Pemberian label negatif dari significant others membuat informan merasakan berbagai dampak negatif. Sebagai contoh,
perasaan sakit hati, terbebani, motivasi belajar menurun, motivasi untuk melakukan hal-hal positif menjadi rendah, dijauhi atau
dikucilkan significant others, dan sebagainya. Kemudian, kendati informan memiliki hubungan yang tidak dekat dengan orang tuanya
dibandingkan significant others-nya yang lain, namun informan justru menyatakan bahwa ia merasakan dampak negatif yang lebih
besar pada saat diberi label negatif oleh orang tuanya. Informan merasa benar-benar sakit hati, menyimpan dendam pada orang tua,
dan memikirkan hal negatif atau mempertanyakan rasa sayang orang tua kepada informan. Berbagai dampak negatif yang dialami
informan membuat informan melihat pengalamannya terkait label negatif sebagai hal yang tidak menyenangkan. Selain itu, informan
juga mengaku bahwa terdapat beberapa label yang tidak dapat atau begitu sulit dihilangkan dari dirinya, seperti label negatif pemarah,
tukang misuh, dan egois dari teman-temannya; label negatif bodoh, “ndableg”, kurang ajar dari orang tuanya; label negatif kurang ajar
dari kakaknya; dan label negatif pemalas dari gurunya.
c. Pelaksanaan Wawancara Informan 4
Hari, tanggal Tempat
Waktu
Rabu, 13 Agustus 2014 SMA Bopkri 2 Yogyakarta
Pukul 14.45-15.15 WIB Sabtu, 30 Agustus 2014
SMA Bopkri 2 Yogyakarta Pukul 12.50-13.10 WIB
Tabel 3.4 Pelaksanaan Wawancara Informan 4
d. Analisis Informan 4
1 Pemberi Label Negatif dan Isi Label Negatif Pada
Informan
Informan mengaku bahwa ia mulai mendapat label negatif dari orang tua, saudara kakak dan adik, teman, dan
guru sejak SMP. Label negatif yang diberikan orang tua dan kakak informan kepadanya meliputi label negatif bodoh,
“ndableg”, tidak tahu sopan santun, dan kurang ajar. Adik informan juga memberinya label negatif kakak yang tidak
mengerti perasaan adiknya kepada informan. Kemudian, teman- teman informan juga memberi label negatif pemarah, tukang
misuh, dan egois kepada informan. Sedangkan, label negatif “ndableg”, pemalas, dan pemarah biasa informan dapatkan dari
gurunya. Informan mengaku bahwa dari banyaknya label negatif
yang melekat pada dirinya, beberapa label yang tidak dapat atau begitu sulit dihilangkan dari dirinya adalah label negatif
pemarah, tukang misuh, dan egois dari teman-temannya; label negatif bodoh,
“ndableg”, kurang ajar dari orang tuanya; label negatif kurang ajar dari kakaknya; dan label negatif pemalas
dari gurunya. Demikian pernyataan yang diungkapkan informan:
“Sejak SMP sih, kalau SD engga. Kalau dari teman yang paling sering sih pemarah..terus sama egois dan tukang misuh. Kalau
dari ibu saya biasanya dihina bodoh, terus juga “ndableg” sama kurang ajar..kurang ajar juga pernah. Kalau saudara
gimana ya..ehm, kalau kakak ya apa ya, kadang pernah bodoh, kadang sih dibilang ndableg itu pernah, kadang dibilang anak
kurang ajar juga pernah, adik kurang ajar juga pernah. Kalau adik saya itu jarang, cuma sekali aja..ya itu, kakak yang gak
tahu gimana gitu..kakak yang gak tahu perasaan, gak ngertiin dia. Sedangkan guru sih pernah bilangin saya pemalas. Tapi
kalau sekarang orang tua sudah jarang sih, cuma masih kayak label-label yang dulu. Kalau kakak itu cuma kurang ajar aja,
kalau adik sudah engga. Kalau guru kadang masih suka bilang saya pemalas. Kalau teman mungkin masih pemarah ya
mungkin mbak..sama egois terus tukang misuh” Informan 4, 20-55, 73-78, dan 376-386
2 Frekuensi Informan Mendapat Label Negatif
Informan mengungkapkan bahwa ia mendapat label negatif dengan frekuensi yang berbeda dari significant others.
