1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kepesatan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini telah mengantarkan masyarakat memasuki era global. Setiap individu di era global
dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif dan mampu mengadaptasikan diri ke dalam situasi global yang amat bervariasi dan cepat
berubah. Persaingan bebas dalam globalisasi yang berkembang pesat saat ini menuntut setiap negara untuk mampu berkompetisi dalam segala bidang.
Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara berkembang harus mampu menciptakan Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas dan memiliki
daya saing yang tinggi agar dapat bersaing dalam dunia global. Sumber Daya Manusia SDM yang berkualitas dapat tercipta melalui
dunia pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Pendidikan yang dapat mengembangkan potensi peserta didik sehingga dapat
memecahkan masalah yang dihadapinya merupakan pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang. Menurut Buchori 2001
dalam Khabibah 2006: 1 pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan,
tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari dalam Trianto, 2011: 5.
SMKN 1 Depok merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di mana siswanya memang dipersiapkan untuk menjadi tenaga siap pakai yang
terampil dalam dunia kerja. Selain itu, siswa disiapkan agar menjadi manusia produktif dan mampu bekerja secara mandiri sesuai dengan program
keahliannya masing-masing. Program keahlian yang ada di SMKN 1 Depok meliputi bidang keahlian Bisnis Manajeman terdiri dari keahlian Akuntansi,
Administrasi Perkantoran, Pemasaran, dan Busana Butik. Di sana siswa diajarkan lebih mendalam pada Praktik Industri PI agar kompetensi yang
mereka miliki sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Faktor penting lainnya yang turut menjadi perhatian SMKN 1 Depok
adalah bidang akademik karena pada dasarnya siswa juga harus dibekali dengan teori sehingga siswa tidak hanya unggul dari segi praktik tetapi juga
unggul dari segi pengetahuan. Salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti semua siswa SMKN 1 Depok adalah mata pelajaran matematika. Untuk itu,
guru mata pelajaran matematika perlu memilih model pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar siswa yang dapat mengasah
kemampuan berpikir dan bukan aktivitas mengajar guru. Sehingga pengetahuan akademik dan pengalaman praktik yang siswa peroleh dapat
terpenuhi secara maksimal. Pada dunia pendidikan, hasil belajar dijadikan sebagai tolok ukur
yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan siswa dalam bidang akademik. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yakni
faktor dari dalam diri sendiri faktor internal dan faktor yang berasal dari luar faktor eksternal. Faktor internal meliputi kecerdasan, minat dan
perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi
fisik dan kesehatan. Sedangkan faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.
Salah satu faktor internal yang sangat penting dalam kegiatan belajar yakni faktor minat belajar. Minat belajar yang tinggi akan menunjang
tercapainya efektivitas proses belajar mengajar dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Menurut Sardiman dalam Susanto,
2013:68 menyatakan bahwa proses belajar itu akan berjalan dengan lancar jika disertai dengan minat. Hal senada juga disampaikan Hartono dalam
Susanto, 2013:68 yang menyatakan bahwa minat memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar peserta didik.
Minat yang diharapkan dalam kegiatan belajar tentulah minat yang berasal dari dalam diri sendiri bukan karena adanya paksaan dari luar.
Baharuddin dan Wahyuni 2012: 24 menyatakan bahwa salah satu cara membangkitkan minat belajar adalah pemilihan jurusan atau bidang studi,
dalam hal ini alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai minatnya. Siswa yang melanjutkan pendidikannya di
Sekolah Menengah Kejuruan SMK diberi kebebasan sejak awal untuk memilih sendiri bidang yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Selain itu jurusan yang ditawarkan lebih banyak dan lebih spesifik. Adanya pendalaman pada praktik industri yang melatih kemampuan siswa sejak dini
pada bidang keahlian yang diminati juga menjadi salah satu daya tarik yang membuat siswa lebih memilih melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMK.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada bulan Juli - Agustus di SMKN 1 Depok, masih banyak siswa yang kurang berminat
mengikuti pelajaran matematika hal ini dapat dilihat dari sikap siswa yang kurang aktif dalam bertanya maupun dalam hal menyampaikan pendapat
selama pembelajaran berlangsung. Selain itu pembelajaran masih satu arah mengarah pada pembelajaran konvensional yaitu guru menjelaskan dengan
metode ceramah, dan siswa mendengarkan, mencatat kemudian diberi latihan soal yang dikerjakan secara individu. Komunikasi yang terjalin pun hanya
terjadi antara guru dan siswa, sedangkan komunikasi siswa dengan siswa belum nampak terlihat karena selama pembelajaran berlangsung guru masih
menggunakan model pembelajaran satu arah yang dianggap lebih efisien dan belum mencoba model pembelajaran yang lain misalnya membiasakan siswa
untuk bekerja dalam kelompok. Hal inilah yang seringkali membuat siswa menjadi pasif sehingga guru belum mampu menganalisis pemahaman siswa
secara maksimal. Kurangnya kerja sama antarsiswa selama pembelajaran juga akan membuat siswa menjadi bosan dan kurang aktif dalam belajar
sehingga tidak semua peserta didik termotivasi untuk memahami materi. Agar siswa dapat memahami materi dan mengikuti pembelajaran
matematika dengan baik, dibutuhkan usaha dari guru matematika untuk menyajikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan
sehingga proses belajar mengajar yang terjalin antara guru dan siswa dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa. Untuk itu dibutuhkan model
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berani menyampaikan
pendapat, menggali pengetahuan yang dimiliki serta menjalin komunikasi dan kerja sama dengan teman-teman sekelasnya sehingga tercipta interaksi timbal
balik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa. Model pembelajaran kooperatif menjadi salah satu alternatif yang
dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran agar siswa dapat terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung. Slavin Isjoni, 2012:17 menyebutkan
cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama yakni guru mendorong siswa untuk melakukan kerja sama dalam
kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran teman sebaya. Dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk menerapkan suatu model
pembelajaran baru dengan cara pembentukan kelompok diskusi yang berbeda dan kelas yang akan diteliti adalah kelas XI Akuntansi 1. Materi yang
digunakan dalam penelitian adalah materi peluang. Materi ini merupakan materi yang penting untuk dipelajari karena dengan mempelajari materi
peluang, siswa dapat memperkirakan kejadian-kejadian yang terjadi dalam kehidupan nyata. Contoh nyata yang bisa kita amati adalah misalkan ada
salah satu siswa yang ingin membuka usaha bisnis berjualan online. Berapakah peluang kesuksesan usaha yang dilakukan siswa tersebut?
Dari berbagai model pembelajaran koopertif yang dikembangkan para ahli, peneliti memilih salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe
Think-Pair- Square pada materi peluang. Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti ingin mengangkat permasalahan tersebut melalui suatu penelitian
yang berjudul “EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK-
PAIR-SQUARE SISWA KELAS XI AKUNTANSI 1 SMKN 1 DEPOK PADA MATERI PELUANG TAHUN AJARAN 20162017
”.
B. Identifikasi Masalah