PENGARUH STRATEGI Learning Start with a Question (LSQ) DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI.
PENGARUH STRATEGI
Learning Start with a Question
(LSQ)
DALAM PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1
Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
KUSMINI 4401411105
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
(2)
(3)
(4)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
1. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan dari mereka sendiri (QS. Ar-Ra’d: 11).
2. Ridho orang tua adalah ridho Allah.
Persembahan :
Bapak (Dakir) dan Ibu (Sunani) yang selalu memberikan doa, perhatian, semangat, kasih sayang dan berjuang demi pendidikan saya.
Kakak saya yang senantiasa memberi semangat. Teman-teman yang membantu selama penelitian
Diah, Ayun, Ni’mah, Lady, Titoel, dan Puji.
Sahabat-sahabat kost Rzkia 1 dan Roma Bio emple yang selalu memberikan semangat dan motivasi. Teman-teman satu Dosbing Laeli, Risna, Win,
Marpuah, dan Lembayung yang setia berbagi suka duka.
Bapak Surya Pambudi, M.Pd. yang sepenuh hati bersedia membantu penelitian saya.
Kakak-kakak angkatan yang baik hati selalu memberikan arahan, bantuan serta doa : mas Mahbub, mba Nisa, mba Gita.
(5)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Strategi Learning Start with a Question (LSQ) dalam Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Sisa pada Pembelajaran Biologi” dengan baik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan, bimbingan, motivasi dan pengalaman dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor UNNES beserta jajarannya yang telah memberikan segala fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan masa studi.
2. Dekan FMIPA UNNES beserta jajarannya yang telah memberikan kemudahan dan perijinan dalam penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi FMIPA UNNES beserta jajarannya yang telah memberikan kemudahan administrasi.
4. Prof. Dr. Sri Mulyani Endang Susilowati, M.Pd. dan Sri Sukaesih, M.Pd. selaku dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan pengarahan, saran dan bimbingan dengan penuh kesabaran.
5. Dr. Margareta Rahayuningsih, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyempurnaan skripsi.
6. Drs. Sunarno Utomo, M.Si. selaku Kepala SMA Negeri 1 Demak beserta jajarannya yang telah memberikan perijinan bagi penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Demak.
7. Surya Pambudi, M.Pd. selaku guru pengampu mata pelajaran Biologi yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Demak.
8. Siswa dan siswi kelas X-8 dan X-9 SMA Negeri 1 Demak tahun pelajaran 2014/2015 yang telah bersedia membantu dalam keterlaksanaan penelitian.
(6)
vi
9. Kedua orang tuaku, Bapak Dakir dan Ibu Sunani yang selalu memberikan doa, dukungan, motivasi, nasehat, semangat bagi penulis. 10. Kakak saya, Tardi yang senantiasa memberi semangat.
11. Teman-teman yang membantu selama penelitian Diah, Ayun, Ni’mah, Lady, Titoel, dan Puji.
12. Sahabat-sahabat kost Rizkia 1 dan Roma Bio emple yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
13. Teman-teman satu Dosbing Laeli, Risna, Win, dan Marpuah yang setia berbagi suka duka.
14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca.
Semarang, 4 September 2015
(7)
vii ABSTRAK
Kusmini.2015. Pengaruh Strategi Learning Start with a Question (LSQ) dalam Pendekatan Saintifik terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Biologi. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Prof. Dr. Sri Mulyani Endang Susilowati, M.Pd., Sri Sukaesih, M.Pd.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengarah pada pengembangan tiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor). Dasar pemikiran pelaksanaan pembelajaran adalah pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa secara aktif. Strategi Learning Start with a Question (LSQ) menciptakan pola pembelajaran aktif, merangsang siswa aktif bertanya. Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh strategi LSQ dalam pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi. Penelitian ini menggunakan rancangan Quasi Experimental Design dengan pola non equivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Demak, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-9 (kelas eksperimen) dan kelas X-8 (kelas kontrol). Data keterlaksanaan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik diperoleh melalui angket tanggapan yang diisi oleh siswa dan lembar observasi. Hasil penelitian tentang pengaruh strategi LSQ dalam pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa menunjukkan bahwa: (1) ranah afektif berbeda signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol (thitung=8,00>ttabel=1,67); (2) ranah psikomotor berbeda signifikan antara kelas
eksperimen dan kontrol (thitung=6,22>ttabel=1,67); dan (3) ranah kognitif berbeda
signifikan antara kelas eksperimen dan kontrol (thitung=3,66>ttabel=1,67). Selain itu,
pada kelas eksperimen ketuntasan klasikal 80% (82,05%) dan aktivitas siswa 75% kriteria baik (87,18%) dan sangat baik (2,56%). Hal ini menunjukkan bahwa strategi LSQ dalam pendekatan saintifik berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan strategi
Learning Start with a Question (LSQ) dalam pendekatan saintifik berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi.
Kata Kunci: Learning Start with a Question (LSQ), pendekatan saintifik, hasil belajar siswa
(8)
viii DAFTAR ISI
HALAMN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGASAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Penegasan Istilah ... 3
1.4. Tujuan Penelitian ... 6
1.5. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Landasan Teori ... 8
2.1.1. Pembelajaran Biologi ... 8
2.1.2. Strategi Learning Start with a Question (LSQ) ... 11
2.1.3. Pendekatan Saintifik ... 14
2.1.4. Hasil Belajar ... 17
2.1.5. Materi Ekologi ... 19
2.2. Kerangka Berpikir ... 21
2.3. Hipotesis ... 22
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 23
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23
3.2. Subjek Penelitian ... 23
(9)
ix
3.4. Desain Penelitian ... 24
3.5. Prosedur Penelitian ... 24
3.6. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 32
3.7. Analisis Data Penelitian ... 33
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1. Hasil Penelitian ... 41
4.2. Pembahasan ... 47
BAB 5. PENUTUP ... 59
5.1. Kesimpulan ... 59
5.2. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
(10)
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1. Hasil analisis uji normalitas nilai uas semester 1 ... 25
3.2. Rekapitulasi validitas butir soal uji coba ... 27
3.3. Rekapitulasi tingkat kesukaran soal uji coba ... 28
3.4. Rekapitulasi daya pembeda soal uji coba ... 29
3.5. Rekapitulasi efektivitas distraktor soal uji coba ... 30
3.6. Butir soal uji coba hasil analisis ... 30
3.7. Rekapitulasi hasil uji coba soal ... 30
3.8. Data dan teknik pengumpulan data penelitian ... 32
3.9. Kriteria penilaian aktivitas guru dan siswa ... 35
3.10.Kriteria tanggapan siswa ... 36
3.11.Kriteria penilaian aktivitas siswa ... 40
4.1. Hasil belajar siswa ... 41
4.2. Hasil uji normalitas hasil belajar ... 42
4.3. Hasil uji-t ... 43
4.4. Rerata nilai aktivitas siswa ... 44
4.5. Tingkat aktivitas siswa ... 44
4.6. Rekap penilaian keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik ... 45
4.7. Tingkat keterlaksanaan keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik ... 46
4.8. Tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik ... 46
(11)
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Proses kegiatan belajar ... 10
2.2. Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ... 18
2.3. Kerangka berpikir penelitian ... 21
(12)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Nilai UAS kelas populasi ... 63
2. Analisis nilai UAS kelas populasi ... 66
3. Analisis kelas sampel ... 72
4. Daftar nama siswa kelas sampel ... 73
5. Silabus ... 74
6. RPP kelas eksperimen ... 77
7. RPP kelas kontrol ... 96
8. Rekapitulasi hasil analisis soal ... 113
9. Kisi-kisi soal pretest dan posttest ... 115
10. Soal pretest dan posttest ... 117
11. Hasil pretest ... 123
12. Lembar penilaian sikap 1... 124
13. Lembar penilaian diri peserta didik ... 127
14. Lembar penilaian sikap 2... 130
15. Rekap penilaian afektif ... 133
16. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pengamatan ... 141
17. Laporan hasil pengamatan lingkungan ... 143
18. Lembar penilaian laporan ... 145
19. Lembar petunjuk pembuatan produk ... 147
20. Produk (charta) hasil karya siswa ... 148
21. Lembar penilaian produk ... 149
22. Rakap penilaian produk ... 150
23. Pertanyaan penunjang LSQ ... 153
24. Hand-out 1 ... 154
25. Hand-out 2 ... 156
26. Lembar Diskusi Pesrta Didik (LDPD) ... 157
(13)
xiii
28. Rekapitulasi hasil belajar siswa ... 163
29. Analisis hasil belajar siswa ... 164
30. Lembar penilaian aktivitas siswa... 176
31. Rekapitulasi penilaian aktivitas siswa ... 179
32. Rekap nilai aktivitas siswa ... 185
33. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran ... 187
34. Rekap hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran ... 191
35. Lembar angket keterlaksanaan pembelajaran ... 192
36. Rekap respon angket keterlaksanaan pembelajaran ... 193
37. Rekap penilaian keterlaksanaan pembelajaran ... 194
38. Lembar hasil wawancara keterlaksanaan pembelajaran ... 195
39. Dokumentasi kegiatan ... 198
40. Surat keputusan penunjukkan dosen pembimbing ... 199
41. Surat ijin observasi ... 200
42. Surat ijin penelitian... 201
(14)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 mengisyaratkan proses pembelajaran dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah (scientific approach). Kemendikbud (2013a) memberikan konsep penerapan pendekatan saintifik yang kemudian disebut 5M, meliputi
observing (mengamati), questioning (menanya), associating (menalar),
experimenting (mencoba), dan networking (membentuk jejaring). Komponen-komponen tersebut harus muncul dalam setiap pembelajaran, pendekatan saintifik seharusnya diaplikasikan pada semua materi dari semua mata pelajaran.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengarah pada pengembangan tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), hal tersebut dirancang dengan harapan lulusan yang dihasilkan memiliki soft skills dan hard skills yang seimbang, mengingat tantangan masa depan yang senantiasa berubah.
Pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa. Kurikulum 2013 menuntut siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Penyusunan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran perlu dasar pemikiran pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa secara aktif. Keaktifan siswa dapat dilihat dari perannya dalam pembelajaran, seperti aktivitas bertanya, menjawab pertanyaan, dan memberikan tanggapan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, pembelajaran Biologi di SMA Negeri 3 Demak menggunakan metode diskusi. Diskusi kelompok besar kurang mendukung aktivitas siswa, tidak semua siswa aktif bertanya dalam pembelajaran, dan hasil belajar yang kurang maksimal, ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 22,22% - 58,97% dengan KKM sebesar 67.
(15)
2
Menurut guru Biologi di SMA Negeri 3 Demak, keterbatasan dalam pembelajaran Biologi adalah kesulitan dalam penyampaian beberapa materi pelajaran yang kompleks, seperti materi ekologi. Selain lingkungan sekitar sekolah yang kurang mendukung, materi ekologi sangat kompleks, misal sub-bab daur biogeokimia yang membutuhkan banyak waktu untuk membuat siswa paham.
Dari permasalahan yang disebutkan diatas, maka perlu perubahan dalam proses pembelajaran Biologi di SMA Negeri 3 Demak, terutama pada pembelajaran materi ekologi. Pembelajaran telah dilaksanakan dengan pendekatan saintifik yang melibatkan siswa (seperti kegiatan diskusi, presentasi, dan tanya-jawab), tetapi sebagian besar siswa belum terlibat aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun berpendapat, serta waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan materi ekologi kurang efisien. Perlu inovasi baru dalam pembelajaran Biologi, yaitu pemilihan dan penerapan strategi pembelajaran yang tepat demi terciptanya interaksi yang mendukung proses belajar siswa.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan), termasuk pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Berkaitan dengan strategi pembelajaran, Silberman & Melvin (1996: 144-146), memperkenalkan strategi pembelajaran yang menciptakan pola pembelajaran aktif, yaitu strategi Learning Start with a Question (LSQ). Strategi LSQ merangsang siswa untuk aktif bertanya tanpa penjelasan dari guru terlebih dahulu.
Pada penerapan strategi LSQ, siswa didorong untuk membuat tugas
resume dan daftar pertanyaan dari materi pelajaran. Menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif, subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya dan mencari makna dari sesuatu yang mereka pelajari. Strategi LSQ membuat siswa aktif mencari informasi dan mempelajari informasi (materi pelajaran) dalam menyusun resume. Siswa memiliki pengetahuan awal yang membantu pemahaman materi secara keseluruhan dengan penerapan strategi LSQ. Pembelajaran di kelas menjadi suatu proses konstruksi antara pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan baru siswa.
(16)
3
LSQ merupakan strategi belajar aktif yang dilaksanakan secara kooperatif, karena dalam pelaksanaannya siswa belajar dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemukan saat memahami materi pelajaran secara individu. Belajar secara berkelompok dapat mendorong siswa saling berbagi untuk membantu kesulitan satu sama lain. Pemahaman siswa jauh lebih baik bila materi pelajaran didiskusikan bersama teman lain.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012), menunjukkan bahwa strategi LSQ dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Biologi. Siswa tertarik menggunakan strategi LSQ, karena siswa mendapatkan banyak kesempatan untuk bertanya dan lebih leluasa menyampaikan pendapat, serta dapat bekerjasama dengan siswa lain untuk menyelesaikan masalah (Firmansyah, 2010:3). Selain itu strategi LSQ memberikan keuntungan bagi guru, penyampaian materi pembelajaran akan lebih terfokus pada kesulitan yang dialami siswa dan pembahasan materi lebih cepat selesai.
Pelaksanaan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik merupakan inovasi baru yang memadukan cara belajar aktif dan proses belajar bermakna. Dalam penelitian ini pertanyaan dari siswa di awal pembelajaran tidak langsung dijawab oleh guru, tetapi ditanggapi oleh siswa lain dan dipecahkan dalam diskusi kelompok agar tercipta pembelajaran yang menumbuhkan interaksi sosial seperti kerjasama, komunikasi, responsif, dan toleransi.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana pengaruh strategi LSQ dalam pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi?”
1.3.
Penegasan Istilah
Menghindari salah pengertian dan penafsiran, diperlukan adanya penegasan istilah sebagai batasan penelitian. Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.
(17)
4 1.3.1. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (KBBI, 2013). Pada penelitian ini yang dimaksud pengaruh yaitu pengaruh positif yang muncul pada penerapan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi. Pengaruh tersebut dapat diamati dari perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1.3.2. Strategi Learning Start with a Question (LSQ)
Strategi LSQ merupakan suatu strategi pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dalam bertanya. Strategi ini juga menuntut siswa untuk membuat
resume materi dan daftar pertanyaan (Zaini et al. 2008). Pembelajaran dengan strategi LSQ diawali dengan pengajuan pertanyaan dari siswa atau guru. Pertanyaan yang muncul menjadi acuan dalam pembelajaran, dibahas bersama guru atau diskusi bersama teman kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang melengkapi pengetahuan siswa, serta meluruskan
missconception yang terjadi saat siswa memahami materi pelajaran.
1.3.3. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik (scientific approachh) adalah pendekatan dalam penerapan kurikulum 2013. Pendekatan saintifik merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah. Pendekatan saintifik berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik-karakteristik ilmiah.
Pendekatan saintifik dalam penelitian ini adalah memaksimalkan penerapan konsep 5M yang meliputi meliputi mengamati, menanya, mengasosiasi/menalar, mencoba (memecahkan masalah), dan networking
(membentuk jejaring) dalam pembelajaran Biologi. Pada penelitian ini, penerapan pendekatan saintifik juga merupakan kontribusi baru untuk sekolah tempat penelitian. Kontribusi tersebut berupa penerapan pendekatan saintifik yang baik
(18)
5
dan benar, sesuai dengan prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum 2013.
1.3.4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Penilaian hasil belajar bertujuan melihat kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi yang dipelajari dan ditetapkan (Arikunto, 2013a). Pada penelitian ini, hasil belajar didefinisikan secara konstitutif sebagai hasil yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran menggunakan strategi LSQ dalam penerapan pendekatan saintifik.
Hasil belajar dalam penelitian ini didefinisikan secara operasional sebagai skor yang diperoleh siswa dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Kemendikbud, 2013b). Hasil belajar ranah kognitif diperoleh dari nilai posttest, ranah afektif dengan observasi sikap sosial siswa selama proses pembelajaran serta penilaian diri peserta didik, dan ranah psikomotor melalui penilaian laporan hasil pengamatan lingkungan dan penilaian produk charta.
Hasil belajar pada tiga ranah, masing-masing dianalisis menjadi nilai dalam konversi 100, kemudian digunakan sebagai data untuk menguji hipotesis penelitian. Strategi LSQ dalam pendekatan saintifik dikatakan berpengaruh apabila hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol, uji ketuntasan klasikal pada kelas ekperimen 80% dengan KKM sebesar 70, serta aktivitas siswa pada kelas eksperimen 75% berada dalam kategori aktivitas baik dan sangat baik.
1.3.5. Materi Ekologi
Berdasarkan silabus kurikulum 2013, ekologi merupakan materi biologi kelas X semester genap dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.9. Menganalisis informasi/data dari berbagai sumber tentang ekosistem dan semua interaksi yang berlangsung di dalamnya, serta KD 4.9. Mendesain bagan tentang interaksi antar komponen ekosistem dan jejaring makanan yang berlangsung dalam ekosistem dan menyajikan hasilnya dalam berbagai bentuk media. Materi Ekologi dalam
(19)
6
penelitian ini terdiri atas komponen ekosistem, aliran energi, daur biogeokimia dan interaksi dalam ekosistem.
Ekologi mudah dijumpai di alam sekitar, namun materi ekologi adalah materi yang sangat kompleks dan memiliki jangkauan luas, sehingga diperlukan pendekatan dan strategi yang tepat agar pembelajaran menjadi bermakna. Materi ekosistem, dalam penelitian ini dipelajari dengan menerapkan konsep 5M dari pendekatan saintifik dan strategi LSQ yang mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
1.4.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh strategi LSQ dalam pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi.
