Evaluasi Measurement Outer Model

75 Analisis Data menggunakan Software SmartPLS dilakukan terlebih dahulu terhadap model awal intensi berwirausaha PKL tersebut. Tampilan hasil PLS Algorithm pada Model Itensi Berwirausaha PKL sebagaimana disajikan dalam Gambar 3. Gambar 3 : Tampilan Hasil PLS Algorithm pada Model Awal Intensi Berwirausaha Pedagang Kaki Lima Kota Bogor

4.3.2 Evaluasi Measurement Outer Model

Perbaikan model dilakukan dengan memperhatikan koefisien dari masing- masing peubah indikator serta hubungan antara peubah laten. Indikator yang tidak sejalan dihilangkan Esposito Vinzi, 2010. Untuk mengetahui apakah suatu indikator merupakan pembentuk konstruk variabel laten dilakukan pengujian validitas konvergen dari model pengukuran dengan indikator refleksif yang dinilai berdasarkan 76 korelasi antara item score dengan construct score yang dihitung dengan bantuan software SmartPLS. Ukuran individual dikatakan valid jika memiliki korelasi loading dengan konstruk variabel laten yang ingin diukur 0.5. Jika salah satu indikator memiliki nilai loading 0.5, maka indikator tersebut harus dikeluarkan dari model karena mengindikasikan bahwa indikator tidak cukup baik untuk mengukur konstruk secara tepat. Berdasarkan Gambar 3 di atas tampak bahwa terdapat sebagian loading factor yang bernilai di bawah 0.50 sebagian lagi memiliki nilai di atas 0.50 untuk selengkapnya lihat Lampiran 3. Variabel indikator yang memiliki nilai 0.50 diputuskan untuk dikeluarkan dari model, yaitu variabel indikator sebagai berikut : 1. A1 adalah indikator hubungan yang baik dengan sumber modal dalam Akses Kepada Modal 2. A2 adalah indikator kontribusi hubungan yang baik dengan sumber modal terhadap berwirausaha dalam Akses Kepada Modal 3. A3 adalah indikator memiliki modal sendiri dan modal dari sumber luar dalam Akses Kepada Modal 4. D1 adalah indikator Pendidikan Kewirausahaan pondasi untuk berwirausaha dalam Faktor Demografis 5. D2 adalah indikator Pendidikan Kewirausahaan membantu memecahkan permasalahan berwirausaha dalam Faktor Demografis 6. D3 adalah indikator pengalaman kerja mempengaruhi intensi berwirausaha dalam Faktor Demografis 7. D4 adalah indikator Pengalaman menjalankan bisnis menyebabkan intensi berwirausaha dalam Faktor Demografis 77 8. D8 adalah indikator Jender mempengaruhi intensi berwirausaha dalam Faktor Demografis. 9. M1 adalah indikator Senang berwirausaha tanpa keterpaksaan dalam Intensi Berwirausaha 10. P1 adalah indikator menyukai tantangan memulai usaha dalam Kebutuhan Akan Prestasi 11. P3 adalah indikator tidak suka mencari kambing hitam atas kegagalan berwirausaha dalam Kebutuhan Akan Prestasi. Selanjutnya untuk mendapatkan model yang terbaik, kemudian dilakukan proses ulang kembali tanpa melibatkan indikator di atas. Model Final Intensi Berwirausaha sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Proses PLS Algorithm tersebut menghasilkan nilai cross loading untuk setiap variabel indikator. Hal ini diuraikan secara lengkap pada Lampiran 8. Berdasarkan Gambar 4 di atas tampak bahwa semua loading factor nilainya di atas 0.50. Hal ini dapat disimpulkan bahwa konstruk mempunyai convergent validity yang baik. Nilai cross loading juga menunjukkan adanya discriminate validity yang baik oleh karena nilai korelasi indikator terhadap konstruknya lebih tinggi dibandingkan nilai korelasi indikator dengan konstruk lainnya. Sebagai ilustrasi nilai loading factor P5 dengan Kebutuhan akan Prestasi adalah sebesar 0,806 yang lebih tinggi dari nilai loading factor dengan konstruk lain, yaitu Akses Modal 0,449, Demografis 0,157, Efikasi Diri 0,387, Jaringan Sosial 0,145, Kepribadian 0,488, Lingkungan Eksternal 0,182, Sedia Informasi 0,325, Intensi Berwirausaha 0,225, Perilaku Berwirausaha 0,387 dan Kinerja Kewirausahaan 0,233. 