16
Wirausaha sukses selalu yakin bahwa mereka mampu membuat semua kegiatannya menjadi berhasil. Mereka juga merasa mampu mengendalikan kesuksesan mereka yang
tidak tergantung kepada orang lain. Wirausaha sukses memiliki ketahanan yang tinggi, kemampuan mengambil resiko
dan menanggung kerugian dan menangani ketidakpastian. Bandura menjelaskan bahwa ada empat cara untuk mencapai efikasi diri yakni:
1 Pengalaman sukses atau kegagalan yang terjadi berulang kali. Pengalaman sukses
akan memperkuat kepercayaan seseorang bahwa dirinya memang mempunyai kemampuan untuk mencapai prestasi yang baik, sebaliknya pengalaman gagal
berulang kali dapat membuat seseorang meragukan kemampuan dirinya sehingga menurunkan kepercayaan pada dirinya sendiri.
2 Melihat orang lain melakukan perilaku tersebut dan kemudian mencontoh atau
belajar dari pengalaman tersebut. Jadi ada suatu model yang menjadi panutan seseorang, model ini memiliki kemampuan yang mirip dengan dirinya. Melihat
model bisa sukses dengan melakukan usaha tertentu, maka seseorang menjadi yakin ia juga bisa berhasil sama seperti model tersebut.
3 Persuasi verbal yakni memberikan semangat atau menjatuhkan performa
seseorang agar seseorang berperilaku tertentu. 4
Apa perasaan seseorang tentang perilaku yang dimaksud reaksi emosional.
2.1.5 Demografi
Demografi menjadi bagian tidak terpisahkan dalam pembahasan tentang pemasaran. Bogue menyatakan bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari secara
statistika dan matematika tentang besar, komposisi, dan distribusi penduduk serta
17
perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas social.
Barclay menyatakan bahwa demografi adalah ilmu yang memberikan gambaran yang menarik dari penduduk yang digambarkan secara statistika. Demografi
mempelajari tingkah laku keseluruhan dan bukan tingkah laku perorangan Yasin, 2007. Riyanti 2003 menyatakan bahwa demografi sangat penting dikaji karena
demografi adalah faktor yang melekat pada wirausaha dan mempengaruhi keberhasilan seorang wirausaha. Shapero menyatakan bahwa minat terhadap kewirausahaan
tergantung pada faktor-faktor eksogen seperti demografi, karakter, ketrampilan, budaya, sosial dan dukungan keuangan Basu, 2009.
Mazzarol Indarti, 2008 menyatakan bahwa faktor-faktor demografi seperti jender, umur, pendidikan dan pengalaman bekerja seseorang berpengaruh terhadap
keinginan seseorang untuk menjadi seorang wirausaha. Crant dalam Saud dkk 2009 menyatakan bahwa sikap kewirausahaan dipengaruhi oleh jender, tingkat pendidikan
dan orang tua yang memiliki bisnis. Penelitian oleh Mazzarol Saud, 2009 menemukan bahwa faktor demografi etnisitas, status perkawinan, tingkat pendidikan, ukuran
keluarga, status dan pengalaman kerja, usia, jender, status sosio-ekonomi, agama dan sifat kepribadian mempengaruhi minat mendirikan usaha. Studi di India oleh Sinha
Indarti, 2008 membuktikan bahwa latar belakang pendidikan menjadi salah satu penentu penting minat kewirausahaan dan kesuksesan usaha yang dijalankan.
Jones 2009 lebih spesifik menekankan pentingnya pendidikan kewirausahaan. Jones lebih lanjut menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan adalah proses
menyiapkan individu dengan kemampuan untuk mengenali kesempatan komersial, meningkatkan penghargaan diri, pengetahuan dan ketrampilan untuk bertindak terhadap
18
kesempatan komersial tersebut. Kourilsky dalam Jones 2009 mendefinisikan pendidikan kewirausahaan sebagai kesempatan untuk mengenali, menyusun sumber-
sumber daya dengan kehadiran resiko, dan membangun sebuah perusahaan bisnis. Bechard and Toulouse Jones, 2009 mendefinisikan pendidikan kewirausahaan sebagai
kumpulan dari pengajaran formal yang memberikan informasi, melatih dan mendidik siapapun yang tertarik untuk mendirikan bisnis atau mengembangkan bisnis kecil.