1.5.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat dibagi menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yaitu manfaat dalam bentuk teori yang diperoleh dari penelitian ini, sedangkan manfaat praktis adalah manfaat yang dapat diperoleh secara praktik dari penelitian ini, yaitu manfaat penerapan strategi LSQ dipadukan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Biologi.
1.5.1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis merupakan manfaat dalam bentuk teori yang diperoleh dari penelitian. Secara teortis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada khazanah ilmu pengetahuan. Khususnya dalam pengembangan pembelajaran di sekolah dengan menerapkan berbagai pendekatan dan strategi belajar yang bervariasi.
1.5.2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi banyak pihak yaitu siswa, guru, sekolah, dan bagi peneliti sendiri. Uraian selengkapnya adalah sebagai berikut.
(20)
7
1. Bagi siswa, lebih siap untuk menerima materi pelajaran; lebih aktif bertanya, menyampaikan pendapat, dan terlibat langsung dalam pembelajaran; serta meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi guru, sebagai motivasi untuk dapat memperbaiki proses pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran yang inovatif agar pembelajaran lebih efektif.
3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik untuk sekolah dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan potensi belajar siswa.
4. Bagi peneliti lain, penelitian ini akan sangat bermanfaat karena merupakan kontribusi baru di bidang pendidikan. Peneliti akan mengetahui pengaruh strategi LSQ dalam pendekatan scientific terhadap hasil belajar siswa.
(21)
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Pembelajaran Biologi
Menurut teori belajar yang dikemukakan Gagne, belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas (Suprijono, 2010: 2). Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah (Purnama, 2010). Belajar merupakan proses perubahan yang mantap dalam tingkah laku ke arah yang lebih baik melalui latihan dan pengalaman (Purwanto, 2003 dalam Purnama, 2010). Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk mulai dari aspek kognitif, afektif, psikomotorik, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, pemahaman serta daya tangkap terhadap suatu objek. Belajar diarahkan pada suatu tujuan dan proses berbuat melalui pengalaman (Sudjana, 2009).
Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat menguasai isi pelajaran sehingga mencapai tujuan pembelajaran dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mendukung optimalisasi proses pembelajaran.
Proses belajar mengajar, selanjutnya disebut pembelajaran pada hakikatnya merupakan interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu peserta didik dan guru (Riswani & Widayanti, 2012). Ciri utama berlangsungnya proses pembelajaran adalah komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa dengan serangkaian kegiatan yang disusun sedemikian rupa untuk mendukung proses belajar siswa. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengembangkan peserta didik dalam kehidupannya, mengubah siswa belum terdidik menjadi siswa terdidik yang memiliki kompetensi.
(22)
9
Dalam interaksi pembelajaran, peserta didik bukan sebagai objek belajar yang dibatasi dan diatur oleh guru, melainkan sebagai subjek pokok dalam pembelajaran yang memiliki keaktifan fisik maupun mental. Proses pembelajaran akan berlangsung efektif, apabila terjadi interaksi yang baik antara guru dan siswa. Adanya interaksi multi arah, secara langsung akan membuat pembelajaran lebih bermakna (Riswani & Widayanti, 2012).
Biologi secara etimologis berasal dari kata bios yang artinya hidup dan
logos yang artinya ilmu. Jadi, Biologi merupakan ilmu yang mempelajari makhluk hidup dan lingkungannya, mempelajari interaksinya satu sama lain dan interaksinya dengan lingkungan (Karmana, 2008: 4).
Berdasarkan definisi pembelajaran dan Biologi di atas, dapat didefinisikan bahwa pembelajaran biologi adalah proses mempelajari tentang makhluk hidup dan lingkungannya yang menimbulkan perubahan tingkah laku siswa baik dalam berpikir, bersikap maupun berbuat. Pembelajaran biologi memiliki substansi pengajaran mengenai kehidupan yang bersifat teratur. Kehidupan disusun secara teratur dari tingkatan struktural, setiap tingkat merupakan pengembangan, dari tingkat dibawahnya. Tingkatan organisasi kehidupan dimulai dari sel, jaringan, organ, sistem organ, individu, populasi, ekosistem, hingga ke tingkat bioma (Champbell, 2012).
Berdasarkan tinjauan tentang pembelajaran biologi, maka dalam mempelajari biologi sebaiknya menggunakan metode yang sitematis dan logis yang disebut metode ilmiah. Tahapan metode ilmiah menurut Machin (2014) meliputi melakukan pengamatan (untuk mengidentifikasi masalah), merumuskan masalah, mengajukan hipotesis (dugaan sementara), mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan konsep atau prinsip yang ditemukan. Langkah ini diimplementasikan dalam suatu pendekatan yang dijadikan standar proses kurikulum 2013 yaitu pendekatan saintifik. Menurut Permendikbud No.65 (2013a), pendekatan saintifik meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan, mengolah, mengkomunikasikan, dan mencipta. Keenam proses pendekatan saintifk ini mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, baik individual maupun kelompok.
(23)
10
Belajar sebagai sebuah proses diawali dengan adanya input, hasil pemrosesan berupa output atau keluaran.
Gambar 2.1. Proses kegiatan belajar
Menurut Djamarah (2008: 176), siswa yang belum memiliki pengetahuan (raw input) merupakan bahan dalam proses pembelajaran (learning teaching process) dengan harapan dapat berubah menjadi siswa yang memiliki pengetahuan (output), turut berpengaruh pula faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input) serta faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasi (instrumental input) guna menunjang tercapainya keluaran (output) yang dikehendaki(Gambar 2.1).
Berdasarkan proses kegiatan pembelajaran tersebut, bila ditinjau dari pembelajaran biologi maka seharusnya pembelajaran biologi menekankan pada proses yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor instrumental. Pembelajaran Biologi seharusnya diajarkan dengan cara berproses, berdasarkan pengalaman beraktivitas melalui pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada proses ilmiah. Dalam hal ini, proses yang tepat untuk ditekankan pada pembelajaran biologi adalah pendekatan saintifik, dimana faktor lingkungan dan faktor instrumental merupakan proses dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah. Kebiasaan belajar yang dikondisikan di sekolah sangat mempengaruhi proses pembelajaran sehingga berpengaruh pada luaran yang dihasilkan yaitu hasil belajar siswa.
Environmental Input
Raw Input Output
Instrumental Input Learning Teaching Process
(24)
11 2.1.2. Strategi Learning Start with a Question (LSQ)
Pembelajaran adalah interaksi pribadi antara guru dan siswa. Kurikulum 2013 yang mulai diberlakukan, menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran lebih optimal bila siswa berperan aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Belajar hanya akan terjadi dengan kegiatan anak itu sendiri (Nasution, 2010). Menurut Silberman & Melvin (1996: 144) proses mempelajari sesuatu yang baru lebih efektif bila siswa aktif mencari pola daripada menerima saja. Keaktifan siswa dapat dilihat dari peranannya dalam pembelajaran, seperti bertanya, menjawab pertanyaan, dan memberi tanggapan. Siswa sering mengalami kesulitan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam hal memberi rangsangan pada siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran.
Salah satu cara merangsang keaktifan siswa adalah dengan memberikan siswa kesempatan untuk bertanya. Namun, pada pelaksanaannya peserta didik terkadang tidak siap untuk mengajukan pertanyaan. Dilihat dari kendala yang ada, diperlukan adanya penerapan metode, model, ataupun strategi pembelajaran yang tepat. Kompetensi seorang guru dalam penguasaan meteri tidak menjamin keberhasilan pembelajaran secara optimal (Wena, 2009:17). Guru seharusnya mampu menerapkan strategi pembelajaran yang tepat untuk merangsang siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan), termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Berkaitan dengan strategi pembelajaran, Silberman & Melvin (1996: 144-146), memperkenalkan strategi pembelajaran yang menciptakan pola pembelajaran aktif, yaitu strategi LSQ yang merangsang siswa untuk aktif bertanya tanpa penjelasan dari guru terlebih dahulu. Strategi LSQ akan membantu guru mengubah dinamika kesunyian saat guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Peserta didik akan lebih ditantang untuk membuat berbagai pertanyaan, karena mereka mempunyai kesempatan untuk memikirkan seluruh materi pelajaran.
(25)
12
Pada penerapan strategi LSQ, siswa diwajibkan untuk membuat tugas
resume (rangkuman materi) dan daftar pertanyaan dari materi yang akan disampaikan di kelas. Tugas resume yang dibuat sebelum pembelajaran, dapat membantu siswa memiliki gambaran atau pengetahuan dasar mengenai materi pelajaran. Setelah memiliki gambaran tentang materi pembelajaran, siswa diharapkan akan memikirkan pertanyaan untuk disampaikan dan lebih siap mengikuti kegiatan pembelajaran.
