C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan  hasil  analisis  seluruh  data  informan,  didapatkan beberapa kesamaan hasil dari keempat informan yang kemudian dikaitkan
dengan landasan teori yang ada. Berikut pembahasan hasil penelitian :
1 Pemberi  Label  Negatif,  Isi  Label  Negatif,  Frekuensi  Informan
Mendapat  Label  Negatif,  dan  Alasan  atau  Hal  yang  Membuat Informan Diberi Label Negatif
Seluruh  informan  menyatakan  bahwa  selama  ini  mereka mendapat label negatif yang beraneka ragam dari orang yang berbeda-
beda  dan  dengan  frekuensi  yang  berbeda  pula.  Akan  tetapi,  para informan  mengaku  bahwa  selama  ini  mereka  sering  mendapat  label
negatif dari orang tua, teman-teman, dan gurunya. Dimana label negatif yang  paling  sering  dan  sebagian  besar  informan  dapatkan  dari  orang
tua, teman-teman, dan gurunya adalah label negatif pemalas. Pada saat wawancara triangulasi  data dengan beberapa  significant  others  setiap
informan,  yang  meliputi  guru  dan  teman,  mereka  menyatakan  serta mengakui  bahwa  mereka  memberi  label  negatif  kepada  informan
karena  alasan  tertentu.  Pemberi  label  negatif,  isi  label  negatif,  dan alasan  yang  menyebabkan  significant  others  informan  memberi  label
negatif kepada para informan dapat  dilihat secara lebih lengkap pada tabel 4 klasifikasi hasil triangulasi data.
Label  negatif pemalas  yang sering diberikan oleh  significant others  informan  kepada  tiga  dari  empat  informan  yang  ada  berkaitan
erat  dengan  perkembangan  sosial  yang  sedang  dialami  oleh  para informan.  Yusuf  2010  menyatakan  bahwa  pada  saat  mengalami
perkembangan  sosial,  para  remaja  berusaha  untuk  mendapatkan otonomi  dan  kebebasan  atas  diri  dan  perilakunya.  Informan  1  dan
informan  3  berusaha  untuk  mendapatkan  kebebasannya  pada  saat  di rumah  dengan  menunjukkan  perilaku  malas,  seperti  memilih  untuk
menonton televisi dibandingkan mencuci baju atau kegiatan informan selama di rumah hanya makan, nonton televisi, dan tidur. Sedangkan,
informan  4  berusaha  untuk  mendapatkan  kebebasannya  di  sekolah dengan  cara  sering  menunda  mengerjakan  suatu  tugas.  Perilaku-
perilaku  tersebut  kemudian  membuat  orang  tua  ataupun  guru memberikan label negatif pemalas kepada para informan.
Herlina 2007
mendefinisikan labeling
sebagai penggambaran sifat seseorang dalam hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku  berupa  label  tertentu.  Sebagai  contoh,  pada  saat  informan menampilkan perilaku malas seperti hanya melakukan kegiatan makan,
tidur, dan  menonton  televisi pada saat  di  rumah,  maka ia akan diberi label pemalas. Kemudian, teori labeling juga menjelaskan bahwa pada
saat individu melakukan perilaku menyimpang, maka individu tersebut akan  mendapat  label  negatif.  Sebagai  contoh,  pada  saat  informan
menampilkan  perilaku  menyimpang,  seperti  terlibat  dalam  tawuran pelajar  dan  melanggar  peraturan  sekolah,  maka  ia  akan  diberi  label
negatif nakal.
2 Reaksi Informan Pada Saat Diberi Label Negatif
Selama  ini,  dari  berbagai  reaksi  yang  ditunjukkan  para informan  sebagai  tanggapan  atas  pemberian  label  negatif  dari
significant  others,  terdapat  beberapa  kesamaan  reaksi,  yaitu  diam, bersikap  cuek,  dan  berusaha  sabar.  Di  sisi  lain,  informan  3
menampilkan reaksi yang cukup berbeda dari ketiga informan lainnya dalam  menanggapi  pemberian  label  negatif  dari  ibunya.  Informan  3
mengaku  bahwa  biasanya  ia  akan  marah  dan  menentang  ibunya  saat sudah tidak bisa menahan kesabaran.
