merupakan pengalaman yang kurang menyenangkan karena ia merasakan banyak dampak negatif dari label negatif yang ia
sandang. Akan tetapi, ternyata informan dapat memaknai pengalamannya terkait pemberian label negatif dari significant
others secara positif, yaitu sebagai bahan instrospeksi dan perbaikian diri. Informan mengungkapkan demikian :
“Menurut saya dapat label negatif justru memberikan saya pengalaman yang kurang menyenangkan sebenarnya, karena
pengalaman labeling bikin saya banyak ngerasain hal-hal negatif kayak sakit hati dll..tapi karena itu justru saya dapat
mengintrospeksi diri untuk menjadi lebih baik ”
Informan 1, 348-352
2. Informan 2
a. Deskripsi Informan 2
Informan penelitian merupakan seorang remaja putri yang berusia 16 tahun. Informan adalah seorang siswi kelas 2 SMA yang
bersekolah di SMA Negeri 1 Kalasan. Salah seorang teman sekelasnya memandang informan sebagai sosok yang “lemot” atau
membutuhkan waktu yang lama untuk mencerna dan mengerti kata- kata serta bercandaan teman-temannya dan penjelasan dari gurunya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dapat diketahui bahwa informan merupakan anak tunggal. Saat ini informan tinggal
di Yogyakarta hanya dengan ibunya saja, sebab ayah informan bekerja di Jakarta. Hal tersebut membuat informan hanya bertemu
ayahnya sebulan sekali. Ayah informan merupakan seorang
karyawan swasta dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Informan dan keluarganya berasal dari suku Jawa dan memeluk
agama Islam. Informan merupakan seorang siswi yang aktif dalam organisasi dan kegiatan di sekolah, terutama OSIS. Bahkan teman
sekelas informan menyatakan bahwa informan memiliki hasil kerja dan cara kerja yang baik di OSIS.
b. Pengalaman Informan 2 Terkait Label Negatif
Informan mengaku bahwa ia mulai diberi label negatif “lola”
atau “lholhog” sejak SMP. Akan tetapi, informan mengungkapkan
bahwa ia mulai sering diberi label negatif “lola” atau “lholhog”
oleh teman-teman dan gurunya pada saat SMA. Informan menyatakan bahwa sejak awal mula masuk SMA sampai saat ini ia
ma sih sering diberi label negatif “lola” atau “lholhog” oleh teman-
teman dan gurunya. Bahkan berbagai prestasi yang dimiliki informan dan cerita dari teman SMP informan mengenai prestasi
yang pernah diperoleh informan pada saat SMP tidak dapat membuat teman-teman informan berhenti memberinya label negatif
“lola” atau “lholhog”. Informan sendiri menampilkan beberapa reaksi yang
berbeda pada saat ia diberi label negatif “lola” atau “lholhog”,
seperti diam, tertawa, dan mencoba melakukan klarifikasi supaya ia tidak terus-terusan diberi label negatif oleh teman-teman dan
gurunya. Pada dasarnya, hal yang menyebabkan informan sering
diberi label negatif “lola” atau “lholhog” adalah informan seringkali tidak mendengar dan terlambat mencerna kata-kata yang diucapkan
teman serta tidak berkonsentrasi dan terlambat mendengarkan penjelasan dari guru. Di sisi lain, informan ternyata merasakan
beberapa dampak negatif dari label negatif yang disandangnya, seperti sempat merasa kurang percaya diri, sempat down secara
mental, “terkungkung” dalam label negatif karena terlalu sering
diberi label negatif, dan mindset informan sempat berubah sesuai label negatif. Selain itu, informan pun dipandang sebagai orang
“lola” oleh teman-temannya, bahkan kini mereka mengasosiasikan label negatif tersebut pada informan. Kendati demikian, informan
mampu melihat dan memaknai pengalamannya terkait label negatif sebagai hal yang positif, yaitu sebagai pengalaman yang
menyenangkan karena dapat mencairkan suasana.
c. Pelaksanaan Wawancara Informan 2