Prosedur pelaksanaan strategi LSQ diawali dengan pendistribusian hand-out materi pelajaran pilihan oleh guru (berupa satu halaman buku teks atau hand-out). Pemilihan materi dibutuhkan untuk merangsang pertanyaan bagi pembaca. Selebaran memberikan informasi luas tapi kurang detail atau penjelasan yang dibatasi, gambar yang menarik atau grafik yang menggambarkan beberapa disiplin ilmu juga baik digunakan, serta teks yang terbuka untuk interpretasi akan menimbulkan rasa ingin tahu siswa.
Pemberian hand-out materi dilakukan pada akhir pembelajaran sebelumnya. Di awal pembelajaran, siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Namun, pertanyaan dapat pula berasal dari guru apabila siswa tidak memiliki pertanyaan yang diajukan. Guru memberikan pertanyaan untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman atau konsep awal yang telah dimiliki siswa sebelum pembelajaran dimulai, sehingga guru dapat menentukan materi yang lebih ditekankan penyampaiannya dalam pembelajaran.
Pertanyaan merupakan metode yang utama untuk mengetahui pemahaman siswa. Pertanyaan dapat diberikan dalam satu rangkaian cepat untuk membahas ulang isi pelajaran atau digunakan sebagai evaluasi akhir dari pembelajaran siswa (Hall et al., 2008). Sardiman (2007), menyatakan bahwa pertanyaan dalam interaksi belajar mengajar adalah penting karena dapat menjadi perangsang yang mendorong siswa untuk giat berpikir dan belajar, serta membangkitkan pengertian baru. Pertanyaan yang baik yang digunakan dalam pembelajaran adalah pertanyaan pengarah, yaitu pertanyaan yang sifatnya mengarahkan pada suatu konsep. Pada pembelajaran, pertanyaan yang sifatnya mengarahkan akan menuntun siswa dalam menemukan jawaban yang tepat.
(26)
13
Menurut Sardiman (2007), pertanyaan yang diajukan guru dapat mengevaluasi penguasaan siswa, mengarahkan dan menarik perhatian siswa, mengubah pendirian, kepercayaan, atau prasangka yang keliru. Pada pelaksanaan strategi LSQ, guru berperan sebagai fasilitator dalam melengkapi pengetahuan siswa, serta meluruskan missconception yang terjadi saat siswa membaca dan memahami materi pelajaran.
Menurut Riswani & Widayanti (2012), dalam strategi LSQ peserta didik dibimbing dan difasilitasi oleh guru untuk menentukan kebutuhannya, menganalisis informasi yang diterima, menyeleksi bagian-bagian penting, memberi arti pada informasi baru, dan mampu memodifikasi pengetahuan yang baru saja diterima dengan pengalaman dan pengetahuan yang pernah dimilikinya. Penyampaian materi dari guru bersifat melengkapi dan bertujuan untuk penguatan konsep pada memori jangka panjang siswa. Secara tidak langsung strategi LSQ memberikan keuntungan bagi guru. Dengan menerapkan strategi LSQ, penyampaian materi pembelajaran akan lebih cepat, terfokus pada materi-materi pelajaran yang belum dipahami siswa, serta lebih ditekankan pada penguatan konsep-konsep utama yang penting.
LSQ merupakan strategi belajar aktif yang berlandaskan teori meaningful learning atau teori belajar bermakna dengan penemuan. Pengetahuan yang ditemukan siswa secara aktif dalam belajar akan masuk ke struktur kognitif dan lebih lama diingat (Saptono,2009). Pembelajaran lebih bermakna bila siswa dapat menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri secara aktif. Selain itu, LSQ juga berlandaskan konstruktivisme. Kegiatan pembelajaran merupakan proses mengaitkan pengetahuan awal yang dimiliki siswa dengan pengetahuan baru yang diperoleh siswa. Oleh karena itu, pembelajaran harus dilaksanakan sebagai proses rekonstruksi pengetahuan, bukan menerima informasi atau transfer pengetahuan dari guru. Siswa membagun pengetahuannya sendiri secara aktif dengan terlibat dalam proses pembelajaran.
Zaini et al. (2008), menjelaskan bahwa strategi pembelajaran LSQ memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut.
(27)
14
1. Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena mereka belajar terlebih dahulu sehingga memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan penjelasan dari guru.
2. Siswa aktif bertanya dan mencari informasi. 3. Materi dapat diingat lebih lama.
4. Kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari informasi tentang materi tersebut tanpa bantuan guru,
5. Mendorong keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas wawasan melalui bertukar pendapat secara kelompok.
6. Siswa belajar memecahkan masalah sendiri secara berkelompok dan saling bekerjasama antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
Strategi LSQ juga mempunyai kelemahan, yaitu tidak dapat menjamin bahwa semua siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas dan terarah. Siswa yang aktif bertanya adalah siswa yang memilki rasa percaya diri yang tinggi, mereka tidak malu untuk bertanya mengenai konsep materi yang dianggap sulit tetapi untuk siswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah sulit untuk bertanya mengenai konsep materi yang dirasa kurang memahami. Siswa yang aktif bertanya juga sebagian adalah siswa yang pandai, akibatnya siswa yang pandai dengan antusias tinggi dapat mengembangkan potensinya secara optimal, namun siswa dengan antusias rendah kurang mengalami perkembangan, karena tidak semua konsep yang dikontruksi setiap siswa semuanya sama.
2.1.3. Pendekatan Saintifik
Sebagaimana disebutkan dalam Permendikbud No.65 Tahun 2013, capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada mengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Hal tersebut dirancang dengan harapan lulusan yang dihasilkan memiliki soft skills dan hard
(28)
15 skills yang saling berkesinambungan, mengingat tantangan masa depan yang senentiasa berubah. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Kemendikbud (2013a), menyebutkan bahwa ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap
diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Keterampilan
diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.
Diperlukan adanya suatu pendekatan yang tepat untuk dapat mencapai kompetensi pada ketiga ranah (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekantan ilmiah (scientific approach). Sebagaimana disebutkan dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 yang mengisyaratkan perlunya proses pembelajaran dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah (scientific approach).
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatarbelakangi pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Pendekatan ilmiah (scientific approach) berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik-karakteristik ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah. Penerapan pendekatan saintifik yang kemudian disebut 5M, meliputi observing (mengamati), questioning (menanya),
associating (menalar), experimenting (mencoba), dan networking (membentuk jejaring) (Kemendikbud, 2013a).
(29)
16
Adapun langkah-langkah dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik menurut Fadlillah (2014: 184-185) adalah sebagai berikut:
1. Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melakukan pengamatan menggunakan panca indera melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih peserta didik untuk memperhatikan.
2. Menanya
Saat siswa mengamati, guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang telah diamati. Dalam hal ini guru hendaknya dapat mengarahkan siswa untuk dapat mengajukan pertanyaan, baik pertanyaan tentang mengenai hasil pengamatan objek yang konkret sampai dengan yang abstrak terkait dengan fakta, konsep, atau prosedur. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang bersifat factual sampai dengan pertanyaan yang bersifat hipotetik.
3. Mengumpulkan
Tindak lanjut dari kegiatan bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut dapat terkumpul sejumlah informasi.
4. Mengasosiasi
Informasi yang telah diperoleh dapat menjadi dasar kegiatan berikutnya. kegiatan selanjutnya adalah mengasosiasi, yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil kesimpulan dari pola yang ditemukan.
(30)
17
5. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan hasil adalah kegiatan menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok.
Kelebihan pendekatan saintifik meliputi: (1) meningkatkan kemampuan intelek (berpikir tingkat tinggi); (2) membentuk kemampuan menyelesaikan masalah secara sistematik; (3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa belajar adalah kebutuhan; (4) melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide; dan (5) mengembangkan karakteristik siswa (Machin, 2014).
2.1.4. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut teori Konstruktivisme adalah proses sintesis informasi yang diukur dari pemahaman konsep dan kompetensi siswa secara aktif dalam mengolah informasi. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Sudjana (2009: 3), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berdasarkan kalsifikasi Benyamin Bloom, hasil belajar mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan (C1), pemahaman, (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi atau mencipta (C6) (Rudyatmi & Rusilowati, 2013). Ranah sikap berkenaan dengan proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan (Permendikbud, 2013). Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak (Suprijono: 2010).
Proses kegiatan belajar untuk mengubah tingkah laku siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Sardiman (2007: 39), dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua,
(31)
18
yaitu faktor intern (dari dalam) diri subjek belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri subjek belajar.
Faktor intern menyangkut faktor-faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis yaitu kesehatan jasmani dan fungsi tubuh. Faktor psikologis meliputi kecerdasan/intelegensi, motivasi, sikap (perhatian dan tanggapan), minat, dan bakat. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal (Sardiman,2007:39).
Selain faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu faktor sosial dan non sosial. Faktor sosial meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyrakat. Sedangkan faktor non sosial dapat berupa lingkungan alamiah, faktor instrumental, dan materi pelajaran.
Menurut Djamarah (2008: 177), faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa dapat dilihat pada skema berikut.
