diberi label negatif “lola” atau “lholhog” adalah informan seringkali tidak mendengar dan terlambat mencerna kata-kata yang diucapkan
teman serta tidak berkonsentrasi dan terlambat mendengarkan penjelasan dari guru. Di sisi lain, informan ternyata merasakan
beberapa dampak negatif dari label negatif yang disandangnya, seperti sempat merasa kurang percaya diri, sempat down secara
mental, “terkungkung” dalam label negatif karena terlalu sering
diberi label negatif, dan mindset informan sempat berubah sesuai label negatif. Selain itu, informan pun dipandang sebagai orang
“lola” oleh teman-temannya, bahkan kini mereka mengasosiasikan label negatif tersebut pada informan. Kendati demikian, informan
mampu melihat dan memaknai pengalamannya terkait label negatif sebagai hal yang positif, yaitu sebagai pengalaman yang
menyenangkan karena dapat mencairkan suasana.
c. Pelaksanaan Wawancara Informan 2
Hari, tanggal Tempat
Waktu
Kamis, 17 Juli 2014 Chicken Kingdom Resto
Pukul 15.30-16.15 WIB Kamis, 7 Agustus 2014
Chicken Kingdom Resto Pukul 16.00-16.30 WIB
Minggu, 7 September 2014 Chicken Kingdom Resto
Pukul 11.40-11.55 WIB
Tabel 3.2 Pelaksanaan Wawancara Informan 2
d. Analisis Informan 2
1 Pemberi Label Negatif dan Isi Label Negatif Pada
Informan
Informan mengaku bahwa ia sudah mulai diberi label negatif sejak SMP. Informan menyatakan bahwa ia sering diberi
label negatif “lola” atau “lholhog” oleh teman-teman sekelas, seorganisasi, dan sepermainan serta gurunya. Hal tersebut dapat
dilihat pada pernyataan informan berikut ini : “SMP tuh kadang-kadang..terus SMA, mulai SMA itu malah
semakin banyak teman yang ngecap. Seringnya..seringnya tu dicapnya tu..kan kadang seringnya ngereaksinya lama, jadinya
seringnya tuh dicap lholhog, lola gitu ehm sama teman sekelas..terus ya kadang teman-teman seorganisasi gitu. Ya
pokoknya teman-teman lingkup main lah, kayak gitu. Kalau guru itu..biasanya guru yang muda-muda ya, yang bisa diajak
gojekan apalagi guru les” Informan 2, 5-12 dan 24-26
2 Frekuensi Informan Mendapat Label Negatif
Informan mengaku bahwa selama ini ia sering diberi label negatif oleh teman-teman dan gurunya, bahkan label
negatif tersebut cenderung berulang. Informan juga menyatakan bahwa setiap bertemu dengan teman-temannya, ia pasti diberi
label negatif “lola” atau “lholhog”. Hal tersebut dapat terungkap karena informan berkata demikian :
“Ehm seberapa sering ya..ya paling kalau cuma kumpul-kumpul bareng kayak gitu. Kalau misalnya nimbrung-nimbrung kayak
gitu, setiap hari sih, kalau ketemu teman kayak gitu. Kalau ketemu teman, ngobrol-ngobrol kayak gitu muncul kata-kata
itu..kayak g
itu” Informan 2, 193-197
3 Alasan atau Hal yang Membuat Informan Diberi Label
Negatif
Selama ini, hal yang menyebabkan informan sering diberi label negatif “lola” atau “lholhog” oleh significant others
karena informan terlambat mencerna kata-kata atau tidak dapat menangkap maksud dari pembicaraan teman-teman serta tidak
mendengarkan atau tidak konsentrasi dengan penjelasan gurunya. Informan menyatakan demikian :
“Ya dari hal kecil, misalnya aku ditanyain apa, nah mungkin aku kan kadang suka telat dengernya atau mungkin mikirnya..ya
teman-teman terus ngecap aku lama banget sih mikirnya, setiap kali aku telat denger atau lama mikir dibilang lola gitu..nah
kayak gitu. Ehm, apalagi aku orang pindahan, kadang bahasa daerah sini harus diserap dulu kan, jadi ya aku masih loading
terus yang lain kayak lama banget sih..kayak gitu. Atau guru yang ngajar yang sudah dekat, itu juga kadang..misalnya aku
telat dengerin, kan kadang kan asyik ngapain kan, biasalah konsentrasinya kadang kebagi, terus musti pada bilang
‘ealah lola meneh’. Nah suka kayak gitu, gurunya atau temannya
bilang ‘ealah kamu, gak dengerin po atau kumat lagi po lolanya’, terus gurunya tuh kadang bilang ‘sudah biasa kalau
aku kayak gitu tuh ’”
Informan 2, 57-63 dan 162-168
4 Reaksi Informan Pada Saat Diberi Label Negatif
Informan mengaku bahwa ia lebih memilih untuk diam, tertawa, dan mencoba memberikan penjelasan atau klarifikasi
pada saat diberi label negatif “lola” atau “lholhog” oleh
significant others. Hal tersebut terungkap pada saat wawancara
dengan informan :
“Kadang tuh diam, kadang juga ketawa, kadang tuh malah njelasin..aku tuh gak lola, cuma telat aja, kalian aja yang
kecepatan..kayak gitu” Informan 2, 99-101
