25
rupakan faktor yang paling tidak penting, jauh kurang pentingnya dari faktor kebudayaan, pengalaman kelompok, atau pengalaman unik.
c. Kebudayaan
Beberapa pengalaman umum bagi seluruh kebudayaan, dimana bayi dipelihara atau diberi makan oleh orang yang lebih tua, hidup dalam
kelompok, belajar berkomunikasi melalui bahasa, mengalami hukuman dan menerima imbalanpujian dan semacamnya, serta mengalami penga-
laman lain yang umum dialami oleh jenis manusia.
Setiap masyarakat sebenarnya memberikan pengalaman tertentu yang tidak diberikan oleh masyarakat lain kepada anggotanya. Dari
pengalaman sosial yang sebenarnya yang umum bagi seluruh anggota masyarakat tertentu, timbullah konfigurasi kepribadian yang khas dari
anggota masyarakat tersebut. DuBois 1944 menyebutnya sebagai modal personality diambil dari istilah statistis mode yang mengacu
pada suatu nilai yang paling sering timbul dalam berbagai seri.
Beberapa contoh dari pengaruh unsur kebudayaan terhadap kepribadian, sebagaimana kasus suku Dobu di Melanisia Horton, 1993.
Anak suku Dobu yang lahir ke dunia hanya pamannya yang mungkin menyayanginya, terhadap siapa ia akan menjadi ahli warisnya, Ayahnya
yang lebih tertarik kepada anak-anak saudara perempuannya biasanya membencinya, karena si ayah harus menunggu sampai anak tersebut
disapih untuk dapat melakukan hubungan seksual dengan ibunya. Sering juga ia tidak diharapkan oleh ibunya dan tidak jarang terjadi penggu-
guran. Hidup suku Dobu diatur oleh ilmu sihir, penyebab kejadian bukan berasal dari alam; semua gejala dikendalikan oleh ilmu sihir yang telah
dikenakan terhadap seseorang dan menyebabkan balas dendam dari keluarganya. Bahkan mimpipun diinterpretasikan sebagai sihir. Malah
nafsu seksual tidak akan muncul apabila tidak menanggapi penyihiran cinta orang lain, yang membimbingnya menuju kepadanya, sementara
daya sihir cinta seseorang menunjukkan keberhasilannya. Setiap orang Dobu selalu merasa takut akan diracun. Makanan dijaga dengan waspa-
da pada waktu dimasak dan hanya dengan beberapa orang tertentulah orang Dobu bersedia makan bersama. Setiap saat setiap desa melin-
dungi diri dari semua pasangan yang berkunjung dari desa lain, dan semua tamu ini tidak dapat dipercayai oleh yang punya rumah dan para
tamu sendiri tidak saling percaya. Sungguh tidak seorang pun dapat dipercaya penuh; para suami cemas terhadap sihir isterinya dan takut
terhadap mertua. Sepintas lalu, hubungan sosial di Dobu adalah cerah dan sopan meskipun keras dan tanpa humor. Pertentangan hanyalah
sedikit, karena menghina atau bermusuhan berbahaya. Namun, teman- teman juga berbahaya. Persahabatan mungkin merupakan awal peng-
Di unduh dari : Bukupaket.com
26
racunan atau pengumpulan bahan rambut, kuku tangan yang berguna untuk menyihir.
Kepribadian yang berkembang dalam kebudayaan semacam itu? setiap orang Dobu bersifat bermusuhan, curiga, tidak dapat dipercaya,
cemburu, penuh rahasia, dan tidak jujur. Sifat-sifat ini merupakan tang- gapan yang rasional, karena orang Dobu hidup dalam dunia yang penuh
kejahatan, dikelilingi musuh dan tukang sihir.
Pada akhirnya mereka yakin akan dihancurkan. Walaupun mereka melindungi diri dengan sihir mereka, tetapi mereka tidak pemah
merasakan perlindungan yang nyaman. Mimpi buruk mungkin menyebab- kan mereka terkapar di tempat tidur berhari-hari. dan ini adalah suatu hal
yang nyata, benar bukan hayalanirasional.
Contoh kasus lain adalah yang terjadi pada suku Zuni di Meksiko, yang diidentifikasikan sebagai bangsa yang tenang dalam lingkungan
yang sehat secara emosional. Kelahiran anak disambut dengan hangat, diperlakukan dengan kemesraan yang lembut dan banyak mendapat
kasih sayang. Tanggung jawab dalam mendidik anak sungguh besar dan menyebar; seorang anak akan ditolong atau diperhatikan oleh setiap
orang dewasa yang ada. Menghadapi benteng orang dewasa yang terpadu, anak-anak jarang berperilaku salah; dan sekalipun mungkin
dikata-katai, tetapi jarang dihukum. Rasa malu adalah alat kendali yang paling utama yang sangat sering ditimbulkan di depan orang lain.
