Fungsi Edukatif Mantra Keempat “Manifestasi Tuhan Pada Manusia”

88 Bapa putih, aling-alingana aku Bapak putih, lindungilah aku Sang Hyang Wening Dewa Wening Suksma sejati, jabang bayiku Suksma sejati, jabang bayiku Setelah dilakukan penjabaran bagian-bagian dalam jiwa dan raga, kemudian penjabaran itu ditutup dengan sebuah permintaan untuk sejahtera dan selamat. Tabel 22. Fungsi Edukatif Mantra “ Penjabaran Unsur Diri ” Mantra dalam Bahasa Asli Mantra dalam Bahasa Indonesia Hu teguh rahayu slamet Hidup dengan teguh sejahtera dan selamat Dengan menambahkan sebuah permintaan di akhir, dapat dipahami bahwa mantra kelima memiliki dua fungsi edukatif.Fungsi pertama, adalah memberikan pengetahuan tentang unsur-unsur yang terkandung di dalam seorang manusia bila dilihat melalui sudut pandang spiritual Hindu Jawa.Fungsi kedua, adalah mengajarkan bahwa sebelum memohon kepada Tuhan untuk suatu permintaan, umat diminta untuk terlebih dahulu memahami diri sendiri, dan mensyukurinya.

4.4.6 Fungsi Edukatif Mantra Keenam “Rangkuman Rangkaian Mantra dan Tribawana”

Mantra keenam memiliki fungsi untuk mengajarkan unsur-unsur pokok dari tribawana.Sehingga secara umum, mantra keenam dapat dipahami sebagai sebuah rangkuman dari keseluruhan rangkaian mantra, dan juga rangkuman dari unsur-unsur penting pada setiap dunia yang terkandung dalam tribawana. 89 Tabel 23. Fungsi Edukatif Mantra “ Rangkuman Rangkaian Mantra dan Tribawana ” Mantra dalam Bahasa Asli Mantra dalam Bahasa Indonesia Hong Hong Hong wilaheng hawigena Hong yang penuh dengan makna Hong bawana langgeng Hong alam yang abadi Hong hyang hyang hyang Hong Hyang Hyang Hyang Suksma sejati dewa kang linuwih Suksma sejati dewa yang paling utama Sang Hyang Jagad, Hyang Nagaraja Dewa bumi Hyang Nagaraja Pamonging jagad, Hyang Ismaya Pamong dunia, Hyang Ismaya Dhanyanging tanah Jawa, Eyang Kopek Dhanyang tanah Jawa, Eyang Kopek Secara edukatif, mantra keenam memiliki fungsi sebagai pengulang agar umat tidak melupakan bahwa keseluruhan rangkaian mantra dari mantra pertama hingga mantra kelima merupakan suatu kesatuan yang membentuk kesatuan tribawana.Hal ini penting agar sejak awal proses pembelajaran mantra, dapat tercipta keseimbangan dalam ketiga dunia tribawana.

4.4.7 Fungsi Edukatif Mantra Ketujuh “Harapan Kedamaian”

Mantra ketujuh, atau dikenal sebagai mantra penutup, tidak memiliki fungsi secara khusus.Mantra ini hanya merupakan harapan agar setelah dapat memahami keseluruhan rangkaian mantra, umat dapat hidup dengan sejahtera. Tabel 24. Fungsi Edukatif Mantra “ Harapan Kedamaian ” 90 Mantra dalam Bahasa Asli Mantra dalam Bahasa Indonesia Hong Hong Sidhem sidhem sidhem Damai damai damai Hong Hong Dengan melihat tujuan dari harapan umat dalam mantra ketujuh, dapat disimpulkan bahwa mantra penutup ini juga memiliki fungsi edukatif, yaitu pemahaman bahwa dengan mempelajari seluruh rangkaian mantra-mantra kedalaman, dan menerapkannya, seorang umat akan mampu hidup dengan sejahtera. . 90

