Uji Simultanitas Hasil Estimasi Regresi TSLS

4.3.2 Uji Endogenitas

Untuk melihat apakah variabel penawaran daging sapi lokal SDSL adalah variabel endogen dilakukan dengan cara melakukan uji endogenitas persamaan struktural. Uji endogenitas dilakukan dengan melihat hasil reduced form persamaan penawaran daging sapi lokal SDSL_R2, jika lebih kecil dari α = 10, maka variabel SDSL adalah endogen. Hasil uji yang diperoleh dengan memasukan variabel SDSL_R2 adalah sebagai berikut. Tabel 4.12 Hasil Uji Endogenitas Persamaan Struktural Variabel Koefisien Prob C -668,5472 0,8293 SDSL 1,417404 0,3880 DDSD -0,988679 0,5056 Tarif 0,503961 0,4962 PDSI -0,006741 0,9525 KURS -0,291774 0,3121 SDSL_R2 0,776334 0,0589 R-Squared ProbF-statistik 0,821260 0,002777 Sumber: Diolah Dari Eviews Dari tabel 4.12 menunjukkan bahwa hasil t statistik dari residual SDSL adalah -0,77 dengan F value adalah 0,05 . Dengan menggunakan α = 10, maka variabel penawaran daging sapi lokal merupakan variabel endogen.

4.3.3 Uji Simultanitas

Masalah simultanitas di dalam persamaan regresi muncul karena beberapa variabel endogen berhubungan dengan variabel gangguan Widarjono, 2013:258. Untuk melihat adanya masalah simultanitas pada persamaan impor daging sapi, maka dilakukan uji simultanitas dengan menggunakan Uji Hausman yaitu dengan melihat hasil reduced form persamaan penawaran daging sapi lokal SDSL_R2. Universitas Sumatera Utara Apabila lebih besar dari α = 10 maka tidak terjadi simultanitas sedangkan jika hasilnya lebih kecil, maka antara variabel penawaran daging sapi lokal terdapat hubungan simultanitas dengan permintaan impor daging sapi. Tabel 4.13 Hasil Uji Sumultanitas Dengan Uji Hausman Variabel Koefisien Prob C -2916,424 0,0024 SDSL_R2 -0,152600 0,0818 SDSL_FC 0,396983 0,0000 R-Squared ProbF-statistik O,766103 0,000038 Sumber: Diolah Dari Eviews Dari hasil Uji Hausman menunjukan bahwa nilai F valuenya adalah 0,08 yaitu lebih kecil dari α=10, maka terdapat hubungan simultan antara variabel endogen penawaran daging sapi lokal dengan permintaan impor daging sapi. Artinya antara kedua variabel tersebut terdapat hubungan korelasi sehingga menyebabkan antara variabel endogennya berkorelasi dengan errorterm-nya. Untuk mengatasi masalah tersebut, pengujian persamaan struktural permintaan impor daging sapi dapat dilakukan dengan menggunakan Two Stage Least Square.

4.3.4 Hasil Estimasi Regresi TSLS

Estimasi untuk mengetahui pengaruh variabel secara simultan dilakukan dengan menggunakan model Two Stage Least Square. Tahap pertama agar variabel DIDS tidak berkorelasi dengan e 1t , maka variabel endogenus SDSL diregresikan terhadap seluruh variabel eksogen. Kemudian pada tahap kedua variabel SDSL digantikan dengan nilai yang diperoleh dari reduced form SDSL. Adapun hasil pada Regresi Two Stage Least Square TSLS sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.14 Hasil Uji Regresi TSLS Permintaan Impor Daging Sapi Variabel Koefisien Std. Error t-statistik Prob C 3687,429 3297,666 1,118193 0,0287 SDSL -1,458802 2,394,551 -0,609217 0,5548 DDSD 1,192607 2,350233 0,507442 0,6219 Gm -0,205255 0,728587 -0,281717 0,0783 PDSI 0,188183 0,071660 2,626053 0,0236 KURS -0,445839 0,035137 -1,268860 0,0230 R-Squared ProbF-statistik 0,924176 0,006549 Sumber: Diolah Dari Eviews Dari hasil output diatas, maka didapat persamaan sebagai berikut: DDSI t = 3687,429 – 1,458802 SDSL t + 1,192607 DDSD t – 0,205255 Gm t + 0,188183 PDSI t – 0,445839 KURS t Dari hasil estimasi persamaan diatas, maka dapat diinterprestasikan sebagai berikut: 1. Variabel penawaran daging sapi lokal berpengaruh negatif secara tidak signifikan terhadap permintaan impor daging sapi. Koefisiennya menunjukan angka sebesar 1,45. Apabila produksi daging sapi lokal naik sebesar 1 ton, maka akan terjadi penurunan permintaan impor daging sapi sebesar 1,45 ton, dalam keadaan cateris paribus. 2. Variabel permintaan daging sapi domestik berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap permintaan impor daging sapi. Koefisiennya menunjukan angka sebesar 1,19. Apabila permintaan daging sapi domestik meningkat sebesar 1 ton, maka akan terjadi peningkatan permintaan impor daging sapi sebesar 1,19 ton, dalam keadaan cateris paribus. Universitas Sumatera Utara 3. Variabel kebijakan pemerintah berupa tarif impor daging sapi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap permintaan impor daging sapi. Koefisiennya menunjukan angka sebesar 0,20. Apabila tarif daging sapi impor meningkat meningkat sebesar 1 Rupiah, maka akan terjadi penurunan permintaan impor daging sapi sebesar 0,20 ton, dalam keadaan cateris paribus. 4. Variabel harga daging sapi daging sapi impor berpengaruh positif secara signifikan terhadap permintaan impor daging sapi. Koefisiennya menunjukan angka sebesar 0,18. Apabila harga daging sapi impor meningkat sebesar 1 rupiah per ton, maka akan terjadi peningkatan permintaan impor daging sapi sebesar 0,18 ton, dalam keadaan cateris paribus. 5. Variabel kurs berpengaruh negatif secara nyata terhadap permintaan impor daging sapi. Koefisiennya menunjukan angka sebesar 0,44. Apabila kurs meningkat sebesar 1 Rupiah per US, maka akan terjadi peningkatan penurunan impor daging sapi sebesar 0,44 ton, dalam keadaan cateris paribus. 6. Nilai R square hasil regresi adaah sebesar 0,924176. Angka tersebut menunjukan bahwa variabel penawaran daging sapi lokal, permintaan daging sapi domestik, tarif impor, harga daging sapi impor dan kurs mampu menjelaskan variabel permintaan impor daging sapi sebesar 92 persen, sedangkan 8 persen lagi dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan yang telah dibuat, dalam keadaan cateris paribus. Universitas Sumatera Utara 7. Nilai probabilitas f-statistiknya memperlihatkan angka sebesar 0,006549. Angka tersebut menunjukan bahwa secara bersama-sama variabel penawaran daging sapi lokal, permintaan daging sapi domestik, tarif impor harga daging sapi impor dan kurs berpengaruh secara signifikan terhadap variabel permintaan impor daging sapi, dalam keadaan cateris paribus.

4.3.5 Uji Bias Simultan