81
Berwirausaha dengan Kepribadian, 0,335 Intensi Berwirausaha dengan Kinerja Kewirausahaan, 0,311 Intensi Berwirausaha dengan Lingkungan Eksternal, 0,422
Intensi Berwirausaha dengan Perilaku Berwirausaha dan 0,189 Intensi Berwirausaha dengan Sedia Informasi. Demikian seterusnya pada nilai akar AVE
konstruk yang lainnya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa model adalah baik. Tabel 23. Nilai AVE dan Akar AVE Variabel-variabel dalam Model Intensi
Berwirausaha PKL Kota Bogor
Variabel AVE
Akar AVE AKSES MODAL
1.000000 1.000000
DEMOGRAFIS 0.493147
0.702244 EFIKASI DIRI
0.559722 0.748145
JARINGAN SOSIAL 0.493278
0.702337 KEBUTUHAN PRESTASI
0.569553 0.754687
KEPRIBADIAN 0.462207
0.679858 LINGKUNGAN EKSTERNAL
0.526838 0.725836
SEDIA INFORMASI 0.572000
0.756307 INTENSI BERWIRAUSAHA
0.538790 0.734023
PERILAKU WIRAUSAHA 0.612680
0.782739 KINERJA WIRAUSAHA
0.638220 0.798887
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS, 2012
4.4.3 Evaluasi Structural Inner Model
Setelah model yang diestimasi memenuhi kriteria discriminant validity, selanjutnya dilakukan pengujian model struktural inner model. Menilai inner model
adalah melihat hubungan antara konstruk laten dengan melihat hasil estimasi koefisien parameter path dan tingkat signifikansinya Ghozali, 2008. Analisis Model
Inner ini dilakukan untuk menggambarkan model konstruk antar variabel laten.
82
Intensi Berwirausaha dipengaruhi langsung oleh variabel Lingkungan Eksternal, Demografis, dan Kepribadian. Intensi Berwirausaha dipengaruhi secara tidak
langsung oleh variabel Kebutuhan Prestasi dan Efikasi Diri melalui variabel Laten Kerpribadian serta dipengaruhi oleh variabel tidak langsung Jaringan Sosial,
Ketersediaan Informasi dan Akses Modal melalui variabel Lingkungan Eksternal. Intensi Berwirausaha mempengaruhi langsung variabel Perilaku Berwirausaha dan
variabel Kinerja Kewirausahaan. Dengan demikian, terdapat 5 lima variabel laten endogenous yaitu Intensi Berwirausaha, Kepribadian, Lingkungan Eksternal, Perilaku
Berwirausaha dan Kinerja Kewirausahaan. Tabel 24. Nilai R – Square R
2
Konstruk Intensi Berwirausaha PKL Kota Bogor
Variabel R Square
AKSES MODAL DEMOGRAFIS
EFIKASI DIRI INTENSI BERWIRAUSAHA
0.193464 JARINGAN SOSIAL
KEBUTUHAN PRESTASI KEPRIBADIAN
0.415860 KINERJA WIRAUSAHA
0.478033 LINGKUNGAN EKSTERNAL
0.191983 PERILAKU WIRAUSAHA
0.177674 SEDIA INFORMASI
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS, 2012
Konstruk Intensi Berwirausaha dipengaruhi oleh variabel Kepribadian, Demografis dan Lingkungan Eksternal menghasilkan nilai R
2
sebesar 0,193. Hal tersebut berarti bahwa ketiga variabel tersebut mampu menjelaskan variability
konstruk Intensi Berwirausaha sebesar 19,35 dan sisanya dijelaskan oleh variabel
83
lain. Sedangkan variabel Kepribadian yang dipengaruhi oleh Efikasi Diri dan Kebutuhan akan Prestasi memiliki nilai R
2
sebesar 0,41586. Artinya, variability konstruk Kepribadian dapat dijelaskan oleh variabel efikasi diri dan kebutuhan akan
prestasi sebesar 41,59 dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Kemudian untuk Lingkungan Eksternal yang dipengaruhi oleh variabel Akses pada Modal,
Ketersediaan Informasi dan Kepemilikan Jaringan Sosial memiliki nilai R
2
Chin 1998 mengelompokkan nilai R sebesar
0,19198. Hal ini mengandung makna bahwa variability konstruk Lingkungan Eksternal dapat dijelaskan sebesar 19,19 oleh ketiga variabel tersebut dan 80,81
dijelaskan oleh variabel lainnya.
2
ke dalam tiga kategori yaitu substansial 0.67, Moderat 0,33 dan Lemah 0,19. Dengan merujuk Chin 1998, maka dapat
dinyatakan bahwa variabel Kepribadian memiliki R
2
yang berada pada level moderat. Sedangkan variabel Intensi Berwirausaha dan Lingkungan Eksternal memiliki R
2
Untuk melihat efek konstruk laten eksogen Kepribadian, Demografi dan Lingkungan Eksternal terhadap level struktural ketika ada atau tidak ada dalam
model Intensi Berwirausaha, digunakan evaluasi effect size f yang cenderung lemah.