Informan menyatakan bahwa pada saat SMP dan awal SMA, ia sering sekali mendapat label negatif dari teman-teman, orang
tua, dan gurunya. Akan tetapi, informan menyatakan bahwa kini frekuensi pemberian label negatif dari significant others sudah
berkurang. Sementara itu, informan mengaku bahwa kakak dan adiknya jarang memberinya label negatif, bahkan informan
menyatakan bahwa adiknya hanya memberinya label negatif sebanyak satu kali. Hal tersebut dapat dilihat dalam pernyataan
informan berikut ini : “Pas SMP dan awal SMA sih yang paling sering ngasih label
negatif sih guru, yang kedua orang tua. Kalau dari kakak dikasih juga sih, tapi kalau kakak sih paling cuma friksi-friksi
kecil doang aja sih..jarang, kadang-kadang aja. Kalau adik saya itu jarang, cuma sekali aja..ya itu, kakak yang gak tahu
gimana gitu..kakak yang gak tahu perasaan, gak ngertiin dia. Tapi sebenarnya kalau orang tua sekarang jarang sih, cuma
labelnya masih kayak label-label yang dulu. Kalau kakak itu cuma kurang ajar aja, kalau adik sudah engga. Nah kalau guru
kadang masih suka bilang saya pemalas ”
Informan 4, 36-55 dan 383-386
3 Alasan atau Hal yang Membuat Informan Diberi Label
Negatif
Informan menyadari bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan ia diberi label negatif oleh orang lain, seperti
informan tidak dapat menangkap maksud dari pembicaraan orang tuanya, informan melakukan hal-hal atau menampilkan
perilaku yang berkaitan dengan label negatif, dan menampilkan perilaku yang menyimpang atau tidak baik. Informan
menyatakan demikian : “Guru sih pernah ngritik saya..saya tuh orangnya harus lebih
rajin belajar, saya dibilangin guru itu sebetulnya saya tuh anaknya cerdas, cuma saya tuh anaknya terlalu malas, terlalu
suka nunda-nunda pelajaran..jadi ya dibilangin pemalas gitu sama guru. Kalau dari ibu saya biasanya dihina bodoh, soalnya
gak pernah nangkep apa yang dimaksud orang tua. Kalau saudara gimana ya..ehm, ndableg lah kalau bahasa sininya,
ndableg itu kayak susah dibilangin, keras kepala. Trus karna kitanya melakukan peristiwa yang benar-benar di luar dugaan
orang, misalnya ketika melakukan hal yang membuat citra negatif, kita langsung dicap negatif. Ya pokoknya kalau
melakukan hal-hal negatif di luar kebiasaan-kebiasaan yang
positif” Informan 4, 25-32, 73-77, dan 275-280
4 Reaksi Informan Pada Saat Diberi Label Negatif
Sementara itu, selama ini informan memberikan beberapa reaksi yang berbeda pada saat diberi label negatif oleh
significant others, seperti diam, bersikap cuek, dan berusaha
sabar. Pengakuan informan dapat terlihat dalam penyataan berikut:
“Kalau dilabel sama orang tua..jujur aja biasanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri..ya diam aja, diamin aja, toh
bukan aku yang salah, ya gak peduli gitu. Kalau sama guru ya sama, diam saja, terus cuma pura-pura aja, iya bu, iya bu gak
akan saya ulangi..tapi besoknya saya ulangi. Kalau sama teman-teman kadang kala saya berusaha sabar, tapi kalau
sudah sampai batas biasanya saya gak pakai ngomong mbak, langsung melakukan kontak fisik. Tapi sebenarnya kalau saya
sih simple ya mbak, kalau saya dihina kayak gitu sih ya saya
masa bodoh, cuek aja ya” Informan 4, 125-136 dan 174-175
5 Dampak Negatif yang Dirasakan Informan Akibat Label
Negatif
Selanjutnya, informan mengungkapkan bahwa terdapat beberapa perasaan negatif yang muncul dalam dirinya pada saat
diberi label negatif oleh significant others, seperti sakit hati, bad mood, kecewa, merasa terbebani, dan merasa benci dengan
pemberi label. Di sisi lain, informan juga berpikir bahwa perbuatan positif akan sia-sia. Berikut adalah pernyataan yang
diungkapkan informan : “Ya kayak ada yang ganjel lah..apa ya..sakit hati, terus gimana
