60
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Depok yang beralamat di Ringroad Utara, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. SMKN 1
Depok menggunakan 2 Kurikulum yakni Kurikulum 2013 bagi Kelas X dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP bagi Kelas XI dan
Kelas XII. Program keahlian yang ada di SMKN 1 Depok meliputi bidang keahlian Bisnis Manajeman terdiri dari keahlian Akuntansi, Administrasi
Perkantoran, Pemasaran, dan Busana Butik. Untuk tahun ajaran 20162017 terdapat 29 kelas dengan jumlah siswa 851 siswa. Sumber daya
manusia satuan pendidikan SMKN 1 depok terdiri atas 73 guru dan 21 karyawan.
Penelitian ini dilakukan di kelas XI Akuntansi 1 yang terdiri atas 24 siswa. Pembelajaran matematika di kelas XI Akuntansi 1 masih satu arah
yaitu guru menjelaskan dengan metode ceramah dan komunikasi yang terjalin pun hanya terjadi antara siswa dengan guru. Hal ini menyebabkan
siswa cenderung pasif dan kurang berminat selama pembelajaran.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Uji Coba Instrumen
Uji coba dilakukan pada instrumen untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari angket minat belajar siswa dan tes hasil belajar siswa.
Sebelum diujicobakan kedua instrumen ini telah mendapat validasi dari ahli yakni dosen pendidikan matematika.
a. Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa
Pelaksanaan uji coba angket minat belajar siswa dilaksanakan pada Sabtu, 25 Februari 2017. Angket minat belajar siswa diujikan pada
kelas XI Akuntansi 2 yang terdiri atas 24 siswa tetapi siswa yang mengikuti uji coba angket minat belajar hanya 21 siswa karena 3
siswa yang lain sedang melaksanakan piket yang dijadwalkan sekolah.
1 Analisis Validitas Uji Coba Angket Minat Belajar
Validitas butir item digunakan untuk mengetahui validitas angket minat belajar siswa yakni menggunakan
rumus korelasi Product-Moment. Koefisien korelasi setiap item pernyataan angket minat belajar siswa akan dihitung
menggunakan bantuan Ms.Excel. Item dikatakan valid apabila �
�
� ��
. Sedangkan apabila � �
� ��
maka item dinyatakan tidak valid. Nilai
�
� ��
ditentukan menggunakan taraf signifikansi 5 dengan banyak siswa 21 orang, diperoleh
nilai �
� ��
= , . Tabel taraf signifikansi dapat dilihat
pada lampiran 2.5. Berikut adalah tabel perhitungan validasi
angket minat belajar hasil uji coba, data uji coba angket minat
belajar dan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.1.
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Product- Moment Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa
Pernyataan ke -n
Keterangan Kualifikasi
1. 0,641
Valid Kuat
2. 0,647
Valid Kuat
3. 0,621
Valid Kuat
4. 0,686
Valid Kuat
5. 0,883
Valid Sangat Kuat
6. 0,381
Tidak Valid Rendah
7. 0,298
Tidak Valid Rendah
8. 0,696
Valid Kuat
9. 0,515
Valid Sedang
10. 0,437
Valid Sedang
11. 0,453
Valid Sedang
12. 0,156
Tidak Valid Sangat Rendah
13. 0,140
Tidak Valid Sangat Rendah
14. 0,598
Valid Sedang
15. 0,537
Valid Sedang
16. 0,390
Tidak Valid Rendah
17. 0,383
Tidak Valid Rendah
18. 0,601
Valid Kuat
19. 0,341
Tidak Valid Rendah
20. 0,601
Valid Kuat
21. 0,411
Tidak Valid Sedang
22. 0,505
Valid Sedang
23. 0,404
Tidak Valid Sedang
24. 0,616
Valid Kuat
25. 0,659
Valid Kuat
�
Pada tabel 4.1 terdapat 16 pernyataan yang valid dan 9
pernyataan yang tidak valid. Pernyataan yang valid dapat digunakan tanpa revisi. Pernyataan yang tidak valid yakni
pernyataan nomor 6, 7, 12, 13, 16, 17, 19, 21, dan 23. Untuk pernyataan nomor 6, 7, dan 13 akan direvisi dari segi
konstruksi kalimat. Untuk pernyataan 12 tidak akan direvisi karena siswa
yang terlibat dalam uji coba belum pernah mengikuti pembelajaran matematika menggunakan media seperti yang
diterapkan pada kelas penelitian. Untuk pernyataan nomor 16 dan 17 tidak akan direvisi karena pernyataan ini dimaksudkan
untuk mengukur minat belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran Think-Pair-Square. Sedangkan siswa yang
terlibat dalam uji coba belum pernah mengikuti pembelajaran Think-Pair-Square. Hal tersebut menyebabkan banyak siswa
yang terlibat dalam uji coba memilih kategori ragu-ragu. Untuk pernyataan nomor 19, 21, dan 23 tidak akan
direvisi karena dari segi konstruksi kalimat pernyataan ini sudah
layak digunakan.
Peneliti memutuskan
tetap menggunakan pernyataan nomor 19, 21, dan 23 karena
perhatian menjadi tolok ukur yang penting dalam pembelajaran.
2 Analisis Reliabilitas Uji Coba Angket Minat Belajar
Pada penelitian ini data hasil uji coba angket minat belajar siswa juga digunakan untuk menguji reliabilitas. Untuk
menguji reliabilitas angket minat belajar siswa digunakan rumus Alpha-Cronbach. Item dinyatakan reliabel apabila
� �
� ��
. Nilai �
� ��
ditentukan menggunakan taraf signifikansi 5 dengan banyak siswa 21 orang, diperoleh nilai
�
� ��
= , . Perhitungan lengkap menggunakan bantuan
Ms.Excel dapat dilihat pada lampiran 2.2. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas
Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa
No. No
1. 0,508
14. 0,5030
2. 0,794
15. 0,395
3. 0,680
16. 0,222
4. 0,440
17. 0,712
5. 0,848
18. 0,467
6. 0,807
19. 0,658
7. 0,236
20. 0,603
8. 1,270
21. 0,508
9. 0,503
22. 0,667
10. 0,372
23. 0,395
11. 0,552
24. 0,585
12. 0,313
25. 0,630
13. 0,535
14,203 91,932
�
�
�
�
∑ �
�� 2
�
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai koefisien
reliabilitas angket minat belajar secara keseluruhan � =
, dan berada dalam rentang
, �
, .
Karena � �
� ��
maka uji coba angket minat belajar
dikatakan reliabel dan berada dalam kualifikasi sangat tinggi. b.
Uji Coba Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa
Pelaksanaan uji coba tes akhir siswa dilaksanakan pada Kamis, 2 Maret 2017 di kelas XI Akuntansi 2 dengan siswa
sebanyak 23 siswa dari total 24 siswa karena salah satu siswa sedang melaksanakan piket yang dijadwalkan sekolah. Soal tes
akhir siswa terdiri dari 6 soal dengan skor untuk tiap soal berbeda- beda tergantung tingkat kesulitan soal dan skor maksimal 75 jika
semua soal dijawab dengan benar. Soal tes akhir siswa mengenai materi peluang suatu kejadian.
