9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Labeling
1. Definisi Labeling
Herlina 2007 mendefinisikan labeling sebagai penggambaran sifat seseorang dalam hal-hal yang berhubungan dengan perilaku berupa label
tertentu. Menurut A Handbook for The Study of Mental Health, label adalah sebuah definisi yang ketika diberikan kepada seseorang akan menjadi
identitas diri orang tersebut dan menjelaskan bagaimanakah orang tersebut. Gove dalam Thomson, 2012 menggambarkan labeling sebagai suatu
penamaan negatif yang dilekatkan pada tindakan maupun atribut dari orang yang menyimpang. Sedangkan, Smith dan Luckasson dalam Thomson,
2012 mendefinisikan labeling sebagai cara untuk mengidentifikasi individu berdasarkan suatu kategori yang sudah ditetapkan.
Sementara itu, Narwoko dan Suyanto 2006 menjelaskan labeling sebagai pemberian julukan atau cap pada individu dan atau tindakannya.
Menurut Gessang dalam Mulyati, 2010 labeling merupakan suatu identitas yang diberikan pada seseorang maupun kelompok berdasarkan
atribut atau ciri sosial yang dimiliki, dimana identitas tersebut bersifat membedakan seseorang maupun kelompok satu dengan yang lainnya.
Atribut atau ciri yang diberikan dapat berasal dari ciri fisik yang menonjol,
penyakit menetap yang diderita, karakter atau sifat, orientasi seksual, ciri kolektif ras, etnik, dan golongan.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai labeling, maka dapat disimpulkan bahwa labeling merupakan pemberian sebutan, label, cap,
ataupun julukan kepada individu berdasarkan ciri atau karakteristik khusus yang melekat seperti fisik, sifat atau karakter, perilaku, dan sebagainya
guna memberikan suatu ciri khusus yang membedakan individu satu dengan yang lainnya.
2. Teori Labeling
Teori labeling menekankan pada pentingnya melihat penyimpangan dari sudut pandang individu yang diberi label negatif. Pada saat individu
melakukan perilaku menyimpang, maka individu tersebut akan mendapat label negatif. Apabila label negatif secara terus menerus dilekatkan pada
individu, maka ia akan terbiasa dengan label tersebut dan cenderung berperilaku sesuai dengan label yang dilekatkan padanya Thomson,
2012. Turner dalam Rachmawati, 2010 menyatakan bahwa teori labeling
memiliki dua proposisi yang berbeda. Pada proporsi pertama, perilaku menyimpang tidak dilihat sebagai suatu perlawanan terhadap norma, tetapi
merupakan respon terhadap label negatif yang secara terus menerus dilekatkan pada individu. Respon dari individu yang diberi label negatif
terhadap reaksi sosial dan perlakuan orang di sekitarnya justru akan
menghasilkan penyimpangan sekunder atau penyimpangan yang cenderung berulang. Selanjutnya, individu yang mendapat label negatif
akan membentuk citra diri atau definisi diri self-image or self definition sebagai seseorang yang menyimpang pula. Pada proposisi kedua, label
negatif yang dilekatkan pada individu akan menghasilkan maupun memperkuat penyimpangan itu sendiri.
Edwin Lemert 1950 membagi teori labeling ke dalam dua konsep penting, yaitu primary devience dan secondary devience. Primary devience
adalah suatu penyimpangan yang bersifat sementara, sehingga individu yang melakukan penyimpangan biasanya masih dapat diterima oleh
kelompok sosialnya, sebab penyimpangan terhadap norma-norma umum yang ada di masyarakat tidak berlangsung secara terus-menerus.
Sedangkan, secondary devience adalah penyimpangan yang sering dilakukan oleh individu, sehingga menimbulkan akibat yang cukup parah
dan membuat orang lain merasa terganggu. Secondary devience juga berkaitan dengan proses dimana individu yang melakukan penyimpangan
dianggap sebagai “orang asing” atau “orang luar” dari suatu masyarakat akibat adanya label negatif pada individu tersebut.
Selain dua konsep di atas, menurut Kai T. Erikson dalam Rosiana,
2011 terdapat dua konsep lain dalam teori labeling, yaitu :
1 Master Status
Teori labeling memiliki label dominan yang mengarah pada suatu keadaan yang disebut master status. Konsep tersebut
mengandung makna bahwa suatu label yang dilekatkan pada individu biasanya akan dilihat sebagai karakteristik yang lebih
menonjol dibandingkan karakteristik lain pada individu yang bersangkutan.
Bagi beberapa orang, label yang diberikan orang lain pada individu akan membuat mereka berpikiran dan memandang dirinya
seperti apa yang dilabelkan kepadanya. Hal tersebut jelas akan membuat individu yang diberi label menjadi
“terkungkung” pada apa yang dilabelkan. Pada akhirnya, label tersebut justru akan
membuat individu yang diberi label berperilaku sesuai dengan apa yang dilabelkan padanya.
Dampak negatif lainnya yang mungkin timbul dari pemberian label pada individu adalah adanya keengganan dari orang-orang
sekitarnya seperti keluarga atau teman untuk berinteraksi dengan individu tersebut. Dengan kata lain, individu yang diberi label
sebagai orang yang menyimpang akan mendapat berbagai konsekuensi negatif dan bahkan mungkin saja mereka tidak akan
diterima oleh lingkungan sosialnya. 2
Deviant Career Konsep deviant career mengacu pada perilaku individu yang
menjadi sesuai dengan apa yang dilabelkan kepadanya. Pada tahap ini, individu yang diberi label berperilaku sama persis dengan apa
yang dilabelkan kepadanya.
3. Dampak Labeling