Berbagai reaksi yang ditunjukkan oleh para informan sebagai tanggapan atas pemberian label negatif dari significant others, terutama
sikap cuek dan menentang ibu sesuai dengan penyataan Riberu. Riberu 1985  menyatakan  bahwa  apabila  para  remaja  sudah  merasa  tidak
dipahami, tidak didukung, tidak disayangi, dan merasa kecewa dengan tanggapan dan penilaian negatif orang tua terhadapnya, maka mereka
cenderung akan bersikap kurang peduli, cuek atau acuh, dan menentang orang tuanya.
3 Dampak Negatif yang Dirasakan Informan Akibat Label Negatif
Saputro  dalam  Mulyati,  2010  menyatakan  bahwa  label negatif yang melekat pada remaja akan menyebabkan remaja tersebut
tumbuh  dan  berkembang  menjadi  pribadi  yang  labil  serta  tidak memiliki  rasa  percaya  diri.  Hal  tersebut  ternyata  juga  dialami  oleh
informan  1  dan  informan  2,  mereka  merasa  tidak  percaya  diri  akibat
label  negatif  yang  mereka  sandang.  Selain  merasa  tidak  percaya  diri, label  negatif  yang  disandang  para  informan  ternyata  juga  membuat
mereka  merasakan  beberapa  perasaan  negatif  lain,  seperti  perasaan sakit hati, bad mood, kesal, kecewa, terbebani, dan benci kepada para
pemberi  label.  Perasaan  kecewa  yang  dirasakan  oleh  para  informan sesuai  dengan  pernyataan  Riberu  1985  yang  menyatakan  bahwa
tanggapan  dan  penilaian  negatif  orang  tua  terhadap  remaja  membuat mereka  merasa  tidak  dipahami,  tidak  didukung,  tidak  disayangi,  dan
kecewa. Selanjutnya, Corrigan  dalam Moses, 2009  mengungkapkan
bahwa  individu  yang  diberi  label  negatif  akan  menjadi  depresi, memiliki harga diri yang rendah, konsep diri yang negatif, menarik diri
dari dunia sosial, dan enggan untuk meminta bantuan pada orang lain. Hal  tersebut  juga  dialami  oleh  informan  3  yang  menjadi  tidak
bersemangat  untuk  beraktifitas  dan  enggan  atau  tidak  ingin  bertemu
dengan orang lain karena label negatif yang ia sandang.
Teori  labeling  memiliki  label  dominan  yang  mengarah  pada suatu  keadaan  yang  disebut  master  status.  Konsep  tersebut
mengandung makna bahwa suatu label yang dilekatkan pada individu biasanya  akan  dilihat  sebagai  karakteristik  yang  lebih  menonjol
dibandingkan karakteristik lain pada individu yang bersangkutan. Bagi beberapa  orang,  label  yang  diberikan  orang  lain  pada  individu  akan
membuat mereka berpikiran dan memandang dirinya seperti apa yang
dilabelkan kepadanya. Hal tersebut kemudian akan membuat individu yang diberi label menjadi “terkungkung” pada apa yang dilabelkan. Hal
tersebut pun nyata dialami oleh informan 2, dimana ia mengaku bahwa kini ia sudah “termakan omongan” teman-temannya, sehingga mindset
di kepala informan 2 tentang dirinya hanya itu- itu saja, yaitu “lholhog”.