1 Analisis Validitas Tes Uji Coba Hasil Belajar
Validitas butir item digunakan untuk mengetahui validitas tes hasil belajar siswa yakni menggunakan rumus
korelasi Product-Moment. Koefisien korelasi setiap item
�
= [ ] [ −
, ,
] = ,
pertanyaan tes hasil belajar siswa akan dihitung menggunakan bantuan
Ms.Excel. Item
dikatakan valid
apabila �
�
� ��
. Sedangkan apabila � �
� ��
maka item dinyatakan tidak valid. Nilai
�
� ��
ditentukan menggunakan taraf signifikansi 5 dengan banyak siswa 23 orang, diperoleh
nilai �
� ��
= ,
. Berikut adalah tabel perhitungan
validasi tes hasil belajar hasil uji coba, data hasil uji coba tes hasil belajar dan perhitungan lengkap dapat dilihat pada
lampiran 2.3. Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi Product-
Moment Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa
Nomor Soal Keterangan
Kualifikasi
1a. 0,700
Valid Kuat
1b. 0,700
Valid Kuat
1c. 0,700
Valid Kuat
2. 0,194
Tidak Valid Sangat Rendah
3a. 0,056
Tidak Valid Sangat Rendah
3b. 0,316
Tidak Valid Rendah
4a. 0,607
Valid Kuat
4b. 0,599
Valid Sedang
4c. 0,237
Tidak Valid Rendah
5a. 0,434
Valid Sedang
5b. 0,535
Valid Sedang
6. 0,400
Tidak Valid Sedang
Pada tabel 4.3 terdapat lima item pertanyaan yang
dikategorikan tidak valid yakni pertanyaan nomor 2, 3a, 3b, 4c, dan 6. Dari hasil pekerjaan siswa yang telah dianalisis
sebelumnya, sebagian besar siswa yang mengikuti uji coba tes
�
hasil belajar memahami maksud dari soal yang diberikan tetapi dalam menyelesaikan soal, siswa langsung menulis rumus dan
hasilnya. Siswa tidak dibiasakan untuk menulis jawaban secara runtut mulai dari diketahui, ditanya sampai pada
kesimpulan akhir. Hal ini menyebabkan banyak siswa yang perolehan skornya tidak mencapai 75. Sedangkan pada kelas
penelitian peneliti selalu menekankan penulisan secara runtut dalam menyelesaikan setiap soal. Untuk itu peneliti
memutuskan untuk tidak menggati soal melainkan menambah keterangan penulisan secara runtut mulai dari diketahui,
ditanya sampai pada kesimpulan akhir pada petunjuk soal.
2 Analisis Reliabilitas Uji Coba Tes Hasil Belajar
Pada penelitian ini rumus Alpha-Cronbach digunakan untuk menguji reliabilitas dari hasil uji caba tes hasil belajar.
Item dinyatakan reliabel apabila � �
� ��
. Nilai �
� ��
ditentukan menggunakan taraf signifikansi 5 dengan banyak siswa 23 orang, diperoleh nilai
�
� ��
= , . Untuk
mendapat koefisien reliabilitas dari data uji coba tes hasil belajar siswa, terlebih dahulu dihitung variansi dari masing-
masing soal menggunkan Ms.Excel sehingga diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel berikut. Untuk perhitungan
lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.4.
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Uji Coba Tes Hasil Belajar Siswa
Nomor Soal
1a. 0,507
1b. 0,507
1c. 0,507
2. 3,902
3a. 2,673
3b. 4,688
4a. 1,270
4b. 0,771
4c. 3,471
5a. 3,550
5b. 4,737
6. 3,214
29,796 49,032
Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai koefisien
reliabilitas angket minat belajar secara keseluruhan � =
,
dan berada dalam rentang
, �
, .
Karena � �
� ��
maka uji coba tes hasil belajar dikatakan
reliabel dan berada dalam kualifikasi cukup.
�
�
∑ �
�� 2
�
�
= [ ] [ −
, ,
] = ,
2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok yang terdiri dari 24 siswa. Pada penelitian ini peneliti juga
berperan sebagai guru. Penelitian ini dilakukan dalam empat kali pertemuan yakni tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran
dan 1 kali pertemuan untuk mengerjakan tes hasil belajar sekaligus mengisi angket minat belajar siswa. Jadwal pelaksanaan penelitian
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.5 Pelaksanaan Penelitian
Tanggal Pelaksanaan Jenis Kegiatan
Jumat, 24 Februari 2017 Pertemuan Pertama
Sabtu, 25 Februari 2017 Uji coba instrumen angket minat
belajar siswa di kelas XI Akuntansi 2 Selasa, 28 Februari 2017
Pertemuan Kedua Kamis, 2 Maret 2017
Uji coba instrumen tes hasil belajar di kelas XI Akuntansi 2
Jumat, 3 Maret 2017 Pertemuan Ketiga
Selasa, 7 Maret 2017 Pelaksanaan tes hasil belajar siswa
dan pengisian angket minat belajar siswa
Maret 2017 Wawancara tanggapan siswa
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada jam pertama sampai jam kedua dengan sub materi mengidentifikasi percobaan, ruang
sampel, titik sampel, dan kejadian berdasarkan ciri-cirinya, peluang kejadian tunggal, serta frekuensi harapan.
1 Pendahuluan
Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam pembuka dan menanyakan kondisi siswa. Setelah itu guru juga
menyampaikan materi pelajaran serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru juga menyampikan motivasi pelajaran dan
menjelaskan langkah kegiatan pembelajaran Think-Pair- Square.
2 Kegiatan Think-Pair-Square
Kegiatan Think-Pair-Square diawali dengan meminta siswa untuk duduk secara berkelompok yang terdiri dari 4
orang. Kelompok yang terbentuk bersifat heterogen maksudnya dalam satu kelompok terdiri dari siswa dengan
kemampuan akademik yang beragam. Pembagian kelompok ini dilakukan guru berdasarkan nilai akhir yang diperoleh
siswa pada
semester sebelumnya.
Kemudian guru
membagikan LKS yang terdiri dari 6 nomor yakni tentang mengidentifikasi percobaan, ruang sampel, titik sampel, dan
kejadian berdasarkan ciri-cirinya, peluang kejadian tunggal, serta frekuensi harapan pada tiap siswa.
Awalnya siswa diminta untuk memahami LKS secara individu tahap Think. Selanjutnya siswa mengerjakan LKS
secara berpasangan. Pada tahap ini siswa saling berdiskusi dan bertukar pikiran dengan pasangan dalam menyelesaikan soal
tahap Pair. Kemudian siswa diminta kembali bergabung dalam kelompok berempat untuk saling bertukar jawaban,
melanjutkan proses diskusi dan mencari jawaban yang tepat
untuk selanjutnya dijadikan sebagai jawaban kelompok tahap Square.
