendekatan tematik integratif, saintifik, dan pendidikan karakter berbasis budaya lokal. Kompetensi yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan metode dan pengembangan hasil modifikasi antara model Kemp dan langkah penelitian Borg and Gall. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan dilakukan dari penggabungan model di atas adalah (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) perbaikan desain, (6) ujicoba produk, (7) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk final bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema fungsi makanan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara dan kuesioner. Validator dalam penelitian ini antara lain pakar kurikulum 2013 dan dua orang guru kelas 4 sekolah dasar yang telah menerapkan kurikulum 2013. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar mengacu kurikulum 2013

sebtema fungsi makanan memiliki kualitas “baik” dengan rerata 4,15 berdasarkan

hasil validasi pakar kurikulum 2013, validasi guru kelas IV, dan validasi lapangan.

Hasil validasi pakar kurikulum 2013 diperoleh skor 3,83 dengan kategori “baik”, hasil validasi dua guru kelas IV diperoleh skor 3,94 dengan kategori “baik” dan skor 4,16 dengan kategori “baik”, hasil validasi lapangan diperoleh skor 4,67 dengan kategori

“sangat baik”. Dengan demikian, bahan ajar yang dikembangkan layak untuk

digunakan dalam pembelajaran mengacu kurikulum 2013.


(2)

ABSTRACT

Prasetyo, Dodik. 2014. The Development of Learning Materials Referring to

Curriculum 2013 Subtheme The Function of Food for Students of Grade IV Elementary School. Skripsi: Yogyakarta: Elementary School Teacher

Eduation., Sanata Dharma University.

This research aims to produce teaching materials referring to curriculum 2013 sub-theme the function of food for Students of grade IV elementary School, using an approach of thematic integrative, scientific, and local culture-based character education. Competencies developed in this research used the method and development of modified model of Kemp and research steps of Borg and Gall. The steps of the research and development done on the incorporation of the model are (1) the potential problems, (2) data collection, (3) product design, (4) validation of the design, (5) improvement of the design, (6) testing the product, (7) revision of the product, to produce the final product design of teaching materials refer to curriculum 2013 sub-theme the function of food for Students of grade IV elementary School. The instrument used in this study was in the form of interviews and questionnaires. Validator in this study included curriculum 2013’s specialists, and two teachers of grade 4 elementary school who have implemented the curriculum 2013. Data analysis in this study used a qualitative descriptive statistics.

The results of research showed that the instructional materials referring to

curriculum 2013 subtheme the function of food had a “good” quality with a mean of

4.15 based on the results of validation of curriculum 2013’s specialists, fourth grade

teacher validation, and field validation. The results of the validation of curriculum

2013’s experts obtained a score of 3.83 with the category of "good", the results of the validation of two teachers of grade IV obtained a score of 3.94 with the category of "good" and a score of 4.16 with the "good" category, field validation results obtained a score of 4.67 with the category of "very good". Thus, the teaching material developed is feasible for use in learning referring to the curriculum 2013.

Keywords : Research and Development, Teaching Materials, Curriculum 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA FUNGSI MAKANAN UNTUK SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : Dodik Prasetyo

101134221

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

ii


(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan berkat serta pertolongan dalam proses

penyusunan skripsi.

2. Bapak dan ibu tercinta yang senantiasa bekerja keras, berdoa, dan memberikan

bimbingan serta kasih sayang.

3. Kakak tersayang yang selalu memberikan semangat dan nasihat.

4. Adik tersayang yang selalu memberikan semangat dan bantuan.

5. Keluarga besarku yang selalu memberikan bimbingan, doa, dan semangat.


(7)

v

MOTTO

Senangilah Apapun yang Kamu Jalani, Jangan Hanya Menjalani Apa

yang Kamu Senangi

Ketika Tidak Ada Lagi Bahu Untuk Bersandar, Selalu Ada Lantai

Untuk Bersujud


(8)

vi


(9)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Dodik Prasetyo

NIM : 101134221

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah yang berjudul:

Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Fungsi Makanan untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan pada internet atau media lain untuk kepentingan akademik tanpa perlu meminta izin dari saya selaku penulis. Demikian pernyatan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 6 Agustus 2014 Yang menyatakan,


(10)

viii

ABSTRAK

Prasetyo, Dodik. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013

Subtema Fungsi Makanan untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi:

Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema fungsi makanan untuk kelas IV Sekolah Dasar, menggunakan pendekatan tematik integratif, saintifik, dan pendidikan karakter berbasis budaya lokal. Kompetensi yang dikembangkan dalam penelitian ini menggunakan metode dan pengembangan hasil modifikasi antara model Kemp dan langkah penelitian Borg and Gall. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan dilakukan dari penggabungan model di atas adalah (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) perbaikan desain, (6) ujicoba produk, (7) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk final bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema fungsi makanan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara dan kuesioner. Validator dalam penelitian ini antara lain pakar kurikulum 2013 dan dua orang guru kelas 4 sekolah dasar yang telah menerapkan kurikulum 2013. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar mengacu kurikulum 2013

sebtema fungsi makanan memiliki kualitas “baik” dengan rerata 4,15 berdasarkan

hasil validasi pakar kurikulum 2013, validasi guru kelas IV, dan validasi lapangan.

Hasil validasi pakar kurikulum 2013 diperoleh skor 3,83 dengan kategori “baik”, hasil validasi dua guru kelas IV diperoleh skor 3,94 dengan kategori “baik” dan skor 4,16 dengan kategori “baik”, hasil validasi lapangan diperoleh skor 4,67 dengan kategori

“sangat baik”. Dengan demikian, bahan ajar yang dikembangkan layak untuk

digunakan dalam pembelajaran mengacu kurikulum 2013.

Kata kunci: Penelitian dan Pengembangan, Bahan Ajar, Kurikulum 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(11)

ix

ABSTRACT

Prasetyo, Dodik. 2014. The Development of Learning Materials Referring to

Curriculum 2013 Subtheme The Function of Food for Students of Grade IV Elementary School. Skripsi: Yogyakarta: Elementary School Teacher

Eduation., Sanata Dharma University.

This research aims to produce teaching materials referring to curriculum 2013 sub-theme the function of food for Students of grade IV elementary School, using an approach of thematic integrative, scientific, and local culture-based character education. Competencies developed in this research used the method and development of modified model of Kemp and research steps of Borg and Gall. The steps of the research and development done on the incorporation of the model are (1) the potential problems, (2) data collection, (3) product design, (4) validation of the design, (5) improvement of the design, (6) testing the product, (7) revision of the product, to produce the final product design of teaching materials refer to curriculum 2013 sub-theme the function of food for Students of grade IV elementary School. The instrument used in this study was in the form of interviews and questionnaires. Validator in this study included curriculum 2013’s specialists, and two teachers of grade 4 elementary school who have implemented the curriculum 2013. Data analysis in this study used a qualitative descriptive statistics.

The results of research showed that the instructional materials referring to

curriculum 2013 subtheme the function of food had a “good” quality with a mean of

4.15 based on the results of validation of curriculum 2013’s specialists, fourth grade

teacher validation, and field validation. The results of the validation of curriculum

2013’s experts obtained a score of 3.83 with the category of "good", the results of the validation of two teachers of grade IV obtained a score of 3.94 with the category of "good" and a score of 4.16 with the "good" category, field validation results obtained a score of 4.67 with the category of "very good". Thus, the teaching material developed is feasible for use in learning referring to the curriculum 2013.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimhakan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan program S1 PGSD Universitas Sanata Dharma dan persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Peneliti menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini melibatkan berbagai pihak yang membantu. Maka dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini peneliti sampaikan kepada:

1. Rohandi, Ph.D selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma

2. Rm. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Kaprodi PGSD

3. Emanuela Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku Wakaprodi PGSD

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selakun dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Galih Kusumo, S.Pd., M,Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan menuntun peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Pardi, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah SD Negeri Tamanan 3 yang telah

memberikan izin ujicoba lapangan di sekolah tersebut.

7. Dra. Maslichah Asyari, M.Pd selaku validator pembelajaran mengacu kurikulum

2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian pengembangan ini.

8. Angga Setya M, S.Pd dan Sufriyati, S.Pd selaku guru kelas IV SD Negeri

Percobaan 3 Pakem atas kesediaannya untuk menjadi validator bahan ajar yang disusun peneliti.


(13)

xi

9. Siswa/siswi kelas IV SD Negeri Tamanan 3 yang telah menerima dan bersedia

membantu peneliti dalam melakukan ujicoba.

