Tabel I . Persyaratan Pengkajian Resep No.
Persyaratan Administrasi
Persyaratan Farmasi Persyaratan Klinis
1 Nama, umur, jenis
kelamin dan berat badan pasien
Bentuk dan kekuatan sediaan
Ketepatan indikasi, dosis dan waktu
penggunaan obat 2
Nama, nomor
izin, alamat
dan paraf
dokter Dosis dan jumlah obat
Duplikasi pengobatan 3
Tanggal resep Stabilitas dan
ketersediaan Alergi, interaksi dan
efek samping obat 4
Ruanganunit asal resep
Aturan, cara dan teknik penggunaan
Kontraindikasi 5
Efek aditif
F. Pelayanan Resep
Proses pelayanan resep mencakup kegiatan-kegiatan berikut: 1 membaca dan mengerti isi resep
Tahap ini merupakan tahap penterjemahan interpretasi resep dokter. Bila resep tidak jelas atau lengkap, farmasis dapat berkomunikasi langsung dengan
dokter yang meresepkan Aspden, dkk., 2007. 2 memasukkan data ke komputer
Selama proses fase ini, resep obat dimasukkan ke data komputer oleh farmasis atau petugas farmasi kemudian mencetak label. Pemasukkan data ke
sistem komputer database farmasi dapat digunakan untuk melakukan skrining resep secara klinis sehingga dapat diketahui apakah terjadi interaksi obat,
duplikasi pengobatan, alergi, atau dosis yang melebihi kadar efek maksimum Anonim, 2005a dan Aspden, dkk., 2007.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 preparasi Pada fase ini paling banyak ditemukan kesalahan petugas farmasi.
Preparasi terdiri dari tahap penghitungan jumlah obat yang diresepkan, pengambilan obat, peracikan, pengemasan kembali, dan pelabelan pada kemasan
obat Anonim, 2005a dan Aspden, dkk., 2007. 4 menyerahkan obat dan memberikan informasi
Penyerahan obat ke pasien di bawah pengawasan apoteker berperan penting dalam upaya agar pasien mengerti dan menggunakan obat secara benar
seperti yang dianjurkan. Kekeliruan dalam penyediaan obat dan penyerahan obat ke pasien sering mengakibatkan kerugian bagi pasien Anonim, 2000a.
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1027MenKesSKIX 2004, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, menyebutkan bahwa
”Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan
oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan tenaga kesehatan.”
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1027MenKesSKIX
2004, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, menyebutkan bahwa ”Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas, dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.”
J. Keterangan Empirik