3 Presentasi
Perwakilan tiap
kelompok diminta
untuk mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas. Satu siswa
menuliskan hasil kerja kelompok dan satu siswa lainnya menjelaskan pekerjaan kelompok kepada teman-teman.
Namun karena waktu tidak mencukupi maka tidak semua kelompok mendapat kesempatan untuk mempresentasikan
hasil kerja kelompok. Ketika perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja di depan kelas, siswa yang lain
mencocokkan jawaban kemudian guru memfasilitasi siswa untuk menyampaikan pendapat atau tanggapan kepada
kelompok yang sedang presentasi di depan kelas. kel. Oranye menanggapi kel. Putih, kel. Merah Muda menanggapi kel.
Oranye, kel. Kuning menanggapi kel. Merah Muda, kel. Merah menanggapi kel. Kuning, kel. Hijau menanggapi kel. Merah,
dan kel. Putih menanggapi kel. Hijau. 4
Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa menyimpulkan mengenai pengertian percobaan, ruang sampel,
titik sampel, dan kejadian berdasarkan ciri-cirinya, peluang kejadian tunggal, serta frekuensi harapan.
b. Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada jam kelima sampai jam keenam dengan sub materi peluang kejadian majemuk yakni
peluang komplemen dari suatu kejadian, peluang kejadian tidak saling lepas tidak saling asing dan peluang kejadian saling lepas
saling asing.
1 Pendahuluan
Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam pembuka dan menanyakan kondisi siswa. Setelah itu guru juga
menyampaikan materi pelajaran serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru juga kembali menjelaskan langkah
kegiatan pembelajaran Think-Pair-Square.
2 Kegiatan Think-Pair-Square
Kegiatan Think-Pair-Square diawali dengan meminta siswa untuk duduk secara berkelompok yang terdiri dari 4
orang dan bersifat heterogen seperti pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru membagikan LKS yang terdiri
dari 6 nomor yakni tentang peluang komplemen dari suatu kejadian, peluang kejadian tidak saling lepas tidak saling
asing dan peluang kejadian saling lepas saling asing pada tiap siswa.
Awalnya siswa diminta untuk memahami LKS secara individu tahap Think. Selanjutnya siswa mengerjakan LKS
secara berpasangan. Pada tahap ini siswa saling berdiskusi dan bertukar pikiran dengan pasangan dalam menyelesaikan soal
tahap Pair. Kemudian siswa diminta kembali bergabung dalam kelompok berempat untuk saling bertukar jawaban,
melanjutkan proses diskusi dan mencari jawaban yang tepat untuk selanjutnya dijadikan sebagai jawaban kelompok tahap
Square.
3 Presentasi
Perwakilan tiap
kelompok diminta
untuk mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas. Satu siswa
menuliskan hasil kerja kelompok dan satu siswa lainnya menjelaskan pekerjaan kelompok kepada teman-teman. Ketika
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja di depan kelas, siswa yang lain mencocokkan jawaban kemudian guru
memfasilitasi siswa untuk menyampaikan pendapat atau tanggapan kepada kelompok yang sedang presentasi di depan
kelas. kel. Oranye menanggapi kel. Putih, kel. Merah Muda menanggapi kel. Oranye, kel. Kuning menanggapi kel. Merah
Muda, kel. Merah menanggapi kel. Kuning, kel. Hijau menanggapi kel. Merah, dan kel. Putih menanggapi kel.
Hijau.
4 Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa menyimpulkan mengenai peluang komplemen dari suatu
kejadian, peluang kejadian tidak saling lepas tidak saling asing dan peluang kejadian saling lepas saling asing.
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada jam pertama sampai jam kedua dengan sub materi peluang kejadian bersyarat dan
peluang kejadian saling bebas serta penerapan aturan permutasi dan kombinasi dalam peluang.
1 Pendahuluan
Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam pembuka dan menanyakan kondisi siswa. Setelah itu guru juga
menyampaikan materi pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran serta menyampaikan motivasi pelajaran
2 Kegiatan Think-Pair-Square
Kegiatan Think-Pair-Square diawali dengan meminta siswa untuk duduk secara berkelompok yang terdiri dari 4
orang. Kelompok yang terbentuk bersifat heterogen seperti pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru membagikan
LKS yang terdiri dari 6 nomor yakni tentang peluang kejadian bersyarat dan peluang kejadian saling bebas serta penerapan
aturan permutasi dan kombinasi dalam peluang pada tiap siswa.
Awalnya siswa diminta untuk memahami LKS secara individu tahap Think. Selanjutnya siswa mengerjakan LKS
secara berpasangan. Pada tahap ini siswa saling berdiskusi dan bertukar pikiran dengan pasangan dalam menyelesaikan soal
tahap Pair. Kemudian siswa diminta kembali bergabung dalam kelompok berempat untuk saling bertukar jawaban,
melanjutkan proses diskusi dan mencari jawaban yang tepat untuk selanjutnya dijadikan sebagai jawaban kelompok tahap
Square.
3 Presentasi
Perwakilan tiap
kelompok diminta
untuk mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas. Satu siswa
menuliskan hasil kerja kelompok dan satu siswa lainnya menjelaskan pekerjaan kelompok kepada teman-teman. Ketika
perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja di depan kelas, siswa yang lain mencocokkan jawaban kemudian guru
memfasilitasi siswa untuk menyampaikan pendapat atau tanggapan kepada kelompok yang sedang presentasi di depan
kelas. kel. Oranye menanggapi kel. Putih, kel. Merah Muda menanggapi kel. Oranye, kel. Kuning menanggapi kel. Merah
Muda, kel. Merah menanggapi kel. Kuning, kel. Hijau
menanggapi kel. Merah, dan kel. Putih menanggapi kel.
Hijau. 4
Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengajak siswa menyimpulkan mengenai peluang kejadian bersyarat dan
peluang kejadian saling bebas serta penerapan aturan permutasi dan kombinasi dalam peluang.
C. Analisis Data
1. Analisis Data Minat Belajar Siswa
Data minat belajar siswa dianalisis menggunakan kategori minat yang telah dijelaskan pada Bab III. Berikut ini disajikan tabel
yang menunjukkan analisis minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
Tabel 4.6 Analisis Data Minat Belajar Siswa Tiap Pernyataan
Kode Tiap Pernyataan Total Skor
Kategori P.1
96 Tinggi
P.2 102
Tinggi
P.3 92
Tinggi
P.4 96
Tinggi
P.5 104
Tinggi
P.6 102
Tinggi
P.7 101
Tinggi
P.8 102
Tinggi
P.9 102
Tinggi
P.10 98
Tinggi
P.11 95
Tinggi
P.12 97
Tinggi
P.13 91
Tinggi
P.14 96
Tinggi
P.15 98
Tinggi
P.16 103
Tinggi
P.17 95
Tinggi
P.18 108
Sangat Tinggi
P.19 99
Tinggi
P.20 93
Tinggi
P.21 86
Cukup
P.22 98
Tinggi
P.23 94
Tinggi
P.24 82
Cukup
P.25 104
Tinggi
Adapun tabulasi data minat belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 3.1.