Selain  itu,  label  negatif  yang  disandang  oleh  para  informan  ternyata membuat  dua  di  antara  empat  informan  stress  karena  mereka
memikirkan label negatif dengan terlalu keras dan serius. Di samping itu, Herlina 2007 menyatakan bahwa pada saat
individu menerima suatu label negatif dari orang lain, maka dalam diri individu tersebut akan terbentuk konsep diri negatif sesuai label yang
dilekatkan kepadanya. Setelah seluruh informan mendapat label negatif yang berulang dan dengan frekuensi yang tinggi dari significant others,
lambat  laun  secara  sadar  atau  tidak  sadar  akhirnya  mereka  pun menganggap  atau  melihat  dirinya  sesuai  dengan  label  negatif  yang
disandang. Para  informan  ternyata  tidak  hanya  merasakan  berbagai
dampak  negatif  dari  labeling  dalam  bentuk  munculnya  berbagai perasaan,  pikiran,  dan  konsep  diri  yang  negatif.  Sebagian  besar
informan  mengalami  perubahan  interaksi  sosial  dan  perlakuan  dari significant  others  akibat  label  negatif  yang  disandangnya.  Mereka
menyatakan  bahwa  relasi  mereka  dengan  orang-orang  yang memberinya label negatif menjadi kurang dekat danatau kurang akrab
serta sesaat relasi mereka dengan orang-orang yang memberinya label negatif menjadi terganggu atau tidak baik. Apa yang dialami oleh para
informan sesuai dengan pernyataan Osterholm dalam Thomson, 2012 yang  mengungkapkan  bahwa  pemberian  label  negatif  membuat
interaksi  sosial  dan  perlakuan  orang  di  sekitar  individu  menjadi berubah, kemudian individu yang dilabel dapat merasa terbeban dengan
keadaan ini. Osterholm  dalam  Thomson,  2012  juga  menyatakan  bahwa
sebagian besar orang-orang yang berada di sekitar individu yang diberi label seperti keluarga maupun teman biasanya akan menunjukkan suatu
keengganan untuk berinteraksi dengan individu tersebut. Hal tersebut juga dialami oleh dua di antara empat informan yang ada. Informan 1
mengungkapkan  bahwa  label  negatif  yang  disandangnya  membuat teman-temannya  seperti  enggan  untuk  berteman  dengannya  dan
cenderung menghindarinya. Sedangkan, informan 4 menyatakan bahwa label negatif dan sifat pemarah dalam dirinya sempat membuat teman-
teman sekelasnya seperti mengucilkan dan menghindarinya. Kemudian, Dann 1997 menyatakan bahwa apabila individu
sudah  diberi  label  negatif,  maka  label  tersebut  akan  sangat  sulit  atau bahkan  tidak  mungkin  untuk  dihilangkan.  Hal  tersebut  ternyata  juga
dialami oleh keempat informan. Meskipun keempat informan mengaku bahwa mereka sudah berusaha untuk  berubah menjadi lebih baik  dan
mulai jarang diberi label negatif oleh significant others, namun ternyata
mereka tidak dapat  menghilangkan seluruh label  negatif  yang selama ini  mereka  sandang.  Para  informan  mengungkapkan  bahwa  terdapat
beberapa  label  negatif  yang  sampai  saat  ini  masih  melekat  pada  diri mereka. Selanjutnya, akibat terlalu sering menerima label negatif dari
orang  lain,  ternyata  dua  di  antara  empat  informan  secara  sadar  atau tidak sadar juga memberi label negatif pada significant others.
Di sisi lain, label negatif yang diterima para informan secara berulang dan dengan frekuensi yang tinggi akhirnya membuat mereka
terbiasa  dan  menyetujui  label  negatif  dari  significant  others.  Hal  ini sesuai  dengan  pendapat  Sacco  dalam  Thomson,  2012  yang
mengungkapkan apabila label negatif secara terus menerus dilekatkan pada individu, maka ia akan terbiasa dengan label tersebut.
Pada dasarnya, labeling akan membawa dampak negatif yang lebih besar pada individu ketika orang yang memberikan label negatif
adalah  orang  tuanya  sendiri.  Hal  tersebut  terjadi  karena  orang  tua merupakan significant others yang paling berpengaruh bagi kehidupan
individu,  sehingga  individu  tersebut  akan  lebih  rentan  untuk  terlibat dalam  suatu  pelanggaran  Hagan    Palloni,  dalam  Matsueda,  1992.