10.Bapak/Ibu guru SD Negeri Tamanan 3 yang telah menerima dan memberikan

waktu serta tempat untuk melakukan ujicoba.

11.Seluruh dosen Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah mendidik dan memberikan membimbingan selama perkuliahan.

12.Orangtuaku yang sangat berjasa atas apa yang telah saya raih saat ini karena kerjakerasnya.

13.Keluarga besarku yang telah memberikan bimbingan dan bantuan serta menjadi

penyemangat bagi saya.

14.Teman-teman seperjuangan dalam penelitian payung, Ignatius Tri dan Bernadus

Rangga yang telah bekerjasama selama penyelesaian skripsi.

15.Seluruh teman-teman dalam penelitian payung yang selalu bekerjasama.

16.Teman-teman seangkatan 2010 terutama kelas A yang telah berproses dan

bekerjasama selama perkuliahan.

17.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut serta dalam

membantu menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan hati peneliti akan merasa terbantu oleh segala kritik dan saran yang membangun untuk membantu perbaikan skripsi ini.

Penulis


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Batasan Istilah ... 4

1.6 Spesifikasi Produk ... 5

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Kajian Pustaka ... 6


(15)

xiii

2.1.1Kurikulum SD 2013 ... 6

2.1.2 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... 7

2.1.3Pendekatan Tematik Integratif ... 9

2.1.3.1Pengertian Pendekatan Tematik Integratif ... 9

2.1.3.2Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif ... 10

2.1.3.3Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif ... 13

2.1.3.4Model-model Pendekatan Integratif ... 14

2.1.4Pendekatan Saintifik ... 16

2.1.4.1Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 17

2.1.4.2Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 18

2.1.5Penilaian Otentik ... ... 22

2.1.5.1 Pengertian Penilaian Otentik ... ... 22

2.1.5.2 Macam-macam Penilaian Otentik ... ... 24

2.1.6Pendidikan Karakter Berbasis Budaya lokal ... ... 25

2.1.6.1 Pengertian Karakter ... 25

2.1.6.2 Pengertian Pendidikan Karakter ... 25

2.1.6.3 Karakter berbasis budaya lokal ... 26

2.1.6.4 Tujuan Pendidikan Karakter ... 26

2.1.7Model Pengembangan Bahan Ajar ... ... 27

2.1.8Penelitian yang Relevan ... 33

2.1.9Kerangka Berpikir ... 35

2.1.10 Pertanyaan Penelitian ... 36

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Jenis Penelitian ... 37


(16)

xiv

3.3 Jadwal Penelitian ... 40

3.4 Uji coba Produk ... 41

3.4.1Desain Uji Coba ... 41

3.4.2Subyek Uji validasi lapangan ... 42

3.4.3Instrumen Penelitian ... 42

3.4.4Teknik Pengumpulan Data ... 42

3.4.5Teknik Analisis Data ... 43

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.1.1 Analisis Kebutuhan ... 46

4.1.2 Deskripsi produk Awal ... 47

4.1.2.1 Silabus .... ... 47

4.1.2.2 RPP ... 47

4.1.2.3 Kerangka Bahan Ajar ... 48

4.1.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 52

4.1.3.1Data Validasi Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi Poduk. . 52

4.1.3.2Data Validasi Guru Kelas IV SD 1 Bantul Kelas IV ... 54

4.1.3.3Data Validasi Lapangan dan Revisi Produk ... 55

4.1.4 Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 58

4.1.4.1 Sampul Halaman Depan ... 59

4.1.4.2 Isi ... 59

4.1.4.3 Penilaian dan Kunci Jawaban ... 59

4.1.4.4 Daftar Pustaka ... 60

4.2 Pembahasan ... 60

BAB 5 PENUTUP ... 64

5.1 Kesimpulan ... 64


(17)

xv

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 65 5.3 Saran ... 65


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian...41

Tabel 3.2 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 43

Tabel 3.3 Kriteria Skor Skala Lima ... 45

Tabel 4.1 Komentar Pakar Kurikulum 2013 ... 53

Tabel 4.2 Komentar Guru Validator ... 54

Tabel 4.3 Komentar Siswa Kelas IV ... 58

Tabel 4.4 Perolehan Skor Validasi Produk ... 62


(19)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar Model Desain Pengembangan Jerold E.Kemp ...28 Gambar 3.1 Gambar Langkah Pengembangan Kemp dan Borg an Gall ...38


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara Survei Kebutuhan ... 70

Lampiran 2 Pemetaan Kompetensi Dasar dan Indikator Tema 9 ... 73

Lampiran 3 Pemetaan Indikator Subtema 1 ... 75

Lampiran 4 Pemetaan Indikator harian ... 77

Lampiran 5 Silabus ... 84

Lampiran 6 RPP ... 93

Lampiran 7 Hasil Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 209

Lampiran 8 Hasil Validasi Guru Kelas IV SDN Percobaan 3 Pakem ... 214

Lampiran 9 Hasil Validasi Siswa Kelas IV SD Tamanan 3 ... 223

Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Kurikulum 2013 ... 243

Lampiran 11 Rekapitulasi Hasil Validasi Guru SDN Percobaan 3 Pakem ... 246

Lampiran 12 Rekapitulasi Uji Coba Terbatas Siswa SD Kelas IV Tamanan 3 ... 253

Lampiran 13 Rekapitulasi Hasil Validasi dan Uji Coba Lapangan ... 256

Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian ... 258

Lampiran 15 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 260

Lampiran 16 Foto Penelitian ... 262

Lampiran 17 Daftar Riwayat Hidup ... 265

Lampiran 18 Lampiran Bahan Ajar Dicetak Terpisah ... 267


(21)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan seseorang. Tidak dapat dipungkiri begitu banyak manfaat pendidikan dalam kehidupan, karenanya setiap orang ingin menempuh pendidikan sebaik-baiknya. Demi terwujudnya kualitas pendidikan yang baik pemerintah memerlukan suatu alat yaitu kurikulum, seperti yang di ungkapkan oleh (Hamalik, 2007) kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum bersifat dinamis yang berarti kurikulum akan selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, masyarakat yang terus berkembang serta kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tujuan filsafat pendidikan nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan intitusional yang pada gilirannya menjadi landasan merumuskan tujuan kurikulum satu satuan pendidikan (Hamlik, 2003) dalam Sholeh (2013: 1).

Pada kurikulum 2013, salah satu aspek yang ditekankan adalah pendidikan karakter. Seperti yang diungkapkan oleh Mulyasa (2013:6) bahwa pengembangan karakter merupakan salah satu aspek yang ditekankan dalam penerapan kurikulum 2013 terutama ditingkat sekolah dasar yang nantinya akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Pendidikan karakter yang ditekankan bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,


(22)

2

dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2013:7). Selain itu, kurikulum 2013 juga menggunakan pendekatan tematik integatif. Seperti yang dipaparkan oleh (Mendikbud, 2013) bahwa pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan menggunakan tematik integratif yaitu dengan mengintegrasikan beberapa kompetensi dan mata pelajaran kedalam berbagai tema.

Hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV di SD Negeri Tegalrejo 1 peneliti mendapatkan informasi bahwa SD tersebut telah menerapkan kurikulum 2013, namun guru belum begitu memahami kurikulum 2013 sepenuhnya dikarena kurangnya sosialisasi yang didapatkan, hal tersebut menjadikan banyak kekurangan/kesulitan dalam penerapan kurikulum 2013 di SD Negeri Tegalrejo 1. Kekurangan/kesulitan yang timbul antara lain materi dalam bahan ajar yang yang disediakan pemerintah terlalu sedikit/sempit sehingga guru harus mengembangkan materi secara mandiri. Guru juga mengungkapkan bahwa pada kurikulum 2013 ini, pemerintah berharap agar guru mampu mengembangkan karakter siswa. Namun bahan ajar yang disediakan pemerintah saat ini belum tampak keterkaitannya dengan budaya lokal, dan pada saat pembelajaran banyak siswa yang mengalami kebingungan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga karakter yang diharapkan pada siswa tidak terbentuk secara maksimal. Selain itu, guru juga masih mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya dalam suatu tema tertentu dikarenakan banyak siswa yang sudah terbiasa dengan pembelajaran dengan mata pelajaran secara terpisah. Disisi lain, guru memahami tentang penilaian otentik, pendidikan karakter, dan macam-macam karakter yang diterapkan.


(23)

Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti mencoba memberikan solusi alternatif dengan mengembangkan sebuah produk berupa bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar dengan tema Makanan Sehat dan Bergizi, subtema Fungsi Makanan.

