berganti ke era reformasi, saat dimana Indonesia mengalami krisis, produksi daging sapi mulai terjadi defisit . Artinya pada tahun itu Sumatera Utara belum
bisa memenuhi kebutuhan domestiknya. Setelah tahun 1999 kekurangan daging sapi terus berlangsung dan kekurangan pasokan daging sapi tertinggi terjadi pada
tahun 2009, yaitu sebesar 995 ton kekurangan daging sapi.
4.2.4 Tarif
Dalam upaya untuk membatasi impor daging sapi yang berlebihan salah satu cara yang dilakukan adalah melalui pembebanan tarif impor daging sapi yang
masuk ke dalam negri. Kebijakan ini dilakukan oleh Departemen Keuangan Direkoral Jendral Bea dan Cukai melalui keputusan Kementrian Keuangan.
Kebijakan pengenaan bea dan cukai bertujuan untuk melindungi produsen lokal dari persaingan harga, antara daging sapi lokal dengan daging sapi impor. Secara
bertahap, pemerintah Indonesia telah bertekad untuk melaksanakan penyesuaian terhadap tarif impor sebagaimana yang telah diusulkan dalam Asian Vision
Toward 2020 yang konsisten terhadap Worl Trade Organization WTO.
Tarif daging sapi impor pernah dikenakan sampai sebesar 30 persen yang kemudian tarif ini diturunkan secara bertahap hingga saat ini. Pada tahun 1990
tarif impor adalah sebesar 30 persen, tahun 1995 turun menjadi 25 persen kemudian turun menjadi 20 persen pada tahun 1997. Berdasarkan undang-undang
nomor 10 tahun 1995 tentang kepabean untuk periode 1 januari 1997 sampai dengan 1 januari 2003 kesepakatan AFTA, tarif impor daging akan diturunkan
menjadi 5 persen Dirgantoro, 2004:58. Realisasi yang terjadi adalah sejak tahun 2000 tarif impor daging sapi adalah 5 persen sedangkan berdasarkan peraturan
Universitas Sumatera Utara
menteri keuangan nomor 132.PMK.0.102005 tentang program harmonisasi tarif 2005-2010 menetapkan tarif daging sapi adalah sebesar 5 persen.
Tabel 4.5 Perkembangan Tarif Impor
Daging Sapi Tahun 1997-2013
Periode Tarif
Perubahan 1997
731,52 1,31
1998 2.890,77
1,5 1999
1.780,14 1,52
2000 1.909,05
1,52 2001
2.198,97 1,4
2002 1.505,15
1,62 2003
1.491,35 1,73
2004 2.056,09
2,3 2005
1.036,3 2,1
2006 1.373,76
3 2007
1.370,75 3
2008 1.926,18
4 2009
2.581,13 5
2010 2.271,75
5 2011
2.194,75 5
2012 2.815,2
6 2013
2.915,1 6
Rata-rata 1.944
3,06 Sumber: Dinas Bea dan Cukai Sumatera Utara
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tarif impor yang telah diubah kedalam rupiah menunjukan harga yang berfluktuasi. Pengenaan tarif sebesar 20 persen
pada 1997 sampai 1999 merubah harga daging sapi cukup tinggi, sedangkan perubahan yang terjadi pada besaran tarif rupiah lebih disebabkan perubahan
harga daging sapi impor itu sendiri, hal ini dikarenkan tarif impor daging sapi dari tahun 2000 hingga 2013 tetap stabil berada pada 5 persen.
4.2.5 Teknologi Insemenasi Buatan