Hal tersebut juga dialami oleh dua di  antara empat  informan, mereka menyatakan  bahwa  dampak  negatif  yang  lebih  besar  mereka  rasakan
pada saat diberi label negatif oleh orang tuanya. Informan 1 mengaku bahwa ia merasakan dampak negatif yang lebih besar pada saat diberi
label negatif oleh ibunya. Hal tersebut dapat terjadi karena informan 1
beranggapan  bahwa  label  negatif  dari  ibu  merupakan  suatu  hal  yang serius dan tidak main-main, sehingga ia merasa lebih sakit hati, kesal,
dan  benci  pada  ibunya.  Kemudian,  informan  4  menyatakan  bahwa meskipun  ia  paling  tidak  dekat  dengan  orang  tuanya,  namun  pada
dasarnya  justru  merekalah  yang  sebenarnya  paling  dekat  dan berpengaruh bagi hidup informan. Oleh karena itu informan 4 merasa
benar-benar  sakit  hati,  menyimpan  dendam  pada  orang  tua,  dan memikirkan  hal  negatif  atau  mempertanyakan  rasa  sayang  orang  tua
kepada dirinya ketika orang tua memberinya label negatif.
4 Dampak Positif yang Dirasakan Informan Akibat Label Negatif
Di  sisi  lain,  label  negatif  yang  disandang  oleh  para  informan ternyata  tidak  hanya  menyebabkan  berbagai  dampak  negatif  bagi
mereka. Label negatif tersebut ternyata juga membawa dampak positif bagi mereka, sebab berbagai label negatif yang mereka sandang justru
membuat  seluruh  informan  memiliki  keinginan  dan  motivasi  untuk berubah menjadi lebih baik. Keinginan dan motivasi tersebut berkaitan
erat  dengan  perkembangan  moral  yang  sedang  mereka  alami.  Pada masa  ini,  dalam  diri  remaja  muncul  dorongan  untuk  melakukan
perbuatan-perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain  Yusuf, 2010. Dalam  hal  ini,  dorongan  tersebut  muncul  dalam  diri  para  informan
dalam bentuk keinginan dan motivasi untuk berubah menjadi lebih baik atau menunjukkan hal yang positif dalam diri mereka.
5 Alasan yang Membuat Informan Berubah Menjadi Lebih Baik
Pada  dasarnya,  setiap  informan  memiliki  alasan  dan mengalami suatu peristiwa tertentu  yang berbeda-beda  yang akhirnya
membuat mereka mau melakukan berbagai perubahan positif. Tiga dari empat informan yang ada mengungkapkan bahwa alasan yang membuat
mereka  berubah  menjadi  lebih  baik  adalah  adanya  keinginan  supaya orang-orang  sekitar  mereka  berhenti  memberi  label  negatif  pada
mereka dan keinginan untuk membuktikan secara nyata bahwa mereka tidak  seperti  yang  dilabelkan.  Keinginan  untuk  berhenti  diberi  label
negatif dan untuk membuktikan bahwa diri mereka tidak seperti yang dilabelkan  yang  juga  menjadi  alasan  para  informan  untuk  berubah
menjadi  lebih  baik  berkaitan  erat  dengan  perkembangan  moral  yang sedang mereka alami.
Pada  masa  ini,  dalam  diri  remaja  muncul  dorongan  untuk melakukan  perbuatan-perbuatan  yang  dinilai  baik  oleh  orang  lain.
Remaja  berperilaku  baik  bukan  hanya  untuk  memenuhi  kepuasan fisiknya,  namun  juga  untuk  memenuhi  kepuasan  psikologisnya  yang
berupa rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain  terkait dengan perbuatannya  Yusuf, 2010.  Para informan
berusaha  untuk  mendapatkan  penerimaan  dan  penilaian  positif  dari significant others dengan berusaha membuktikan bahwa mereka tidak
seperti  yang  dilabelkan,  yaitu  dengan  memberi  pembuktian  berupa perbaikan diri dan perilaku. Pada saat significant others para informan
berhenti  memberi  mereka  label  negatif,  maka  mereka  dapat  merasa lebih diterima dan dinilai positif oleh significant others.