Pada saat informan diberi label negatif “lola” atau “lholhog” oleh significant others, informan lebih memilih untuk
diam karena ia ingin menghemat energinya dan menunjukkan sikap tidak peduli, tertawa karena informan ingin mencairkan
suasana dan menghindari rasa marah, serta mencoba melakukan klarifikasi supaya ia tidak terus-terusan diberi label negatif oleh
teman-teman dan gurunya. Demikian pernyataan yang diungkapkan oleh informan :
“Ehm kadang diam itu kalau misalnya udah capek ya, kan udah gitu-gitu mulu, rasanya kan juga males dengerinnya. Jadi ya
cuekin, lebih ke cuekin aja. Nah daripada kitanya ngomongin balik ke mereka, ngejelasin ini itu, ini itu atau ngatain balik
mending diam aja kan, toh ngehemat energi kita. Kalau tertawa itu biar mencairkan suasana. Kan ada ya orang kalau misalnya
di-labeling kan kadang ada yang marah lah, terus apalah..ya tapi pengen gak itu terjadi, yaudah dibuat guyon aja, dibuat
ketawa aja biar cair suasananya. Terus yang mencoba menjelaskan tuh ya Cuma menjelaskan yaudah sih, yaudah gak
usah ngece-ngece lagi..Cuma pengen ngasih pengertian ke mereka kalau aku itu yaudah biasa-
biasa aja” Informan 2, 109-129
5 Dampak Negatif yang Dirasakan Informan Akibat Label
Negatif
Informan kemudian menyatakan bahwa selama ini ia mengalami beberapa perasaan negatif sebagai akibat pemberian
label negatif dari significant others. Informan mengaku bahwa sebelum akhirnya terbiasa dengan label negatif “lola” atau
“lholhog”, pada mulanya ia sempat merasa terbebani dan tidak percaya diri. Informan menyatakan demikian:
“Sebenarnya ada sih dari yang dulu, jaman yang dulu, kadang tuh suka ada rasa kurang percaya diri..ya gitu, kadang teman-
teman kan suka bilang ‘aku tuh kayak gini, kayak gini’, terus
kalau aku mau tampil atau perform di depan itu kurang percaya diri. Terus awal-awal diberi label negatif lola atau
“lholhog”gitu iya terbebani, tapi sekarang engga..udah biasa” Informan 2, 78 dan 259-262
Informan juga menyatakan bahwa label negatif yang secara berulang dan sering ia dapatkan dari significant others,
membuat informan melihat label negatif “lola” atau “lholhog” sebagai identitas dirinya. Selain itu, informan juga memandang
dirinya seperti apa yang dilabelkan. Hal tersebut terungkap dalam pernyataan berikut ini :
“Kalau aku tu..lola..gimana ya, ya udah, itu jadi identitas. Oh itu, yo “lholhog”banget gitu..oh berarti maksudnya itu aku..ya
ada sih temanku yang di cap “lholhog”, lola juga, tapi kalau teman-teman taunya lola itu biasanya aku. Ya kalau aku
ngelihat diriku di pandangan orang lain itu ya aku memang kayak telat mikir, apalagi kalau pas gak dengerin
gitu” Informan 2, 66-69 dan 239-241
Selain merasakan berbagai perasaan dan mempunyai konsep diri yang negatif, informan ternyata juga mengalami
beberapa dampak negatif lain akibat label negatif yang diberikan oleh significant others. Dampak-dampak negatif
tersebut meliputi, kesulitan untuk menghilangkan label negatif yang disandang atau label negatif tetap melekat dalam diri
informan dan informan kini terbiasa dengan label negatif tersebut. Dampak negatif yang dirasakan informan dapat dilihat
dalam pernyataan berikut ini :
“Mulai SMA itu semakin banyak teman yang bilang aku lola dan sampai sekarang juga masih..iya, masih mbak hehehe, jadi
lama kelamaan ya udah kebiasa, jadi biasa aja. Ya karna namanya berawal dari kepaksa, terbiasa, ya udah, jadinya
kebiasaan itu
” Informan 2, 24-25 dan 83-84
6 Dampak Positif yang Dirasakan Informan Akibat Label
Negatif
Informan ternyata tidak hanya merasakan berbagai dampak negatif akibat label negatif yang ia terima dari
significant others, namun ia juga merasakan berbagai dampak positif karena label negatif yang disandangnya. Informan justru
mengaku bahwa ia menjadi termotivasi dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik karena label negatif yang
disandangnya. Berikut adalah pernyataan yang diungkapkan informan :
“Ehm, kalau aku tuh biasanya itu buktiin..iya buktiin ke mereka, tapi bukan cuma sekedar omong. Kalau aku itu cenderung diam
dulu, kalau misalnya nanti bisa ini itu ya nanti dengan tindakan, misalnya apa kek bisa ini bisa itu kan yang nilai orang lain,
kalau sekedar omongan kan belum tentu mereka percaya. Jadi mencoba membuktikan kalau aku bukan seperti yang dikatakan
orang. Yo kalau misalnya gak “lholhog”ya udah buktiin aja, sama misalnya akademiknya lah, non-akademiknya lah.
