Perhitungan Angka Ekivalen Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan

127  Angka ekivalen distribusi beban kendaraan  Lintas ekivalen yang terdiri dari Lintas Ekivalen Permulaan LEP, Lintas Ekivalen Akhir LEA, Lintas Ekivalen Tengah LET, Lintas Ekivalen Rencana LER  Nilai faktor regional FR  Indeks permukaan pada awal umur rencana Ipo dan indeks permukaan pada akhir rencana Ipt  Indeks tebal perkerasan ITP

4.5.1 Perhitungan Angka Ekivalen

Angka ekivalen dapat dilihat pada Tabel 2.12 jika distribusi beban sumbu pada tiap jenis tidak terdapat dalam tabel maka dapat digunakan Persamaan 2.31 untuk sumbu tunggal dan Persamaan 2.32 untuk sumbu ganda. Perhitungan distribusi beban sumbu dan angka ekivalen pada tiap jenis kendaraan :  Mobil Penumpang Muatan maksimum = 2000 kg = 2 ton Pada tabel 2.13 mobil penumpang mempunyai distribusi beban sumbu sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 128 Beban sumbu depan = 50 x 2000 kg = 1000 kg Beban sumbu belakang = 50 x 2000 kg = 1000 kg Angka ekivalen terdapat dalam Tabel 2.12 dengan menggunakan Persamaan 2.31 untuk sumbu tunggal : E sumbu depan = 4 8160 1000       = 0,0002 E sumbu belakang = 4 8160 1000       = 0,0002 E untuk mobil penumpang = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004  Mikrotruk dan pick-up Muatan maksimum = 8300 kg = 8,3 ton Pada tabel 2.13 mikrotruk dan pick-up mempunyai distribusi beban sumbu sebagai berikut : Beban sumbu depan = 34 x 8300 kg = 2822 kg Beban sumbu belakang = 66 x 8300 kg = 5478 kg Angka ekivalen terdapat dalam Tabel 2.12 dengan menggunakan Persamaan 2.31 untuk sumbu tunggal : E sumbu depan = 4 8160 2822       = 0,0143 E sumbu belakang = 4 8160 5478       = 0,2031 E untuk mikritruk dan pick-up = 0,0143 + 0,2031 = 0,2174 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 129  Bus kecil Muatan maksimum = 5000 kg = 5 ton Pada tabel 2.13 bus kecil mempunyai distribusi beban sumbu sebagai berikut : Beban sumbu depan = 34 x 5000 kg = 1700 kg Beban sumbu belakang = 66 x 5000 kg = 3300 kg Angka ekivalen terdapat dalam Tabel 2.12 dengan menggunakan Persamaan 2.31 untuk sumbu tunggal : E sumbu depan = 4 8160 1700       = 0,0019 E sumbu belakang = 4 8160 3300       = 0,0267 E untuk bus kecil = 0,0019 + 0,0267 = 0,0286  Bus besar Muatan maksimum = 9000 kg = 9 ton Pada tabel 2.13 bus besar mempunyai distribusi beban sumbu sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 130 Beban sumbu depan = 34 x 9000 kg = 3060 kg Beban sumbu belakang = 66 x 9000 kg = 5940 kg Angka ekivalen terdapat dalam Tabel 2.12 dengan menggunakan Persamaan 2.31 untuk sumbu tunggal : E sumbu depan = 4 8160 3060       = 0,0198 E sumbu belakang = 4 8160 5940       = 0,2808 E untuk Bus Besar = 0,0198 + 0,2808 = 0,3006  Truk 2 as Muatan maksimum = 18200 kg = 18,2 ton Pada tabel 2.13 truk 2 as mempunyai distribusi beban sumbu sebagai berikut : Beban sumbu depan = 34 x 18200 kg = 6188 kg Beban sumbu belakang = 66 x 18200 kg = 12012 kg Angka ekivalen terdapat dalam Tabel 2.12 dengan menggunakan Persamaan 2.31 untuk sumbu tunggal : E sumbu depan = 4 8160 6188       = 0,3307 E sumbu belakang = 4 8160 12012       = 4,6957 E untuk truk 2 as = 0,3307 + 4,6957 = 5,0264 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 131  Truk 3 as Muatan maksimum = 25000 kg = 25 ton Pada tabel 2.13 truk 3 as mempunyai distribusi beban sumbu sebagai berikut : Beban sumbu depan = 25 x 25000 kg = 6250 kg Beban sumbu belakang = 75 x 25000 kg = 18750 kg Angka ekivalen terdapat dalam Tabel 2.12 dengan menggunakan Persamaan 2.32 untuk sumbu ganda : E sumbu depan = 4 8160 6250       = 0,3442 E sumbu belakang = 0,086 4 8160 18750       = 2,3974 E untuk truk 3 as = 0,3442 + 2,3974 = 2,7416  Truk gandeng trailer Muatan maksimum = 31400 kg = 31,4 ton Pada tabel 2.13 truk gandeng trailer mempunyai distribusi beban sumbu sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 132 Beban sumbu depan = 18 x 31400 kg = 5652 kg Beban sumbu belakang = 82 x 31400 kg = 25748 kg Angka ekivalen terdapat dalam Tabel 2.12 dengan menggunakan Persamaan 2.32 untuk sumbu ganda : E sumbu depan = 4 8160 5652       = 0,2302 E sumbu belakang = 0,086 4 8160 25748       = 8,525 E untuk truk gandeng trailer = 0,2302 + 8,525 = 8,755  Truk semi trailer Muatan maksimum = 26200 kg = 26,2 ton Pada tabel 2.13 truk semi trailer mempunyai distribusi beban sumbu sebagai berikut : Beban sumbu depan = 18 x 26200 kg = 4716 kg Beban sumbu belakang = 82 x 26200 kg = 21484 kg Angka ekivalen terdapat dalam Tabel 2.12 dengan menggunakan Persamaan 2.32 untuk sumbu ganda : E sumbu depan = 4 8160 4716       = 0,1116 E sumbu belakang = 0,086 4 8160 21484       = 4,132 E untuk Truk Trailer = 0,1116 + 4,132 = 4,2440 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 133  Dari perhitungan di atas maka didapatkan angka Ekivalen E yang bisa dilihat pada Tabel 4.33 di bawah ini : Tabel 4.33 Hasil Perhitungan Angka Ekivalen E Tiap Kendaraan Jenis Kendaraan Angka Ekivalen E Sedan, jeep,stw 0,0004 Mikrotruk dan pick-up 0,2174 Bus kecil 0,0286 Bus besar 0,03006 Truk 2 as 5,0264 Truk 3 as 2,7416 Truk gandeng trailer 8,7555 Semi trailer 4,2440 Sumber : Hasil Analisa Perhitungan.