1.2Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar subtema fungsi makanan

mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar subtema fungsi makanan mengacu

Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar subtema fungsi

makanan mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar subtema fungsi makanan

mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti untuk semakin terampil dalam mengolah bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar

1.4.2 Bagi guru

Bahan ajar subtema fungsi makana mengacu kurikulum 2013 yang telah dikembangkan oleh peneliti dapat dijadikan referensi atau sumber belajar bagi guru kelas IV Sekolah Dasar.


(24)

4

1.4.3 Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar untuk mempelajari bahan ajar subtema fungsi makanan mengacu kurikulum 2013 yang telah dikembangkan oleh peneliti.

1.4.4 Bagi sekolah

Sekolah dapat memperoleh bahan ajar lain yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.4.5 Bagi Prodi PGSD

Dosen dan mahasiswa PGSD memiliki kemampuan untuk mengembangkan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar

1.5Batasan Istilah

1.5.1 Pendekatan tematik integratif merupakan suatu pendekatan dalam

pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.

1.5.2 Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

1.5.3 Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komperhensif

untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan, mulai dari masukan


(25)

(input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran. Penilaian otentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana tertekan.

1.5.4 Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap tema

dan subtema yang terdiri dari unsur: Tema, Subtema, KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi, aksi/tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar kata penting, dan daftar pustaka.

1.5.5 Subtema fungsi makanan adalah salah satu subtema yang terdapat dalam

tema 9 : Makanan Sehat pada Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1.6Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi

siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.

1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.

1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan

saintifik.

1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.

1.6.5 Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.


(26)

6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kurikulum SD 2013

Pengertian kurikulum menurut Hidayat (2013) yaitu suatu rancangan bahan tertulis yang dibuat secara matang yang berisikan beberapa uraian

tentang progam-progam pendidikan suatu sekolah atau madrasah yang

harus dilaksanakan oleh penyelenggara pendidikan dari tahun ke tahun. Menurut Arifin (2011) kurikulum adalah segala kegiatan dan pengalaman yang mencakup belajar seorang siswa serta segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa, baik berada di sekolah maupun di luar sekolah yang didasarkan atas tanggung jawab sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan. (Hamalik, 2007) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum bersifat dinamis yang berarti kurikulum akan selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, masyarakat yang terus berkembang serta kemajuan ilmu-ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dari beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan rancangan program-program dalam pendidikan yang mencakup kegiatan dan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pendidikan.


(27)

2.1.2 Rasional dan elemen perubahan Kurikulum SD 2013

Demi peningkatan kualitas tenaga pendidik dan peserta didik, pemerintah berupaya menerapkan kurikulum baru. Kurikulum baru tersebut disesuaikan dengan kondisi pendidikan saat ini. Menurut Hafni Ladjid (2005:7) faktor penyebab terjadinya perubahan kurikulum dikarenakan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan, relevansi pendidikan, efektivitas dan efisiensi pendidikan.

Dengan penerapan kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum baru dengan perbaikan dan perubahan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya dalam dunia pendidikan di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan peserta didik. Menurut Sholeh Hidayat (2013) ciri khas dari kurikulum 2013 adalah empat standar pendidikan, yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan Standar Penilaian. Standar-standar tersebut dirumuskan dalam tujuh elemen sebagai bagian dari perubahan kurikulum 2013, yaitu (1) Kompetensi

Lulusan, dengan penerapan kurikulum 2013 diharapkan dapat

meningkatkan serta menyeimbangkan soft skill dan hard skill meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. (2) Kedudukan mata pelajaran, dalam penerapan kurikulum 2013 kompetensi dihasilkan tidak mengikuti mata pelajaran akan tetapi pada penerapan kurikulum 2013 mata pelajaran yang akan dilaksanakan berdasarkan kompetensi yang telah direncanakan. (3) Pendekatan, kompetensi yang dikembangkan pada tingkat SD (Sekolah Dasar) yaitu melalui pembelajaran tematik integratif dalam semua mata pelajaran. (4) Struktur kurikulum, pada tingkat SD (Sekolah Dasar) holistik dan integratif berfokus pada alam, sosial, dan budaya.


(28)

8

Pembelajaran pada kurikulum 2013 diterapkan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Jumlah mata pelajaran yang semula 10 mata pelajaran menjadi 6 mata pelajaran, tetapi jumlah jam pelajaran bertambah menjadi 4 jam pelajaran per minggu. (5) Proses pembelajaran, pada pelaaksanaan pembelajarannya strandar proses yang semula berfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta, proses pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam ruangan kelas, tetapi pembelajaran juga bisa dilaksanakan di luar kelas atau dilingkungan sekolah dan masyarakat, guru bukan menjadi satu-satunya seumber belajar karena sumber belajar bisa didapat melalui apa yang ada di sekitar siswa, sikap tidak diajarkan secara verbal , tetapi melalui contoh dan teladan. Di Sekolah dasar proses pembelajarannya menggunakan tematik dan terpadu. (6) Penilaian, dalam penerapan kurikulu 2013 terdapat perubahan dalam penerapan penilaian pada kegiatan pembelajaran yaitu adanya perubahan pada penilian melalui tes atau hanya berdasarkan hasil saja menuju penilaian otentik atau mengukur proses dan hasil dari semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan, memperkuat Penilaian Acuan Patokan (PAP) yaitu hasil belajar pada peserta didik didasarkan pada pencapaian skor yang diperoleh dengan skor maksimal, penilaian tidak hanya pada level Kompetensi Dasar (KD) tetapi terdapat penilaian dalam Kompetensi Inti (KD) dan SKL, mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian. (7) Kegiatan ekstrakulikuler, pada Sekolah Dasar terdapat kegiatan ekstrakulikuler wajib seperti pramuka dan pilihan seperti UKS, PMR, Bahasa Inggris.


(29)

2.1.3 Pendekatan Tematik Integratif

2.1.3.1Pengertian Pendekatan Tematik Integratif

Menurut Hidayat (2013), pembelajaran tematik yaitu pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai alat penyambung materi yang terdapat pada mata pelajaran tertentu digabungkan pada mata pelajaran lainnya dalam satu kali tatap muka. Usaha ini dilakukan untuk mengintegrasikan pengetahuan, kemahiran, dan nilai pembelajaran yang kreatif. Menurut Abdul Majid (2013: 122) model keterpaduan (integrated) merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Fogarty (1991) dalam Trianto (2010) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu tipe integrated merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam beberapa bidang studi.

Jacobs (1989) dalam Abdul Majid (2013:123) mengungkapkan bahwa bentuk integrated merupakan bentuk pembelajaran yang memadukan sebuah konsep dari sejumlah mata pelajaran melalui hubungan tujuan-tujuan, isi, keterampilan, aktivitas, dan sikap. Denagn kata lain, pembelajaran integrated merupakan pembelajaran antar mata pelajaran yang ditandai oleh adanya pemaduan tujuan, kemampuan, dan sikap dari berbagai mata pelajaran dalam topik tertentusecara utuh. Menurut Bell (1993) dalam Abdul Majid (2013:118) pembelajaran terpadu berawal dari pengembangan skema-skema pengetahuan yang ada di dalam diri siswa. Hal tersebut merupakan salah satu pengembangan filsafat kontruktivisme.


(30)

10

Salah satu pandangan tentang proses kontruktivisme dalam pembelajaran adalah bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) yang diawali dengan terjadinya konflik kognitif hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self regulation). Pada akhir proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalaman dari hasil interaksi dengan lingkungannya.

Dari penjelasan diatas peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pendekatan tematik integratif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan beberapa aspek dari berbagai mata pelajaran dalam suatu tema tertentu.

2.1.3.2Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif

Dalam buku Abdul Majid (2013:120) dijelaskan beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran terpadu sebagai berikut: 1) Pembelajaran terpadu memiliki suatu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran. 2) Pembelajaran terpadu perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. 3) Pembelajaran terpadu tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku, tetapi harus mendukung pencapaian tujuan yang utuh terhadap kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum. 4) Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal. 6) Materi pelajaran yang dipadukan


(31)

tidak terlalu dipaksakan. Artinya materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.

