Intensi Berwirausaha Tinjauan Teori .1 Kewirausahaan dan Wirausaha

26 2003: 38 menemukan bukti kuat adanya hubungan antara minat kewirausahaan dengan profesi orang tua yang bekerja mandiri atau sebagai wirausaha. Kemandirian dan fleksibilitas dapat ditularkan oleh orang tua kepada anaknya sejak dini dan menjadi sifat yang melekat kepada anak-anaknya. Pendapat Staw didukung oleh Duchesneau dalam Riyanti 2003 yang menemukan bahwa wirausaha yang berhasil adalah mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang juga wirausaha. Aldrich dan Zimmerer dalam Greve 2003 menyatakan bahwa wirausaha membutuhkan jaringan sosial yang kuat selain informasi, modal, ketrampilan, tenaga kerja untuk memulai usaha. Menurut Hansen dalam Greve 2003 jaringan sosial ini bisa berupa jaringan profesional, teman-teman, rekan-rekan kerja sebelumnya mulai dari dalam organisasi, kumpulan perusahaan, atau orang-orang yang membantu menjalankan dan mendirikan usaha. Chrisman dalam Marshall 2005 menyatakan bahwa pengaruh keluarga pada pembentukan usaha baru lebih penting dibandingkan faktor budaya yang lain. Dalam penelitian ini hal-hal yang menjadi indikator dalam kepemilikan jaringan social adalah kepemilikan pergaulan, kecenderungan bergaul dan berteman, keaktifan dalam komunitas dan kepemilikan jaringan sosial.

2.1.10 Intensi Berwirausaha

Tarmudji 2006 menyatakan bahwa minatintensi adalah perasaan tertarik atau berkaitan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang memintamenyuruh. Tarmudji menyatakan bahwa minat seseorang dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan seorang lebih tertarik pada suatu obyek lain dan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Hurlock dalam Riyanti 2003 menjelaskan bahwa minat adalah sumber 27 motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan bila seseorang bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan terbentuk minat yang kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi bersifat sementara atau dapat berubah-ubah. Crow Crow dalam Yuwono dkk 2008 menyebutkan ada tiga aspek minat pada diri seseorang, yaitu: a. Dorongan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan diri sebagai sumber penggerak untuk melakukan sesuatu. b. Kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang akan menentukan posisi individu dalam lingkungannya. c. Perasaan individu terhadap suatu pekerjaan yang dilakukannya. Masrun dalam Yuwono dkk 2008 menyatakan bahwa banyak lulusan perguruan tinggi belum mampu berwirausaha. Mahasiswa cenderung berpikir bagaimana caranya mereka bisa diterima bekerja sesuai dengan gelar kesarjanaannya dan dengan gaji yang sesuai ketika menyelesaikan kuliahnya. Mereka berpendapat lebih baik menganggur daripada mendapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahliannya. Lebih lanjut Masrun menyatakan bahwa penduduk yang mempunyai pendidikan tinggi justru kurang berminat menjadi wirausaha, tercatat hanya 10 yang berminat menjadi wirausaha. Mereka yang pendidikannya rendah justru 49 yang berminat menjadi wirausaha. Dalam Enterpreneur.s Handbook seperti yang dikutip oleh Wirasasmita dalam Suryana 2006 dikemukakan beberapa alasan yang menumbuhkan intensi seseorang menjadi wirausaha yakni: 28 1. Alasan keuangan. Untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan tambahan dan sebagai jaminan stabilitas keuangan. 2. Alasan sosial. Memperoleh gengsistatus agar dikenal dan dihormati banyak orang, menjadi teladan untuk ditiru orang lain dan agar dapat bertemu banyak orang. 3. Alasan pelayanan. Agar bisa membuka lapangan pekerjaan dan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat. 4. Alasan pemenuhan diri. Untuk bisa menjadi seorang atasan, mencapai sesuatu yang diinginkan, menghindari ketergantungan kepada orang lain, menjadi lebih produktif dan menggunakan potensi pribadi secara maksimum. Mudjiarto dkk 2005 menyatakan bahwa bahwa umumnya orang berminat membuka usaha sendiri karena beberapa alasan berikut ini: 1. Mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan. 2. Memenuhi minat dan keinginan pribadi. 3. Membuka diri untuk berkesempatan menjadi bos bagi diri sendiri. 4. Adanya kebebasan dalam manajemen. Zimmerer 2004 menyatakan bahwa ada 8 faktor yang menjadi pendorong pertumbuhan intensi kewirausahaan, yakni: 1. Pendapat bahwa wirausaha adalah seorang pahlawan. 2. Pendidikan kewirausahaan. 3. Faktor ekonomi dan kependudukan. 4. Pergeseran dari ekonomi industri ke ekonomi jasa. 5. Kemajuan teknologi. 6. Gaya hidup bebas. 7. E-Commerce dan The World Wide Web. 29 8. Terbukanya peluang bisnis internasional. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan dengan intensi berwirausaha adalah kecenderungan atau ketertarikan seseorang untuk melakukan kegiatan kewirausahaan dengan senang hati dan dengan keberanian mengambil resiko.

2.1.11 Perilaku Berwirausaha