Gambar 2.2 Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, pembelajaran dengan strategi LSQ mempengaruhi beberapa faktor. Pertama faktor sekolah (faktor eksternal), salah satunya adalah proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Pembelajaran dengan strategi LSQ diharapkan berpengaruh positif
Faktor
Eksternal
Lingkungan Alami
Sosial budaya
Instrumental
Kurikulum Program
Sarana & fasilitas Guru
Internal
Fisiologis Kondisi fisiologis Kondisi panca indra
Psikologis
Minat Kecerdasan Bakat Motivasi
(32)
19
terhadap hasil belajar siswa. Ke-dua adalah faktor internal yang ditekankan pada faktor psikologis. Pembelajaran dengan strategi LSQ mampu menciptakan proses pembelajaran aktif sehingga mempengaruhi faktor psikologis siswa diantaranya siswa lebih termotivasi aktif dalam pembelajaran, yaitu aktif dalam mengajukan pertanyaan, memberikan pendapat dan memberikan tanggapan.
2.1.5. Materi Ekologi
Berdasarkan silabus kurikulum 2013, ekologi merupakan materi biologi kelas X semester genap dengan Kompetensi Dasar (KD) 3.9. Menganalisis informasi/data dari berbagai sumber tentang ekosistem dan semua interaksi yang berlangsung di dalamnya, serta KD 4.9. Mmendesain bagan tentang interaksi antar komponen ekosistem dan jejaring makanan yg berlangsung dalam ekosistem dan menyajikan hasilnya dalam berbagai bentuk media.
Materi ekologi terdiri atas 4 subbab yaitu komponen ekosistem, aliran energi, daur biogeokimia dan interaksi dalam ekosistem. Materi komponen ekosistem merupakan materi yang menjelaskan komponen fisik/kimiawi (abiotik) dan makhluk yang terdapat pada suatu ekosistem. Aliran energi meliputi rantai makanan, jaring-jaring makanan dan piramida ekologi. Fokus materi aliran energi adalah tentang bagaimana energi memasuki suatu ekosistem, mengalir di dalamnya, dan akhirnya keluar dari ekosistem tersebut (Campbell & Reece, 2012: 391).
Materi daur biogeokimia menjelaskan tentang unsur/senyawa kimia yang mengalir dari komponen abiotik ke biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik dimana daur unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan reaksi kimia dalam lingkungan abiotik. Kehidupan di bumi bergantung pada suklus ulang (daur ulang) unsur-unsur kimia yang penting (Campbell & Reece, 2012: 395). Materi interaksi dalam ekosistem mempelajari interaksi antarorganisme dan antar populasi dalam ekosistem. Interaksi antarspesies dapat berpengaruh positif, negatif, atau netral terhadap kepadatan suatu populasi dalam komunitas, sebab aktivitas beberapa spesies dasar akan mengubah karakter seluruh komunitas (Campbell & Reece, 2012: 374).
(33)
20
Adapun indikator-indikator pada materi ekologi meliputi: 1) menganalisis komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem, 2) mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi, 3) mendeskripsikan aliran energi yang terjadi dengan adanya interaksi dalam ekosistem, 4) mendeskripsikan interaksi yang terjadi dalam ekosistem, 5) menjelaskan secara skematis interaksi antar komponen ekosisetem dalam daur biogeokimia, 6) Mengidentifikasi permasalahan dalam ekosistem yang menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan serta upaya untuk pengendaliannya, 7) Mendesain charta interaksi dalam ekosistem secara berkelompok, 8) Menyajikan data tentang interaksi komponen penyusun ekosistem dalam bentuk produk charta, dan 9) Mempresentasikan hasil karya (charta) bersama teman kelompok.
Dilihat dari indikator-indikator tersebut, materi ekologi menuntut siswa mampu memahami konsep materi, bukan hanya sekedar menghafal untuk mencapai kompetensi dasar. Selain itu, materi yang dimuat dalam bab ekologi mudah dijumpai di alam namun sangat kompleks dan jangkauannya luas, sehingga diperlukan pendekatan dan strategi yang tepat agar pembelajaran menjadi bermakna. Dalam mempelajari materi ekologi, siswa harus terjun langsung ke lingkungan untuk mendapatkan pengalaman yang real. Pendekatan saintifik cukup sesuai bila dilaksanakan pada pembelajaran materi ekologi. Mengamati merupakan salah satu bentuk pelaksanaan proses 5M yang dikehendaki dalam pendekatan saintifik. Dalam pembelajaran ekologi, perlu ada kegiatan pengamatan lingkungan agar siswa mendapatkan pengalaman real secara langsung.
Selain dengan pengalaman yang membuat proses belajar menjadi bermakna, perlu adanya strategi yang mendukung proses belajar siswa agar pembelajaran lebih efektif dan efisien. Dengan strategi LSQ, waktu yang digunakan dalam pembelajran akan lebih efisien, karena pembelajaran di kelas merupakan proses penguatan dan ekuilibrium pengetahuan awal dan pengalaman siswa sebelumnya. Selain itu, strategi LSQ mendukung pelaksanaan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, karena strategi LSQ akan mendorong siswa lebih aktif dalam bertanya. Materi ekologi menuntut siswa untuk belajar aktif. Banyak
(34)
21
istilah baru tentang ekosistem yang harus dipahami sehingga pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik tepat bila digunakan dalam penyampaian materi ekologi untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang berlaku.
2.2.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut.
Kognitif 1.Melatih siswa belajar mandiri 2.Melatih siswa memecahkan masalah 3.Ekuilibrium pengetahuan awal dan
pengetahuan baru untuk penguatan konsep
Afektif 1.Melatih siswa lebih
percaya diri dan menghargai pendapat 2.Melatih siswa untuk
bertanggung jawab
Psikomotor 1.Melatih siswa aktif dalam
pembelajaran berkelompok maupun individual 2.Meningkatkan sikap ilmiah
siswa
Gambar 2.3. Kerangka berpikir penelitian
Teori : o Menurut Permendikbud No.65 Tahun 2013, perlu proses pembelajaran dengan kaidah-kaidan pendekatan saintifik
o Biologi diajarkan berdasarkan pengalaman beraktivitas memalui pendekatan yang berorientasi proses ilmiah
Fakta di lapangan :
Penerapan pendekatan saintifik belum optimal dalam pembelajaran: - Sebagian besar siswa belum terlibat aktif bertanya dalam pembelajaran - Hasil belajar siswa kurang maksimal
Pendekatan saintifik: - Pembelajaran dengan pelaksanaan
konsep 5M
- Siswa belajar berdasarkan pengalaman beraktivitas Pembelajaran dengan strategi LSQ dalam penerapan pendekatan saintifik Strategi LSQ: - Pembelajaran diawali dengan
strategi LSQ di awal pembelajaran sebagai bentuk pelaksanaan 5M - Penerapan strategi LSQ
menstimulasi siswa untuk aktif bertanya dalam pembelajaran
Penerapan strategi LSQ merealisasikan pelaksanaan 5M pendekatan saintifik sehingga mempengaruhi 3 aspek
Hasil belajar optimal :
- Hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dibanding kelas kontrol
- Ketuntasan klasikal kelas eksperimen 80% dengan KKM 70
(35)
22
2.3.
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka hipotesis yang
diajukan adalah “Strategi Learning Start with a Question (LSQ) dalam pendekatan saintifik berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada
(36)
23
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Demak yang beralamat di Jalan Sultan Trenggono Nomor 81 Demak. Adapun waktu penelitian adalah semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015.
3.2.
Subjek Penelitian
3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 3 Demak tahun ajaran 2014/2015 yang terbagi menjadi sembilan kelas.
3.2.2. Sampel
Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah dua kelas yang diambil dari kelas X, yaitu kelas X-8 sebagai kelas kontrol dan kelas X-9 sebagai kelas eksperimen. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling, yaitu sampel diambil secara acak dalam satuan kelas atau kelompok.
3.3.
Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Untuk lebih lengkapnya akan dijelaskan sebagai berikut.
3.3.1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik pada materi ekologi.
3.3.2. Variabel Terikat
Variabel terikat dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa, meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Jadi, hasil belajar siswa diharapkan dapat dipengaruhi oleh keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik pada materi ekologi.
(37)
24
3.4.
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimental Design karena penelitian ini memiliki kelompok kontrol, namun tidak dapat sepenuhnya mengendalikan variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2013: 114). Bentuk desain penelitian yang dipilih adalah
Nonequivalent Control Group Design. Desain penelitian ini membutuhkan dua kelompok, satu kelompok sebagai kelas eksperimen dan kelompok lain sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan strategi Learning Start with a Question (LSQ) dalam penerapan pendekatan saintifik dan kelas kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan pendekatan saintifiksaja.
Paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
(Sugiyono, 2014: 116) Keterangan:
O1 = nilai pretest yang dilaksanakan kelompok eksperimen
O2 = nilai posttest yang dilaksanakan kelompok eksperimen
O3 = nilai pretest yang dilaksanakan kelompok kontrol
O4 = nilai posttest yang dilaksanakan kelompok kontrol
X = treatment/perlakuan yang diberikan di kelompok eksperimen
3.5.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan analisis data.