2
. Tabel 25 menunjukkan bahwa hasil perhitungan effect size f
2
masing-masing variabel tersebut berada pada level kecil pada level struktural.
84
Tabel 25. Hasil Perhitungan Nilai Effect Size f
2
Konstruk Variabel-variabel laten eksogen
terhadap Intensi Berwirausaha R
2
R Included
2
Effect Size f Excluded
2
Kepribadian 0.1934
0.1314 0.066
Demografi 0.1934
0.1817 0.012
Lingkungan Eksternal 0.1934
0.1490 0.046
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS, 2012. Kriteria lain untuk mengukur struktur model adalah dengan menggunakan
predictive relevan Q
2
. Pada Tabel 26 disajikan data semua nilai Q
2
Tabel 26. Nilai Q di atas nol, yang
menunjukkan predicitive relevance untuk setiap variabel latennya.
2
hasil penelitian yang dihitung dengan prosedur blindfolding atas Variabel-variabel dalam Model Intensi Berwirausaha PKL Kota Bogor
Total SSO
SSE 1-SSESSO
INTENSI BERWIRAUSAHA 488.000000
435.174503 0.108249
KEPRIBADIAN 610.000000
500.195982 0.180007
KINERJA WIRAUSAHA 366.000000
257.798535 0.295632
LINGKUNGAN EKSTERNAL 854.000000
786.401325 0.079155
PERILAKU WIRAUSAHA 366.000000
328.243588 0.103160
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS, 2012. Dasar yang dipergunakan dalam melakukan pengujian hipotesis adalah nilai
yang terdapat dalam output result for inner weight selengkapnya lihat Lampiran 9. Hasil bootstrap pada koefisien path didapatkan pengaruh yang sangat nyata
Tabel 27 Nilai Hasil Bootstrap Koefisien Path terhadap Konstruk Intensi Berwirausaha
Original Sample O
Sample Mean M
Standard Deviation
STDEV Standard Error
STERR T Statistics
|OSTERR| DEMOGRAFIS - INTENSI
BERWIRAUSAHA 0.112540
0.153250 0.107851
0.107851 1.043479
KEPRIBADIAN - INTENSI BERWIRAUSAHA
0.276621 0.284154
0.099031 0.099031
2.793269 LINGKUNGAN EKSTERNAL -
INTENSI BERWIRAUSAHA 0.226735
0.214630 0.144411
0.144411 1.570069
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan SmartPLS, 2012
85
Hipotesis 2 menyatakan Demografi, Kepribadian dan Lingkungan Eksternal berpengaruh positif terhadap intensi berwirausaha. Berdasarkan Tabel 27 di atas
dapat dilihat bahwa terdapat hubungan positif antara variabel Demografi dengan Intensi Berwirausaha hal ini didasarkan pada nilai koefisiennya sebesar 0,113.
Namun hubungan tersebut tidak signifikan, karena memiliki nilai t-statistik di bawah 1,96 yaitu sebesar 1,043. Antara Kepribadian dan Intensi Berwirausaha diperoleh
koefisien parameter sebesar 0,277 dan t-statistik sebesar 2,793. Hal ini menunjukkan bahwa antara Kepribadian dan Intensi Berwirusaha memiliki hubungan yang positif
dan signifikan. Lingkungan Eksternal berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Intensi Berwirausaha. Hal ini didasarkan pada nilai koefisien parameter 0,227 dan
nilai t-statistik 1,570 yang diperoleh. Model Intensi Berwirausaha yang telah memiliki convergent validity dan
discriminant validity yang baik tersebut, memiliki perbedaan dan persamaan jika dikaitkan dengan karakteristik Pedagang Kaki Lima. Hal ini dapat dilihat pada Tabel
28. Berdasarkan PKL yang berjenis kelamin Laki-laki, Intensi Berwirausaha dibentuk oleh empat indikator sedangkan Intensi Berwirausaha PKL Wanita
membentuk intensi berwirausaha dengan lima indikator. Indikator Senang Berwirausaha tanpa Keterpaksaan hanya dirasakan oleh PKL Wanita. Pedagang Kaki
Lima Asal Kota Bogor tidak menjadikan perasaan senang berwirausaha tanpa keterpaksaan sebagai indikator yang akan membangun intensi berwirausaha. PKL
Asal Luar Kota Bogor hanya menyatakan bahwa Intensi Berwirausaha hanya dapat dibentuk oleh keinginan untuk bisa mengatur waktu diri sendiri dan suka menjual
sesuatu.
