Pengembangan Komoditas Hortikultura TINJAUAN PUSTAKA

Sitember dan Tigalingga; jeruk di Kecamatan Berampu, Parbuluan dan Sumbul; Pepayadi Kecamatan Berampu, Sitinjo, Lae Parira, Siempat Nempu; Durian Kecamatan Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember dan Pisang di Kecamatan Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Sempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga dan Gunung Sitember. Komoditas Basis untuk tanaman perkebunan adalah sebagai berikut untuk tanaman gambir di Kecamatan Sidikalang, Sitinjo, Silima Pungga-pungga, Lae Parira, Siempat Nempu Hulu dan Siempat Nempu Hilir; tanaman kopi robusta adalah Kecamatan Silima Pungga- pungga, Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hiir, Tigalingga, Gunung Sitember dan Pegagan Hilir; tanaman kopi arabika di Kecamatan Sidikalang, Berampu, Sitinjo, Parbuluan, Sumbul; Kemiri di Kecamatan Tanah Pinem dan Silalahi Sabungan; tanaman karet di Kecamatan Lae Parira, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember dan Tanah Pinem; tanaman kulit manis di Kecamatan Silalahi Sabungan, Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu dan Siempat Nempu Hilir; tanaman kakao di Kecamatan Sitinjo, Silima Pungga-pungga, Siempat Nempu, Siempat Nempu Hulu, Siempat Nempu Hilir, Tigalingga, Gunung Sitember, Pegagan Hilir dan Tanah Pinem.

2.2. Pengembangan Komoditas Hortikultura

Pembangunan hortikultura bertujuan untuk mendorong berkembangnya agribisnis hortikultura yang mampu menghasilkan produk hortikultura yang berdaya saing, mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan petani Universitas Sumatera Utara dan pelaku, memperkuat perekonomian wilayah serta mendukung pertumbuhan pendapatan nasional. Salah satu sub sektor pertanian yang berpotensi dikembangkan dalam kerangka pengembangan wilayah adalah hortikultura. Secara keseluruhan, jumlah komoditas hortikultura ada sebanyak 323 komoditas, namun yang tercatat di Badan Pusat Statistik BPS baru mencapai 90 komoditas. Ketersediaan sumberdaya hayati yang berupa jenis tanaman dan varietas yang banyak dan ketersediaan sumberdaya lahan, apabila dikelola secara optimal akan menjadi sumber kegiatan usaha ekonomi yang bermanfaat untuk penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja di pedesaan. Pengembangan komoditas hortikultura dalam perspektif paradigma baru tidak hanya terfokus pada upaya peningkatan produksi saja tetapi terkait juga dengan isu-isu strategis seperti mutu, keamanan pangan dan lingkungan dalam rangka meningkatkan daya saing dan akses pasar. Pengembangan hortikultura merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya; 1 Pelestarian lingkungan, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan, 2 Menarik investasi skala kecil menengah, 3 Pengendalian inflasi dan stabilisasi harga komoditas strategis cabe merah dan bawang merah, 4 Pelestarian dan pengembangan identitas nasional anggrek,jamu, 5 Peningkatan ketahanan pangan melalui penyediaan karbohidrat alternatif, dan 6 Menunjang pengembangan sektor pariwisata. Fokus dari pengembangan komoditas hortikultura adalah pengembangan dan pengutuhan kawasan yang memiliki rantai pasokan supply chain management yang terstruktur. Universitas Sumatera Utara Kebijakan pengembangan hortikultura yang mengacu kepada pengembangan komoditas unggulan adalah dengan pembangunan dan pengutuhan kawasan hortikultura yang direncanakan dan dikembangkan secara terintegrasi dengan instansi terkait, promosi dan kampanye meningkatkan konsumsi buah dan sayur dalam rangka mendukung diversifikasi pangan serta mendorong upaya pencapaian standar konsumsi perkapita yang ditetapkan oleh FAO 64,45 kgkapitatahun, peningkatan perlindungan dan pendayagunaan plasma-nutfah nasional melalui konservasi, domestikasi dan komersialisasi. Penanganan pasca panen yang berbasis kelompok tani, pelaku usaha dan industri untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing serta berperan aktif dalam meningkatkan daya saing produk hortikultura di pasar internasional melalui pemenuhan persyaratan perdagangan dan peningkatan mutu produk dan mendorong perlindungan tarif dan non tarif perdagangan internasional Ditjen Hortikultura, 2011. Komoditas hortikultura juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura buah, sayur,florikultura dan tanaman obat dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar, karena memiliki keunggulan berupa nilai jual yang tinggi, keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri dan internasional yang terus meningkat. Pasokan produk hortikultura nasional diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri, baik melalui pasar tradisional, pasar modern, maupun pasar luar negeri ekspor. Universitas Sumatera Utara Beberapa permasalahan masih dihadapi oleh pelaku usaha hortikultura diantaranya : rendahnya produktivitas, lokasi yang terpencar, skala usaha sempit dan belum efisien, kebijakan dan regulasi di bidang perbankan, transportasi, ekspor dan impor belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura nasional. Hal ini menyebabkan produk hortikultura nasional kurang mampu bersaing dengan produk hortikultura yang berasal dari negara lain Ditjen Hortikultura, 2011.

2.3. Kebijakan Tata Niaga Komoditas Hortikultura