2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa dianalisis menggunakan rumus yang telah dijelaskan pada Bab III. Berikut ini disajikan tabel yang
menunjukkan analisis hasil belajar siswa. Tabel 4.7 Analisis Data Hasil Belajar Siswa
Kode Siswa Skor
Nilai Akhir A.1
22 29,33
A.2 62
82,67 A.3
59 78,67
A.4 59
78,67 A.5
59 78,67
A.6 64
85,33 A.7
40 53,33
A.8 60
80,00 A.9
65 86,67
A.10 42
56,00 A.11
67 89,33
A.12 62
82,67 A.13
28 37,33
A.14 59
78,67 A.15
57 76,00
A.16 58
77,33 A.17
60 80,00
A.18 65
86,67 A.19
63 84,00
A.20 60
80,00 A.21
48 64,00
A.22 57
76,00 A.23
57 76,00
A.24 47
62,67
Berikut tabel yang menunjukkan persentase hasil belajar siswa berdasarkan KKM. Nilai KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata
pelajaran matematika adalah 76.
Tabel 4.8 Persentase Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM
No. Kriteria Ketuntasan Minimal
KKM Banyak Siswa
Persentase
1. KKM
18 75
2. KKM
6 25
Adapun tabulasi data tes hasil belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 3.2.
3. Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran
Think-Pair-Square
Berdasarkan data hasil pengamatan, adapun persentase keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square pada tiap pertemuan
adalah sebagai berikut. Jika terjadi perbedaan hasil pengamatan maka akan dilakukan pengecekan menggunakan video pembelajaran
sehingga diperoleh kesimpulan sesuai kondisi sebenarnya.
Tabel 4.9 Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran TPS Pertemuan 1
Urutan Indikator yang
diamati Pengamat
Kesimpulan Perolehan Skor
1 2
3
1 ✓
✓ ✓
✓ 1
2 ✓
✓ ✓
✓ 1
3 ✓
✓ ✓
✓ 1
4 ✓
✓ ✓
✓ 1
5 ✓
✓ ✓
✓ 1
6 ✓
✓ ✓
✓ 1
7 ✓
✓ ✓
✓ 1
8 ✓
✓ ✓
✓ 1
9 ✓
✓ ✓
✓ 1
10 ✓
✓ ✓
✓ 1
11 ✓
✓ ✓
✓ 1
12 ✓
✓ ✓
✓ 1
13 ✓
✓ ✓
✓ 1
14 ✓
✓ ✓
✓ 1
15 ✓
✓ ✓
✓ 1
16 ✓
✓ ✓
✓ 1
17 ✓
✓ ✓
✓ 1
18 ✓
✓ ✓
✓ 1
19 ✓
✓ ✓
✓ 1
20 ✓
✓ ✓
✓ 1
21 ✓
✓ ✓
✓ 1
22 ✓
✓ ✓
✓ 1
23
✓
Total Skor Keterlaksanaan TPS Pertemuan 1 22
Persentase Keterlaksanaan TPS Pertemuan 1 95,652
Kategori Sangat Tinggi
Tabel 4.10 Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran TPS Pertemuan 2
Urutan Indikator
yang diamati Pengamat
Kesimpulan Perolehan Skor
1 2
3
1 ✓
✓ ✓ ✓
1 2
✓ ✓ ✓
✓ 1
3 ✓
✓ ✓ ✓
1 4
✓ ✓
✓ 1
5
✓
6 ✓
✓ ✓ ✓
1 7
✓ ✓ ✓
✓ 1
8 ✓
✓ ✓ ✓
1 9
✓ ✓ ✓
✓ 1
10 ✓
✓ ✓ ✓
1 11
✓ ✓ ✓
✓ 1
12 ✓
✓ ✓ ✓
1 13
✓ ✓ ✓
✓ 1
14 ✓
✓ ✓ ✓
1 15
✓ ✓ ✓
✓ 1
16 ✓
✓ ✓ ✓
1 17
✓ ✓ ✓
✓ 1
18 ✓
✓ ✓ ✓
1 19
✓ ✓ ✓
✓ 1
20 ✓
✓ ✓ ✓
1 21
✓ ✓ ✓
✓ 1
22 ✓
✓ ✓ ✓
1 23
✓ ✓ ✓
✓ 1
Total Skor Keterlaksanaan TPS Pertemuan 2 22
Persentase Keterlaksanaan TPS Pertemuan 2 95,652
Kategori Sangat Tinggi
Tabel 4.11 Analisis Data Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran TPS Pertemuan 3
Urutan Indikator
yang diamati Pengamat
Kesimpulan Perolehan Skor
1 2
3
1 ✓
✓ ✓ ✓
1 2
✓ ✓ ✓
✓ 1
3 ✓
✓ ✓ ✓
1 4
✓ ✓ ✓
✓ 1
5 ✓
✓ ✓
1 6
✓ ✓ ✓
✓ 1
7 ✓
✓ ✓ ✓
1 8
✓ ✓ ✓
✓ 1
9 ✓
✓ ✓ ✓
1 10
✓ ✓ ✓
✓ 1
11 ✓
✓ ✓ ✓
1 12
✓ ✓ ✓
✓ 1
13 ✓
✓ ✓ ✓
1 14
✓ ✓ ✓
✓ 1
15 ✓
✓ ✓ ✓
1 16
✓ ✓ ✓
✓ 1
17 ✓
✓ ✓ ✓
1 18
✓ ✓ ✓
✓ 1
19 ✓
✓ ✓ ✓
1 20
✓ ✓ ✓
✓ 1
21 ✓
✓ ✓ ✓
1 22
✓ ✓ ✓
✓ 1
23 ✓
✓ ✓
1
Total Skor Keterlaksanaan TPS Pertemuan 3 23
Persentase Keterlaksanaan TPS Pertemuan 3 100
Kategori Sangat Tinggi
Tabel 4.9, tabel 4.10, dan tabel 4.11 menunjukkan bahwa
persentase keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square pada tiga pertemuan tergolong sangat tinggi. Walaupun demikian terdapat
beberapa hal yang menjadi bahan evaluasi pada ketiga pertemuan yang akan dibahas pada bagian pembahasan. Adapun tabulasi data
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square dapat
dilihat pada lampiran 3.3 dan transkrip video pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 3.6.