3.5.1. Persiapan penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam persiapan penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Melakukan observasi awal dengan teknik pengamatan dan wawancara untuk mengentahui kondisi sekolah dan kegiatan pembelajaran Biologi di SMA Negeri 3 Demak.
E O1 X O2
(38)
25
b. Menentukan sampel penelitian.
Sampel penelitian ini adalah dua kelompok dari kelas X. Kelas eksperimen dan kelas kontrol ditentukan dengan menganalisis rata-rata nilai UAS semester 1 dari kelas X SMA Negeri 3 Demak. Analisis dilakukan untuk mengetahui normalitas dan homogenitasnya.
1) Uji normalitas
Digunakan untuk mengetahui apakah data sampel kelas terdistribusi normal atau tidak. Dalam menguji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan α = 0,05 dan dibantu program
SPSS 16.0. Jika nilai sig. dari uji normalitas lebih besar dari α (sig.>0,05) maka Ho diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa data terdistribusi normal. Berikut ringkasan uji normalitas nilai UAS semester 1 kelas X yang disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Hasil analisis uji normalitas nilai UAS semester 1
Kelas
Kolmogorov-Smirnov N Sig
Hasil
Keterangan Keputusan
X-1 0,678 39 0,747 sig. > 0,05 Normal X-2 0,698 32 0,715 sig. > 0,05 Normal X-3 0,464 40 0,983 sig. > 0,05 Normal X-4 0,538 39 0,934 sig. > 0,05 Normal X-5 0,684 37 0,738 sig. > 0,05 Normal X-6 0,620 37 0,836 sig. > 0,05 Normal X-7 0,758 36 0,613 sig. > 0,05 Normal X-8 0,720 37 0,677 sig. > 0,05 Normal X-9 0,678 39 0,747 sig. > 0,05 Normal *Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 66
Berdasarkan Tabel 3.1 nilai memiliki sig.>0,05 sehingga keputusan uji adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa nilai UAS semester 1 pada Sembilan kelas populasi berdistribusi normal.
2) Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kesetaraan dua kelas yang dijadikan sampel menggunakan Levene’s test dengan α = 0,05 dan dibantu program SPSS 16.0. Jika nilai sig. dari uji homogenitas lebih besar
(39)
26 dari α (sig.>0,05) maka Ho diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa data homogen. Hasil uji homogenitas nilai UAS semester 1dari 2 kelas sampel (kelas X-8 sebagai kelompok kontrol dan X-9 sebagai kelompok eksperimen) menunjukkan nilai signifikansi Levene (0,827) lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil uji, keputusan uji adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa dua kelas sampel berada pada populasi yang variansinya homogen.
c. Menyusun instrumen penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3. Kisi-kisi soal pretest dan posttest
4. Soal pretest dan posttest
5. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Pengatan Lingkungan 6. Lembar penilaian laporan pengamatan lingkungan dan rubriknya 7. Lembar observasi sikap siswa dan rubriknya
8. Lembar penilaian diri peserta didik dan rubriknya 9. Hand-out materi dan gambar
10.Soal pendukung strategi LSQ
11.Lembar penilaian aktivitas siswa dan rubriknya
12.Lembar Diskusi Peserta Didik (LDPD) 2 tentang aliran energi dan interaksi dalam ekosistem
13.Lembar Diskusi Peserta Didik (LDPD) 3 tentang daur biogeokimia 14.Lembar panduan kegiatan pembuatan charta
15.Lembar penilaian produk charta rubriknya
16.Angket keterlaksanaan pembelajaran dan rubriknya
17.Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan rubriknya
18.Pedoman wawancara guru tentang pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik
(40)
27
d. Uji coba instrumen tes (soal)
Uji coba instrumen tes dilakukan untuk menguji kelayakan soal yang digunakan untuk menilai hasil belajar siswa. Uji coba soal penelitian dilakukan pada kelas XI yang telah memperoleh pembelajaran materi ekosistem pada kelas X di tahun pelajaran 2013/2014.
e. Analisis hasil uji coba instrumen tes (soal)
Setelah dilakukan uji coba instrumen tes, selanjutnya adalah analisis instrumen tes. Adapun analisis instrumen tes yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Uji validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keakuratan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur. Validitas butir soal merupakan validitas yang menunjukkan bahwa butir soal dapat menjalankan fungsi pengukurannya dengan baik. Untuk menghitung validitas butir soal, digunakan Anates versi 4.0.2. Validitas butir soal dapat dilihat dari signifikansinya. Jika hasil analisis korelasi menunjukkan signifikan, maka butir soal yang diuji bersifat valid.
Tabel 3.2. Rekapitulasi validitas butir soal uji coba
No. Kriteia Nomor soal Jumlah
1. Valid 1, 2, 6, 7, 10, 12, 13, 15, 16, 20, 22, 23, 26, 28, 29, 30, 32, 34, 39, 40, 41, 43, 46
23 2. Tidak valid 3, 4, 5, 8, 9, 11, 14, 17, 18, 19, 21, 24,
25, 27, 33, 35, 36, 37, 38, 42, 44, 45, 47, 48, 49, 50
27
* Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 113
2) Uji reliabilitas
Selain mempunyai validitas yang tinggi, suatu tes yang reliabel harus mempunyai koefisien reliabilitas yang cukup besar. Suatu tes dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya. Perhitungan skor
(41)
28
reliabilitas tes menggunakan Anates versi 4.0.2, adapun kriterianya adalah sebagai berikut:
0.81 – 1,00 : Sangat tinggi 0,61 – 0,80 : Tinggi 0,41 – 0,60 : Sedang 0,21 – 0,40 : Rendah 0,01 – 0,20 : Sangat rendah
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa instrumen tes bersifat reliable karena rhitung (0,66) > rtabel (0,49) dan kriteria
reliabilitas instrumen tes adalah tinggi (Lampiran 8 halaman 13). 3) Uji tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00-1,00. Makin besar indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu (Rudyatmi & Rusilowati, 2013).
Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal, dilakukan analisis menggunakan Anates versi 4.0.2 dengan kriteria sebagai berikut.
0,00 = Soal terlalu sukar 0,01 - 0,30 = Soal sukar 0,31 - 0,70 = Soal sedang 0,71 - 0,99 = Soal mudah 1,00 = Soal terlalu mudah
Tabel 3.3. Rekapitulasi tingkat kesukaran soal uji coba
No Kriteria Nomor Soal Jumlah
1 Sangat mudah 6, 21, 39 3
2 Mudah 1, 20, 34, 36, 40, 50 6
3 Sedang 2, 3, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 37, 42, 43, 44, 46, 47, 49
27 4 Sukar 9, 16, 18, 19, 28, 31, 41, 45, 8 5 Sangat sukar 4, 17, 32, 33, 35, 38 6
(42)
29
4) Uji daya pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkempuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut dengan indeks diskriminasi atau biasa disingkat dengan DP (Rudyatmi & Rusilowati, 2013). Daya pembeda dianalisis dengan menggunakan Anates versi 4.0.2, adapun kriterianya adalah sebagai berikut.
0,40 - 1,00 = Soal diterima baik
0,30 - 0,39 = Soal diterima tetapi perlu diperbaiki 0,20 - 0,29 = Soal diperbaiki
0,00 - 0,19 = Soal tidak dipakai atau dibuang
Tabel 3.4. Rekapitulasi daya pembeda soal uji coba
No Kriteria soal Nomor soal Jumlah
1 Diterima baik 2, 7, 12, 13, 15, 16, 23, 26, 28, 34, 40, 43, 45
13 2 Diterima tetapi perlu
diperbaiki
3, 10, 11, 22, 29, 30, 39, 41, 46 9 3 Diperbaiki 1, 6, 8, 25, 32, 33, 44, 49 8 4 Tidak dipakai atau
dibuang
4, 5, 9, 14, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 27, 31, 35, 36, 37, 38, 42, 47, 48, 50
20
* Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 113
5) Uji efektivitas distraktor
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah pengecoh atau distraktor dalam soal berfungsi dengan baik atau tidak. Sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila memiliki daya tarik yang besar bagi peserta test yang kurang memahami konsep (Arikunto, 2013b: 233-234). Hasil uji efektivitas distraktor akan menjadi pertimbangan dalam pemilihan soal yang layak digunakan untuk evaluasi hasil belajar siswa. Sebuah distraktor berfungsi dengan baik bila dipilih sekurang-kurangnya 5% oleh peserta tes. Kualitas pengecoh dapat diketahui dengan analisis menggunakan Anates versi 4.0.2.
