Perubahan ini tentu saja mempengaruhi perilaku para penjual dan pembeli domestik. Permintaan turun dari Q
2
ke Q
4..
Dengan demikian penerapan tarif menurunkan kuantitas impor dan mendorong pasar domestik mendekati kondisi
equilibrium. Selain tarif impor, kurs juga dapat mempengaruhi perubahan harga barang
impor. Para ekonom membedakan nilai tukar mata uang domestik terhadap uang mata asing menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar rill. Nilai tukar
nominal adalah harga relatif mata uang dua negara. Sedangkan nilai tukar rill adalah harga relatif barang-barang di kedua negara, atau kadang kala disebut term
of trade . Hubungan antar kedua nilai tukar ini dirumuskan sebagai berikut
Mankiw, 2003:259 :
R = e . PfP dimana:
R =
nilai kurs riil e
= nilai kurs nominal
Pf =
harga luar negeri P
= harga dalam negeri
Dengan demikian, semakin tinggi nilai tukar rill, berarti harga barang- barang luar negeri relatif lebih murah dibandingkan dengan harga barang-barang
domestik.
2.5 Permintaan Impor Daging Sapi di Sumatera Utara
Permintaan impor daging sapi adalah jumlah daging sapi yang diminta suatu negara terhadap negara lain pada tingkat harga tertentu. Menurut Mankiw
2003:229 impor sama dengan selisih antara kuantitas permintaan domestik
Universitas Sumatera Utara
dengan kuantitas penawaran domestik berdasarkan harga dunia atau harga yang berlaku di pasar internasional.
Harga daging sapi
Penawaran domestik QS
A P
harga sebelum perdagangan dunia
B D P
1 harga sesudah perdagangan dunia
C Impor
permintaan domestik QD
Q2 Q Q
1
kuantitas Sumber : Mankiw 2003:229
Gambar 2.4 Kurva Perdagangan Internasional di Negara Pengimpor
Ketika perdagangan dunia terjadi harga domestik turun menyesuaikan dengan harga yang berlaku di pasar internasional, kesejahteraan konsumen
domestik meningkat. Surplus konsumen naik dari A menjadi ABD. Sedangkan sebaliknya kesejahteraan produsen domestik turun dari BC menjadi C saja.
Besarnya perubahan harga dari Po ke P1 mengubah permintaan daging sapi dari Qo menjadi Q1, penawaran domestik turun dari Qo ke Q2. Kekurangan antara
permintaan dan penawaran dilakukan dengan mengimpor yaitu sebesar Q2 ke Q1. Jika diasumsikan kurva perdagangan internasional adalah kurva dari
komoditi daging sapi di Sumatera Utara dengan harga tertentu, maka keseimbangan permintaan domestik Q = QD = QS. Saat terjadi perdagangan
dunia harga daging sapi turun dan menyebabkan penawaran daging sapi lokal juga
Universitas Sumatera Utara
turun sedangkan impor semakin meningkat. Besaran permintaan daging sapi domestik adalah sebesar produksi daging sapi lokal ditambah impor. Hal ini
menunjukan besaran seluruh permintaan domestik sama dengan penawaran daging sapi, dimana daging sapi yang ditawarkan adalah daging sapi lokal
ditambah daging sapi impor.
2.6 Model Teoritis
2.6.1 Permintaan Impor Daging Sapi
Besarnya produksi daging sapi di Sumatera Utara belum sepenuhnya mampu memenuhi tingkat permintaan komoditas ini. Pada umumnya suatu daerah
melakukan impor karena produksi di daerah tersebut relatif kecil dibadingkan dengan konsumsinya. Permintaan impor dapat dirumuskan sebagai berikut:
Mt = Qd – Qs
dimana:
Mt = volume impor Q
d
= jumlah konsumsi domestik QS = jumlah produksi domestik
Dari fungsi diatas terlihat besaran impor merupakan selisih antara jumlah permintaan domestik dengan jumlah ketersediaan daging lokal. Jika volume impor
Mt sama dengan jumlah permintaan impor daging sapi, jumlah konsumsi Qd adalah jumlah permintaan daging sapi domestik, dan jumlah produksi Qs adalah
jumlah daging sapi lokal yang ditawarkan maka fungsi permintaan impor daging sapi dapat diturunkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
DIDS = f DDSD, SDSL dimana:
DIDS = jumlah permintaan impor daging sapi
DDSD = jumlah permintaan daging sapi Domestik SDSL = jumlah penawaran daging sapi lokal
Mankiw 2003:231 menyatakan perubahan harga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran domestik terhadap barang impor, maka Fungsi
permintaan terhadap barang impor menjadi sebagai berikut: DDSI = f DDSD
,SDSL, PDSI dimana:
PDSI = harga daging sapi impor
Menurut Sukirno, 2012:402 kebijakaan negara pengimpor dan kurs juga mempengaruhi jumlah permintaan impor, dengan demikian fungsi
permintaan impor daging sapi adalah sebagai berikut: DDSI = f DDSD
,
SDSL, PDSI, Gm, Kurs dimana:
Gm = kebijakan pemerintah berupa tarif impor daging sapi
Kurs = nilai tukar Rupiah terhadap dollar US
2.6.2 Penawaran Daging Sapi Lokal
Besarnya produksi daging sapi di Sumatera Utara belum sepenuhnya mampu memenuhi volume permintaan komoditas ini. Besarnya jumlah daging
sapi lokal yang ditawarkan akan memiliki hubungan yang mempengaruhi besarnya impor karena jika jumlah yang daging yang ditawarkan tidak sebanding
dengan permintaan, maka yang terjadi adalah impor.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi penawaran menurut Rasul et al 2012:60 adalah hubungan antara harga barang itu sendiri dengan jumlah barang yang ditawarkan.
Qs = f P dimana:
Qs = jumlah barang yang ditawarkan
P =
harga
Jika jumlah barang yang ditawarkan Qs adalah penawaran daging sapi lokal dan harga P adalah harga daging sapi lokal, maka fungsinya menjadi
seperti berikut: SDSL = f PDSL
dimana:
SDSL = jumlah penawaran daging sapi lokal. PDSL = harga daging sapi lokal.
Menurut Rasul et al 2012:60 dan Sukirno 2012:87 terdapat faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi penawaran, diantaranya adalah permintaan
akan barang impor dan teknologi. Priyanto 2005:279 menyatakan teknologi inseminasi buatan merupakan salah satu program tekonogi memperbaiki kualitas
performa sapi yang ada melalui program persilangan dengan bibit semen sapi impor, sehingga fungsi penawaran daging sapi domestik menjadi seperti berikut:
SDSL = f PDSL, DIDS, TIB dimana:
TIB = teknologi insemenasi buatan
Universitas Sumatera Utara
2.7 Penelitian Terdahulu
Giamalva 2013 “Korea’s Demand For U.S. Beef”, membahas permintaan Korea terhadap daging sapi dari Amerika Serikat dari tahun 2003 sampai 2010.
Hasil penelitiannya menunjukan secara bersama-sama indeks harga dan jumlah permintaan domestik Korea mempengaruhi permintaan daging sapi Amerika
sedangkan permintaan domestik dipengaruhi oleh populasi dan harga. Ranitya Kusumadewi “Trade Liberalization and Indonesian Product”,
melakukan penelitian dengan menggunakan persamaan simultan antara impor dengan produksi barang-barang pertanian di Indonesia. Hasil penelitiannya
menunjukan antara produksi dan impor mempunyai persamaan simultan dengan nilai R square 46.
Tentamia 2002 “Analisa Permintaan dan Penawaran Bawang Merah di Indonesia”, menghasilkan penelitian yang menyatakan produksi bawang merah di
Jawa Tengah responsif terhadap perubahan harga bawang merah dan upah, sedangkan permintaan responsif terhadap harga dan pendapatan..
Priyanto 2005 “Evaluasi Kebijakan Impor Daging Sapi Melalui Analisis Penawaran dan Permintaan”, melakukan pengamatan dengan pendekatan model
ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan menggunakan metode TSLS. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa teknologi inseminasi buatan berpengaruh
positif pada perkembangan produksi sapi lokal, sedangkan impor daging sapi dipengaruhi oleh produksi daging sapi domstik dan kebijakan impor.
Yuliadi 2008 “Analisis Impor Indonesia: Pendekatan Persamaan Simultan”, menghasilkan penelitian yang menyatakan variabel ekspor X
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh positif terhadap perubahan impor Z. Nilai koefisien regresi variabel X sebesar 8,368562 dan nilai koefisien variabel nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS ER sebesar 1 rupiahAS akan meningkatkan impor sebesar 5,625782 milyar rupiah.
2.8 Kerangka Pemikiran Operasional