Berkelahi dan perilaku agresif sangat tidak disetujui dan orang Zuni dididik untuk mengendalikan nafsu mereka pada usia muda. Per-
tengkaran terbuka hampir tidak tampak. Nilai-nilai orang Zuni menekan- kan hormat, kerja sama dan ketiadaan persaingan, agresivitas atau
keserakahan. Ketidakwajaran dalam segala bentuk ditolak, dan alkohol umumnya ditolak karena mendorong perilaku yang tidak wajar. Harta di-
nilai untuk penggunaan langsung, bukan untuk prestise atau simbol keku- asaan. Walaupun orang Zuni tidak ambisius, mereka memperoleh keku-
asaan melalui pengalaman dalam upacara, nyanyian, dan fetis agama. Seorang yang miskin bukanlah orang yang tidak memiliki harta, tetapi
orang yang tidak memiliki sumber dan hubungan yang bersifat upacara seremonial. Kehidupan upacara memenuhi setiap segi kehidupan orang
Zuni.
Kerja sama, perilaku yang wajar dan minimnya individualisme me- resap dalam perilaku orang Zuni. Milik pribadi tidaklah penting dan siap
untuk dipinjamkan pada orang lain. Anggota rumah tangga yang bersifat matrilineal bekerja bersama sebagai suatu kelompok dan hasil tanaman
disimpan dalam gudang umum. Setiap orang bekerja untuk kepentingan kelompok, bukan untuk kepentingan pribadi. Peran pemimpin jarang
dicari tetapi harus dipaksakan pada seseorang. Isyu dan perselisihan
Di unduh dari : Bukupaket.com
27
diselesaikan secara wajar bukan dengan permohonan pada penguasa atau dengan mempertunjukkan kekuasaan atau dengan perdebatan yang
berkepanjangan, tetapi dengan diskusi yang lama dan sabar. Keputusan mayoritas sederhana tidak menyelesaikan persoalan secara menyenang-
kan, kesepakatan konsensus perlu dan kesepakatan bulat diharapkan.
Bagaimana perkembangan kepribadian orang Zuni? sangat ber- tentangan dengan kepribadian normal di antara orang Dobu. Bila bangsa
Dobu bersifat curiga dan tidak dapat dipercaya, bangsa Zuni mempunyai kepercayaan diri dan dapat dipercaya; bila bangsa Dobu cemas dan
merasa tidak aman, bangsa Zuni merasa aman dan tentram. Bangsa Zuni umumnya memiliki watak yang suka mengalah dan pemurah, sopan
dan suka bekerja sama. Bangsa Zuni adalah orang-orang konformis yang tanpa pikir, karena menjadi seseorang yang nyata-nyata berbeda dari
orang lain dapat menyebabkan seseorang atau kelompok itu sangat cemas. Hal ini membantu mengendalikan perilaku tanpa perasaan berdo-
sa dan bersalah yang banyak ditemukan dalam banyak masyarakat.
Bertolak dari contoh di atas, dapat diketahui ada beberapa segi dari kebudayaan yang mempengaruhi proses perkembangan kepriba-
dian, yaitu norma-norma kebudayaan masyarakat dan proses sosialisasi diri Horton, 1993. Norma-norma kebudayaan yang ada dalam ling-
kungan masyarakat mengikat manusia sejak saat kelahirannya. Seorang anak diperlakukan dalam cara-cara yang membentuk kepribadian. Setiap
kebudayaan menyediakan seperangkat pengaruh umum, yang sangat berbeda dari masyarakat ke masyarakat. Linton 1985 mengatakan
bahwa setiap kebudayaan menekankan serangkaian pengaruh umum terhadap individu yang tumbuh di bawah kebudayaan masyarakat.
Pengaruh-pengaruh ini berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan lain, tetapi semuanya merupakan denominator pengalaman bagi setiap
orang yang termasuk ke dalam masyarakat tersebut.
Penelitian dalam soal perkembangan kepribadian dalam kebudayaan juga telah gagal dalam membuktikan teori Freud tentang
hasil cara mengasuh anak yang khusus Eggan, 1943, Dai, 1957 dalam Horton, 1993. Dimana hasilnya menunjukkan bahwa suasana lingkungan
keseluruhan merupakan hal penting dalam perkembangan kepribadian, bukan cara tertentu yang spesifik. Apakah seorang anak diberi susu ASI
atau susu botol, tidaklah penting; yang penting adalah apakah cara pemberian susu itu dilakukan dalam kondisi yang merupakan suasana
mesra dan penuh kasih sayang dalarn dunia yang hangat dan aman; atau kejadian biasa yang terburu-buru dalam situasi yang tanpa perasaan,
kurang tanggap dan tidak akrab.