ya, kayak terbebani gitu loh mbak. Nah yang ketiga itu..kan diomongin sama orang bodoh gitu ya, langsung perasaannya
amburadul, jelek..langsung kecewa, langsung motivasinya drop. Ehm sebenarnya kan orang kalau punya masalah trus
benci sama orang pasti dia nyimpan sesuatu dalam hatinya dan itu negatif, gitu juga saya ke mereka. Lalu motivasinya jadi
rendah, kayak untuk melakukan hal-hal positif itu jadi rendah, soalnya kalau wah saya sudah dicap negatif, buat apa saya
ngelakuin sesuatu yang positif
” Informan 4, 153-166
Selain membuat informan merasakan berbagai perasaan dan pikiran negatif dalam dirinya, label negatif yang diterima
informan secara berulang dan dengan frekuensi yang tinggi ternyata juga membuat informan melihat dirinya sama seperti
yang dilabelkan. Informan menyatakan demikian : “Ketika saya ngaca dan melihat diri saya ya memang seperti
yang mereka bilang” Informan 4, 289-290
Informan juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa dampak negatif lain yang ia rasakan dan alami akibat pemberian
label negatif dari significant others. Dampak-dampak negatif tersebut meliputi kesulitan untuk menghilangkan label negatif
yang disandang atau label negatif tetap melekat dalam dirinya, informan dihindari oleh significant others, secara sadar atau
tidak sadar informan juga memberi label negatif pada adik dan kakaknya, informan menyetujui label negatif dari significant
others, serta menjadi terbiasa dengan label-label negatif tersebut. Akan tetapi, informan merasakan dampak negatif yang
lebih besar pada saat diberi label negatif oleh orang tuanya. Berbagai dampak negatif yang dirasakan informan dapat dilihat
dalam pernyataan berikut ini : “Kalau label yang sampai sekarang masih melekat atau kadang
saya dengar-dengar dari teman-teman itu masih pemarah ya mbak..sama egois terus tukang misuh soalnya ya mulutnya saya
kadang gak bisa dijaga. Kalau orang tua sekarang jarang sih, cuma masih sama kayak label-label yang dulu. Kalau kakak itu
cuma kurang ajar aja, kalau adik sudah engga. Nah kalau guru kadang masih suka bilang saya pemalas. Ya saya mengiyakan,
karena ketika saya ngaca dan melihat diri saya ya memang seperti yang mereka bilang. Sekarang saya juga jadi ngerasa
terbiasa sama apa yang mereka bilang. Sempat sih dulu saya dijauhin terus dikucilkan sama teman-teman, terus motivasi
untuk belajar atau melakukan hal-hal positif itu jadi rendah. Terus adik saya itu manjanya bukan main..ya kadang kala sih
dia saya bilangin ini itu ini itu, tapi kalau dia sudah ngeyel ya..ya saya jawabnya masa bodoh, terserah kamu. Kalau kakak
saya ngatain ya saya balas mbak, saya kata-katain juga dia. Sebenarnya kan orang kalau punya masalah trus benci sama
orang pasti dia nyimpan sesuatu dalam hatinya dan itu negatif, gitu juga saya ke mereka. Tapi dampak negatif yang paling
besar tuh sama orang tua mbak, yang benar-
benar sakit” Informan 4, 55-58, 144-145, 289-291, 317-327, dan 376-386
Kemudian, informan pun menyatakan bahwa label negatif yang disandangnya ternyata membuat relasi informan
dengan significant others menjadi berjarak atau tidak dekat. Bahkan informan juga merasa bahwa ia sempat mendapat
perlakuan yang berbeda dan dikucilkan oleh significant others karena label negatif yang disandangnya. Hal tersebut
diungkapkan informan dalam pernyataan berikut ini : “Kalau sama orang tua sekarang sih sudah membaik ya, kalau
dulu tuh sering ya kalau setiap pulang ke rumah, itu pasti dimarah-marahin. Ya soalnya dulu saya kan termasuk nakal
mbak, kalau pulang tuh gak langsung pulang, sukanya kluyuran. Kalau saya sama adik sama kakak itu kalau saya