Dalam pendekatan terintegrasi tidak lagi mengenal tentang pelajaran dan bidang studi karena mata pelajaran dan semua bidang studi terintegrasi dalam suatu bentuk masalah atau unit. Setiap batasan pada mata-mata pelajaran atau batasan bidang studi tidak terlihat sehingga mata pelajaran menjadi suatu kesatuan yang bulat (Hidayat, 2013:45). Trianto (2007:13-15) mengungkapkan bahwa pembelajaran tematik integratif mempunyai beberapa karakteristik diantaranya: (1) holistik, yaitu dalam pembelajaran terintegrasi peserta didik dapat memahami suatu fenomena dari segala sisi, (2) bermakna, yaitu terbentuknya jalinan antar konsep yang dapat bermanfaat bagi peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang ada, (3) otentik, merupakan kegiatan atau pengalaman yang dialami siswa guna guna memahami suatu hal, (4) aktif, dalam pembelajaran tematik integratif siswa dituntut untuk aktif selama proses kegiatan berlangsung, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional agar pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

Menurut Hajar (2013:43-56) karakteristik pendekatan tematik integratif diantaranya (1) pembelajaran berpusat pada peserta didik, (2) kegiatan pembelajaran memberikan pengalaman langsung pada para peserta didik, (3) guru tidak memisahkan antar mata pelajaran secara jelas, (4) menyajikan konsep-konsep dari berbagai materi pelajaran dengan tujuan agar pemahaman peserta didik terhadap mataeri pelajaran yang diberikan tidak persial atau sepotong-sepotong, (5) fleksibel yaitu adanya keterkaitan antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya, (6) hasil dari


(32)

12

pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan dari peserta didik, dimana guru sebagai fasilitator harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki, serta menyesuaikan kegiatan pembelajaran dengan minat dan kebutuhan peserta didik. (7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan, (8) mengembangkan komunikasi antar peserta didik, (9) mengembangkan kemampuan metakognisi peserta didik, (10) penekanan pada proses daripada hasil yang didapat peserta didik.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pendekatan terintegrasi mata pelajaran atau bidang studi tidak lagi terlihat sebagai suatu komponen tersendiri namun sebagai satu kesatuan dalam suatu tema tertentu. Pendekatan tematik integratif memiliki beberapa karakteristik, diantaranya pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru namun berpusat pada peserta didik sehingga guru hanya sebagai fasilitator, kegiatan pembelajaran dilakukan secara nyata sehingga dapat memberikan pengalaman langsung pada para peserta didik, guru tidak memisahkan antar mata pelajaran secara jelas dalam suatu kesatuan tema, konsep-konsep yang disajikan dari berbagai materi pelajaran bertujuan agar pemahaman peserta didik terhadap mataeri pelajaran yang diberikan dapat menyeluruh atau tidak terpenggal-penggal, fleksibel yaitu adanya keterkaitan antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya, hasil dari pembelajaran menyesuaikan minat dan kebutuhan peserta didik sehingga peserta didik mendapat kesempatan untuk memaksimalkan potensinya, proses pembelajaran diterapkan dengan prinsip belajar sambil bermain sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan, kegiatan pembelajaran diharapkan dapat


(33)

membangun komunikasi antar peserta didik serta mengembangkan kemampuan metakognisi peserta didik, dan lebih menekankan pada proses daripada hasil yang didapat peserta didik.

2.1.3.3Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif

(Mendikbud, 2013) mengemukakan bahwa penerapan pembelajaran tematik integratif dalam kurikulum 2013 berfungsi memudahkan peserta didik dalam pemahaman dan mendalami setiap konsep materi yang tergabung didalam tema-tema tertentu serta dapat menambahkan perasaan semangat belajar pada diri peserta didik saat mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini dikarenakan penerapan kurikulum 2013 materi yang diberikan dibuat secara kontekstual sehingga memberikan pengalaman langsung pada peserta didik. Mendikbud (2013:8) juga menjelaskan tujuan pengggunaan pendekatan tematik integratif pada kurikulum 2013 antara lain:

a. Mudah memutuskan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi

mata pelajaran kedalam satu tema tertentu.

c. Pemahaman terhadap materi pelajaran diharapkan lebih mendalam

dan berkesan.

d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan

mengaitkan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik

e. Peserta didik memiliki rasa semangat dalam mengikuti pelajaran

karena dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis dan dapat mempelajari pelajaran lain.


(34)

14

f. Manfaat dan makna belajar lebih berasa karena materi disajikan

dalam konteks yang jelas.

g. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang diberikan

kepada peserta didik diintegrasikan kedalam satu tema yang jelas dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

h. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat dikembangkan dengan

menggunakan nilai budi pekerti sesuai situasi dan kondisi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi dan tujuan pendekatan tematik integratif antara lain memudahkan peserta didik dalam mahamai dan mendalami materi, meningkatkan semangat belajar pada diri peserta didik, memberikan pengalaman langsung pada peserta didik, mudahkan guru dalam memutuskan perhatian pada satu tema atau topik tertentu, menjadikan pembelajaran lubih bermakna, serta mengembangkan budi pekerti dan moral peserta didik.

2.1.3.4Model-model Pendekatan Integratif

Dalam pendekatan integratif, terdapat berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan. Forgarty (1991) dalam Hernawan, dkk. (2007) & Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh model pembelajaran tematik integratif. Model yang pertama adalah model Fragmented atau model penggalan. Model penggalan ini hanya terbatas pada satu mata pelajaran saja. Model yang kedua adalah model connected, atau model keterhubungan. Pada model keterhubungan ini, pembelajaran dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan butir-butir materi yang dapat dipayungkan pada mata pelajaran tertentu. Model yang ketiga adalah model nested, atau model sarang. Pada model nested ini,


(35)

pembelajaran dikemas dengan memadukan berbagai bentuk keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Mata pelajaran yang diajarkan pada model nested ini dapat diajarkan lebih dari 1 mata pelajaran. Model yang keempat adalah model sequence, atau model urutan. Model ini merupakan model yang memadukan topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel. Model yang kelima adalah model shared atau model bagian, merupakan model pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Model yang keenam adalah model webbed, atau model jaring laba-laba merupakan model yang paling banyak digunakan. Model ini bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema dapat mengaitkan kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran maupun lintas mata pelajaran. Model yang ketujuh adalah model threaded atau model galur, merupakan pemaduan bentuk keterampilan. Bentuk ini berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum. Model kedelapan adalah model integrated atau model terpadu, merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda. tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Model kesembilan adalah model immersed atau model celupan, model ini dirancang untuk membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan situasi p emakaianya. Model kesepuluh adalah model networked atau model jaringan, merupakan model pemaduan pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsep maupun tuntutan bentuk keterampilan baru.


(36)

16

Dari penjelasan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendekatan integratif memiliki beberapa model pembelajaran, diantaranya Fragmented atau model penggalan, model connected atau model keterhubungan, model

nested atau model sarang, model sequence atau model urutan, model shared

atau model bagian, model webbed atau model jaring laba-laba, model

threaded atau model galur, model integrated atau model terpadu, model immersed atau model celupan, dan model networked atau model jaringan. 2.1.4 Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pada kurikulum 2013. Berikut ini pembahasan beberapa tokoh mengenai pendekatan saintifik. Abdul Majid (2014: 193) mengemukakan bahwa pendekatan saintifik merupakan suatu pendekatan yang memberikan pemahaman kepada peserta didik pada materi dengan menggunakan pendekatan ilmiah sehingga peserta didik dapat mengenal informasi dengan memahami asal dan kapan dan dengan pendekatan ilmiah ini peserta didik tidak bergantung pada informasi yang diberikan oleh guru. Sejalan dengan penjelasan tersebut, Sudarwan dalam Majid (2014: 194) mengungkapkan bahwa pendekatan saintifik yaitu pendekatan yang mempunyai ciri pada hal pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, serta penjelasan tentang suatu kebenaran (proses dalam pendekatan ilmiah). Menurut Napitupulu (2012) dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan scientific merupakan pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih mampu dalam bertanya, mencoba, mengobservasi, menalar, dan mengkomunikasian atau mempresentasikan.


(37)

Dari penjelasan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan secara nyata dengan menerapkan aspek bertanya, mencoba, mengobservasi, menalar, dan mengkomunikasikan.

2.1.4.1Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) mengemukakan bahwa terdapat beberapa kriteria pada pendekatan saintifik diantaranya: kriteria pertama, pembelajaran didasarkan pada realita kehidupan di sekitar lingkungan peserta didik dan bisa dinalar atau dijelaskan melalui penjelasan guru, respon dari peserta didik, interaksi antar guru dan interaksi antara guru dan peserta didik sehingga tidak menimbulkan missconception pada pemikiran siswa, kemudian kriteria kedua, mendorong siswa untuk berfikir secara hipotetik, sehingga mendorong siswa untuk memahami, menerapkan, dan mengembangkan pemikiran yang rasional dan objektif. Kriteria ketiga yaitu kegiatan pembelajaran berdasarkan pada konsep, teori, dan fakta aktual yang bisa dipercaya dan dipertanggung jawabkan. Kemudian kriteria keempat yaitu tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas dan dengan penyajian yang menarik.

