Pabrik Gula Sei Seamayang menerapkan sistem pengamanan kebakaran dengan mengacu kepada :
1. Instruksi no.2VinstPA1972 tgl 25-2-5-1972 tentang penerbitan alat-alat
kebakaran : a.
Tiap pintu 2 tabung busa b.
Tiap gudang harus ada 3 buah CO2 c.
Tiap gudang harus memiliki alat bantu. 2.
Instruksi no.6VIPA1974 tanggal 1 juni 1974 tentang peningkatan upaya kesiagaan
dan kewaspadaan
pencegahan kebakaran
penerbitan penyelidikan dan pemakaian alat-alat pemadam kebakaran di tentukan :
a. Penyediaan alat-alat persediaan kebakaran berdasarkan luas gedung
masingmasing standart : 1
Tiap 80 m2 disediakan 1 alat pemadam kebakaran 2
Tiap pintu gudang disediakan 1 grup alat bantu b.
Standart penyediaan alat pemadam api pada kantor-kantor jawatan instansiperusahaan disediakan yang sesuai diatas ditempat-tempat
rawan, vital.
2.8.5. “Waste Treatment”
Setiap perusahaan memiliki limbah hasil pengolahan dimana limbah ini harus diperhatikan dalam hal pengendalian dan permasalahannya, limbah yang
dihasilkan dapat berupa limbah padat maupun limbah cair. Masing-masing limbah harus dikelola dengan baik dan benar sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak
menimbulkan permasalahan terhadap habitat tempat limbah dibuang.
Universitas Sumatera Utara
Limbah pabrik berupa gas adalah asap buangan dari Boiler yang banyak mengandung abu ketel yang terbawa angin sampai puluhan kilometer dan
membuat hitam apa pun yang terkena, sangat mengganggu kesehatan terutama masyarakat yang berada di sekitar pabrik. Upaya yang dilakukan pabrik untuk
mengatasinya antara lain dengan pemasangan wet scrubber pada gas duck boiler dan perbaikan air heater misalnya diganti
Limbah padat tidak ada hanya berupa sisa bahan baku atau ampas sisa perasan tebu di alirkan ke boiler untuk menjadi bahan bakar dimana kelebihan dari
ampas ini akan disimpan di gudang untuk dialirkan lagi ke boiler apabila
diperlukan. Blotong di angkut keluar pabrik diletakkan pada tempat khusus,
namun blotong ini dapat di buat untuk pupuk. Limbah cair yang ada berasal dari bahan kimia campuran pada saat proses
produksi dimana masalah yang ditimbulkan dari limbah tersebut terhadap pabrik adalah Aerator pada kolom oksidasi rusak roda gigi aus, rumah roda gigi retak.
Limbah tersebut akan dialir ke bagian pengolahan limbah, di bagian ini limbah diolah kembali sebelum di buang ke lingkungan. Ada pun skema proses
pengolahanlimbah: 1.
Kolam Pemisah Fungsinya : Memisahkan minyak dari air limbah
2. Kolam Segitiga
Fungsinya : Untuk mengendapkan padatan-padatan yang terbawa air limbah dan disaring
Universitas Sumatera Utara
3. Kolam Ekualisasi Equalizing pond
Volume 1400 m3, kedalaman 2m, waktu pakai 24 jam, pada klam dipasang 2 buah aerator permukaan masing-masing 5 dan 6 kw, dan
berfungsi untuk menurunkan COD 4.
Kolam Parit Oksidasi oxsidation Ditch Volume 2000 m3, kedalaman 3,05 m. Pada kolamini terjadi proses
actidated stude Lumpur aktif serta nitrifikasi 5.
Kalrifier Dengan panjang 6,3 m,lebar 6,29 m, tinggi 3,05 m. Klifier ini
menghasilkan pengendapan hasil reaksi atom proses biokimia pada parit oksidasi hasil pengendapan yang dipompakan ke bak pasir, sedangkan air
bersih overflow keluar ke sungai 6.
Bak pasir Sand bed drying Terdiri dari tiga buah kolam yang masing-masing berukuran 30,5 x 0,5 m.
pengeluaran sludge dari parit oksidasi ke bak pasir dengan menggunakan screw pomp dan setelah kering dari bak pasir digunakan sebagai pupuk
tanaman. Data hasil pengujian air limbah di Pabrik Gula Sei Smayang dapat dilihat
pada Tabel 2.3. berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3. Hasil Pengujian Air Limbah PG. Sei Semayang
No Parameter
Hasil Analisa Satuan
Acuan Metode
1 PH
6,78 Potensiometri
2 BOD
71,2 MgL
Jis k - 0102 - 21 3
COD 116
MgL Colorimetrik
Determination 4
TSS 51
MgL Gravimetri
5 Minyak dan Lemak
3,7 MgL
Jis k - 0102 - 24,2
Sumber : Data Laboratorium Pabrik Gula Sei Semayang
2.9. Struktur Organisasi