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Struktur, Makna, dan Fungsi Mantra Hindu Jawa” tahun 2015, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Rangkaian tujuh mantra kedalaman bagi umat Hindu Jawa memiliki beberapa struktur yang dapat diidentifikasi dari hasil pembagian mantra-mantra pada bagian awal mantra, tubuh mantra, penutup mantra, diksi mantra, dan gaya bahasa mantra. Pada keseluruhan bagian awal dari ketujuh mantra kedalaman Hindu Jawa, ditemukan kata Hong yang selalu mengawali sebuah mantra. Kata Hong juga ditemukan pada bagian tubuh dan penutup mantra, tetapi pada bagian tersebut tidak ditemukan pola yang tetap. Penggunaan kata Hong pada bagian awal ketujuh mantra membuktikan bahwa Hong pada awal mantra berfungsi sebagai kata pembuka. Pada enam dari ketujuh mantra kedalaman Hindu Jawa, ditemukan penggunaan frasa Sang Hyang yang kemudian diikuti oleh nama Tuhan dan manifestasinya. Penggunaan frasa Sang Hyang yang hanya ditemukan pada bagian tubuh mantra membuktikan bahwa sebagian besar tubuh mantra berisi puji-pujian kepada Tuhan. Dari ketujuh mantra kedalaman Hindu Jawa, tidak ditemukan kesamaan bentuk pada bagian akhir mantra seperti pada bagian tubuh dan awal mantra. Hanya saja pada lima dari tujuh mantra, ditemukan penggunaan kata Hyang dan frasa Sang Hyang dengan tujuan permohonan. Penggunaan frasa Hyang dan Sang Hyang pada 91 bagian akhir mantra membuktikan bahwa terdapat kemiripan pada lima dari tujuh mantra, dan juga kemiripan pada akhir dan tubuh mantra. Yang membedakan adalah, pada akhir mantra, penggunaan kata Hyang dan frasa Sang Hyang berfungsi sebagai bentuk permohonan pada Tuhan maupun manifestasinya. Dengan membandingkan mantra-mantra yang digunakan oleh umat Hindu Jawa dengan mantra-mantra yang digunakan oleh umat Hindu Bali, dapat dibuktikan bahwa mantra-mantra Hindu Jawa menggunakan diksi yang berasal dari Bahasa Jawa dan Bahasa Jawa Kuna. Sedangkan mantra-mantra Hindu Bali menggunakan diksi yang berasal dari Bahasa Sansekerta. Dari keseluruhan rangkaian mantra kedalaman Hindu Jawa, dapat diidentifikasi adanya penggunaan majas metafora pada salah satu mantra yang mengacu kepada diri sendiri mikro kosmos. Penggunaan majas metafora pada salah satu mantra dipercaya sebagai cara mempermudah umat untuk memahami konsep mikro kosmos yang abstrak. Sedangkan pada keenam mantra-mantra lain tidak ditemukan majas metafora atau majas-majas lain. Rangkaian tujuh mantra kedalaman bagi umat Hindu Jawa memiliki makna yang kemudian diteliti dengan mencari makna referensialnya. Pemahaman makna referensial dipilah sesuai dengan pengelompokan mantra-mantra kedalaman Hindu Jawa, yaitu tiga mantra pertama yang dikenal sebagai mantra vertikal mantra yang mengarah pada Tuhan, kemudian tiga mantra berikutnya yang dikenal sebagai mantra horizontal mantra yang mengarah pada kehidupan di dunia baik kehidupan yang tampak maupun yang tidak tampak, kemudian satu mantra yang digunakan sebagai 92 penutup. Mantra vertikal pertama dari keseluruhan tiga mantra vertikal memiliki makna referensial yang secara umum menggambarkan betapa seorang manusia menyerahkan segalanya kepada Tuhan, dan mengakui kebesaran Tuhan secara total. Mantra vertikal kedua dari keseluruhan tiga mantra vertikal memiliki makna referensial yang secara umum mengharapkan manusia mampu menyadari bahwa dirinya dikelilingi oleh berkat Tuhan dan melalui mantra ini umat juga disadarkan untuk menghargai alam disekitarnya, karena alam ini tidaklah jauh berbeda dari seorang manusia.Alam di sekitar manusia juga merupakan buah dari manifestasi Tuhan. Mantra vertikal ketiga dari keseluruhan tiga mantra vertikal memiliki makna referensial yang secara umum menjelaskan bahwa di dalam setiap diri manusia terdapat rohyang merupakan akumulasi dari segala manifestasi Tuhan di dunia, sehingga melalui proses kontemplasi, manusia merupakan wujud kehidupan yang paling unggul. Melalui kesadaran bahwa dirinya unggul, manusia hendaknya mampu menerima tuntunan dari Tuhan. Mantra horizontal pertama dari keseluruhan tiga mantra horizontal memiliki makna referensial yang secara umum menjelaskan bahwa Tuhan telah memberikan kecukupan kebutuhan duniawi melalui cahaya-cahayanya. Tetapi melalui berkat- berkat Tuhan untuk memenuhi kebutuhan duniawi ini, kemudian akan timbul godaan dan cobaan. Sehingga penting untuk selalu menyadari bahwa segala kuasa di dunia tidak akan mampu menyaingi kuasa Tuhan.