Charney 2000 pada penelitiannya terhadap lulusan Universitas Arizona tahun 1985–1999 dengan membandingkan para lulusan yang mendapatkan pendidikan
kewirausahaan dengan para lulusan yang tidak mendapatkan pendidikan kewirausahaan menyimpulkan beberapa hal penting berikut ini:
1 Pendidikan kewirausahaan terbukti meningkatkan minat pendirian perusahaan baru. Lulusan yang mendapatkan pendidikan kewirausahaan tiga kali lebih banyak yang
mendirikan perusahaan baru dibandingkan para lulusan yang tidak mendapatkan pendidikan kewirausahaan.
2 Pendidikan kewirausahaan meningkatkan minat para lulusan tiga kali lebih besar untuk menjadi pekerja mandiri self - employed dibandingkan para lulusan yang
tidak mendapatkan pendidikan kewirausahaan. 3 Pendidikan kewirausahaan meningkatkan pendapatan para lulusan yang
mendapatkan pendidikan kewirausahaan sebanyak 27 persen lebih tinggi. 4 Pendidikan kewirausahaan meningkatkan pertumbuhan perusahaan terutama pada
perusahaan kecil, pada perusahaan besar pengaruh pendidikan kewirausahaan lebih sulit diukur. Tetapi perusahaan besar memberikan gaji yang lebih besar kepada para
lulusan yang memiliki pendidikan kewirausahaan. Perusahaan yang didirikan para lulusan yang memiliki pendidikan kewirausahaan juga lebih besar.
19
5 Pendidikan kewirausahaan mempromosikan perpindahan teknologi dari universitas kepada sektor swasta dan mempromosikan perusahaan dan produk berbasis
teknologi. Para lulusan dengan pendidikan kewirausahaan lebih cenderung bekerja para perusahaan dengan teknologi yang lebih tinggi.
Bandura, Hollenbeck dan Hall, Wilson menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan dapat meningkatkan tingkat efikasi diri seseorang Basu, 2009. Noel
menemukan bahwa pendidikan kewirausahaan mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan minat kewirausahaan terutama untuk mahasiswi Basu, 2009. Wilson
menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan meningkatkan minat mahasiswa terhadap kewirausahan sebagai karier Basu, 2009.
Pengalaman kerja menyatakan jenis dan jumlah pekerjaan, lamanya bekerja di sebuah atau beberapa bidang yang dialami oleh seseorang di dalam karirnya. Setiap
orang mempunyai pengalaman kerja yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi kehidupan dan karirnya selama hidupnya. Drennan menyatakan bahwa pandangan yang
positif tehadap pengalaman bisnis keluarga dan pengalaman langsung memulai bisnis baru akan mempengaruhi sikap dan persepsi tentang kewirausahaan sebagai karier
Basu, 2009. Timmons Din, 1992 menyatakan bahwa ada bukti yang semakin meningkat
bahwa wirausaha sukses berasal dari kombinasi pengalaman kerja, studi dan pengembangan ketrampilan yang sesuai. Din 1992 dalam penelitiannya pada populasi
mahasiswa sekolah bisnis di Malaysia menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki pengalaman kerja tetap yang lebih banyak memiliki kecenderungan melakukan kegiatan
kewirausahaan yang lebih besar dibandingkan mereka yang pengalaman kerjanya lebih
20
sedikit, hal ini berlaku untuk pengalaman kerja di perusahaan bisnis yang besar dan tidak berlaku untuk pengalaman kerja di sektor publik.
Penelitian Reitan dalam Frazier 2009 menemukan bahwa pengalaman kerja pada bisnis keluarga mempunyai pengaruh positif pada minat kewirausahaan. Penelitian yang
dilakukan Indarti dkk 2008 membuktikan bahwa mahasiswa Norwegia yang memiliki pengalaman kerja akan memiliki minat kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan
yang tidak, akan tetapi pendapat ini tidak berlaku untuk mahasiswa Indonesia dan Jepang. Demografi dalam penelitian ini hanya meneliti variabel latar belakang
pendidikan kewirausahaan, etnisitas, usia, jender, dan pengalaman kerja yang mempengaruhi minat berwirausaha.
2.1.6 Lingkungan Eksternal