4.5.2 Perhitungan Lintas Ekivalen

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH DENGAN MENGGUNAKAN STABILISASI KAPUR UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DI RUAS JALAN GRESIK-LAMONGAN (Sta. 27+ 250 – Sta. 32 + 550).

0 0 116

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR - SRENGAT (STA 3+450 - STA 10+520) DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN.

0 1 146

PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN BANGKALAN-KETAPANG (Sta .60+15 - Sta. 60+550) DITINJAU DARI VARIASI STABILISASI TANAH.

0 1 96

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENAN-BANDUNG-BESUKI PADA STA 171+550 – 182+350 DI KABUPATEN TULUNGAGUNG.

17 57 134

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR – SRENGAT STA 3+450 SAMPAI STA 10+350 DENGAN METODE AASHTO.

1 13 125

PENURUNAN STRUKTUR REL KERETA API DI ATAS TANAH LUNAK DENGAN PERKUATAN GEOSINTETIK

0 6 120

GEOSINTETIK UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DI ATAS TANAH LUNAK DI GRESIK-LAMONGAN Sta 27+ 250 –32 + 550

0 0 22

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENAN-BANDUNG-BESUKI PADA STA 171+550 – 182+350 DI KABUPATEN TULUNGAGUNG TUGAS AKHIR - PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENA

0 0 19

PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN BANGKALAN-KETAPANG (Sta .60+15 - Sta. 60+550) DITINJAU DARI VARIASI STABILISASI TANAH TUGAS AKHIR - PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN BANGKALAN-KETAPANG (Sta .60+15 - Sta. 60+550) DITINJA

0 0 18

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN TUGU NANAS – SIMPANG MEO PRABUMULIH PROVINSI SUMATERA SELATAN STA 0+000 – STA 5+250

0 0 21