punya masalah, biasanya saya males cerita. Ehm saya dulu SMP kelas tiga tuh pernah..pernah dikucilkan sama teman
karena sifat saya pemarah. Tapi kalau relasi sekarang sama teman-teman sih kayak anak SMA biasa, kadang akur kadang
konflik sampe bertengkar gitu juga pernah. Ya kalau antara satu dua orang ada relasi yang kurang baik, satu dua orang lagi ada
yang relasi baik..cukup baik sih, tapi kurang dekat. Kalau sama guru ya mungkin di sini kurang baik ya mbak daripada saat
saya SMP. Soalnya jujur ya mbak, kalau saya lihat itu guru- guru di sini itu kurang pemerhati ya sama anak-
anak” Informan 4, 4-5, 199-202, 232-234, 245-247, dan 259-260
6 Dampak Positif yang Dirasakan Informan Akibat Label
Negatif
Selain merasakan berbagai dampak negatif akibat pemberian label negatif dari significant others, label negatif
yang disandang informan ternyata juga membawa beberapa dampak positif. Label negatif yang disandang informan
membuatnya termotivasi dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik. Informan menyatakan demikian :
“Ada sih, saya berubah jadi pribadi yang lebih baik, mengurangi hal negatif itu tadi. Kalau menjadi baik ya belum,
cuma sedang menuju tahap yang lebih baik. Saya kalau dilabel teman saya jadi terpacu untuk berubah jadi lebih baik..kalau
guru itu berarti kita harus jadi pribadi yang positif, baik luar
dalam” Informan 4, 116-117, 302-303, dan 344-348
7 Alasan dan Peristiwa yang Membuat Informan Berubah
Menjadi Lebih Baik
Informan mengaku bahwa ia berubah menjadi lebih baik karena ia ingin significant others berhenti memberi label negatif
dan adanya keinginan untuk membuktikan secara nyata bahwa ia tidak seperti yang dilabelkan. Berikut adalah pernyataan yang
diungkapkan oleh informan : “Ya pasti iya mbak, setiap orang kan gak mau punya label
negatif, makanya saya berusaha dan pengen berubah jadi lebih baik. Kalau saya sih simple ya mbak, kalau saya dihina kayak
gitu sih ya saya masa bodoh, cuek aja ya. Biarin aja kita dihina kayak gitu, yang penting kita buktiin kalau kita gak seperti itu.
Jadi sebenarnya saya itu masa bodoh sama yang mereka bilang, tapi saya berusaha untuk ngebuktiin kalau saya tuh gak kayak
gitu” Informan 4, 174-179
Keinginan informan untuk membuktikan kepada
significant others bahwa ia tidak seperti yang dilabelkan dan keinginan informan untuk berhenti diberi label negatif oleh
significant others ternyata bukan merupakan satu-satunya alasan yang membuat informan berubah menjadi lebih baik. Di
samping itu, terdapat suatu peristiwa yang membuat informan sadar untuk berubah, yaitu mimpi aneh yang dialami oleh
informan. Informan menyatakan demikian: “Ohya mbak, dulu saya itu pas tidur pernah mimpi diinterupsi
sama yang di atas. Gimana ya kayak yang Maha Esa itu menjelma menjadi manusia dalam mimpi saya terus dia tuh
bilangin saya yang negatif-negatif terus saya harus berubah. Jadi sejak mimpi itu dan karena mimpi itu saya berusaha untuk
berubah dan memperbaiki diri
saya” Informan 4, 204-209
8 Makna Pengalaman Informan Terkait Pemberian Label
Negatif dari Orang-orang Sekitar
Informan menyatakan bahwa pengalamannya terkait pemberian label negatif dari significant others sebagai
pengalaman yang tidak menyenangkan karena membuat informan merasakan berbagai dampak negatif. Akan tetapi,
informan ternyata memaknai pengalamannya terkait pemberian label negatif dari significant others sebagai suatu hal yang
positif, yaitu sebagai bahan untuk menginstrospeksi dan memperbaiki diri. Demikian penyataan yang diungkapkan oleh
informan :
“Ya pengalaman saya sih sebenernya banyak ga enaknya mbak, karena kalau kita dilabel sama orang kan kita jadi benci sama