Seorang bayi lahir ke dunia ini sebagai suatu organisme kecil yang egois yang penuh dengan segala macam kebutuhan fisik.
Di unduh dari : Bukupaket.com
28
Kemudian ia menjadi seorang manusia dengan seperangkat sikap dan nilai, kesukaan dan ketidaksukaan, tujuan serta maksud, pola reaksi, dan
konsep yang mendalam serta konsisten tentang dirinya. Setiap orang memperoleh semua itu melalui suatu proses yang disebut sosialisasi.
Sosialisasi adalah suatu proses dengan mana seseorang menghayati mendarah dagingkan-internalize norma-nonna kelompok di mana ia
hidup sehingga timbullah diri yang unik. d. Pengalaman Kelompok
Pada awal kehidupan manusia tidak ditemukan apa yang disebut diri. Terdapat organisme fisik, tetapi tidak ada rasa pribadi. Kemudian
bayi mencoba merasakan batas-batas tubuhnya, mereka mulai menge- nali orang. Kemudian beranjak dari nama yang membedakan status
menjadi nama yang mengidentifikasi individu, termasuk dirinya. Kemudi- an mereka menggunakan kata saya yang merupakan suatu tanda yang
jelas atas kesadaran diri yang pasti. Suatu tanda bahwa anak tersebut telah semakin sadar sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya.
Horton, 1993. Dengan kematangan fisik serta akumulasi pengalaman- pengalaman sosialnya anak itu membentuk suatu gambaran tentang diri-
nya. Pembentukan gambaran diri seseorang mungkin merupakan proses tunggal yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian.
Pengalaman sosial merupakan suatu hal penting untuk pertum- buhan manusia. Perkembangan kepribadian bukanlah hanya sekedar
pembukaan otomatis potensi bawaan. Tanpa pengalaman kelompok, kepribadian manusia tidak berkembang. Bahkan dapat dikatakan bahwa
manusia membutuhkan pengalaman kelompok yang intim bila mereka ingin berkembang sebagai makluk dewasa yang normal.
Keberadaan kelompok dalam masyarakat merupakan suatu hal penting dalam perkembangan kepribadian seseorang, karena kelompok-
kelompok ini merupakan model untuk gagasan atau norma-norma peri- laku seseorang. Kelompok semacam itu disebut kelompok acuan
reference group. Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang terpenting, karena kelompok ini merupakan kelompok satu-satunya yang
dimiliki bayi selama masa-masa yang paling peka. Semua yang berwenang setuju bahwa ciri-ciri kepribadian dasar dari individu dibentuk
pada tahun-tahun pertama ini dalam lingkungan keluarga. Kemudian, kelompok sebaya peer group, yakni kelompok lain yang sama usia dan
statusnya, menjadi penting sebagai suatu kelompok referens. Kegagalan seorang anak untuk mendapatkan pengakuan sosial dalam kelompok
sebaya sering diikuti oleh pola penolakan sosial dan kegagalan sosial seumur hidup. Apabila seorang belum memiliki ukuran yang wajar
tentang penerimaan kelompok sebaya adalah sulit, kalau tidak dapat
Di unduh dari : Bukupaket.com
29
dikatakan mustahil, bagi seorang untuk mengembangkan gambaran diri yang dewasa sebagai seorang yang berharga dan kompeten.
Kelompok acuan ini dalam perkembangannya mengalami pergan- tian seiring dengan usia dan aktifitas individu yang bersangkutan. Hanya
perlunya disadari bahwa dari ratusan kemungkinan kelompok referens yang menjadi penting bagi setiap orang dan dari evaluasi kelompok ini
gambaran diri seseorang secara terus-menerus dibentuk dan diperba- harui. Oleh karena itu, tidaklah salah kalau dikatakan bahwa setiap
individu bisa menjadi acuan atau referens bagi individu lainnya dalam pembentukan kepribadian yang bersangkutan, demikian juga sebaliknya.
Masyarakat yang kompleksmajemuk memiliki banyak kelompok dan kebudayaan khusus dengan standar yang berbeda dan kadangkala
bertentangan. Seseorang dihadapkan pada model-model perilaku yang pada suatu saat dipuji sedang pada saat lain dicela atau disetujui oleh
beberapa kelompok dan dikutuk oleh kelompok lainnya. Dengan demikian seorang anak akan belajar bahwa ia harus tangguh dan mampu untuk
menegakkan haknya, namun pada saat yang sama ia pun harus dapat berlaku tertib, penuh pertimbangan dan rasa hormat. Dalam suatu ma-
syarakat di mana setiap orang bergerak dalam sejumlah kelompok dengan standar dan nilai yang berbeda, setiap orang harus mampu
menentukan cara untuk mengatasi tantangan-tantangan yang serba bertentangan.
e. Pengalaman yang Unik