4. Analisis Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Berdasarkan data hasil pengamatan, adapun persentase aktivitas siswa pada tiap pertemuan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.12 Analisis Data Aktivitas Siswa Pertemuan 1
Indikator yang diamati 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 Total Skor Aktivitas Siswa
Tiap Indikator
24 18
8 24
6 8
11 24
24 24
22 6
Persentase 100
75 33,333
100 25
33,333 45,833
100 100
100 91,667
25
Rata-Rata Persentase 69,097
Kategori Tinggi
Tabel 4.13 Analisis Data Aktivitas Siswa Pertemuan 2
Indikator yang diamati 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 Total Skor Aktivitas
Siswa Tiap Indikator
24 17
11 20
5 5
9 18
23 21
24 5
Persentase 100
70,833 45,833
83,333 20,833
20,833 37,5
75 95,833
87,5 100
20,833
Rata-Rata Persentase 63,194
Kategori Tinggi
Tabel 4.14 Analisis Data Aktivitas Siswa Pertemuan 3
Indikator yang diamati 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 Total Skor Aktivitas
Siswa Tiap Indikator
24 20
4 21
3 4
10 24
24 24
23 3
Persentase 100
83,333 16,667
87,5 12,5
16,667 41,667 100
100 100
95,833 12,5
Rata-Rata Persentase 63,893
Kategori Tinggi
Tabel di atas menunjukkan persentase aktivitas siswa pada tiga pertemuan tergolong tinggi. Namun ada beberapa indikator yang tidak terlaksana pada tiap pertemuan yang akan dijelaskan pada bagian pembahasan. Adapun tabulasi data
pengamatan aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 3.4 dan rekapitulasi analisis data pengamatan aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 4.7.
5. Analisis Data Hasil Wawancara Siswa
Berikut adalah kesimpulan hasil wawancara terhadap 9 siswa setelah belajar matematika menggunakan model
pembelajaran Think-Pair-Square. Adapun tabulasi transkrip wawancara tanggapan siswa dapat dilihat pada lampiran 3.5. Tabel 4.15 Analisis Data Hasil Wawancara Siswa
Aspek Minat
Belajar Nomor
Pernyataan Angket
Total Skor Tiap
Pernyataan Berdasarkan
Aspek Minat
Kategori Minat
Belajar Pertanyaan Wawancara
Rangkuman Jawaban Siswa
Rasa Tertarik
1 96
Tinggi 1.
Apakah Anda tertarik mempelajari mata pelajaran
matematika menggunakan model pembelajaran Think-
Pair-Square? Jika ya, mengapa?
2. Apakah belajar matematika
dengan model pembelajaran Think-Pair-Square membuat
Anda semakin tertarik untuk menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan guru? Jika ya, mengapa?
Siswa merasa
tertarik mempelajari
matematika dengan model pembelajaran Think- Pair-Square karena siswa dapat bertukar
pikiran, berkomunikasi dengan teman, melatih kerja sama, dan bisa saling menghargai
pendapat satu sama lain. Siswa merasa tertarik menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan karena dengan model pembelajaran Think-Pair-Square siswa dapat
saling membantu satu sama lain jika ada teman dalam kelompoknya yang belum memahami
materi atau menemukan kesulitan dalam menyelesaikan soal.
11 95
Tinggi 12
97 Tinggi
15 98
Tinggi
Perasaan 13
91 Tinggi
3. Apakah Anda senang
mengikuti pembelajaran matematika menggunakan
model Think-Pair-Square? Jika ya, mengapa?
Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan model Think-Pair-
Square karena model ini merupakan model pembelajaran yang baru dan siswa diberi
waktu untuk berpikir sendiri telebih dahulu, kemudian setelah itu siswa dapat saling
bertukar pikiran dengan teman dalam kelompok untuk menemukan jawaban yang tepat yang
selanjutnya dijadikan jawaban kelompok. 14
96 Tinggi
16 103
Tinggi 20
93 Tinggi
21 86
Cukup 22
98 Tinggi
Perhatian 2
102 Tinggi
4. Apakah belajar matematika
dengan model pembelajaran Think-Pair-Square
melatih Anda untuk mendengarkan dan
menghargai pendapat orang lain? Jika ya, mengapa?
Model pembelajaran
Think-Pair-Square
melatih siswa untuk mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain karena dalam
satu kelompok terdiri dari beberapa orang yang tentunya memiliki pendapat yang berbeda
dalam menyelesaikan soal. Pada tahap pair dan square siswa dilatih bagaimana menyatukan
berbagai pendapat agar menjadi satu jawaban yang utuh dan benar yang kemudian dijadikan
sebagai jawaban kelompok. Selain itu, siswa juga dibiasakan untuk mendengarkan dan
menghargai orang lain ketika ada siswa perwakilan
kelompok yang
sedang mempresentasikan hasil kerja kelompok.
3 92
Tinggi 8
102 Tinggi
9 102
Tinggi 10
98 Tinggi
17 95
Tinggi 18
108 Sangat
Tinggi 19
99 Tinggi
23 94
Tinggi
Partisipasi 4
96 Tinggi
5. Apakah belajar matematika
menggunakan model pembelajaran Think-Pair-
Square membuat Anda dapat Model
pembelajaran Think-Pair-Square
membuat siswa dapat berpartisipasi selama pembelajaran berlangsung karena pada tahap
pair dan square siswa diberi kesempatan untuk 5
104 Tinggi
berpartisipasi selama pembelajaran berlangsung?
Jika ya, mengapa? berdiskusi dan saling bertukar pendapat guna
mencari jalan keluar dalam setiap pemecahan masalah. Selain itu siswa juga diberi
kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dan juga diberi kesempatan
untuk
menanggapi siswa
yang sedang
melakukan presentasi. Keinginan
Kesadaran 6
102 Tinggi
6. Apakah belajar matematika
dengan model pembelajaran Think-Pair-Square membantu
Anda memahami materi yang diberikan? Jika ya, mengapa?
Siswa merasa dengan adanya banyak soal dan pembahasan memudahkan siswa dalam
mengingat materi. Adanya diskusi kelompok juga sangat membantu siswa dalam memahami
materi karena siswa menganggap bahasa yang digunakan teman ketika diskusi berlangsung
lebih
sederhana dan
mudah dipahami
dibandingkan bahasa yang digunakan guru ketika menjelaskan. Selain itu, presentasi yang
dilakukan oleh perwakilan tiap kelompok dirasa siswa sebagai penjelasan yang dilakukan
berulang-ulang
yang semakin
mengasah pemikiran siswa.
7 101
Tinggi 24
82 Cukup
25 104
Tinggi
7. Menurut Anda apakah belajar
matematika dengan
model pembelajaran
Think-Pair- Square melatih diri anda untuk
berani mengemukakan ide atau pendapat? Jika ya, karena apa?
Model pembelajaran
Think-Pair-Square
melatih siswa untuk berani mengemukakan ide atau pendapat karena pada tahap pair dan
square siswa
diberi kesempatan
untuk berdiskusi dan saling bertukar pendapat, selain
itu siswa
juga dilatih
untuk berani
mengemukakan pendapat atau tanggapan ketika ada teman lain yang presentasi.