” Informan 2, 138-143
7 Alasan dan Peristiwa yang Membuat Informan Berubah
Menjadi Lebih Baik
Terdapat beberapa alasan yang membuat informan memiliki keinginan untuk memperbaiki kekurangannya.
Informan mengaku bahwa ia berusaha untuk memperbaiki
kekurangannya karena ia ingin significant others berhenti memberinya label negatif danatau menggantinya dengan
memberi label yang sifatnya positif. Alasan lain yang menyebabkan informan berubah menjadi lebih baik adalah
adanya keinginan untuk membuktikan secara nyata kepada orang-orang yang memberinya label negatif bahwa ia tidak
seperti yang dilabelkan. Hal tersebut dapat dilihat dalam pernyataan berikut ini :
“Aku tuh pengen berhenti dibilang lola atau “lholhog”sama teman-teman, makanya aku berusaha memperbaiki kekurangan.
Aku juga malah pengen diubah apa kek yang bagus-bagus kayak gitu. Kan soalnya kan perkataan kan bisa menjadi doa
gitu kan.” Informan 2, 134-135 dan 328
Informan menyatakan bahwa sebenarnya ia mengalami peristiwa dan proses yang tidak ia duga sebelumnya. Informan
mengaku bahwa label negatif yang secara berulang ia dapatkan dari significant others akhirnya dapat membuat informan yang
awalnya merasa terbebani dengan label negatif menjadi terbiasa. Peristiwa dan proses tersebut diungkapkan informan dalam
pernyataan berikut : “Proses dan peristiwanya tuh ya sebenarnya gak keduga juga
sih. Ya karna namanya berawal dari kepaksa, terbiasa karena dikatain gitu terus, ya udah, jadinya kebiasaan gitu..ya wis lah
itu cuma guyon-
guyonan” Informan 2, 82-85
8 Makna Pengalaman Informan Terkait Pemberian Label
Negatif dari Orang-orang Sekitar
Informan cenderung
melihat dan
memaknai pengalamannya terkait pemberian label negatif dari significant
others sebagai hal yang positif, yaitu sebagai pengalaman yang menyenangkan karena dapat mencairkan suasana dan sebagai
motivasi serta bahan untuk memperbaiki diri dan berubah menjadi lebih baik. Informan menyatakan demikian:
“Pengalamanku itu ya apa ya, sebenarnya pengalaman berkesan juga engga, pengalaman biasa juga engga, yo untuk
senang-senang aja. Jadi ya misalnya ngumpul bareng teman, misalnya udah garing banget candaannya, nah aku tu sukanya
kan kadang gak dengerin kan, misalnya lagi asyik mainan apa gitu. Nah terus malah aku yang di-labeling, aku yang diece,
malah aku jadi yang mencairkan suasana..kesannya tuh aku, jadi syukur deh malah bisa mencairkan suasana. Jadi, ehm
sebenarnya fun sih. Terus kalau aku nangkepnya teman-teman tuh cenderungnya bukan nge-judge aku kayak gini, tapi cuma
untuk bercandaan, ece-ecean, rame-ramean. Yo kalau
misalnya gak “lholhog”ya udah buktiin aja, sama misalnya akademiknya lah, non-akademiknya lah. Yo pokoknya jadi
motivasi untuk ngebuktiin kalau misalnya kita tuh gak kayak gitu. Buat aku sendiri juga jadi motivasi untuk merubah diri
” Informan 2, 148-155 dan 225-228
3. Informan 3