6 Makna  Pengalaman  Informan  Terkait  Pemberian  Label  Negatif
dari Orang-orang Sekitar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ini para informan memiliki  pengalaman  yang  kurang  atau  tidak  menyenangkan  terkait
pemberian  label  negatif  dari  significant  others  mereka.  Hal  tersebut dapat  terjadi  karena  label  negatif  yang  disandang  oleh  para  informan
membuat  mereka  merasakan  dan  mengalami  begitu  banyak  dampak negatif.  Kendati  demikian,  sebagian  besar  informan  memaknai
pengalamannya terkait pemberian label negatif dari  significant others sebagai  hal  positif,  yaitu  sebagai  bahan  untuk  menginstrospeksi  dan
memperbaiki diri atau perilakunya. Pemaknaan pengalaman para informan terkait pemberian label
negatif  dari  significant  others  dapat  bersifat  positif  karena  berkaitan dengan  perkembangan  kognitif  dan  moral  dari  para  informan.  Yusuf
2010  menyatakan  bahwa  dalam  kehidupannya  sehari-hari,  para remaja  cenderung  melakukan  introspeksi  terhadap  diri  ataupun
pengalamannya.  Pada  saat  melakukan  introspeksi  diri,  para  informan mampu menemukan dan menyadari hal-hal negatif dalam dirinya.
Di sisi lain, perbaikan diri atau perilaku yang dilakukan oleh para informan dapat terjadi karena telah melalui suatu fase yang disebut
proses  rekonstruksi  pengalaman  Gergen    Gergen,  1997.  Proses
tersebut  dapat  terjadi  dalam  diri  para  informan  karena  mereka sebelumnya telah mampu mengolah dan merefleksikan pengalamannya
terkait pemberian label negatif dari significant others. Hal inilah yang akhirnya  membuat  para  informan  mampu  untuk  lebih  memahami
pengalamannya,  memiliki  keinginan  dan  motivasi  untuk  berubah menjadi  lebih  baik,  serta  memberi  pembuktian  berupa  perbaikan  diri
dan perilaku. Selain  itu,  para  informan  tampaknya  juga  mengalami  suatu
proses  negosiasi  sosial.  Proses  ini  dilakukan  pada  saat  informan menemukan bahwa  self  narrative  yang selama ini  ia konstruksi tidak
sesuai dengan penilaian dan narrative dari orang lain terhadap individu tersebut  Gergen    Gergen,  1997.  Proses  negosiasi  sosial  yang
dilakukan  informan  kepada  significant  others-nya  terjadi  pada  saat informan memberi penjelasan dengan kata-kata bahwa ia tidak seperti
yang  dilabelkan  dan  memberi  pembuktian  dengan  perbaikan  diri  dan perilaku. Hal tersebut justru mampu membuat para informan memiliki
progressive narrative,  yaitu cerita diri  yang semakin  baik  Gergen Gergen, 1997.
97
SKEMA 2. NOMOTETIK SELURUH INFORMAN
Menampilkan perilaku-perilaku yang sesuai dengan label yang dilekatkan.
Mencoba  identitas  dan  peran  baru  yang bersifat negatif Fase Pencarian Identitas.
Significant others memberi penilaian dan respon berupa label negatif labeling
Dampak Labeling
Negatif Positif
Aspek  psikologis  terganggu  dan menjadi
negatif perasaan,
pikiran, dan konsep diri Perilaku sesuai label negatif
Relasi dengan significant others menjadi terganggu
Kesulitan untuk menghilangkan label negatif yang melekat
Refleksi dan Introspeksi diri Menyadari hal negatif yang
ada di dalam diri
Muncul motivasi
dan keinginan  untuk  berubah
menjadi lebih baik
Mewujudkan  motivasi  dan keinginan dengan perbaikan
diri dan perilaku. Remaja Pertengahan
ANALISIS NOMOTETIK SELURUH INFORMAN
Selama ini, significant others dari para informan memberikan beraneka ragam label negatif kepada para informan dengan berbagai alasan yang berbeda-
beda.  Akan  tetapi,  label  negatif  yang  sering  diberikan  oleh  significant  others kepada tiga dari empat informan  yang ada  adalah pemalas. Hal ini dapat terjadi
karena  sebagian  besar  informan  seringkali  menampilkan  perilaku-perilaku  yang berkaitan dengan label negatif.  Sebagai contoh, pada saat informan menampilkan
perilaku  malas  seperti  hanya  melakukan  kegiatan  makan,  tidur,  dan  menonton televisi pada saat di rumah atau sering menunda mengerjakan tugas dari guru pada
saat di sekolah, maka ia akan diberi label pemalas. Menurut Herlina 2007, label negatif  yang  diberikan  oleh  significant  others  kepada  para  informan  bertujuan
untuk menggambaran sifat dari para informan. Selain itu, menurut A Handbook for The Study of Mental Health dalam Herlina, 2007 label yang melekat dalam diri
individu akan menjelaskan bagaimana karakteristik orang tersebut. Di  sisi  lain,  perilaku  malas  yang  ditampilkan  oleh  tiga  dari  empat
informan  pada  saat  di  rumah  maupun  di  sekolah  ternyata  juga  berkaitan  erat dengan  perkembangan  sosial  yang  sedang  dialami  oleh  para  informan.  Yusuf
2010 menyatakan bahwa pada saat mengalami perkembangan sosial, para remaja berusaha  untuk  mendapatkan  otonomi  dan  kebebasan  atas  diri  dan  perilakunya.