86
Tabel 28 Indikator-indikator Pembentuk Intensi Berwirausaha Menurut Karakteristik Pedagang Kaki Lima di Kota Bogor
Karakteristik Intensi Berwirausaha
Variabel yang dikeluarkan
M1 M2
M3 M4
M5 PKL Laki-Laki
√ √
√ √
PKL Wanita √
√ √
√ √
PKL Asal Kota Bogor √
√ √
√ PKL Asal Luar Kota Bogor
√ √
PKL Makanan dan Minuman √
√ √
√ PKL Non Makanan Minuman
√ √
√ √
EfikdiKebpres PKL Milik Sendiri
√ √
√ √
PKL Bukan Milik Sendiri √
√ √
√ √
Jarsos PKL Pernah Bekerja
√ √
√ √
PKL Belum Pernah Bekerja √
√ √
√ PKL Pernah Pelatihan
√ √
√ PKL Belum Pernah Pelatihan
√ √
√ √
Demografi PKL Berpendidikan SD
Tidak Sekolah √
√ √
√ PKL Berpendidikan SMP
√ √
√ √
PKL Berpendidikan SMA Sarjana
√ √
√ √
√ PKL Berpengalaman 5 Tahun
√ √
√ √
PKL Berpengalaman 5-10 tahun √
PKL Berpengalaman 10 tahun √
√ √
√ PKL Beroperasi 6,5 jam
perhari √
√ √
√ √
PKL Beroperasi 6,5-9 jam perhari
√ √
√ √
PKL Beroperasi 9 jam perhari √
√ √
√ √
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2012 Keterangan: M1 senang berwirausaha tanpa keterpaksaan
M2 ingin penghasilan yang tinggi M3 ingin bias mengatur waktu dan diri sendiri
M4 suka membuat sesuatu untuk dijual M5 suka kegiatan menjual sesuatu
87
PKL Makanan Minuman dan PKL Non Makanan Minuman sama-sama menyatakan bahwa perasaan senang berwirausaha tanpa keterpaksaan tidak
membentuk intensi berwirausaha, namun PKL Non Makanan dan Minuman menganggap Efikasi Diri dan Kepribadian tidak mempengaruhi intensi berwirusaha
seseorang. PKL di Kota Bogor secara umum tidak menjadikan indikator Senang
Berwirausaha tanpa keterpaksanaan sebagai indikator yang membangun intensi berwirausaha seseorang, kecuali PKL Wanita, PKL Bukan Milik Sendiri, PKL pernah
Pelatihan, PKL Berpendidikan SMA Sarjana, PKL Beroperasi 6,5 jam perhari dan PKLBeroperasi 9 jam per hari. Kaum wanita yang menjalani wirausaha
cenderung didasari oleh rasa senangnya untuk berwirausaha. Berbeda dengan kaum lelaki yang relatif lebih banyak didasari oleh kondisi “keterpaksaan” di antaranya
kewajiban mencari nafkah, tidak mau menganggur dan sebagainya. Pendidikan dan pengalaman yang lebih tinggi pun memunculkan kesadaran bahwa wirausaha tanpa
didukung rasa senang tidak akan menunjukkan kinerja yang baik. Perasanaan senang berwirausaha dapat dibentuk melalui pelatihan, pendidikan dan pengalaman,
PKL Bukan Milik Sendiri menyatakan bahwa Jaringan Sosial bukanlah variabel yang berpengaruh dalam membentuk intensi berwirausaha. Kondisi ini lebih banyak
didasari oleh kondisi dimana para PKL tersebut hanya menjalankan tugasnya untuk bekerja sebagai wirausaha milik orang lain. Sehingga mereka tidak perlu membangun
jaringan social untuk mengembangkan usahanya tersebut dengan keyakinan bahwa pemilik telah melakukannya.
88
PKL Pernah Pelatihan menyatakan penghasilan yang tinggi dan senang membuat sesuatu untuk dijual sebagai indikator yang tidak membentuk intensi
berwirausaha. Pelatihan telah membuat mereka memahami bahwa berwirausaha itu tidak sekedar memiliki penghasilan tinggi. Mereka pun beranggapan bahwa untuk
berwirausaha, tidak perlu membuat produk untuk dijual oleh diri sendiri. Pengetahuannya mengarahkan mereka untuk dapat bekerjasama dengan orang lain
yang relatif lebih mudah dan menguntungkan. Namun demikian, PKL Belum Pernah Pelatihan menghapuskan Demografi sebagai variabel pembentuk Intensi
Berwirausaha. PKL Berpengalaman antara 5 – 10 tahun hanya menyatakan bahwa Suka menjual sesuatu sebagai indikator pembentuk intensi berwirausaha. Pengaaman
dan pendidikan yang masih rendah mendasari pendapat mereka tersebut.
4.5 Hubungan Intensi Berwirausaha dengan Kinerja Kewirausahaan PKL