Dari penjelasan di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa kriteria pendekatan saintifik antara lain pembelajaran berdasarkan kehidupan nyata dan dapat dinalar atau dijelaskan melalui interaksi antara guru dan peserta didik sehingga tidak menimbulkan kesalah pemahaman, mendorong siswa

berfikir secara hipotetik melalui memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pemikiran yang rasional dan objektif, kegiatan pembelajaran berdasarkan pada konsep, teori, dan fakta aktual yang bisa


(38)

18

dipercaya dan dipertanggung jawabkan, serta tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas dan dengan penyajian yang menarik.

2.1.4.2Langakh-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran pada kurikulum 2013 dilaksanakan dengan

menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah. Sehingga ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan harus tersaji dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik membuat peserta didik berfikir menjadi lebih kritis pada setiap informasi yang diterima dan mengasah keterampilan dari pengetahuan yang telah diterima. Abdul Majid (2014:211) mengemukakan bahwa dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat meningkatkan dan menyeimbangkan antara kemampuan soft skill dan hard skill pada diri peserta didik. Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) Langakah dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik yaitu:

1. Mengamati

Kegiatan mengamati dalam proses pembelajaran memberikan makna bagi para peserta didik. Metode mengamati memiliki keunggulan seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang dan mudah dalam pelaksanaannya. mengamati sangat bermanfaat bagi peserta didik dalam memenuhi rasa ingin tahu mereka pada materi yang diberikan. Dengan metode observasi, peserta didik dapat menghubungkan realita dan materi yang diberikan oleh guru. Adapun langkah dalam mengamati yaitu (1) menentukan objek yang akan diobservasi (2) membuat pedoman pada objek yang akan diobservasi (3) menentukan secara terperinci data


(39)

yang perlu diobservasi (4) menentukan objek yang akan diobservasi (5) menentukan secara jelas langkah kerja pada observasi agar pengambilan data berjalan mudah dan lancar, (6) menentukan cara dan melakukan pencatatan hasil observasi.

Dalam proses mengamati diperlukan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik antara lain cermat, objektif, jujur dan fokus pada objek yang diamati, semakin banyak objek yang diamati maka akan semakin sulit untuk diobservasi maka perlu kesepakatan dalam prosedur pengamatannya, guru dan peserta didik perlu memahami apa saja yang perlu diambil pada observasi serta cara pengambilan data pada objek yang diobservasi.

2. Menanya

Pada setiap kegiatan pembelajaran pertanyaan merupakan suatu hal yang biasa ditemui. Sehingga guru sebisa mungkin membangkitkan atau menginspirasi rasa ingin tahu pada peserta didik agar menimbulkan pertanyaan. Proses menanya ini juga dapat melatih dan mengembangkan sikap dan pengetahuan serta keterampilan peserta didik. Menurut Abdul Majid (2014 : 215) ketika guru menjawab pertanyaan yang dilontarkan peserta didiknya ketika itu pula mendorong peserta didik untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Abdul Majid (2014:216) Fungsi bertanya dapat memberikan rasa ingin tahu, minat dan perhatian peserta didik tentang suatu tema tertentu dalam pembelajaran, menginspirasi peserta didik untuk aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, mendiagnosis kesulitan belajar pada peserta didik, memberikan kesempatan kepada


(40)

20

peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan dam pemahamannya pada materi yang diberikan, mengembangkan keterampilan berbicara pada peserta didik, meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan berdiskusi, membangun sikap saling terbuka pada peserta didik, membiasakan peserta didik untuk berfikir secara spontan, melatih sikap pada peserta didik.

Abdul Majid (2014 : 217) mengemukakan kriteria-kriteria bertanya yaitu singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberikan kesempatan peserta didik untuk berfikir ulang, merangsang kemampuan kognitif, merangsang proses interaksi

3. Mengumpulkan Informasi

Setelah melalui kegiatan menanya peserta didik mengumpulkan informasi dari bebagai sumber yang tersedia di sekitar lingkungan. Kegiatan ini dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menangkap informasi dan menghubungkannya antar informasi satu dengan informasi yang lain dengan informasi yang telah didapat siswa diharapkan dapat mendapatkan kesimpulan dari hal yang telah didapat melalui apa yang telah dia dapatkan (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013)

4. Mengasosiasikan

Pada tahap ini diharapkan siswa mampu mengolah informasi dari hal yang telah dia dapatkan untuk kemudian diolah guna mendapatkan suatu kesimpulan. Peserta didik dapat menambah sampai mengolahsuatu informasi sehingga mendapatkan suatu solusi


(41)

berdasarkan sumber-sumber yang ada (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan). Menurut Abdul Majid (2014 : 230) mengemukakan bahwa selama tahap mengolah wewenang guru hanya bertindah sebagai fasilitator dan mengatur kegiatan pembelajaran, peserta didiklah yang diharuskan lebih aktif sehingga dalam proses ini peserta didik dapat mengembangkan sikap melalui interaksi dengan temannya melalui diskusi kelompok guna mendapatkan suatu solusi dalam pengambilan kesimpulan.

5. Mengkomunikasikan

Kegiatan mengkomunikasikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengkomunikasikan kegiatan yang telah dilakukan dalam bentuk tulisan atau cerita, sehingga kegiatan ini dapat membiasakan siswa untuk mengemukakan pendapat dan hasil belajarnya (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,2013). Menurut Abdul Majid (2014 :234) dalam kegiatan akhir siswa diharapkan dapat memberikan suatu hasil baik secara bersama, hasil dari kerja kelompok atau individu melalui interaksi dan mengkomunikasikan hasil tersebut kepada temannya. Kegiatan ini perlu ada klarifikasi dari guru untuk mengoreksi hasil yang sudah dikomunikasikan apakah benar atau salah.

Dari penjelasan diatas peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik memiliki beberapa langkah yaitu mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan


(42)

22

2.1.5 Penilaian Otentik

2.1.5.1Pengertian Penilaian Otentik

Menurut Pusat Kurikulum (2009) dalam Abdul Majid (2014: 236), penilaian otentik (authentic assesment) adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jhonson (2002) dalam Abdul Majid (2014: 236) mengatakan bahwa penilaian otentik memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari dan apa yang telah dikuasai selama proses pembelajaran secara langsung, membangun kerja sama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Menurut Santrock (2007) dalam Abdul Majid (2014: 236) penilaian otentik dikembangkan karena penilaian tradisional yang selama ini digunakan mengabaikan konteks dunia nyata dan kurang menggambarkan kemampuan siswa secara holistik. Menurut Pokey dan Siders (dalam Abdul Majid, 2014) penilaian otentik diartikan sebagai upaya mengevaluasi pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia riil atau kehidupan nyata. Dalam penilaian ini siswa ditantang untuk menerapkan informasi dan keterampilan baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Dengan demikian, penilaian ini merupakan sarana bagi sekolah untuk merealisasikan segala kemauan, kemampuan, dan kreativitas siswa. Sejalan dengan pendapat tersebut Gulikers, Bastiaens dan Kirschner (2004) dalam Abdul Majid (2014) menjelaskan bahwa penilaian otentik menuntut siswa untuk menggunakan kompetensi atau mengkombinasikan


(43)

pengetahuan, kemampuan, dan sikap dalam kriteria situasi kehidupan profesional.

Dalam buku Abdul Majid (2014) dikemukakan beberapa definisi assesmen otentik, antara lain:

1. American Library Association; assesmen otentik didefinisikan

sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran.

2. Newton Public School; penilaian otentik diartikan sebagai

penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan

pengalaman kehidupan nyata peserta didik. Wiggins

mendefinisikan assesmen otentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti meneliti, menulis, merevisi, dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarseama melalui debat, dan sebagainya.

3. Jon Mueller (2006); penilaian otentik merupakan suatu bentuk

penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.

4. Richard J. Stiggins (1987); penilaian otentik menekankan

keterampilan dan kompetensi spesifik, untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dikuasai.


(44)

24

Dari penjelasan beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian terhadap hasil belajar siswa yang dilihat dari proses pembelajaran secara keseluruhan sehingga tidak hanya berdasarkan pada hasil belajar siswa.

