Kebutuhan Akan Prestasi Tinjauan Teori .1 Kewirausahaan dan Wirausaha

12 kepribadian sangat menentukan bidang usaha apa yang bakal mendatangkan kesuksesan dalam kewirausahaan. Stoltz Riyanti, 2003 menyatakan ada tiga tipe kepribadian yakni the climber, the champer dan the quitter. The climber adalah orang yang memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi rintangan, ia tidak mudah menyerah dan terus bertahan meskipun gagal berkali-kali. The champer adalah orang yang mendaki pada ketinggian tertentu dan berhenti karena ia merasa sudah puas dengan apa yang dicapainya dan ia tidak mau berusaha lagi agar bisa lebih berhasil. Tipe quitter adalah orang yang mudah menyerah bila menghadapi kegagalan, ia penakut dan tidak mau mengambil resiko untuk mulai berusaha lagi. Rintangan membuatnya tidak mau mencoba lagi.

2.1.3 Kebutuhan Akan Prestasi

McClelland 1987 adalah yang pertama kali mengenalkan Konsep kebutuhan akan prestasi. Kebutuhan akan prestasi merujuk pada keinginan seseorang terhadap prestasi yang tinggi, penguasaan keahlian, pengendalian atau standar yang tinggi. McClelland 1987 menyatakan bahwa ada tiga motif sosial yang mempengaruhi tingkah laku seseorang jika ia berhubungan dengan orang lain di dalam suatu lingkungan yakni: 1 Motif afiliasi affiliation motive. Keinginan untuk bergaul dengan orang lain secara harmonis, penuh keakraban, dan disenangi. Orang ini akan berbahagia jika ia bisa diterima lingkungannya dan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungannya. Orang seperti ini biasanya merupakan teman yang baik dan menyenangkan. 13 2 Motif kekuasaan power motive. Orang yang memiliki motivasi berkuasa tinggi suka menguasai dan mempengaruhi orang lain, ia mau orang lain melakukan apa yang dimintadiperintahkannya, ia cenderung tidak mempedulikan perasaan orang lain, baginya keharmonisan bukanlah hal yang utama, ia memberikan bantuan kepada orang lain bukan atas dasar belas kasihan akan tetapi supaya orang yang dibantunya menghormati dan kagum kepadanya sehingga ia bisa menunjukkan kelebihannya kepada orang lain dan agar orang lain mau terpengaruh oleh mereka sehingga bisa diperintah dan diaturnya. 3 Motif berprestasi achievement motive. Orang yang memiliki motif berprestasi fokus pada cara-cara untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi. McClelland 1987 melakukan penelitian terhadap mahasiswa Harvard University dan membuktikan adanya korelasi antara tinggi rendahnya kebutuhan berprestasi pada mahasiswa yang diukur semasa kuliah dengan pemilihan karierpekerjaan setelah mereka lulus kuliah dan terjun ke masyarakat. Dari hasil penelitian itu ditunjukkan bahwa mereka yang memiliki motif berprestasi tinggi sekitar 66 memilih karier sebagai pengusaha, sementara 34 lainnya memilih pekerjaan di bidang lain. Pada mahasiswa yang memiliki motif berprestasi rendah, hanya 10 yang memiliki pekerjaan sebagai pengusaha dan 90 memilih pekerjaan di bidang lain. Oosterbeek 2008 menemukan bahwa wirausaha yang sukses memiliki nilaiskor yang tinggi pada uji terhadap kebutuhan akan prestasi karena mereka akan berjuang untuk memperoleh prestasi yang tinggi, mereka mendirikan perusahaannya secara profesional dan menentukan target yang tinggi dan berusaha mencapai target tersebut. Oosterbeek juga menemukan bahwa wirausaha yang sukses memiliki kebutuhan akan 14 kekuasaanthe need of power yang tinggi untuk mengendalikan orang lain yang mengindikasikan bahwa mereka tahu apa yang mereka inginkan dan cara mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuannya. McClelland 1987 pun menyatakan bahwa orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi berbeda dengan para penjudigamblers atau pengambil resikorisk takers. Orang-orang dengan kebutuhan prestasi yang tinggi menetapkan tujuan yang bisa dicapai yang dapat mereka pengaruhi dengan usahanya sendiri. Faisol Mudjiarto, 2006 menyatakan bahwa orang-orang yang berprestasi tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1 Berani mengambil resiko. 2 Kreatif dan inovatif. 3 Mempunyai visi. 4 Mempunyai tujuan yang berkelanjutan. 5 Percaya diri. 6 Mandiri. 7 Aktif, enerjik dan menghargai waktu. 8 Memiliki konsep diri yang positif. 9 Berpikir positif. 10 Bertanggung jawab secara pribadi. 11 Selalu belajar dan menggunakan umpan balik. Penelitian Scapinello Indarti, 2008 menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada mereka dengan kebutuhan akan prestasi yang rendah. Sengupta dan Debnath Indarti, 15 2008 dalam penelitiannya di India menemukan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh besar terhadap tingkat kesuksesan seorang wirausaha.

2.1.4 Efikasi Diri