yang menentukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap individu.
f. Faktor Emosional Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai
semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Dapat bersifat sementara ataupun menetap
persistentahan lama seperti prasangka sikap tidak toleran, tidak fair.
B. Pendidikan Multikultural
1. Definisi Pendidikan Multikultural
Banks 2001 berpendapat bahwa pendidikan multikultural merupakan suatu rangkaian kepercayaan
set of beliefs dan penjelasan yang mengkaji dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk gaya hidup,
pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara.
Pendidikan multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan, yang tujuan utamanya adalah merubah struktur lembaga
pendidikan supaya siswa baik pria dan wanita, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan budaya kultur yang
bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi Banks, 1993.
Pendidikan multikultural, adalah pendidikan yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai keyakinan, heterogenitas, pluralitas dan keragaman dalam
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Pendidikan multikultural tidak menjadikan semua manusia sebagai manusia yang bermodel sama, berkepribadian sama, berintelektual sama, atau
bahkan berkepercayaan yang sama pula Tilaar, 2003. Dengan demikian Pendidikan multikultural merupakan respon terhadap
perkembangan keragaman populasi di sekolah, sebagaimana tuntutan persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain pendidikan multikultural
merupakan pengembangan kurikulum dan aktifitas pendidikan dengan memperhatikan keragaman yang dimiliki di sekolah.
2. Pembelajaran Bermuatan Multikultural
Pembelajaran bermuatan multikultural yang dimaksud ialah pendidikan multikultural yang secara praktek telah diimplementasikan dan diintegrasikan
dalam pembelajaran maupun kebijakan sekolah. Dalam mengimplementasikan konsep pendidikan multikultural secara efektif dalam sistem pembelajaran,
sekolah harus memikirkan suatu strategi pendidikan persekolahan yang memperhatikan keseluruhan aspek pendidikan, yaitu kebijakan sekolah, kultur
sekolah, ciri khas belajar suatu sekolah, bahasa dan dialek suatu sekolah, program konseling penyuluhan, prosedur penilaian, materi pengajaran, kurikulum dan
mata pelajaran formal yang berhubungan dengan staf sekolah yaitu sikap, persepsi, juga perilaku YPSIM, 2012.
Kurikulum pendidikan multikultural menurut Smith dalam YPSIM, 2012 ialah kurikulum yang diposisikan pada empat pendekatan, yaitu :
a. Kurikulum sebagai silabus curriculum as a body of knowledge to be
transmitted
Universitas Sumatera Utara
b. Kurikulum sebagai produk curriculum as product
c. Kurikulum sebagai proses curriculum as process
d. Kurikulum sebagai praksis curriculum as praxis
Dalam hal ini, fokus diarahkan pada dua pendekatan, yaitu kurikulum sebagai silabus dan kurikulum sebagai proses. Kurikulum sebagai silabus dapat
dipahami sebagai sejumlah pernyataan atau pokok bahasan, bahan ajar, dan sejumlah mata pelajaran yang akan dijadikan sebagai bahan dalam proses
pembelajaran YPSIM, 2012. Menurut Smith dalam YPSIM, 2012, yang dimaksud kurikulum sebagai proses ialah interaksi antara guru, siswa, dan
pengetahuan di kelas. Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran dan semua yang dilakukan guru dan siswa di kelas adalah kurikulum.
3. Nilai-Nilai Pembelajaran Bermuatan Multikultural YPSIM