2.1.5.2Macam-macam Penilaian Otentik

Dalam melaksanakan penilaian otentik yang baik seyogyanya guru memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai Abdul Majid (2014:249). Teradapat beberapa macam penilaian otentik antara lain : (1) penilaian proyek merupakan salah satu penilaian yang menilai kerja kelompok dalam pengerjaan tugas yang diberikan. Sehingga penilian ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan berkelompok. Abdul Majid (2014:250) mengemukakan bahwa penilaian proyek merupakan penilian pada peserta didik dalam mengerjakan tugas dalam jangka waktu tertentu penilaian proyek berhubungan erat dengan aspek pemahaman, pengaplikasian, penyelidikan dan lain-lain. (2) penilian kinerja, merupakan penilaian pada partisipasi peserta didik pada proses dan aspek yang akan dinilai, guru dapat meminta peserta didik diminta menyebutkan unsur proyek yang akan digunakan dalam menentukan kriteria ketuntasan. Cara yang dapat digunakan guru dalam penilaian kinerja antara lain, daftar cek untuk mengetahui muncul tidaknya unsur dari indikator atau sub indikator dalam kegiatan pembelajaran, catatan narasi yaitu cara yang digunakan guru dalam menilai peserta didik melalui laporan narasi tentang tindakan yang dilakukan peserta didik selama kegaiatan pembelajaran, skala penilaian yaitu cara penilaian yang dilakukan guru dengan menilai dengan angka tetapi harus jelas keterangan angka yang akan diberikan pada


(45)

penilaian, memori atau ingatan yaitu cara yang digunakan guru dengan mengingat apa yang peserta didik lakukan tanpa membuat catatan. (2) Penilaian portofolio merupakan kumpulan dari tugas peserta didik dalam periode tertentu sehingga dapat memberikan informasi penilian pada guru. (4) Jurnal, merupakan catatan yang dibuat siswa setelah melakukan suatu kegiatan pembelajaran, berupa rangkuman pelajaran, perasaan, kesulitan atau keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. (5) Penilaian tertulis merupakan penilaian dengancara siswa mengisi jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan oleh guru dengan tertulis sehingga hasil dari tes tersebut dapat memberikan informasi pada guru dalam menilai peserta didik

2.1.6 Pendidikan karakter berbasis budaya lokal 2.1.6.1Pengertian Karakter

Karakter adalah sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak (Kamus Bahasa Indonesia, 2011). Menurut Hornby dan Parnwell (dalam Hidayatullah, 2010), karakter adalah kualitas mental atau moral, nama atau reputasi. Menurut Hermawan Kertajaya (dalam

Hidayatullah, 2010) karakter adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu

benda atau individu.

Dari pengertian-pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa karakter adalah kualitas mental maupun moral yang dimiliki suatu individu yang menjadikan individu tersebut berbeda dengan individu lainnya.

2.1.6.2Pengertian Pendidikan Karakter

Zubaedi (2011), mengungkapkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebijakan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif. Menurut Creasy (dalam Zubaedi,


(46)

26

2011) pendidikan karakter adalah upaya untuk mendorong peserta didik berkembang dengan kompetensi berfikir dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral dalam kehidupannya. Menurut Raharjo (dalam Zubaedi, 2011) pendidikan karakter proses pendidikan secara holistis yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik. Koesoema (dalam Zubaedi, 2011) juga mengungkapkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya pengembangan kemampuan yang terus menerus dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan individu yang baik.

Dari beberapa pengertian diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah usaha untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian pada peserta didik agar memiliki sifat atau watak yang baik sesuai dengan moral dalam kehidupan.

2.1.6.3Karakter berbasis budaya lokal

Adisusilo (2013:37) watak sebagai sifat seseorang dapat dibentuk, artinya watak seseorang dapat berubah, kendati watak mengandung unsur bawaan (potensi internal), setiap orang berbeda. Namun karakter juga amat dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan pergaulan.

2.1.6.4Tujuan Pendidikan Karakter

Zubaedi (2011) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter memiliki lima tujuan yaitu: 1) mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. 2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.


(47)

3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. 4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. 5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, persahabatan, rasa kebangsaan yang tinggi, dan penuh kegiatan. Menurut Mulyasa (2011) pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter peserta didik secara utuh sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.

2.1.7 Model Pengembangan Bahan Ajar

Menurut Kemp (dalam Trianto, 2009:179) pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Bentuk bagan pengembangan adalah lingkaran dan arah pengembangan perangkat berlangsung searah jarum jam dimulai dari identifikasi masalah, analisis siswa, analisis tugas,

merumuskan indikator, penyusunan instrumen evaluasi, strategi

pembelajaran, pemilihan media atau sumber belajar, pelayanan pendukung, kemudian evaluasi formatif dan evaluasi sumatif yang dilanjutkan dengan adanya revisi perangkat. Kemp mengungkapkan bahwa uji coba produk yang dikembangkan merupakan uji coba terbatas oleh karena itu sampel uji coba produk dapat dilakukan kepada responden dengan jumlah yang sedikit.


(48)

28

Identifikasi Masalah Pembelajaran

Analisis Siswa

Pelayanan Pendukung

Pemilihan Media atau Sumber Belajar Strategi Pembelajaran Analisis Tugas Merumuskan Indikator Penyusunan Instrumen Evaluasi Revisi Perangkat Pembelajaran Evaluasi Formatif R e vi si R e vi si Evaluasi Sumatif

Di bawah ini akan dipaparkan tahapan model pengembangan menurut Jerold E Kemp yang telah direvisi (Trianto, 2009:179-186):

Gambar 2.1 Model Pengembangan Bahan Ajar Menurut Jerold E Kemp yang telah direvisi dalam Trianto (2009: 179-186).

Unsur pengembangan perangkat pembelajaran menurut model Kemp, meliputi:

1. Identifikasi Masalah Pembelajaran

Tahap ini bertujuan mengidentifikasi adanya kesenjangan antara tujuan pembelajaran menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang ada di lapangan. Bahan kajian, pokok bahasan atau materi yang akan dikembangkan, selanjutnya akan disusun sesuai dengan upaya mencapai tujuan seperti yang diharapkan dalam kurikulum tersebut.


(49)

2. Analisis Siswa

Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal serta karakteristik siswa meliputi ciri-ciri, kemampuan tertentu, dan pengalaman baik dari individu maupun kelompok.

a. Tingkah Laku Awal Siswa

Kardi dalam Trianto (2009), menjelaskan bahwa sebelum melaksanakan segala proses pembelajaran di sekolah perlu adanya penilaian identifikasi tingkah laku awal siswa.

b. Karakteristik Siswa

Analisis karakteristik siswa meliputi kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman, keterampilan psikomotorik, kemampuan bekerja sama, keterampilan sosial, dan sebagainya.

3. Analisis Tugas

Analisis tugas atau tujuan merupakan analisis isi suatu pelajaran, konsep, pemrosesan segala informasi yang akan digunakan untuk memudahkan pemahaman tentang tugas-tugas belajar yang diberikan serta tujuan pembelajaran itu sendiri yang dituangkan ke dalam bentuk Rencana Pembelajaran dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

a. Analisis Struktur Isi

Analisis struktur isi dilakukan dengan cara mencermati kurikulum yang ada, mulai dari bahan kajian, pokok bahasan, sub pokok bahasan, serta garis besar perincian isi pokok bahasan tersebut.


(50)

30

b. Analisis Konsep

Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi segala konsep utama yang akan diajarkan dan disusun secara sistematis sesuai dengan urutan penyajian dan merinci segala konsep yang relevan.

c. Analisis Prosedural

Analisis prosedural adalah analisis beberapa tugas yang akan

dilakukan dengan cara mengidentifikasi tahap-tahap

penyelesaian tugas sesuai dengan bahan kajian, hasil analisis ini akan diperoleh peta tugas dan analisis prosedural tersebut.

d. Analisis Pemrosesan Informasi

Analisis pemprosesan informasi akan dilaksanakan dalam pengelompokkan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung dengan mempertimbangkan waktu.

4. Merumuskan Indikator

Indikator merupakan tujuan pembelajaran yang akan diperoleh dari hasil analisis tujuan pada tahap 1. Namun menurut Kardi (2003:2) dalam Trianto (2009), pendasaran perumusan indikator

berasal dari hasil analisis suatu pembelajaran dan

pengidentifikasian tingkah laku awal siswa tentang pernyataan-pernyataan apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah selesai melakukan kegiatan belajar mengajar.