78 Gambar 4 : Tampilan Hasil PLS Algorithm pada Model Final Intensi Berwirausaha Pedagang Kaki Lima Kota Bogor 79 Hasil analisis pada Lampiran 4 menunjukkan pula bahwa indikator-indikator Intensi Berwirausaha pun memiliki nilai loading factor dengan Intensi Berwirusaha yang lebih tinggi dibanding nilai loading factor dengan konstruk yang lainnya. Hal serupa pula tampak pada indikator dalam Demografis, Efikasi Diri, Jaringan Sosial, Akses Modal, Kepribadian, Lingkungan Eksternal, Sedia Informasi, Perilaku Berwirausaha dan Kinerja Kewirausahaan. Di samping uji validitas konstruk, dilakukan pula uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan composite reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk. Tabel 21 Nilai Composite Reliability Variabel Laten dalam Model Intensi Berwirausaha PKL Kota Bogor 2012 Variabel Nilai Composite Reliability AKSES MODAL 1.000000 DEMOGRAFIS 0.742903 EFIKASI DIRI 0.832731 INTENSI BERWIRAUSAHA 0.823219 JARINGAN SOSIAL 0.793492 KEBUTUHAN PRESTASI 0.798151 KEPRIBADIAN 0.809238 KINERJA WIRAUSAHA 0.840043 LINGKUNGAN EKSTERNAL 0.884453 PERILAKU WIRAUSAHA 0.824749 SEDIA INFORMASI 0.841611 Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS Konstruk dinyatakan reliabel jika memiliki nilai composite reliability di atas 0.70. Dari hasil output SmartPLS di atas, semua konstruk memiliki nilai composite reliability di atas 0.70. Sehingga dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik. Selain menggunakan nilai composite reliability, untuk menilai 80 reliabilitas suatu konstruk dapat juga dilakukan dengan melihat Average Variance Extracted AVE dan membandingkan nilai akar AVE dengan nilai korelasi antar konstruk. Tabel 22. Korelasi Antar Konstruk Laten Dalam Model Intensi Berwirausaha Pedagang Kaki Lima Kota Bogor VARIABEL AKS ES MOD AL DEMOG RAFIS EFIK ASI DIRI INTENSI BERWIRAU SAHA JARIN GAN SOSIA L KEBUTU HAN PRESTA SI KEPRIBA DIAN KINERJ A WIRAUS AHA LINGKU NGAN EKSTER NAL PERILA KU WIRAUS AHA SEDIA INFOR MASI AKSES MODAL 1.000 DEMOGRA FIS 0.108 1.000 EFIKASI DIRI 0.392 0.320 1.000 INTENSI BERWIRAU SAHA 0.232 0.224 0.267 1.000 JARINGAN SOSIAL 0.080 0.493 0.378 0.325 1.000 KEBUTUH AN PRESTASI 0.444 0.269 0.542 0.336 0.340 1.000 KEPRIBADI AN 0.253 0.233 0.453 0.353 0.419 0.631 1.000 KINERJA WIRAUSA HA 0.434 0.242 0.462 0.335 0.181 0.359 0.367 1.000 LINGKUNG AN EKSTERNA L 0.312 0.209 0.208 0.311 0.296 0.300 0.221 0.325 1.000 PERILAKU WIRAUSA HA 0.485 0.090 0.515 0.422 0.103 0.443 0.412 0.690 0.215 1.000 SEDIA INFORMAS I 0.422 0.417 0.514 0.189 0.389 0.473 0.341 0.549 0.348 0.494 1.000 Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS, 2012 Nilai akar AVE masing-masing variabel lihat Tabel 23 menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dan hal ini mengandung makna bahwa konstruk memiliki discriminant validity yang tinggi. Nilai AVE konstruk Intensi Berwirausaha pada tabel adalah 0.539 sehingga nilai akarnya adalah sebesar 0.734. Nilai tersebut lebih tinggi daripada nilai korelasi antara konstruk Intensi Berwirausaha dengan dengan konstruk yang lainnya yaitu sebesar 0,325 Intensi Berwirausaha dengan Jaringan Sosial, 0,336 Intensi Berwirausaha dengan Kebutuhan akan Prestasi, 0,353 Intensi 81 Berwirausaha dengan Kepribadian, 0,335 Intensi Berwirausaha dengan Kinerja Kewirausahaan, 0,311 Intensi Berwirausaha dengan Lingkungan Eksternal, 0,422 Intensi Berwirausaha dengan Perilaku Berwirausaha dan 0,189 Intensi Berwirausaha dengan Sedia Informasi. Demikian seterusnya pada nilai akar AVE konstruk yang lainnya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model adalah baik. Tabel 23. Nilai AVE dan Akar AVE Variabel-variabel dalam Model Intensi Berwirausaha PKL Kota Bogor Variabel AVE Akar AVE AKSES MODAL 1.000000 1.000000 DEMOGRAFIS 0.493147 0.702244 EFIKASI DIRI 0.559722 0.748145 JARINGAN SOSIAL 0.493278 0.702337 KEBUTUHAN PRESTASI 0.569553 0.754687 KEPRIBADIAN 0.462207 0.679858 LINGKUNGAN EKSTERNAL 0.526838 0.725836 SEDIA INFORMASI 0.572000 0.756307 INTENSI BERWIRAUSAHA 0.538790 0.734023 PERILAKU WIRAUSAHA 0.612680 0.782739 KINERJA WIRAUSAHA 0.638220 0.798887 Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS, 2012

4.4.3 Evaluasi Structural Inner Model