dia, kita sakit hati, emosi atau marah gitu. Tapi tergantung kita juga gimana menyikapinya, kalau saya terkait label negatif itu
lebih baik kalau ada orang yang memberi cap negatif itu kita jangan berpikir negatif dulu tentang mereka atau kita sendiri,
karena belum tentu mereka atau kita buruk. Kebanyakan orang itu pengen ngelihat kita jadi lebih baik. Jadi kalau kita diberi
label negatif itu mending pertama kita itu introspeksi, kedua kalau kita itu benar maka kita harus benar-benar berubah saat
itu juga. Mungkin karna faktor usia juga, kedewasaannya terus bertambah dan saya berubah. Sekarang saya bisa berpikir
positif tentang label, jadi kalau seseorang kasih label negatif ke saya ya saya gak boleh lihat dari sisi negatifnya saja tapi juga
lihat dari sisi positifnya
” Informan 4, 358-372
TABEL 4 KLASIFIKASI HASIL TRIANGULASI DATA INFORMAN
Kategori Informan 1
Informan 2 Informan 3
Informan 4 Pemberi Label
Negatif
Teman Guru G
Teman T Guru G
Teman T Teman
Isi Label Negatif
- Pikun, pelupa
- Ceroboh
- Kuper
Lholhog, lemot G T
- Pemalas G
- Nakal G T
- Tidak disiplin G
- Tidak bertanggung
jawab G -
Tukang kluyuran G
- Preman T
Pemarah
Alasan Memberi Label Negatif
- Sering lupa ketika
meletakkan barang.
- Sering
meninggalkan atau
meletakkan barang
di sembarang
tempat. -
Kurang mampu berbaur
atau bersosialisasi
dengan teman lain dan terkait sifat
pendiam informan.
- Memahami materi
yang disampaikan guru setelah dua
kali diberi
penjelasan. -
Seringkali tidak
memahami ataupun terlambat
menangkap maksud
obrolan yang dibahas oleh
guru dan teman- teman.
- Sering membolos,
datang terlambat,
dan masuk kelas semaunya.
- Bergabung dalam
genk dan terlibat tawuran pelajar.
- Sering
membuat gaduh di kelas.
- Tidak mengerjakan
PR. -
Tidak segera
pulang ke rumah setelah jam pulang
sekolah. -
Sifat emosian dan mudah
marah yang
dimiliki informan.
- Melakukan
‘kontak fisik’
dengan teman
yang membuat
informan marah. -
Ketertutupan dan sifat
mudah tersinggung yang
dimiliki informan.
Reaksi Informan Diam dan tertawa
- Menerima
dan tidak marah G
- Diam dan tertawa
atau tersenyum T -
Membalas atau
memberi label
negatif pada teman T
- Cuek G
- Mendengarkan dan
menanggapi T -
Tertawa T -
Diam dan
mendengarkan T -
Meninggalkan teman
yang membuat
marah untuk
menenangkan diri T.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis seluruh data informan, didapatkan beberapa kesamaan hasil dari keempat informan yang kemudian dikaitkan
dengan landasan teori yang ada. Berikut pembahasan hasil penelitian :
1 Pemberi Label Negatif, Isi Label Negatif, Frekuensi Informan
Mendapat Label Negatif, dan Alasan atau Hal yang Membuat Informan Diberi Label Negatif
Seluruh informan menyatakan bahwa selama ini mereka mendapat label negatif yang beraneka ragam dari orang yang berbeda-
beda dan dengan frekuensi yang berbeda pula. Akan tetapi, para informan mengaku bahwa selama ini mereka sering mendapat label
negatif dari orang tua, teman-teman, dan gurunya. Dimana label negatif yang paling sering dan sebagian besar informan dapatkan dari orang
tua, teman-teman, dan gurunya adalah label negatif pemalas. Pada saat wawancara triangulasi data dengan beberapa significant others setiap
informan, yang meliputi guru dan teman, mereka menyatakan serta mengakui bahwa mereka memberi label negatif kepada informan
karena alasan tertentu. Pemberi label negatif, isi label negatif, dan alasan yang menyebabkan significant others informan memberi label
negatif kepada para informan dapat dilihat secara lebih lengkap pada tabel 4 klasifikasi hasil triangulasi data.
Label negatif pemalas yang sering diberikan oleh significant others informan kepada tiga dari empat informan yang ada berkaitan