218
tangkap dari H? “Ho oh, enak kok dia orangnya, bisa diajak gojek soalnya”. Tadi kamu
bilang kalau dianya biasa aja, itu maksudnya gimana?
“Ya..ya itu tadi, dia nganggepnya cuma gojek, guyon tadi. Terus ehm..ya cuma bercanda-bercanda, mungkin dia terus bales lagi
ngece apa ngece apa. Jadi hubungannya tetap baik, ga musuhan atau gimana ”.
10. Terus nih, setelah kamu kasih sering ngatain H lemot gitu tadi H nya sendiri kayak ada
perubahan gitu gak sih? Entah itu perubahan positif atau negatif dalam sifat, perilaku, dan sebagainya mungkin?
“Apa ya mbak? Kayaknya sih gak ada kok, dia tetap biasa aja kok. Ya kalau diece lemot gitu biasanya dia bales ngece
juga ke saya”.
219
HASIL TRIANGULASI DATA 1 INFORMAN 3
1. Apakah Pak Patah mengenal E?
“Ya jelas kenal, wong saya itu ngajar dia sejak kelas 1, kemudian waktu kelas 2 saya juga menjadi wali kelasnya. Anak itu termasuk salah satu pasien saya, jadi saya amat sangat
mengenal dia. Sebetulnya E itu anaknya tidak terlalu bodoh, tapi bisa dikatakan sedikit tidak normal karena dia itu memiliki masalah yang bisa dikatakan opo yo, penting untuk
perkembangan anak seusia dia, yaitu masalah keluarga. Oleh karena itu, kami para guru, terutama saya sebagai wali kelasnya saya dampingi terus dengan 2 cara atau pendekatan, yaitu
se
cara halus dan kasar”. Halus dan kasar bagaimana pak maksudnya? “Maksudnya itu
seperti ini, kalau halus itu saya berusaha rengkuh, tegur dengan cara baik, dengan bahasa yang halus begitu..sedangkan kasar itu bukan dalam artian terus menggunakan hukuman fisik atau
kudu ngeplak, tapi lebih kepada memberi peringatan atau ancaman dalam bentuk kata-kata. Saya beri contoh ya supaya lebih mudah, misalnya kalau saya lagi ngajar terus ada anak-anak
yang pada ribut, kalau halus itu saya akan bilang ‘heh cah mbok meneng o to, mengko yen ora nggatekke ora iso
’, tapi kalau kasar itu saya akan menggebrak meja kemudian mengatakan ‘silahkan berdiri ke arah pintu kelas, buka pintu kemudian tutup pintu dari luar’..jadi begitu
maksudnya halus dan kasar itu”.
2. Bagaimana sih pak sosok E di mata bapak?
“Sebenarnya anak itu bermasalah sekali, sebab masalah keluarga yang dia hadapi sebenarnya bisa dikatakan cukup berat untuk anak seusianya, sehingga itu juga yang mungkin
mempengaruhi perilakunya dia selama ini. Ya yang pasti dia itu kalau di kelas sukanya clekap- clekop, kemudian kalau masuk kelas semaunya sendiri..tidak disiplin, kurang menghargai
teman, rasa tanggung jawabnya tidak ada. Padahal semula dia itu ketua kelas, tapi kemudian jabatannya kita hentikan karena dia tidak memiliki tanggung jawab tadi. Lalu nilainya juga tidak
baik, tidak cuma fisika, tapi hampir semua mata pelajaran nilainya juga tidak baik. Dulu E itu bahkan suka ikut-ikut dalam perkelahian di luar sekolah, yaitu tawuran dengan anak-anak
sekolah lain, sehingga kami para guru dan pihak sekolah hampir saja mengambil langkah untuk mengembalikan dia kepada orang tuanya. Hal tersebut kemudian membuat saya pada waktu
dulu sebagai seorang wali kelasnya berkewajiban untuk mendampingi anak itu. Kemudian dia juga saya dekati, awalnya itu sulit sekali, saya coba ajak bicara dia hanya diam, tapi lambat laun
ya akhirnya dia juga mau terbuka untuk bercerita kepada saya tentang apa yang sebenarnya ia alami, masalah-masalahnya di rumah dengan orang tua, bapak ibunya itu dia mau cerita semua.
Nah lalu setelah saya tahu sebenarnya apa yang dia alami, saya berusaha untuk mendekati dia, ya nek ibarat e wong Jowo ki yo dirangkul, dibombong lah bocah e ..karena sebenarnya anak
itu hanya butuh untuk dimotivasi dan diperhatikan. Tapi ya sebenarnya anak itu semakin ke sini sudah semakin baik, artinya dia ada usaha untuk mau memperbaiki dirinya, ya meskipun
220
kadang-kadang penyakit e isih sok muncul
”. Penyakit apa itu pak? “Ehm ya seperti masih
sok malas, rasa tanggung jawabnya dalam beberapa hal kadang masih kurang, terus bocah kae seneng usil karo kancane
”.
3. Kemudian pak, kalau E itu menampilkan perilaku-perilaku negatif tadi seperti clekap-