79
12 Seperti no.10, sebagian berbatu
0,045 0,050 0,055
0,080 13
Aliran pelan, banyak tumbuh- tumbuhan an berlubang
0,050 0,060 0,070
0,150 14
Banyak tumbuh-tumbuhan 0,075 0,100
0,125 0,035
SALURAN BUATAN, BETON ATAU BATU KALI
15 Saluran pasangan batu, tanpa
penyelesaian 0,025 0,030
0,033 0,030
16 Seperti no.15, tapi dengan
penyelesaian 0,017 0,020
0,025 0,021
17 Saluran beton
0,014 0,016 0,019
0,013 18
Saluran beton halus dan rata 0,010 0,011
0,012 0,015
19 Saluran pracetak dengan acuan
baja 0,013 0,014
0,014 0,018
20 Saluran beton pracetak dengan
acuan kayu 0,015 0,016 0,016
0,018 Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI 03-3424-1994
2.6.2.2 Luas Daerah Pengaliran
Luas daerah tangkapan hujan catchmen area adalah daerah pengaliran yang menerima curah hujan selama waktu tertentu, sehingga
menimbulkan debit limpasan yang harus ditampung oleh saluran tepi. Batas- batasnya tergantung dari daerah pembebasan.
Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.20 berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
80 Gambar 2.20 Batas Daerah Pengaliran
Rumus luas daerah pengaliran ; L = L
1
+ L
2
+ L
3
........................................................................pers 2.76 Dimana ;
L = batas daerah pengaliran yang diperhitungkan
L
1
= ditetapkan dari as jalan sampai bagian tepi perkerasan L
2
= ditetapkan dari tepi perkerasan yang ada sampai tepi bahu jalan L
3
= tergantung dari keadaan daerah setempat dan panjang max 100 m.
2.6.2.3 koefisien Pengaliran C
Koefisien pengaliran koefisien limpasan C adalah angka reduksi intensitas curah hujan, tergantung pada kondisi lapisan permukaan,
kemiringan atau kelandaian, jenis tanah dan durasi hujan. Untuk menentukan koefisien pengaliran dengan berbagai kondisi
permukaan menggunakan rumus :
L
1
L
2
L
3
Perkerasan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
81
n total
A A
A An
Cnx C
2 1
........................................................................pers 2.77
n i
n i
total
Ai Ai
Ci C
1 1
...............................................................................pers 2.78
Dimana : C
total
= koefisien rata-rata daerah pengaliran tak berdimensi C
i
= koefisien pengaliran tak berdimensi A
i
= luas daerah pengaliran km
2
Harga koefisien pengaliran untuk berbagai kondisi ditentukan berdasarkan Tabel 2.34 berikut :
Tabel 2.34 Hubungan Kondisi Permukaan Tanah dan Koefisien Pengaliran C.
No Kondisi Permukaan Tanah
Koefisien Pengaliran C 1
dan jalan aspal 0,70 - 0,95
2 Jalan krikil dan jalan tanah
0,40 - 0,70 3
Bahu jalan : Tanah berbutir halus
0,40 - 0,65 Tanah berbutir kasar
0,10 – 0,20 No
Kondisi Permukaan Tanah Koefisien Pengaliran C
Batuan masif keras 0,70 - 0,85
Batuan Masif lunak 0,60 - 0,75
4 Daerah perkotaan
0,70 - 0,95 5
Daerah pinggir kota 0,60 - 0,70
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
82
6 Daerah industri
0,60 - 0,90
7 Pemukiman padat
0,40 - 0,60 8
Pemukiman tidak padat 0,40 - 0,60
9 Taman dan kebun
0,20 - 0,40
10 Persawahan 0,45
- 0,60
11 Perbukitan 0,70
- 0,80
12 Pegunungan 0,75
- 0,90
Sumber : Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI 03-3424-1994
Keterangan :
untuk daerah datar diambik nilai C yang terkecil dan untuk daerah lereng diambil nilai C yang terbesar.
2.6.2.4 Debit Air Q