Informan 1 dan informan 3 berusaha untuk mendapatkan kebebasannya pada saat di rumah dengan menunjukkan perilaku malas, seperti memilih untuk menonton
televisi dibandingkan mencuci baju atau kegiatan informan selama di rumah hanya makan,  nonton  televisi,  dan  tidur.  Sedangkan,  informan  4  berusaha  untuk
mendapatkan kebebasannya di sekolah dengan cara sering menunda mengerjakan suatu tugas. Perilaku-perilaku tersebut kemudian membuat orang tua ataupun guru
memberikan label negatif pemalas kepada para informan. Label  negatif  pemalas  yang  diberikan  secara  berulang  dan  dengan
frekuensi  yang  tinggi  atau  sering  dari  significant  others  kepada  para  informan membawa berbagai dampak negatif bagi para informan. Berbagai dampak negatif
tersebut  meliputi,  tergganggunya  aspek  psikologis  informan,  sehingga  para informan merasakan berbagai perasaan dan pikiran negatif dalam dirinya, seperti
merasa  sedih,  marah,  putus  asa,  stress,  dan  sebagainya  Hurlock,  dalam Rachmawati, 2011. Di samping itu, Herlina 2007 juga menyatakan bahwa pada
saat  individu  menerima  suatu  label  negatif  dari  orang  lain,  maka  dalam  diri individu tersebut akan terbentuk konsep diri negatif sesuai label yang dilekatkan
kepadanya. Hal tersebut pun terjadi pada seluruh informan, sebab secara sadar atau tidak sadar akhirnya para informan pun menganggap atau melihat dirinya sesuai
dengan label negatif yang ia sandang. Kemudian, sebagian besar informan ternyata juga mengalami perubahan interaksi sosial dan perlakuan dari  significant others
akibat label negatif yang disandangnya. Mereka menyatakan bahwa relasi mereka dengan orang-orang yang memberinya label negatif menjadi kurang dekat danatau
kurang  akrab  serta  sesaat  relasi  mereka  dengan  orang-orang  yang  memberinya label  negatif  menjadi  terganggu  atau  tidak  baik.  Apa  yang  dialami  oleh  para
informan  sesuai  dengan  pernyataan  Osterholm  dalam  Thomson,  2012  yang mengungkapkan  bahwa  pemberian  label  negatif  membuat  interaksi  sosial  dan
perlakuan  orang  di  sekitar  individu  menjadi  berubah,  kemudian  individu  yang dilabel dapat merasa terbeban dengan keadaan ini.