Indikator yang dirumuskan tersebut berfungsi sebagai (a) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam


(51)

merencanakan cara mengevaluasi hasil belajar siswa; dan (c) panduan siswa dalam belajar.

5. Penyusunan Instrumen Evaluasi

Penyusunan tes hasil belajar juga merupakan alat evaluasi untuk mengukur ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa yang dibuat guru, setelah kegiatan belajar mengajar selesai yang didasarkan pada jumlah soal yang dijawab secara benar.

6. Strategi Pembelajaran

Pemilihan strategi pembelajaran didasarkan dari tujuan khusus yang akan dicapai. Kegiatan pemilihan strategi pembelajaran meliputi: pemilihan model, pendekatan dan metode; pemilihan

format, yang dipandang mampu memberikan konstribusi

pengalaman bagi siswa yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

a. Pemilihan Model, Pendekatan, dan Metode Pembelajaran

Pemilihan model, pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai dengan bahan kajian dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b. Pemilihan Format

Pemilihan format secara umum yang dipilih dalam

pengembangan suatu perangkat pembelajaran meliputi, Buku Ajar (materi ajar), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), Rencana Pelajaran (RP), dan soal evaluasi.


(52)

32

7. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran

Kemp dalam Trianto (2009) menngungkapkan bahwa

keberhasilan suatu pembelajaran sangat bergantung pada

penggunaan sumber pembelajaran atau media yang digunakan. Jika sumber-sumber pembelajaran yang dipilih dipertimbangkan dan dipersiapkan dengan matang, maka akan memenuhi segala tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, seperti mampu memotivasi siswa karena menarik dan menstimulasi perhatian pada materi pembelajaran, melibatkan siswa, menjelaskan dan menggambarkan isi materi pelajaran dan keterampilan-keterampilan kinerja, membantu pembentukan sikap dan pengembangan rasa menghargai (apresiasi), serta memberi kesempatan untuk menganalisis sendiri kinerja individual.

8. Pelayanan Pendukung

Selama proses pengembangan juga diperlukan layanan pendukung seperti halnya berupa kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, dan tenaga-tenaga terkait serta layanan laboratorium dan perpustakaan yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar.

9. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif merupakan bagian terpenting dari segala proses perencanaan pembelajaran yang mampu berfungsi sebagai alat pemberi informasi kepada pengajar atau tim pengembang, sampai sejauh mana program yang dijalankan sudah baik atau


(53)

belum dalam mencapai berbagai sasaran yang sudah ditentukan. Penilaian formatif dilaksanakan selama pengembangan dan ujicoba.

10.Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif berguna untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan-tujuan utama pada setiap akhir pembelajaran. Tes sumatif dapat dilaksanakan dengan post test dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi hasil ujian akhir unit dan ujian akhir untuk pelajaran tertentu.

11.Revisi Perangkat Pembelajaran

Kegiatan revisi merupakan kegiatan untuk memperbaiki perangkat pembelajaran yang sudah dibuat. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki segala rancangan yang sudah dibuat agar lebih baik lagi dari pada sebelumnya.

2.1.8 Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama adalah pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter yang dilakukan oleh Yohanna Prisca Apriyani (2013). Dalam skripsinya, Yohanna Prisca Apriyani

meneliti “Pengembangan Bahan Ajar yang terintegrasi dengan Pendidikan

karakter untuk Keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal”. Berdasarkan penelitian diketahui

bahwa bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SDN Pakem 4 semester gasal memiliki kualitas sangat baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, dan siswa kelas IV


(54)

34

semester gasal berdasarkan validasi dari pakar Bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter, guru Bahasa Indonesia, dan siswa kelas IV SDN Pakem 4. Hal tersebut ditunjukkan dengan skor rerata produk adalah 4,33

dan termasuk dalam kategori “sangat baik” ditinjau dari aspek (1) tujuan

dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) keterampilan bahan ajar, (5) topik, dan (6) metodologi.

Penelitian kedua adalah pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter dilakukan oleh Pungki Martinaningsih (2013). Dalam skripsinya, Pungki Martinaningsih meneliti “Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan pendidikan

Karakter untuk Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal”. Dari hasil penelitian diketahui bahwa bahan ajar yang dikembangkan mendapat kualitas baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV SD semester gasal berdasarkan validasi dari pakar pembelajaran Bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter, dua guru Bahasa Indonesia kelas IV SD dan 10 siswa kelas IV SDN Banteng. Hal tersebut dibuktikan dengan

rerata produk yang memperoleh skor 4,072 dan termasuk kategori “baik”

ditinjau dari aspek (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) keterampilan berbahasa yaitu berbicara, (5) topik, dan (6) metodologi.

Dari penelitian di atas peneliti belum menemukan bahan ajar yang menggunakan pembelajaran tematik terintegrasi dengan menggunakan Kurikulum SD 2013, oleh sebab itu peneliti akan mengembangkan bahan


(55)

ajar tematik terintegrasi menggunakan Kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

2.1.9 Kerangka Berpikir

Berdasarkan penjelasan dari teori-teori di atas maka peneliti menyusun kerangka berpikir tentang pengembangan bahan ajar subtema fungsi makanan mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Pada bagian ini peneliti mencoba menggambarkan kerangka pikir peneliti secara singkat berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Pembelajaran tematik integratif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengaitkan beberapa aspek dari berbagai mata pelajaran dalam suatu tema tertentu. Dalam pendekatan terintegrasi mata pelajaran atau bidang studi tidak lagi terlihat sebagai suatu komponen tersendiri namun sebagai satu kesatuan dalam suatu tema tertentu. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk mempelajari berbagai materi pelajaran dalam suatu tema tertentu. Penerapan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik merupakan pendekatan ilmiah yang mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan secara nyata dengan menerapkan aspek bertanya, mencoba, mengobservasi, menalar, dan mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik mendorong siswa untuk berfikir secara analisis sesuai aspek-aspek dalam pendekatan saintifik di atas. Selain itu, pembentukan karakter juga ditekankan dalam penerapan kurikulum 2013 ini. Pendidikan karakter adalah usaha untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian pada peserta didik agar memiliki sifat atau watak yang baik sesuai dengan moral dalam kehidupan. Oleh karena itu peneliti menyusun bahan ajar subtema fungsi


(56)

36

makanan mengacu kurikulum 2013 berbasis budaya lokal untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.

2.1.10 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana langkah-langkah penelitian pengembangan bahan ajar

subtema fungsi makanan mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas bahan ajar subtema fungsi makanan mengacu

Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar menurut pakar Kurikulum SD 2013?

3. Bagaimana kualitas bahan ajar subtema fungsi makanan mengacu

Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar menurut guru kelas IV yang sudah melaksanakan Kurikulum SD 2013?

4. Bagaimana kualitas bahan ajar subtema fungsi makanan mengacu

Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar menurut hasil uji coba produk pada siswa kelas IV SD?


(57)

37 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2010) penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Jenis penelitian ini dipilih oleh peneliti karena peneliti akan mengembangkan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 Subtema Fungsi Makanan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Menurut Borg and Gall dalam Sugiyono (2012:298-311) Terdapat 10 tahap penelitian pengembangan yaitu (1) potensi masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi produk, (5) revisi desain, (6) uji coba produk, (7) revisi desain, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, (10) produk masal. Dari 10 tahapan tersebut, peneliti hanya menerapkan sampai dengan tahap ke 7 dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya.

3.2Prosedur Pengembangan

Dalam mengembangkan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 Subtema Fungsi Makanan, peneliti menggunakan langkah-langkah Kemp yang dimodifikasi dengan langkah-langkah R&D milik Borg dan Gall (Sugiyono, 2010: 408-425). Bagan serta penjelasan prosedur pengembangan diatas adalah sebagai berikut:


(58)

38

Gambar 3.1 Langkah-langkah pengembangan bahan ajar Kemp dan Borg an Gall


(59)

Prosedur pengembangan bahan ajar dalam penelitian ini melalui tujuh langkah seperti yang telah dipaparkan pada Bab I, yaitu:

1) Potensi dan masalah

Potensi dan masalah meliputi analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan wawancara kepada guru bahasa Indonesia. Jumlah guru kelas IV yang diwawancara ada satu guru. Wawancara digunakan untuk mengetahui pemahaman guru mengenai tingkat kebutuhan implementasi penerapan Kurikulum 2013 yang masih kurang. Wawancara juga digunakan untuk mengetahui apakah guru telah memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter berbasis budaya lokal dalam bahan ajar mengacu Kurikulum 2013.