(43)
30
Tabel 3.5. Rekapitulasi efektivitas distraktor soal uji coba
No Kriteria distraktor Nomor soal Jumlah 1 Berfungsi sepenuhnya 10, 16, 26, 32, 38 5 2 Berfungsi sebagian 2, 4, 5, 8, 12, 13, 14, 15, 23,
24, 27, 30, 33, 35, 37, 39, 41, 42, 43, 44, 48
21
3 Tidak berfungsi 1, 3, 6, 7, 9, 11, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 28, 29, 31, 34. 36, 40, 45, 46, 47, 49, 50
24
* Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 113
Berdasarkan hasil analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan efektivitas distrsktor, diperoleh beberapa soal yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi. Adapun butir soal yang dapat digunakan dan tidak digunakan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.6. Butir soal uji coba hasil analisis
Kriteria Nomor butir soal
Digunakan 1, 2, 6, 7, 10, 12, 13, 15, 16, 20, 22, 23, 26, 28, 29, 30, 32, 34, 39, 40, 41, 43, 45, 46, 49
Tidak digunakan 3, 4, 5, 8, 9, 11, 14, 17, 18, 19, 21, 24, 25, 27, 31, 33, 35, 36, 37, 38, 42, 44, 47, 48, 50
* Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 113
Adapun rekapitulasi hasil uji coba soal materi ekologi ditunjukkan pada Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7. Rekapitulasi hasil uji coba soal
No. soal
Daya beda Tingkat
kesukaran Validitas
Ket Skor
(%) Kriteria
Skor
(%) Kriteria Korelasi
Signifika n-si
1 22.22 diterima tapi diperbaiki 84,85 mudah 0,291 signifikan Diperbaiki
2 55.56 ditema baik 33,33 sedang 0,489 sangat sig. Digunakan
3 22.22 diterima tapi diperbaiki 30,30 sgt mudah 0,344 signifikan Diperbaiki
4 44.44 ditema baik 63,64 sedang 0,324 signifikan Digunakan
5 44.44 ditema baik 51,53 sedang 0,327 signifikan Digunakan
6 33.33 diterima tapi diperbaiki 57,58 sedang 0,294 signifikan Diperbaiki
7 44.44 ditema baik 51,52 sedang 0,425 sangat sig. Digunakan
8 55.56 ditema baik 39,39 sedang 0,436 sangat sig. Digunakan
9 44.44 ditema baik 21,21 sukar 0,340 signifikan Digunakan
10 11.11 diterima tapi diperbaiki 72,73 mudah 0,282 signifikan Diperbaiki 11 33.33 diterima tapi diperbaiki 39,39 sedang 0,407 sangat sig. Diperbaiki
12 55.56 ditema baik 63,64 sedang 0,486 sangat sig. Digunakan
13 55.56 ditema baik 36,36 sedang 0,439 sangat sig. Digunakan
14 55.56 ditema baik 15,15 sukar 0,496 sangat sig. Digunakan
15 33.33 diterima tapi diperbaiki 45,45 sedang 0,349 signifikan Diperbaiki 16 33.33 diterima tapi diperbaiki 60,61 sedang 0,287 signifikan Diperbaiki
(44)
31
No. soal
Daya beda Tingkat
kesukaran Validitas
Ket Skor
(%) Kriteria
Skor
(%) Kriteria Korelasi
Signifika n-si
17 33.33 diterima tapi diperbaiki 30,30 sgt mudah 0,298 signifikan Diperbaiki
18 44.44 ditema baik 72,73 mudah 0,314 signifikan Digunakan
19 33.33 diterima tapi diperbaiki 21,21 sukar 0,409 sangat sig. Diperbaiki 20 22.22 diterima tapi diperbaiki 9,09 sgt sukar 0,362 sangat sig. Diperbaiki
21 55.56 ditema baik 72,73 mudah 0,393 sangat sig. Digunakan
22 44.44 ditema baik 69,70 sedang 0,439 sangat sig. Digunakan
23 44.44 ditema baik 27,27 sukar 0,256 - Diperbaiki
24 33.33 diterima tapi diperbaiki 57,58 sedang 0,351 signifikan Diperbaiki 25 22.22 diterima tapi diperbaiki 51,52 sedang 0,270 - Diperbaiki
* Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 113
f. Melakukan revisi instrumen penilaian (soal)
Setelah dilakukan analisis terhadap instrumen tes (soal), maka langkah terakhir adalah penyempurnaan instrumen tes yang digunakan dalam penelitian. Penyempurnaan soal dilakukan dengan revisi item-item yang kurang baik seperti revisi distraktor yang tidak berfungsi, sehingga diperoleh sejumlah soal yang layak digunakan dalam penelitian. Soal yang telah disempurnakan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa pada ranah kognitif.
3.5.2. Tahap pelaksanaan
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Memberikan pretest pada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Melakukan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) masing-masing kelompok, yaitu pembelajaran menggunakan strategi Learning Start with a Question (LSQ) dalam penerapan pendekatan saintifik pada kelompok eksperimen dan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pada kelompok kontrol. c. Memberikan posttest pada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
d. Menganalisis data dengan menghitung perbedaan signifikan antara pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dengan pembelajaran menggunakan strategi LSQ dalam penerapan pendekatan saintifik terhadap
(45)
32
hasil belajar dari masing-masing kelompok, serta membandingkan perbedaan tersebut secara statistik.
e. Menarik kesimpulan dari analisis data hasil penelitian.
3.6.
Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa, meliputi hasil belajar ranah kognitif, afektif, dam psikomotor. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode observasi, metode angket, dan metode tes (Tabel 3.8)
Tabel 3.8. Data dan teknik pengumpulan data penelitian
Target Teknik Instrumen Subjek Objek Waktu Hasil belajar
kognitif
Tes Soal pretest dan posttest Guru Siswa Awal dan akhir pembelajaran Hasil belajar afektif Non tes (observasi)
Lembar observasi sikap siswa Obser-ver
Siswa Selama pembelajaran Non tes
(angket)
Lembar penilaian diri dan penilaian antarteman
Siswa Siswa Akhir pembelajaran Hasil belajar
psikomotor
Non tes (Observasi)
Lembar penilaian produk dan laporan hasil pengamatan
Guru Siswa Seminggu setelah kegiatan Aktivitas siswa Non tes
(Observasi)
Lembar penilaian aktivitas siswa
Obser-ver
Siswa Selama pembelajaran Keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik Non tes (angket)
Lembar angket keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik
Siswa Guru dan siswa Akhir pembelajaran Non tes (observasi) Lembar Observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik Obser-ver Guru dan siswa Selama pembelajaran Non tes (wawan-cara)
Lembar panduan wawancara Obser-ver
Guru Akhir pembelajaran
(46)
33
3.7.
Analisis Data Penelitian
3.7.1. Analisis Hasil Belajar
3.7.1.1.Hasil Belajar Ranah Kognitif
Pada aspek kognitif menggunakan instrumen penilaian test tertulis yang terdiri dari 25 soal pilihan ganda yang telah diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan efektivitas distraktor. Kriterian untuk nilai hasil
posttest dapat dianalisis dengan rumus berikut.
(Kemendikbud, 2014: 105) Keterangan:
n = Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal
3.7.1.2.Hasil Belajar Ranah Afektif
Aspek afektif dinilai menggunakan instrumen berupa lembar observasi sikap siswa. Aspek sikap yang diobservasi meliputi sikap disiplin, teliti, tekun, jujur, tanggung jawab, kerjasama, proaktif, dan peduli lingkungan. Selain itu, dilakukan juga penilaian diri peserta didik.
Lembar observasi sikap siswa dianalisis dengan rumus berikut ini.
(Kemendikbud, 2014: 92) Keterangan:
n = Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal
Lembar penilaian diri peserta didik dianalisis dengan rumus berikut ini.
(Kemendikbud, 2014: 94)
Nilai = N ×n
Nilai = N ×n %
(47)
34
Angket penilaian diri yang digunakan memiliki dua orientasi respon, yaitu pernyataan yang berorientasi positif dan pernyataan yang berorientasi negatif. Kriteria penskoran lembar penilaian diri menggunakan skala Likert. Kriteria penskoran untuk pernyataan berorientasi positif yaitu skor 4 untuk kriteria sangat setuju (SS), skor 3 untuk kriteria setuju (S), skor 2 untuk kriteria kurang setuju (KS), dan skor 1 untuk kriteria tidak setuju (TS), sedangkan kriteria penskoran untuk pernyataan berorientasi negatif adalah sebaliknya.
Hasil analisis keseluruhan penilaian sikap selama pembelajaran materi ekologi selanjutnya dirata-rata dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan: NA = Nilai akhir
N1 = Nilai sikap pertemuan ke-1 N2 = Nilai penilaian diri peserta didik N3 = Nilai sikap pertemuan ke-3
3.7.1.3.Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotor diperoleh dari rata-rata nilai laporan hasil pengamatan lingkungan dan nilai produk charta yang dibuat siswa. Penilaian ranah psikomotor dilakukan oleh guru pengampu mata pelajaran Biologi.
Analisis dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
(Kemendikbud, 2014: 105) Keterangan:
n = Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah skor maksimal
3.7.2. Uji Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Strategi LSQ dalam Pendekatan Saintifik
Dalam penelitian ini, tingkat keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik menggunakan tiga jenis instrumen, yaitu lembar
NA =N + N + N
(48)
35
observasi yang diisi oleh observer untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran melalui aktivitas siswa selama pembelajaran, angket siswa yang diisi oleh siswa, serta pedoman wawancara untuk mengetahui tanggapan guru terhadap tingkat keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik. Analisis yang digunakan untuk memperoleh data tingkat keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik adalah sebagai berikut.