Meskipun para informan merasakan banyak dampak negatif akibat label negatif  yang  mereka  sandang,  namun  sebagian  besar  informan  ternyata  mampu
memaknai pengalamannya terkait pemberian label negatif dari significant others sebagai hal positif, yaitu sebagai bahan untuk menginstrospeksi dan memperbaiki
diri  atau  perilakunya.  Pemaknaan  pengalaman  para  informan  terkait  pemberian label negatif dari significant others dapat bersifat positif karena berkaitan dengan
perkembangan kognitif dan moral dari para informan. Yusuf 2010 menyatakan bahwa  dalam  kehidupannya  sehari-hari,  para  remaja  cenderung  melakukan
introspeksi terhadap diri ataupun pengalamannya. Pada saat melakukan introspeksi diri,  para  informan  mampu  menemukan  dan  menyadari  hal-hal  negatif  dalam
dirinya.  Oleh  sebab  itu,  muncul  memiliki  keinginan  dan  motivasi  dalam  diri informan  untuk  berubah  menjadi  lebih  baik.  Keinginan  dan  motivasi  tersebut
berkaitan erat dengan perkembangan moral yang sedang mereka alami. Pada masa ini,  dalam  diri  remaja  muncul  dorongan  untuk  melakukan  perbuatan-perbuatan
yang dinilai baik oleh orang lain  Yusuf, 2010. Dalam hal ini, dorongan tersebut muncul  dalam  diri  para  informan  dalam  bentuk  keinginan  dan  motivasi  untuk
berubah menjadi lebih baik atau menunjukkan hal yang positif dalam diri mereka. Di  sisi  lain,  perbaikan  diri  atau  perilaku  yang  dilakukan  oleh  para
informan  dapat  terjadi  karena  telah  melalui  suatu  fase  yang  disebut  proses rekonstruksi pengalaman Gergen  Gergen, 1997. Proses tersebut dapat terjadi
dalam diri para informan karena mereka sebelumnya telah mampu mengolah dan
merefleksikan  pengalamannya  terkait  pemberian  label  negatif  dari  significant others.  Hal  inilah  yang  akhirnya  membuat  para  informan  mampu  untuk  lebih
memahami  pengalamannya,  memiliki  keinginan  dan  motivasi  untuk  berubah menjadi lebih baik, serta memberi pembuktian berupa perbaikan diri dan perilaku.
Selain itu, para informan tampaknya juga mengalami suatu proses negosiasi sosial. Proses  ini dilakukan pada saat  informan  menemukan bahwa  self narrative  yang
selama ini ia konstruksi tidak sesuai dengan penilaian dan narrative dari orang lain terhadap individu tersebut Gergen  Gergen, 1997. Proses negosiasi sosial yang
dilakukan  informan  kepada  significant  others-nya  terjadi  pada  saat  informan memberi penjelasan dengan kata-kata bahwa ia tidak seperti yang dilabelkan dan
memberi  pembuktian  dengan  perbaikan  diri  dan  perilaku.  Hal  tersebut  justru mampu membuat para informan memiliki progressive narrative, yaitu cerita diri
yang semakin baik Gergen  Gergen, 1997.    Berbagai proses tersebut dialami oleh seluruh informan, oleh sebab itu para informan akhirnya mampu memaknai
pengalamannya  terkait  pemberian  label  negatif  dari  significant  others  sebagai suatu hal yang positif.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Seluruh  informan  menyatakan  bahwa  mereka  mendapat  label negatif  yang  beraneka  ragam  dari  orang  yang  berbeda-beda  dan  dengan
frekuensi  yang  berbeda  pula.  Label  negatif  yang  sering  didapatkan  oleh sebagian besar informan dari orang tua, teman-teman, dan gurunya adalah
pemalas.  Reaksi  yang  biasanya  ditunjukkan  para  informan  kepada  orang- orang  yang  memberinya  label  negatif  adalah  diam,  bersikap  cuek,  dan
berusaha sabar. Label  negatif  yang  disandang  para  informan  membawa  berbagai
dampak  negatif  bagi  mereka,  seperti  mengganggu  aspek  psikologis informan,  sehingga  informan  merasakan  berbagai  perasaan  dan  pikiran
negatif dalam dirinya, terbentuknya konsep diri yang negatif, terganggunya relasi  dengan  significant  others,  serta  munculnya  kesulitan  untuk
menghilangkan  label  negatif.  Sementara  itu,  sebagian  informan  juga memberi label negatif pada significant others. Hal ini kemudian membuat
para informan memiliki pengalaman yang kurang atau tidak menyenangkan terkait pemberian label negatif dari significant others mereka.
Di sisi lain, label negatif ternyata juga membawa dampak positif bagi para informan, sebab berbagai label negatif yang mereka sandang justru
membuat seluruh informan memiliki keinginan dan motivasi untuk berubah