2) Pengumpulan data

Pengumpulan informasi secara detail berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV. Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru tersebut belum memahami pendidikan karakter berbasiis buadya local dan butir-butir karakter yang terdapat dalam pendidikan karakter. Hasil kajian menunjukkan bahwa semua perangkat pembelajaran tersebut belum mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pengaplikasinnya.

3) Desain produk

Desain produk meliputi menentukkan KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran, urutan isi, strategi pembelajaran, cara penyimpanan,

Instructional Resource (sumber atau bahan), evaluasi dari subtema yang

ditentukan. Hal tersebut akan di desain menjadi produk bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 dengan pendidikan karakter berbasis budaya lokal.


(60)

40

4) Validasi desain

Produk yang telah didesain sebelum diujicobakan akan divaidasi oleh 4 orang yang dianggap berkompeten dalam bidang Kurikulum 2013. Tujuan validasi desain adalah untuk memperoleh beberapa kritikan dan masukkan dari keempat orang tersebut. Kritikan dan masukkan akan digunakan untuk merevisi desain produk, sehingga layak diujicobakan. Proses validasi produk dilakukan dengan memberikan kopian desain produk dalam bentuk hard copy.

5) Revisi desain

Revisi desain merupakan langkah yang ditempuh atas dasar analisis validasi ahli. Hasil validasi berupa masukkan mengenai kelemahan ataupun kelebihan desain produk yang telah diberikan kepada para validator ahli.

6) Ujicoba desain

Desain yang telah direvisi akan diujicobakan pada masyarakat sasaran. Subjek penelitian dalam uji coba produk adalah 10 oarng siswa.

7) Revisi desain

Revisi setelah uji coba merupakan langkah yang ditempuh atas dasar analisis validasi pengalaman di lapangan. Validasi lapangan dapat berupa masukkan dari siswa kelas IV yang dijadikan sebagai subjek uji coba produk. Hasil validasi lapangan akan digunakan untuk merevisi desain produk dan pada akhirnya menghasilkan hasil desain produk final.

3.3Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 11 bulan yaitu antara September 2013 sampai Juli 2014 .


(61)

Tabel 3.1 Jadwal penelititan

No Kegiatan

Tahun 2013 Tahun 2014

Bulan Bulan

Septe

m

ber Okto

be

r No

v

em

ber Desemb er Ja

nu

a

ri

F

ebrua

ri M

a

re

t

April M

ei J un i J uli Ag us tus

1. Bimbingan dengan dosen pembimbing 2. Analisis kebutuhan 3. Pengumpulan data 4. Penyusunan bahan ajar

dan proposal skripsi 5. Validasi bahan ajar oleh

pakar kurikulum 2013 6. Analisis data

7. Bimbingan dengan dosen pembimbing 8. Validasi bahan ajar

dengan guru kelas IV 9. Analisis data

10. Uji coba lapangan dan validasi siswa

11. Analisis data 12. Pembahasan 13. Bimbingan dengan

dosen pembimbing 14. Ujian skripsi

15. Revisi skripsi dan bahan ajar

16. Pembuatan jurnal

3.4Uji Coba Produk 3.4.1 Desain Uji Coba

Uji coba produk dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan ajar. Sebelum diujicobakan, bahan ajar divalidasi terlebih dahulu oleh ahli Kurikulum dan dua orang guru kelas IV Sekolah Dasar yang telah menerapkan Kurikulum 2013.


(62)

42

3.4.2 Subjek Uji Coba

Subjek uji coba pada penelitian ini adalah 10 orang siswa kelas IV Sekolah Dasar. Sekolah yang digunakan untuk tempat penelitian adalah sekolah dasar yang telah melaksanakan Kurikulum 2013.

3.4.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa wawancara dan kuesioner. Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dan tanya jawab sepihak (Daryanto, 2007: 33). Peniliti melakukan wawancara kepada guru kelas IV SD yang telah melaksanakan Kuriulum 2013. Wawancara tersebut dilakukan untuk analisis kebutuhan.

Menurut Daryanto (2011: 30), kuesioner atau angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Begitu juga dengan Sugiyono (2008), mengungkapkan bahwa kuisioner merupakan teknik untuk mengumpulkan data dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk dijawab. Peneliti membagikan kuesioner kapada pakar untuk validasi bahan ajar yang telah dikembangkan.

3.4.4 Teknik Pengumpulan Data

Tenik pengumpulan data akan dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, data validasi diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh pakar pembelajaran mengacu Kurikulum 2013 yaitu kepala sekolah, dua orang guru kelas IV, dan dosen. Tahap kedua, data validasi lapangan diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh 10 siswa kelas IV setelah uji coba lapangan.


(63)

3.4.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk mengetahui kualitas produk pengembangan bahan ajar. Data yang diperoleh melalui instrument penilaian pada saat uji coba dianilisis dengan menggunakan statistik deskriptif kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh melaui kuesioner penilaian akan dianalisis dengan statistik kemudian dikonversikan ke dalam data kualitatif dengan skala lima, seperti pada tabel berikut ini (Sukardjo, 2008: 101).

Tabel 3.2 Tabel Konverensi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima

Interval Kategori

X > i + 1,80 Sbi Sangat Baik

i+ 0,60 SBi< X ≤ i + 1, 80Sbi Baik Xi–0,60 SBi < X ≤ Xi + 0,60Sbi Cukup

Xi–1,80 SBi < X ≤ Xi– 0,60Sbi Kurang

X ≤ Xi– 1,80Sbi Sangat Kurang Keterangan :

Rerata ideal (Xi) : (skor maksimal ideal + skor minimal

ideal)

Simpangan baku ideal (SBi) : (skor maksimal ideal - skor minimal

ideal) X : Skor aktual

Berdasarkan rumus konversi di atas perhitungan data-data kuantitatif dilakukan untuk memperoleh data kualitatif dengan menerapkan rumus konversi tersebut. Adapun penentuan rumus kualitatif pengembangan ini diterapkan dengan konversi sebagai berikut.


(64)

44

Skor maksimal ideal : 5

Skor minimal ideal : 1

Rerata ideal (Xi) : (5+1) = 3

Simpangan baku ideal (SBi) : (5-1) = 0,67

Ditanyakan:

Interval skor kategori sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang baik.

Jawaban:

Kategori sangat baik = X > Xi + 1,80 SBi

= X > 3 + (1,80 . 0,67) = X > 3 + (1,21) = X > 4,21

Kategori baik = Xi + 0,60SBi < X ≤ Xi + 1,80SBi

= 3 + (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (1,80

. 0,67)

= 3 + (0,40) < X ≤ 3 + (1,21)

= 3,40 < X ≤ 4,21

Kategori cukup baik = Xi - 0,60SBi < X≤ Xi + 0,60SBi

= 3 - (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (0,60

. 0,67)

= 3 –(0,40) < X≤ 3 + (0,40)

= 2,60 < X≤ 3,40

Kategori kurang baik = Xi - 1,80SBi < X≤ Xi - 0,60SBi

= 3 - (1,80 . 0,67) < X ≤ 3 - (0,60

. 0,67)


(65)

= 3 - (1,21) < X ≤ 3 - (0,40)

= 1,79 < X ≤ 2,60

Kategori sangat kurang baik = ≤ Xi– 1,80SBi

= X ≤ 3 - (1,80 . 0,67)

= X ≤ 3 - (1,21)

= X ≤ 1,79

Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif skala lima yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.3 Kriteria Skor Skala Lima

Interval Skor Kriteria

4,22 – 5,00 Sangat Baik

3,41 – 4,21 Baik

2,61 – 3,40 Cukup

1,80 - 2,60 Kurang

1,00 – 1,79 Sangat Kurang

Hasil dari penghitungan skor masing-masing validasi yang dilakukan akan dicari rerata skor perolehannya kemudian dapat dikonversikan dari data kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang tertera pada tabel kriteria skor skala lima.


(1)

LAMPIRAN 16


(2)

(3)

(4)

LAMPIRAN 17


(5)

Pendidikan dasar ditempuh di SD Muhammadiyah Demangan Yogyakarta. Pendidikan menengah pertama di tempuh di SMP Muhammadiyah 3 Depok Sleman, Yogyakarta. Pendidikan menengah atas ditempuh di SMA N 1 Depok Sleman, Yogyakarta, dan tamat pada tahun 2010. Pada tahun 2010, peneliti tercatat sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.


(6)

LAMPIRAN 18

LAMPIRAN BAHAN AJAR

DICETAK TERPISAH