Kepemilikan Jaringan Sosial Tinjauan Teori .1 Kewirausahaan dan Wirausaha

24 3. Meminjam dari lembaga formal atau non-formal. 4. Menggunakan modal dari pemasok. 5. Bermitra dengan mitra kerja agar modal kerja yang dibutuhkan dapat dibagi bersama. 6. Melakukan pinjaman dari bank. 7. Mendapatkan modal dari pasar modal dengan menerbitkan obligasi, saham, dll. 8. Mendapatkan bantuan dari pemerintah, perusahaan baik swasta maupun BUMN, universitas, dan lain-lain. Akses kepada modal dalam penelitian ini adalah kemampuan wirausaha dalam memiliki modal dan mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya.

2.1.9 Kepemilikan Jaringan Sosial

Jaringan Sosial menjadi hal tak terpisahkan dalam proses berwirausaha. Membentuk jaringan sosial dapat diartikan sebagai proses dua arah di mana dua orang atau lebih melakukan proses pertukaran informasi dan sumber daya untuk saling mendukung kegiatan masing-masing. Dengan membentuk jaringan sosial maka semua kesempatan bisnis yang ada, permasalahan modal kerja, teknologi produksi, informasi bisnis, investasi, perubahan kebijakan dan peraturan, dan lain-lain dapat dibagi sehingga usaha akan lebih efektif dan efisien dan mengurangi resiko usaha. Mazzarol Indarti, 2008 menyatakan bahwa jaringan sosial mempengaruhi minat kewirausahaan. Gregoire dkk dalam Gadar dan Yunus 2009 menyatakan jaringan sosial merupakan faktor yang paling berpengaruh pada wirausaha wanita. Penelitian oleh Gadar dan Yunus 2009 menemukan bahwa jaringan sosial merupakan faktor kelima terpenting pada wirausaha wanita di Malaysia. Gadar dan Yunus 2009 juga 25 menemukan bahwa hubungan dengan elit politik yang kuat dan dengan pemimpin bisnis, dukungan suami merupakan faktor yang mendukung para wirausaha wanita di Malaysia. Kristiansen dalam Indarti dkk 2008 menjelaskan bahwa jaringan sosial terdiri dari hubungan formal dan informal antara pelaku utama dan pendukung dalam satu lingkaran terkait dan menggambarkan jalur bagi wirausaha untuk mendapatkan akses kepada sumber daya yang diperlukan dalam pendirian, perkembangan dan kesuksesan usaha. Menurut Rosenblatt dalam Greve 2003 anggota keluarga memainkan peranan yang penting ketika seorang calon wirausaha merencanakan dan mendirikan usaha karena anggota keluarga dan jaringannya selalu dilibatkan untuk dimintai bantuan dan dukungan. Penelitian yang dilakukan oleh McClelland dalam Muhandri 2002 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 50 pengusaha yang menjadi sampel yang diambil secara acak dalam penelitiannya berasal dari keluarga pengusaha dan faktor lingkungan keluarga mempengaruhi minat kewirausahaan. Penelitian McClelland didukung oleh penelitian Crant dalam Saud dkk 2009 yang menemukan fakta bahwa minat kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor kepemilikan bisnis oleh orang tua. Mathews dan Moser dalam Cotleur 2009 juga menyatakan bahwa pengaruh keluarga sangat signifikan dalam mengembangkan minat kewirausahaan, hal ini terutama berlaku untuk laki-laki. Adanya model peranrole model juga merupakan faktor yang menentukan minat kewirausahaan seseorang. Davidsson and Honig dalam Marshall 2005 menemukan hubungan yang kuat antara kewirausahaan dan kepemilikan orang tua yang mempunyai bisnis. Dalam studi itu ditemukan bahwa dukungan teman dekat atau tetangga di dalam usaha juga mempunyai pengaruh positif pada minat kewirausahaan seseorang. Staw dalam Riyanti 26 2003: 38 menemukan bukti kuat adanya hubungan antara minat kewirausahaan dengan profesi orang tua yang bekerja mandiri atau sebagai wirausaha. Kemandirian dan fleksibilitas dapat ditularkan oleh orang tua kepada anaknya sejak dini dan menjadi sifat yang melekat kepada anak-anaknya. Pendapat Staw didukung oleh Duchesneau dalam Riyanti 2003 yang menemukan bahwa wirausaha yang berhasil adalah mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang juga wirausaha. Aldrich dan Zimmerer dalam Greve 2003 menyatakan bahwa wirausaha membutuhkan jaringan sosial yang kuat selain informasi, modal, ketrampilan, tenaga kerja untuk memulai usaha. Menurut Hansen dalam Greve 2003 jaringan sosial ini bisa berupa jaringan profesional, teman-teman, rekan-rekan kerja sebelumnya mulai dari dalam organisasi, kumpulan perusahaan, atau orang-orang yang membantu menjalankan dan mendirikan usaha. Chrisman dalam Marshall 2005 menyatakan bahwa pengaruh keluarga pada pembentukan usaha baru lebih penting dibandingkan faktor budaya yang lain. Dalam penelitian ini hal-hal yang menjadi indikator dalam kepemilikan jaringan social adalah kepemilikan pergaulan, kecenderungan bergaul dan berteman, keaktifan dalam komunitas dan kepemilikan jaringan sosial.

2.1.10 Intensi Berwirausaha