3.7.2.1.Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi tingkat keterlaksanaan terdiri atas tujuh belas aspek tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan siswa. Tujuh belas aspek tersebut pada dasarnya merupakan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung yang meliputi kegiatan selama pembelajaran materi pelajaran, diskusi, pengamatan, dan pembuatan produk.
Setiap aspek memiliki skor 1 untuk “YA” dan 0 untuk “TIDAK.” Skor
diperoleh dengan cara jumlah skor hasil observasi dibagi skor total yaitu 16 kemudian dikalikan 100%. Rentangan skor yang dapat diperoleh antara 0% - 100%. Rentangan skor kemudian dikonversikan menjadi empat kriteria, yaitu kriteria sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Untuk menghitung presentase aktivitas siswa, digunakan rumus berikut ini.
(Kemendikbud, 2014: 92)
Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut. Tabel 3.9. Kriteria penilaian aktivitas guru dan siswa
Predikat Nilai
Sangat baik 76% -100%
Baik 51% - 75%
Cukup baik 26% - 50%
Kurang baik 0% - 25%
(49)
36 3.7.2.2.Angket Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Strategi LSQ
dam Pendekatan Saintifik
Data tanggapan siswa diperoleh dari angket yang diisi oleh siswa, berupa pendapat tentang keterlaksanaan penerapan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik. Angket tingkat keterlaksanaan terdiri atas 16 pernyataan tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada dasarnya pernyataan terfokus pada pemahaman siswa, sudah memahami atau belum memahami, apa yang telah dilakukan atau sudah dilakukan, dan bagaimana tanggapan siswa mengenai pembelajaran. Setiap aspek memiliki skor 1 untuk
“YA” dan 0 untuk “TIDAK.” Skor diperoleh dengan cara jumlah skor hasil observasi dibagi skor total yaitu 16 kemudian dikalikan 100%. Rentangan skor yang dapat diperoleh antara 0% - 100%. Rentangan skor kemudian dikonversikan menjadi empat kriteria, yaitu kriteria sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Untuk menghitung presentase tanggapan siswa, digunakan rumus berikut ini.
(Kemendikbud, 2014: 141) Kriteria tanggapan siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 3.10. Kriteria tanggapan siswa
Predikat Nilai
Sangat baik 76% -100%
Baik 51% - 75%
Cukup baik 26% - 50%
Kurang baik 0% - 25%
3.7.2.3.Pedoman Wawancara Tanggapan Guru
Data hasil wawancara dengan guru Biologi digunakan untuk mengetahui tanggapan guru mengenai tingkat keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik. Pedoman wawancara tanggapan guru terdiri atas 12 pertanyaan tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik yang telah dilaksanakan oleh peneliti. Data tanggapan guru dianalisis secara deskriptif.
(50)
37 3.7.2.4.Indikator keterlaksanaan pembelajaran
Pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik dikatakan terlaksana dengan baik apabila:
1. Secara klasikal 75% tingkat aktivitas minimal berada dalam kategori aktivitas baik dan sangat baik.
2. Secara klasikal 75% siswa memberikan tanggapan dalam kriteria baik dan sangat baik.
3.7.3. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan yang dilakukan meliputi Uji Normalitas, Uji Homogenitas, dan Uji kesamaan antara kelas kontrol dan eksperimen. Data yang digunakan dalam uji pendahuluan adalah nilai pretest. Uji yang dilakukan akan diuraikan sebagai berikut.
3.7.3.1.Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari sampel berdistribusi normal atau tidak. Adapun hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut:
Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal
Dalam menguji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan α=0,05 dan dibantu program SPSS 16.0. Jika nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari α (sig>0,05) maka Ho diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa data terdistribusi normal.
3.7.3.2.Uji Homogenitas
Uji homogenitas varian dilakukan untuk mengetahui kesetaraan dua kelas yang dijadikan sampel. Adapun hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut: Ho : = : Varians kedua populasi sama
Ha : : Varians kedua populasi tidak sama
Uji homogenitas menggunakan menggunakan Levene’s test dengan α = 0,05 dan dibantu program SPSS 16.0. Jika nilai signifikansi Levene’s test atau
(51)
38
dinyatakan bahwa dua kelas sampel berada pada populasi yang variansinya homogen.
3.7.3.3.Uji Kesamaan 2 Kelas Sampel
Uji kesamaan dua kelas sampel dilakukan untuk mengetahui apakah dua kelas sampel yang digunakan memiliki kemampuan yang setara atau tidak. Dalam analisis ini digunakan uji t dua pihak untuk membandingkan kelompok kontrol dan eksperimen. Adapun hipotesis dalam uji ini adalah sebagai berikut:
Ho : = : Tidak ada perbedaan kemampuan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
Ha : : Ada perbedaan kemampuan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
Uji kesamaan dua kelas sampel menggunakan menggunakan t-test equal variances assumed atau t-test equal variances not assumed dengan α = 0,05 dan dibantu program SPSS 16.0. Jika signifikansi F lebih besar dari α (sig>0,05) maka maka kedua kelompok homogen, sehingga t-test yang digunakan adalah equal variances assumed karena memiliki variansi yang sama. Jika signifikansi F lebih
kecil dari α (sig<0,05) maka maka kedua kelompok tidak homogen, sehingga t-test yang digunakan adalah equal variances not assumed karena memiliki variansi yang tidak sama.
3.7.4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menguji pengaruh pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa. Data yang digunakan dalam uji ini adalah hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam analisis ini digunakan uji-t pihak kanan dengan syarat data terdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0. Hipotesis yang diajukan dalam uji ini adalah sebagai berikut
Ho : = : Tidak ada pengaruh strategi LSQ dalam pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi
Ha : : Ada pengaruh positif strategi LSQ dalam pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi
(52)
39
Adapun rumus t-test yang digunakan adalah sebagai berikut:
(Sugiyono. 2014: 274)
Dengan = √
Keterangan:
̅ = Rerata nilai posttest kelompok kontrol
̅ = Rerata nilai posttest kelompok eksperimen
n = Jumlah siswa kelompok kontrol
n = Jumlah siswa kelompok eksperimen = Standar deviasi
s = Varian kelompok kontrol
s = Varian kelompok eksperimen
Berdasarkan nilai thitung yang diperoleh, maka dikonsultasikan dengan ttabel
pada taraf signifikasi 5%. Jika t t yaitu t t maka Ha diterima, yaitu pengaruh pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik terhadap hasil belajar siswa adalah signifikan.
3.7.5.
Ketuntasan Belajar
3.7.5.1.Ketuntasan Individu
Siswa dikatakan tuntas belajar apabila nilai yang diperoleh mencapai ≥ 70
3.7.5.2.Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan belajar klasikal dihitung untuk mengetahui persentase siswa yang mencapai KKM. Bessarnya nilai KKM yang digunakan SMA Negeri 1 Demak adalah 67, sedangkan KKM yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 70. Rumus yang digunakan untuk menghitung ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut.
t = ̅ − ̅
√ +
(53)
40
Keterangan:
K = Persentase ketuntasan klasikal
= Jumlah siswa yang tuntas (mencapai KKM)
N = Jumlah seluruh siswa
Pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik dikatakan berpengaruh optimal jika secara klasikal 80% siswa kelas eksperimen mampu mencapai KKM (nilai 70).
3.7.6. Aktivitas siswa
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan gamabaran peran siswa dalam proses belajar. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak harus dilihat dari hasil belajar berupa nilai akhir, tapi dapat dilihat dari keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas siswa adalah sebagi berikut.
Keterangan:
= Jumlah skor yang diperoleh
N = Total skor
Berikut ini adalah konversi nilai yang digunakan untuk memberikan kriteria hasil analisis aktivitas siswa.
Tabel 3.11. Kriteria penilaian aktivitas siswa
Predikat Nilai
Sangat baik 76% -100%
Baik 51% - 75%
Cukup baik 26% - 50%
Kurang baik 0% - 25%
Pembelajaran dengan strategi LSQ dalam pendekatan saintifik dikatakan berpengaruh optimal jika secara klasikal 75% siswa kelas eksperimen berada pada kriteria aktivitas baik dan sangat baik.
(1)
(2)
198
DOKUMENTASI KEGIATAN
Gambar 1. Pretest Gambar 2. Pengamatan
Gambar 3. Siswa bertanya Gambar 4. Diskusi
Gambar 5. Presentasi
Gambar 6. Posttest Gambar 7. Menanam pohon
(3)
199 Lampiran 40. Surat Keputusan Penunjukkan Dosen Pembimbing
(4)
200 Lampiran 41. Surat Ijin Observasi
(5)
201 Lampiran 42. Surat Ijin Penelitian
(6)
202 Lampiran 43. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian