Hasil Belajar Siswa Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model

jawaban kelompok. Selain itu, siswa juga dibiasakan untuk mendengarkan dan menghargai orang lain ketika ada siswa perwakilan kelompok yang sedang mempresentasikan hasil kerja kelompok. Partisipasi siswa selama pembelajaran berlangsung juga dapat ditunjukkan melalui pendapat atau tanggapan yang disampaikan ketika diskusi maupun presentasi serta ketika siswa perwakilan kelompok menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas. Hasil analisis angket minat belajar siswa menunjukkan bahwa modus kategori minat belajar siswa berdasarkan tiap pernyataan adalah tinggi. Hal ini berarti bahwa sebagian besar siswa memiliki minat belajar yang tinggi pada pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Think-Pair-Square. Hasil ini juga diperkuat berdasarkan hasil wawancara tanggapan siswa yang menunjukkan respon positif setelah belajar matematika menggunakan model pembelajaran Think- Pair-Square.

2. Hasil Belajar Siswa

Gambar 4.1 Grafik Persentase Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM 5 10 15 20 ≥KKM KKM 18 6 75 25 Persentase Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM Banyak Siswa Persentase Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar pada tabel 4.8 ada 18 siswa dari total 24 siswa yang hasil belajarnya mencapai nilai minimal 76,00. Nilai ini merupakan nilai KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran matematika dan ada 6 siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM. Ini berarti persentase banyaknya siswa yang mencapai nilai KKM sebesar 75.

3. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Square telah dilaksanakan di kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok. Pembelajaran ini terdiri dari tiga tahap yakni tahap berpikir individu Think, tahap berpikir berpasangan Pair, dan tahap berpikir berempat Square. Kegiatan pembelajaran Think-Pair-Square dilakukan selama tiga kali pertemuan.

a. Pertemuan Pertama

Persentase hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square pada pertemuan pertama adalah 95,652. Terdapat satu indikator yang tidak terlaksana yakni pembelajaran dilaksanakan sesuai alokasi waktu. Walaupun hanya ada satu indikator yang tidak terlaksana, namun ada beberapa indikator yang menjadi bahan evaluasi karena belum terlaksana secara maksimal. Pada pertemuan pertama tahap Pair dan tahap Square telah terlaksana namum belum maksimal. Pada tahap ini guru bermaksud agar dalam menyelesaikan soal siswa melakukan kegiatan berpikir berpasangan Pair setelah itu melakukan kegiatan berpikir berempat Square. Namun masih ada kelompok yang tidak melaksanakan kegiatan berpikir berpasangan, selain itu ada kelompok yang proporsi untuk diskusi berempatnya sedikit dan cenderung mengerjakan soal secara individu. Selain itu ada beberapa siswa juga yang tidak memperhatikan teman lain yang sedang presentasi. Sehingga guru harus menegur beberapa siswa tersebut agar tetap memperhatikan siswa yang sedang presentasi. Ketika guru memfasilitasi kelompok lain yang tidak presentasi untuk menanggapi penampilan atau hasil kerja kelompok yang sedang presentasi, ada beberapa siswa yang ditunjuk tidak menanggapi dan hanya berdiam diri. Meskipun telah diberi dorongan agar menyampaikan tanggapan atau saran kepada kelompok yang sedang presentasi, beberapa siswa yang telah ditunjuk tersebut tetap diam dan tidak menanggapi. Karena terdapat beberapa kendala seperti yang telah disampaikan di atas berakibat pada proporsi waktu untuk presentasi kelompok selanjutnya menjadi berkurang dan harus dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran Think-Pair-Square secara keseluruhan pada pertemuan pertama sudah terlaksana namun belum terlaksana secara maksimal.

b. Pertemuan Kedua

Persentase hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square pada pertemuan kedua adalah 95,652. Terdapat satu indikator yang tidak terlaksana yakni memberikan motivasi. Pada pertemuan kedua guru memang telah memberikan motivasi namun motivasi yang diberikan masih terlalu umum belum menjurus kepada submateri yang sedang dibahas pada saat itu. Selain itu, masih ada beberapa indikator yang belum terlaksana secara maksimal. Pada pertemuan kedua tahap Pair telah terlaksana namum belum maksimal karena masih ada kelompok yang tidak melaksanakan kegiatan berpikir berpasangan dan cenderung mengerjakan soal secara individu. Indikator lain yang belum terlaksana secara maksimal adalah ketika guru memfasilitasi kelompok lain yang tidak presentasi untuk menanggapi penampilan atau hasil kerja kelompok yang sedang presentasi, ada beberapa siswa yang tidak menanggapi dan hanya berdiam diri. Namun pada pertemuan kedua ini siswa sudah mulai berani menyampaikan pendapat dibandingkan pada pertemuan sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran Think- Pair-Square secara keseluruhan pada pertemuan kedua sudah terlaksana namun belum terlaksana secara maksimal.

c. Pertemuan Ketiga

Berdasarkan pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square, semua indikator telah terlaksana 100. Meskipun demikian, masih ada indikator yang belum terlaksana secara maksimal yakni ketika guru memfasilitasi kelompok lain yang tidak presentasi untuk menanggapi penampilan atau hasil kerja kelompok yang sedang presentasi, ada beberapa siswa yang tidak menanggapi dan hanya berdiam diri. Siswa masih enggan untuk menyampaikan pendapat ataupun memberi tanggapan kepada kelompok yang sedang presentasi. Berdasarkan hasil observasi dapat dikatakan bahwa pembelajaran Think-Pair-Square pada pertemuan ketiga telah terlaksana dengan baik. Dari beberapa pembahasan di atas terdapat satu kendala yang menonjol yakni masih rendahnya keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat atau tanggapan kepada teman yang sedang presentasi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hal ini disebabkan karena siswa tidak dibiasakan menjelaskan pekerjaan di depan kelas dan siswa juga tidak dibiasakan untuk menyampaikan tanggapan atau pendapat jika ada teman yang mengerjakan soal di depan kelas. Meskipun terdapat beberapa kendala pada pelaksanaannya, namun pembelajaran Think-Pair-Square pada tiap pertemuan telah terlaksana dengan baik. Hal ini juga diperkuat berdasarkan analisis lembar keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square yang menunjukan persentase keterlaksanaan pada tiap pertemuan termasuk dalam kategori sangat tinggi. 4. Aktivitas Siswa Pengamatan aktivitas siswa terhadap pembelajaran Think-Pair- Square telah dilaksanakan di kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok. Berikut adalah pembahasan aktivitas siswa selama tiga pertemuan. a. Pertemuan Pertama Pada pertemuan pertama persentase aktivitas siswa tergolong tinggi yakni 69,097. Walaupun demikian ada beberapa indikator yang tidak terlaksana 100. Pada pertemuan pertama indikator yang terlaksana 100 adalah indikator 1, 4, 8, 9 dan 10. Sedangkan untuk indikator 2 dan 11 ada tiga siswa yang tidak melaksanakan. Ketika siswa mengamati pekerjaan teman di depan kelas indikator 2 S3 dan S4 dari kelompok putih asyik dengan kesibukannya sendiri dan S2 dari kelompok Oranye bermain gadged dan tidur-tiduran. Selain itu, ketika siswa mengerjakan LKS dalam kelompok indikator 11 S1, S2, S3 dari kelompok Hijau menunggu penyelesaian soal yang dikerjakan S3. Untuk indikator 3 ada enam belas siswa yang tidak melaksanakan, hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum berani bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dan cenderung mencari jawaban sendiri atau hanya berdiam diri menunggu jawaban dari teman kelompok. Untuk indikator 6 ada enam belas siswa yang tidak melaksanakan, hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum berani menyampaikan pendapat ketika ada teman yang sedang presentasi. Untuk indikator 7 ada tiga belas siswa yang tidak melaksanankan, hal ini dikarenakan proporsi pertanyaan yang diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa. Untuk indikator 5 dan 12 ada delapan belas siswa yang tidak melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk menuliskan jawaban kelompok indikator 12 dan menjelaskan jawaban kelompok indikator 5 kepada teman- teman hanya perwakilan dua orang tiap kelompok.

b. Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua persentase aktivitas siswa tergolong tinggi yakni 63,194. Walaupun demikian ada beberapa indikator yang tidak terlaksana 100. Pada pertemuan kedua indikator yang terlaksana 100 adalah indikator 1 dan 11. Untuk indikator 2 ada tujuh siswa yang tidak melaksanakan yakni ketika siswa mengamati pekerjaan teman di dapan kelas S1, S2, S3, dan S4 dari kelompok Merah Muda tidak memperhatikan, S1 dan S3 dari kelompok Kuning sibuk mencatat pekerjaan teman di papan tulis, sedangkan S1 dari kelompok hijau tampak kurang berkonsentrasi. Untuk indikator 3 ada tiga belas siswa yang tidak melaksanakan. Siswa masih belum berani untuk mengajukan pertanyaan ketika menemukan kesulitan. Namun pada pertemuan kedua siswa mulai berani mengajukan pertanyaan karena terjadi peningkatan aktivitas siswa pada indikator 3 meskipun peningkatan yang terjadi tidak signifikan. Untuk indikator 4 yakni melakukan diskusi secara berpasangan atau berempat ada empat siswa yang tidak melaksanakan. S1 dan S2 tidak aktif ketika diskusi berlangsung sedangkan S3 dan S4 cenderung bekerja sendiri. Empat siswa itu berasal dari kelompok hijau. Untuk indikator 5 ada sembilan belas siswa yang tidak melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk menjelaskan jawaban kelompok hanya perwakilan satu orang tiap kelompok. Untuk indikator 6 ada sembilan belas siswa yang tidak melaksanakan hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum berani menyampaikan pendapat ketika ada teman yang sedang presentasi. Faktor lain seperti tidak memperhatikan saat teman sedang presentasi membuat siswa tidak dapat memberikan komentar atau tanggapan terhadap penampilan teman yang telah mempresentasikan hasil kerja kelompok. Untuk indikator nomor 7 ada lima belas siswa yang tidak melaksanakan, hal ini dikarenakan proporsi pertanyaan yang diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa. Untuk indikator 8 ada enam siswa yang tidak melaksanakan yakni ketika siswa mendengarkan penyajian materi yang disampaikan guru S1 dari kelompok Putih sibuk melakukan hal yang tidak berkaitan dengan pelajaran dan S1 dari kelompok Putih juga berbicara dengan S3 teman dalam kelompoknya. S1 dari kelompok Oranye mengajak siswa dari kelompok lain untuk bercerita dan S2 dari kelompok Oranye melamun saat guru menjelaskan materi. Selain itu, ketika guru menjelaskan materi S3 dan S4 dari kelompok Merah Muda masih terus mencatat dan tidak fokus mendengarkan. Untuk indikator 9 ada satu siswa yang tidak melaksanankan yakni S1 dari kelompok hijau karena S1 terkadang mengantuk ketika mendengarkan pendapat teman saat diskusi berlangsung. Untuk indikator 10 ada tiga siswa yang tidak melaksanakan yakni ketika siswa mencatat hal-hal penting saat pembelajaran berlangsung, S2 dan S4 dari kelompok Hijau serta S2 dari kelompok Oranye cenderung hanya melihat slide tanpa mencatat. Untuk indikator 12 ada Sembilan belas siswa yang tidak melaksanakan melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk mennuliskan jawaban kelompok hanya perwakilan satu orang tiap kelompok.

c. Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga persentase aktivitas siswa tergolong tinggi yakni 63,893. Walaupun demikian ada beberapa indikator yang tidak terlaksana 100. Pada pertemuan ketiga indikator yang terlaksana 100 adalah indikator 1, 8, 9 dan 10. Untuk indikator 2 ada empat siswa yang tidak melaksanakan karena S4 yang berasal dari kelompok Kuning mengajak 3 teman kelompoknya untuk bercerita ketika ada teman lain yang sedang presentasi. Untuk indikator 3 ada dua puluh satu siswa yang tidak melaksanakan hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum berani bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dan lebih cenderung mencari jawaban sendiri. Untuk indikator 4 ada tiga siswa yang tidak melaksanakan yakni ketika siswa melakukan diskusi secara berpasangan atau berempat, S1 dari kelompok Merah kurang aktif dan terkadang mengantuk. Sedangkan S1 dan S2 dari kelompok Hijau lebih banyak mendengarkan diam ketika diskusi berlangsung. Untuk indikator 6 ada dua puluh siswa yang tidak melaksanakan, karena siswa masih belum berani menyampaikan pendapat ketika ada teman yang sedang presentasi dan cenderung hanya diam. Untuk indikator 7 ada empat belas siswa yang tidak melaksanakan hal ini dikarenakan proporsi pertanyaan yang diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa. untuk indikator 11 hanya ada satu siswa yang tidak melaksanakan yakni S1 dari kelompok Merah karena S1 cenderung menunggu jawaban dari teman kelompoknya. Untuk indikator 5 dan 12 ada dua puluh satu siswa yang tidak melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk menuliskan jawaban kelompok indikator 12 dan menjelaskan jawaban kelompok indikator 5 kepada teman-teman hanya perwakilan dua orang tiap kelompok. Dari beberapa pembahasan di atas terdapat beberapa kendala yang menonjol diantaranya masih rendahnya keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat atau tanggapan kepada teman yang sedang presentasi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hal ini disebabkan karena siswa tidak dibiasakan menjelaskan pekerjaan di depan kelas dan siswa juga tidak dibiasakan untuk menyampaikan tanggapan atau pendapat jika ada teman mengerjakan soal di depan kelas. Selain itu proporsi pertanyaan yang diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan pertanyaan kepada perwakilan beberapa siswa. Rendahnya kesadaran siswa untuk bertanya kepada guru juga menjadi kendala yang cukup menghambat aktivitas siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara siswa cenderung mencari jawaban sendiri ketika menemukan kesulitan daripada bertanya kepada guru karena siswa menganggap bahasa yang digunakan guru terlalu baku dan membuat siswa cukup kesulitan dalam memahami penjelasan yang diberikan. Selain itu soal LKS yang diberikan terbatas sehingga tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk menuliskan dan menjelaskan jawaban kelompok di depan kelas. Meskipun terdapat beberapa kendala pada pelaksanaannya, namun aktivitas siswa pada tiap pertemuan termasuk baik. Hal ini juga diperkuat berdasarkan analisis lembar aktivitas siswa yang menunjukan persentase aktivitas siswa pada tiap pertemuan termasuk dalam kategori tinggi. Dari uraian di atas diperoleh hasil bahwa minat belajar siswa termasuk dalam kategori tinggi, 75 hasil belajar siswa mencapai nilai KKM, keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square termasuk dalam kategori sangat tinggi pada tiap pertemuan, dan aktivitas siswa termasuk dalam kategori tinggi pada tiap pertemuan. Sehingga berdasarkan tabel 3.10 dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Square efektif ditinjau dari minat belajar, hasil belajar, keterlaksanaan pembelajaran, dan aktivitas siswa.

E. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe stad terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi

1 56 180

Pengembangan media pembelajaran matematika basis android pada materi peluang untuk siswa SMK

9 25 198

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada materi ruang dimensi tiga untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Baubau

1 3 12

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (st

0 0 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran

0 0 23

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2

0 0 24