8. Apakah
ada hal
atau pengalaman berharga yang
Anda dapatkan ketika belajar matematika
dengan model
pembelajaran Think-Pair-
Square? Jika ya, dalam hal apa?
Siswa mendapat
banyak pengalaman
berharga setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Think-Pair-Square
diantaranya siswa
bebas mengeluarkan
pendapat ketika diskusi berlangsung dan sesi presentasi, siswa menadapat pengalaman
bagaimana cara menghargai pendapat orang lain dan bagaimana mendengarkan orang lain.
Selain itu siswa dapat mengenal model pembelajaran yang baru.
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa hasil wawancara siswa setelah belajar menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Square
mendukung hasil angket.
D. Pembahasan
1. Minat Belajar Siswa
Hasil analisis terhadap angket minat belajar siswa menunjukkan terdapat 1 pernyataan yang termasuk kategori sangat tinggi, 22
pernyataan yang termasuk kategori tinggi, dan 2 pernyataan yang termasuk kategori cukup. Sedangkan pernyataan untuk kategori rendah
dan sangat rendah masing-masing adalah 0. Berdasarkan hasil wawancara tanggapan siswa terhadap pembelajaran Think-Pair-Square
yang telah diikuti siswa selama tiga kali pertemuan maka dapat disimpulkan beberapa hal yakni siswa merasa tertarik mempelajari
matematika dengan model pembelajaran Think-Pair-Square karena siswa dapat bertukar pikiran, berkomunikasi dengan teman, melatih
kerja sama, dan bisa saling mendengarkan dan menghargai pendapat satu sama lain. Selain itu, siswa dapat saling membantu satu sama lain
jika ada teman dalam kelompoknya yang belum memahami materi atau menemukan kesulitan dalam menyelesaikan soal.
Perhatian siswa selama pembelajaran dapat ditunjukkan ketika siswa mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain. Hal ini dapat
terlihat ketika kegiatan diskusi berlangsung karena dalam satu kelompok terdiri dari beberapa orang yang tentunya memiliki pendapat
yang berbeda dalam menyelesaikan soal. Pada tahap pair dan square siswa dilatih bagaimana menyatukan berbagai pendapat agar menjadi
satu jawaban yang utuh dan benar yang kemudian dijadikan sebagai
jawaban kelompok. Selain itu, siswa juga dibiasakan untuk mendengarkan dan menghargai orang lain ketika ada siswa perwakilan
kelompok yang sedang mempresentasikan hasil kerja kelompok. Partisipasi siswa selama pembelajaran berlangsung juga dapat
ditunjukkan melalui pendapat atau tanggapan yang disampaikan ketika diskusi maupun presentasi serta ketika siswa perwakilan kelompok
menjelaskan hasil kerja kelompok di depan kelas. Hasil analisis angket minat belajar siswa menunjukkan bahwa
modus kategori minat belajar siswa berdasarkan tiap pernyataan adalah
tinggi. Hal ini berarti bahwa sebagian besar siswa memiliki minat
belajar yang tinggi pada pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Think-Pair-Square. Hasil ini juga diperkuat berdasarkan
hasil wawancara tanggapan siswa yang menunjukkan respon positif setelah belajar matematika menggunakan model pembelajaran Think-
Pair-Square.
2. Hasil Belajar Siswa
Gambar 4.1 Grafik Persentase Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM
5 10
15 20
≥KKM KKM
18 6
75 25
Persentase Hasil Belajar Siswa Berdasarkan KKM
Banyak Siswa Persentase Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar pada tabel 4.8 ada 18
siswa dari total 24 siswa yang hasil belajarnya mencapai nilai minimal 76,00. Nilai ini merupakan nilai KKM yang ditetapkan sekolah untuk
mata pelajaran matematika dan ada 6 siswa yang hasil belajarnya belum mencapai KKM. Ini berarti persentase banyaknya siswa yang mencapai
nilai KKM sebesar 75.
3. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square
Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Square telah dilaksanakan di kelas XI
Akuntansi 1 SMKN 1 Depok. Pembelajaran ini terdiri dari tiga tahap yakni tahap berpikir individu Think, tahap berpikir berpasangan
Pair, dan tahap berpikir berempat Square. Kegiatan pembelajaran Think-Pair-Square dilakukan selama tiga kali pertemuan.
a. Pertemuan Pertama
Persentase hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square pada pertemuan pertama adalah
95,652. Terdapat satu indikator yang tidak terlaksana yakni pembelajaran dilaksanakan sesuai alokasi waktu. Walaupun hanya
ada satu indikator yang tidak terlaksana, namun ada beberapa indikator yang menjadi bahan evaluasi karena belum terlaksana
secara maksimal. Pada pertemuan pertama tahap Pair dan tahap Square telah terlaksana namum belum maksimal. Pada tahap ini
guru bermaksud agar dalam menyelesaikan soal siswa melakukan kegiatan berpikir berpasangan Pair setelah itu melakukan
kegiatan berpikir berempat Square. Namun masih ada kelompok yang tidak melaksanakan kegiatan berpikir berpasangan, selain itu
ada kelompok yang proporsi untuk diskusi berempatnya sedikit dan cenderung mengerjakan soal secara individu.
Selain itu ada beberapa siswa juga yang tidak memperhatikan teman lain yang sedang presentasi. Sehingga guru
harus menegur beberapa siswa tersebut agar tetap memperhatikan siswa yang sedang presentasi. Ketika guru memfasilitasi kelompok
lain yang tidak presentasi untuk menanggapi penampilan atau hasil kerja kelompok yang sedang presentasi, ada beberapa siswa yang
ditunjuk tidak menanggapi dan hanya berdiam diri. Meskipun telah diberi dorongan agar menyampaikan tanggapan atau saran kepada
kelompok yang sedang presentasi, beberapa siswa yang telah ditunjuk tersebut tetap diam dan tidak menanggapi. Karena
terdapat beberapa kendala seperti yang telah disampaikan di atas berakibat pada proporsi waktu untuk presentasi kelompok
selanjutnya menjadi berkurang dan harus dilanjutkan pada pertemuan berikutnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pembelajaran Think-Pair-Square secara keseluruhan pada pertemuan pertama sudah terlaksana namun belum terlaksana
secara maksimal.
b. Pertemuan Kedua
Persentase hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square pada pertemuan kedua adalah
95,652. Terdapat satu indikator yang tidak terlaksana yakni memberikan motivasi. Pada pertemuan kedua guru memang telah
memberikan motivasi namun motivasi yang diberikan masih terlalu umum belum menjurus kepada submateri yang sedang
dibahas pada saat itu. Selain itu, masih ada beberapa indikator yang belum
terlaksana secara maksimal. Pada pertemuan kedua tahap Pair telah terlaksana namum belum maksimal karena masih ada
kelompok yang tidak melaksanakan kegiatan berpikir berpasangan dan cenderung mengerjakan soal secara individu. Indikator lain
yang belum terlaksana secara maksimal adalah ketika guru memfasilitasi kelompok lain yang tidak presentasi untuk
menanggapi penampilan atau hasil kerja kelompok yang sedang presentasi, ada beberapa siswa yang tidak menanggapi dan hanya
berdiam diri. Namun pada pertemuan kedua ini siswa sudah mulai berani menyampaikan pendapat dibandingkan pada pertemuan
sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran Think- Pair-Square secara keseluruhan pada pertemuan kedua sudah
terlaksana namun belum terlaksana secara maksimal.
c. Pertemuan Ketiga
Berdasarkan pengamatan
terhadap keterlaksanaan
pembelajaran Think-Pair-Square, semua indikator telah terlaksana 100. Meskipun demikian, masih ada indikator yang belum
terlaksana secara maksimal yakni ketika guru memfasilitasi kelompok lain yang tidak presentasi untuk menanggapi
penampilan atau hasil kerja kelompok yang sedang presentasi, ada beberapa siswa yang tidak menanggapi dan hanya berdiam diri.
Siswa masih enggan untuk menyampaikan pendapat ataupun memberi tanggapan kepada kelompok yang sedang presentasi.
Berdasarkan hasil observasi dapat dikatakan bahwa pembelajaran Think-Pair-Square pada pertemuan ketiga telah terlaksana dengan
baik. Dari beberapa pembahasan di atas terdapat satu kendala yang
menonjol yakni masih rendahnya keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat atau tanggapan kepada teman yang sedang
presentasi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hal ini disebabkan karena siswa tidak dibiasakan menjelaskan pekerjaan di depan kelas
dan siswa juga tidak dibiasakan untuk menyampaikan tanggapan atau pendapat jika ada teman yang mengerjakan soal di depan kelas.
Meskipun terdapat beberapa kendala pada pelaksanaannya, namun pembelajaran Think-Pair-Square pada tiap pertemuan telah terlaksana
dengan baik. Hal ini juga diperkuat berdasarkan analisis lembar
keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square yang menunjukan persentase keterlaksanaan pada tiap pertemuan termasuk dalam
kategori sangat tinggi. 4.
Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa terhadap pembelajaran Think-Pair- Square telah dilaksanakan di kelas XI Akuntansi 1 SMKN 1 Depok.
Berikut adalah pembahasan aktivitas siswa selama tiga pertemuan. a.
Pertemuan Pertama Pada pertemuan pertama persentase aktivitas siswa
tergolong tinggi yakni 69,097. Walaupun demikian ada beberapa indikator yang tidak terlaksana 100. Pada pertemuan pertama
indikator yang terlaksana 100 adalah indikator 1, 4, 8, 9 dan 10. Sedangkan untuk indikator 2 dan 11 ada tiga siswa yang tidak
melaksanakan. Ketika siswa mengamati pekerjaan teman di depan kelas indikator 2 S3 dan S4 dari kelompok putih asyik dengan
kesibukannya sendiri dan S2 dari kelompok Oranye bermain gadged dan tidur-tiduran. Selain itu, ketika siswa mengerjakan
LKS dalam kelompok indikator 11 S1, S2, S3 dari kelompok Hijau menunggu penyelesaian soal yang dikerjakan S3. Untuk
indikator 3 ada enam belas siswa yang tidak melaksanakan, hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum berani bertanya
kepada guru jika mengalami kesulitan dan cenderung mencari
jawaban sendiri atau hanya berdiam diri menunggu jawaban dari teman kelompok.
Untuk indikator 6 ada enam belas siswa yang tidak melaksanakan, hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum
berani menyampaikan pendapat ketika ada teman yang sedang presentasi. Untuk indikator 7 ada tiga belas siswa yang tidak
melaksanankan, hal ini dikarenakan proporsi pertanyaan yang diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu
yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa. Untuk indikator 5 dan 12 ada delapan belas siswa
yang tidak melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk menuliskan jawaban kelompok indikator 12
dan menjelaskan jawaban kelompok indikator 5 kepada teman- teman hanya perwakilan dua orang tiap kelompok.
b. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua persentase aktivitas siswa tergolong tinggi yakni 63,194. Walaupun demikian ada beberapa indikator
yang tidak terlaksana 100. Pada pertemuan kedua indikator yang terlaksana 100 adalah indikator 1 dan 11. Untuk indikator 2 ada
tujuh siswa yang tidak melaksanakan yakni ketika siswa mengamati pekerjaan teman di dapan kelas S1, S2, S3, dan S4 dari
kelompok Merah Muda tidak memperhatikan, S1 dan S3 dari kelompok Kuning sibuk mencatat pekerjaan teman di papan tulis,
sedangkan S1 dari kelompok hijau tampak kurang berkonsentrasi. Untuk indikator 3 ada tiga belas siswa yang tidak melaksanakan.
Siswa masih belum berani untuk mengajukan pertanyaan ketika menemukan kesulitan. Namun pada pertemuan kedua siswa mulai
berani mengajukan pertanyaan karena terjadi peningkatan aktivitas siswa pada indikator 3 meskipun peningkatan yang terjadi tidak
signifikan. Untuk indikator 4 yakni melakukan diskusi secara
berpasangan atau berempat ada empat siswa yang tidak melaksanakan. S1 dan S2 tidak aktif ketika diskusi berlangsung
sedangkan S3 dan S4 cenderung bekerja sendiri. Empat siswa itu berasal dari kelompok hijau. Untuk indikator 5 ada sembilan belas
siswa yang tidak melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk menjelaskan jawaban kelompok
hanya perwakilan satu orang tiap kelompok. Untuk indikator 6 ada sembilan belas siswa yang tidak melaksanakan hal ini dikarenakan
masih banyak siswa yang belum berani menyampaikan pendapat ketika ada teman yang sedang presentasi. Faktor lain seperti tidak
memperhatikan saat teman sedang presentasi membuat siswa tidak dapat memberikan komentar atau tanggapan terhadap penampilan
teman yang telah mempresentasikan hasil kerja kelompok. Untuk indikator nomor 7 ada lima belas siswa yang tidak
melaksanakan, hal ini dikarenakan proporsi pertanyaan yang
diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan pertanyaan kepada
beberapa siswa. Untuk indikator 8 ada enam siswa yang tidak melaksanakan yakni ketika siswa mendengarkan penyajian materi
yang disampaikan guru S1 dari kelompok Putih sibuk melakukan hal yang tidak berkaitan dengan pelajaran dan S1 dari kelompok
Putih juga berbicara dengan S3 teman dalam kelompoknya. S1 dari kelompok Oranye mengajak siswa dari kelompok lain untuk
bercerita dan S2 dari kelompok Oranye melamun saat guru menjelaskan materi. Selain itu, ketika guru menjelaskan materi S3
dan S4 dari kelompok Merah Muda masih terus mencatat dan tidak fokus mendengarkan.
