untuk semua variabel bebas terhadap residual adalah lebih besar dari 0,05 yang berarti pada model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi diantara anggota- anggota sample dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam
rangkaian waktu time series data. Suatu jenis pengujian yang umum digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi telah dikembangkan
oleh J. Durbin dan G.Watson. pengujian ini sebagai statistik dw Durbin–Watson yang dihitung berdasarkan jumlah selisih kuadrat
nilai-nilai taksiran faktor-faktor gangguan yang berurut Sumodiningrat, 1994:231.
Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini.
Gambar 3.1. Kurva Autokorelasi
Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada
autokorelasi negatif
dL dU
4 - dU 4 - dL
4 ada
a ut
o kore
la si
pos it
if daerah
keragu raguan
ada a
ut o
kore la
si ne
ga ti
f daerah
keragu raguan
Sumber: Gujarati,1999, Ekonometrika Dasar, cetakan keenam, Penerbit Airlangga, hal 216, Jakarta.
3.7 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.7.1 Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan persamaan regresi linier berganda. Analisis regresi linier
berganda adalah suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau
tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih X
1
, X
2
, X
3
… X
n
dengan satu variabel terikat Riduwan, 2004:152.
Persamaan regresi linier berganda dapat dinyatakan sebagai berikut : Y =
+
1
X
1
+
2
X
2
+ β
3
X
3
+ e Sumber : Pedoman penyusunan usulan penelitian dan skripsi 2009
Keterangan :
Y : Kinerja Karyawan.
: Konstanta.
1
, β
2
,
3
: Koefisien regresi variabel X1,X2 dan X3
X
1
: Motivasi.
X
2
: Disiplin.
X
3
: Kepuasan kerja.
e : Variabel pengganggu.
3.7.2 Uji Hipotesis
3.7.2.1 Uji Kesesuaian Model
Penelitian yang didasarkan pada data populasi, atau sampling total, atau sensus tidak melakukan pengujian hipotesis statistik.
Penelitian yang demikian dari sudut pandang statistik adalah penelitian deskriptif. Sugiyono, 2000: 81.
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskriptifkan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Sugiyono,
2008: 147. Jadi secara teknis dapat diketahui bahwa, dalam statistik
deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga tidak ada
kesalahan generalisasi. Sugiyono, 2008: 148.
3.7.2.2 Uji F
Untuk pengujian hipotesis penelitian pengaruh simultan variabel X1 bersama X2 terhadap Y digunakan uji F dengan prosedur sebagai
berikut : a.
H :
1
=
2
= …… = j ≠ 0 X
1
, X
2
bersama Xj tidak berpengaruh terhadap Y
Ha : salah satu dari j ≠ 0 X
1
, X
2
bersama Xj berpengaruh terhadap Y
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan
derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variabel.
c. Dengan F hitung sebesar :
Fhit =
k n
R k
R
1 1
2
2
Keterangan : F
hitung
= F hasil perhitungan R2
= Koefisiensi Determinasi Ganda k
= Jumlah variabel n
= Jumlah pengamatan d.
Kriteria Pengujian : -
Apabila tingkat signifikan sig 0,05 H diterima dan H
1
ditolak. -
Apabila tingkat signifikan sig 0,05 H ditolak dan H
1
diterima. Ghozali, 2001:48
BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah PDAM Kota Mojokerto
Pelayanan Air Minum untuk wilayah Kota Mojokerto sebenarnya sudah ada sejak Tahun 1927, yaitu sejak pemerintahan Belanda yang
dikelola oleh suatu badan yang disebut “GUMINTO”. Pada saat setelah merdeka dengan terbentuknya Pemerintahan
Indonesia, maka pelayanan air minum berubah menjadi Dinas Saluran Air Minum. Pengawasan, tanggung jawabdan wewenang Pemerintahan
Tingkat I Jawa Timur. Kemudian pada saat Tahun 1979 setelah terbentuknya dua wilayah
Mojokerto, yaitu Kabupaten dan Kotamadya, maka Dinas Saluran Air Minum dipisahkan menjadi dua pelayanan yaitu Kotamadya dan
Kabupaten, dimana kemudian menjadi wewenang Dati II yang dibawahi oleh Dinas Pekerjaan Umum DPU Saluran Air Minum Dati II
Mojokerto. Kemudian pada tahun 1982 terbentuklah atau berubahlah
Perusahaan Air Minum yang merupakan perubahan peralihan dari Dinas Saluran Air Minum berdasarkan peraturan Kotamadya No.51979, dimana
PDAM ini terbentuk suatu Badan sektoral yaitu semua pelaksanaansemua