49
6. Ranitidin-Diazepam
Bioavailabilitas diazepam berubah. Monitor respon klinik pasien. Pengaturan waktu pemberian dapat mencegah interaksi. Interaksi terjadi pada
pasien dengan nomor 20, 41, dan 71.
7. Teofilin-Furosemid
Mekanisme tidak diketahui. Tidak ada intervensi klinik, namun monitor kadar teofilin serum dan kesesuaian dosis teofilin diperlukan jika kejadian yang
tidak diharapkan terjadi. Interaksi terjadi pada pasien dengan nomor 11, 18, dan 42.
8. Teofilin-Lansoprazol
Lansoprazol meningkatkan metabolisme hepatik teofilin sehingga kadar teofilin serum menurun. Berdasarkan data, tidak ada tindakan pencegahan khusus
yang diperlukan. Jika interaksi dapat diduga, dosis teofilin ditingkatkan. Interaksi terjadi pada pasien dengan nomor 18.
50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pola peresepan obat pada pasien penyakit jantung koroner di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta meliputi di bawah ini.
a. Persentase pasien dengan pemberian 1-3 obat sebesar 1,6 2 pasien, 4-6 obat sebesar 28,5 34 pasien, 7-9 obat sebesar 39,0 49 pasien, dan
≥10 obat sebesar 30,9 38 pasien.
b. Bentuk sediaan obat yang paling sering digunakan adalah tablet 69,0. c. Golongan obat kardiovaskular yang paling banyak digunakan adalah senyawa
nitrat 52,9, inhibitor ACE 32,5, dan antagonis kalsium 24,4. d. Jenis obat yang paling banyak diresepkan adalah isosorbide dinitrat 52,0
dan furosemid 49,6. 2. Persentase pasien yang mengalami interaksi obat adalah 50,4 62 pasien.
3. Persentase interaksi obat dengan mekanisme farmakokinetik adalah 67,7, dengan mekanisme farmakodinamik adalah 9,7, dengan mekanisme yang
tidak diketahui adalah 22,6. 4. Persentase pasien yang mengalami interaksi obat dengan nilai signifikansi 1
adalah 17,9 22 pasien, dengan nilai signifikansi 2 adalah 10,6 13 pasien, dengan nilai signifikansi 3 adalah 20,3 25 pasien, dengan nilai
signifikansi 4 adalah 27,6 34 pasien, dan dengan nilai signifikansi 5 adalah 27,6 34 pasien.