Untuk indikator 9 ada satu siswa yang tidak melaksanankan yakni S1 dari kelompok hijau karena S1 terkadang mengantuk
ketika mendengarkan pendapat teman saat diskusi berlangsung. Untuk indikator 10 ada tiga siswa yang tidak melaksanakan yakni
ketika siswa mencatat hal-hal penting saat pembelajaran berlangsung, S2 dan S4 dari kelompok Hijau serta S2 dari
kelompok Oranye cenderung hanya melihat slide tanpa mencatat. Untuk indikator 12 ada Sembilan belas siswa yang tidak
melaksanakan melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk mennuliskan jawaban kelompok
hanya perwakilan satu orang tiap kelompok.
c. Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ketiga persentase aktivitas siswa tergolong tinggi yakni 63,893. Walaupun demikian ada beberapa indikator
yang tidak terlaksana 100. Pada pertemuan ketiga indikator yang terlaksana 100 adalah indikator 1, 8, 9 dan 10. Untuk indikator 2
ada empat siswa yang tidak melaksanakan karena S4 yang berasal dari kelompok Kuning mengajak 3 teman kelompoknya untuk
bercerita ketika ada teman lain yang sedang presentasi. Untuk indikator 3 ada dua puluh satu siswa yang tidak melaksanakan hal
ini dikarenakan masih banyak siswa yang belum berani bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dan lebih cenderung mencari
jawaban sendiri. Untuk indikator 4 ada tiga siswa yang tidak melaksanakan yakni ketika siswa melakukan diskusi secara
berpasangan atau berempat, S1 dari kelompok Merah kurang aktif dan terkadang mengantuk. Sedangkan S1 dan S2 dari kelompok
Hijau lebih banyak mendengarkan diam ketika diskusi berlangsung.
Untuk indikator 6 ada dua puluh siswa yang tidak melaksanakan, karena siswa masih belum berani menyampaikan
pendapat ketika ada teman yang sedang presentasi dan cenderung hanya diam. Untuk indikator 7 ada empat belas siswa yang tidak
melaksanakan hal ini dikarenakan proporsi pertanyaan yang diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu
yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan pertanyaan kepada beberapa siswa. untuk indikator 11 hanya ada satu siswa yang tidak
melaksanakan yakni S1 dari kelompok Merah karena S1 cenderung menunggu jawaban dari teman kelompoknya. Untuk indikator 5
dan 12 ada dua puluh satu siswa yang tidak melaksanakan karena memang siswa yang mendapat kesempatan untuk menuliskan
jawaban kelompok indikator 12 dan menjelaskan jawaban kelompok indikator 5 kepada teman-teman hanya perwakilan dua
orang tiap kelompok. Dari beberapa pembahasan di atas terdapat beberapa kendala yang
menonjol diantaranya masih rendahnya keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat atau tanggapan kepada teman yang sedang
presentasi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, hal ini disebabkan karena siswa tidak dibiasakan menjelaskan pekerjaan di depan kelas
dan siswa juga tidak dibiasakan untuk menyampaikan tanggapan atau pendapat jika ada teman mengerjakan soal di depan kelas. Selain itu
proporsi pertanyaan yang diajukan guru tidak bisa mencakup seluruh siswa dan karena waktu yang terbatas sehingga guru hanya mengajukan
pertanyaan kepada perwakilan beberapa siswa. Rendahnya kesadaran siswa untuk bertanya kepada guru juga
menjadi kendala yang cukup menghambat aktivitas siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara siswa cenderung mencari
jawaban sendiri ketika menemukan kesulitan daripada bertanya kepada
guru karena siswa menganggap bahasa yang digunakan guru terlalu baku dan membuat siswa cukup kesulitan dalam memahami penjelasan
yang diberikan. Selain itu soal LKS yang diberikan terbatas sehingga tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk menuliskan dan
menjelaskan jawaban kelompok di depan kelas. Meskipun terdapat beberapa kendala pada pelaksanaannya, namun
aktivitas siswa pada tiap pertemuan termasuk baik. Hal ini juga diperkuat berdasarkan analisis lembar aktivitas siswa yang menunjukan
persentase aktivitas siswa pada tiap pertemuan termasuk dalam kategori
tinggi. Dari uraian di atas diperoleh hasil bahwa minat belajar siswa
termasuk dalam kategori tinggi, 75 hasil belajar siswa mencapai nilai KKM, keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square termasuk
dalam kategori sangat tinggi pada tiap pertemuan, dan aktivitas siswa termasuk dalam kategori tinggi pada tiap pertemuan. Sehingga
berdasarkan tabel 3.10 dapat dikatakan bahwa model pembelajaran
Think-Pair-Square efektif ditinjau dari minat belajar, hasil belajar, keterlaksanaan pembelajaran, dan aktivitas siswa.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yaitu: 1.
Waktu yang terbatas sehingga peneliti tidak melakukan obeservasi mendalam terhadap situasi dan kondisi setiap subyek penelitian.
2. Efektivitas pembelajaran Think-Pair-Square hanya ditinjau dari minat
belajar, hasil belajar, keterlaksanaan pembelajaran Think-Pair-Square, dan aktivitas siswa. Tentunya masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi efektivitas pembelajaran misalnya gaya belajar siswa, lingkungan sekitar, dll.
3. Siswa belum terbiasa menyampaikan pendapat atau tanggapan ketika
ada teman lain yang mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga tidak semua indikator pada lembar aktivitas siswa terlaksana secara
maksimal. 4.
Waktu yang terbatas sehingga guru belum mampu memberikan pertanyaan secara merata ke seluruh siswa. Hal ini tentu mengakibatkan
tidak semua siswa mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
5. Siswa yang mengikuti uji coba angket minat belajar tidak memiliki
karakteristik yang cukup sama dengan subyek penelitian, dimana siswa yang mengikuti uji coba angket minat belajar jarang melakukan diskusi
kelompok seperti yang dilakukan pada subyek penelitian.
102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Square efektif karena hasil analisis angket minat
belajar siswa menunjukkan bahwa modus kategori minat belajar siswa berdasarkan tiap pernyataan adalah tinggi. Hal ini berarti bahwa sebagian
besar siswa memiliki minat belajar yang tinggi pada pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Think-Pair-Square. Hasil ini juga
diperkuat berdasarkan hasil wawancara tanggapan siswa yang menunjukkan respon positif setelah belajar matematika menggunakan model
pembelajaran Think-Pair-Square.
Berdasarkan hasil analisis tes hasil belajar pada tabel 4.8 ada 18
siswa dari 24 siswa yang hasil belajarnya mencapai nilai minimal 76,00. Nilai ini merupakan nilai KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata
pelajaran matematika. Sedangkan hasil belajar dari 6 siswa lainnya belum mencapai KKM. Ini berarti persentase siswa yang mencapai nilai KKM
sebesar 75. Hasil pengamatan terhadap pembelajaran Think-Pair-Square
menunjukkan bahwa pembelajaran Think-Pair-Square telah terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan persentase keterlaksanaan
pembelajaran yang termasuk dalam kategori sangat tinggi pada tiap