Mantra Vertikal Makna Referensial Mantra Hindu Jawa

39 Bagaskara sebagai manifestasi Tuhan dijelaskan pada bagian mantra 29f yang berisi Kuasaning Sang Hyang Widhi.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada Dewa Bagaskara sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian pada bagian 29g, dijelaskan wujud nyata dari manifestasi Tuhan yang disebut sebagai Dewa Bagaskara, yaitu haparing tumuwuh dhumateng sadaya gesang, yang bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “memberi pertumbuhan kepada seluruh kehidupan”. Frasa ini memiliki referen yang mengacu kepada Dewa Bagaskara yang juga merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.Secara utuh paragraf kedua pada mantra ini mendeskripsikan berkat Tuhan yang telah diberikan kepada manusia melalui manifestasinya yaitu Dewa Bagaskara yang secara langsung telah memberikan pertumbuhan kepada seluruh kehidupan di bumi. Pada paragraf ketiga frasa pertama 29h, dituliskan manifestasi Tuhan yang ketiga, yaitu Sang Hyang Bagaspati.Frasa pertama dalam paragraf ketiga ini memiliki referen yang mengacu kepada sosok Dewa Bagaspati. Sosok Dewa Bagaspati sebagai manifestasi Tuhan dijelaskan pada bagian mantra 29i yang berisi Kuasaning Sang Hyang Widhi.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada Dewa Bagaspati sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian pada bagian 29j, dijelaskan wujud nyata dari manifestasi Tuhan yang disebut sebagai Dewa Bagaspati, yaitu haparing lestari dhumateng sadaya gesang, yang bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “memberi kelestarian kepada seluruh kehidupan”. Frasa ini memiliki referen yang mengacu kepada Dewa Bagaspati yang juga merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.Secara utuh 40 paragraf ketiga pada mantra ini mendeskripsikan berkat Tuhan yang telah diberikan kepada manusia melalui manifestasinya yaitu Dewa Bagaspati yang secara langsung telah memberikan kelestarian kepada seluruh kehidupan di bumi. Pada paragraf keempat frasa pertama 29k, dituliskan manifestasi Tuhan yang keempat, yaitu Sang Hyang Jagad.Frasa pertama dalam paragraf keempat ini memiliki referen yang mengacu kepada sosok Dewa Jagad. Sosok Dewa Jagad sebagai manifestasi Tuhan dijelaskan pada bagian mantra 29l yang berisi Kuasaning Sang Hyang Widhi.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada Dewa Jagad sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian pada bagian 29m, dijelaskan wujud nyata dari manifestasi Tuhan yang disebut sebagai Dewa Jagad, yaitu haparing dumadosing wujud gesang, yang bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “mewujudkan terwujudnya seluruh kehidupan”. Frasa ini memiliki referen yang mengacu kepada Dewa Jagad yang juga merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.Secara utuh paragraf keempat pada mantra ini mendeskripsikan berkat Tuhan yang telah diberikan kepada manusia melalui manifestasinya yaitu Dewa Jagad yang secara langsung telah mewujudkan seluruh kehidupan di bumi. Pada paragraf kelima frasa pertama 29n, dituliskan manifestasi Tuhan yang kelima, yaitu Sang Hyang Sitoresmi.Frasa pertama dalam paragraf kelima ini memiliki referen yang mengacu kepada sosok Dewa Sitoresmi. Sosok Dewa Sitoresmi sebagai manifestasi Tuhan dijelaskan pada bagian mantra 29o yang berisi Kuasaning Sang Hyang Widhi.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada Dewa Sitoresmi sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian pada 41 bagian 29p, dijelaskan wujud nyata dari manifestasi Tuhan yang disebut sebagai Dewa Sitoresmi , yaitu haparing cahya daya katresnan dhumateng sadaya gesang, yang bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “memberi cahaya kekuatan cinta kasih kepada seluruh kehidupan”. Frasa ini memiliki referen yang mengacu kepada Dewa Sitoresmi yang juga merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.Secara utuh paragraf kelima pada mantra ini mendeskripsikan berkat Tuhan yang telah diberikan kepada manusia melalui manifestasinya yaitu Dewa Sitoresmi yang secara langsung telah memberikan kekuatan agar seluruh kehidupan di bumi dapat saling mencintai dan mengasihi. Pada frasa pertama 29q, paragraf keenam, yang juga merupakan paragraf terakhir, dituliskan manifestasi Tuhan yang keenam yaitu Sang Hyang Kartika.Frasa pertama dalam paragraf keenam ini memiliki referen yang mengacu kepada sosok Dewa Kartika. Sosok Dewa Kartika sebagai manifestasi Tuhan dijelaskan pada bagian mantra 29r yang berisi Kuasaning Sang Hyang Widhi.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada Dewa Kartika sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian pada bagian 29s, dijelaskan wujud nyata dari manifestasi Tuhan yang disebut sebagai Kartika, yaitu haparing sifat watak dhumateng sadaya gesang yang bisa diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “memberi sifat watak kepada seluruh kehidupan”. Frasa ini memiliki referen yang mengacu kepada Dewa Kartika yang juga merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa.Secara utuh paragraf keenam pada mantra ini mendeskripsikan berkat Tuhan yang telah diberikan kepada manusia melalui manifestasinya yaitu Dewa Kartika yang secara langsung telah memberikan sifat 42 watak kepada seluruh kehidupan di bumi. Keseluruhan mantra ini merupakan pengingat sekaligus rasa syukur pada berkat-berkat tuhan yang telah diberikan pada manusia di dunia dalam bentuk manifestasi-manifestasinya.Melalui mantra ini, seorang manusia diharapkan mampu menyadari betapa dirinya dikelilingi oleh berkat Tuhan.Melalui mantra ini umat juga disadarkan untuk menghargai alam di sekitarnya, karena alam ini tidaklah jauh berbeda dari seorang manusia.Alam di sekitar manusia juga merupakan buah dari manifestasi Tuhan.

3.2.1.3 Mantra Vertikal Ketiga “Manusia Sebagai Dewa”

Mantra vertikal ketiga adalah mantra yang menggambarkan rasa syukur seorang manusia atas diberikannya kehidupanroh oleh Tuhan.Karena masyarakat Hindu Jawa mempercayai bahwa roh manusia adalah salah satu manifestasi Tuhan dewa yang paling sempurna. Dalam mantra ini manifestasi Tuhan yang berbentuk roh manusia disebutkan sebagai dewa kang linuwih, dalam Bahasa Indonesia dewa kang linuwih dapat diterjemahkan sebagai dewa yang paling unggul. Manusia disebut sebagai dewa kang linuwih karena keberadaan seorang manusia merupakan akumulasi dari keberadaan berbagai berkat TuhanDewa. Dalam membaca mantra ini kedua telapak tangan umat disatukan di depan dada. 30 a Hong b Sukma sejati dewa kang linuwih c Hinggih Sang Guru Sejati d Dados warananing Sang Hyang Widhi 43 e Haparing tuntunan dhumateng pepadhang saha keslametan Sama seperti mantra pada rangkaian mantra kedalaman lainnya, mantra pembuka dalam rangkaian mantra vertikal ketiga dibuka dengan kata Hong, seperti pada mantra 30a.Kata Hong adalah sebuah kata referensial karena kata Hong memiliki referen yang mengacu pada suatu situasi yang kosong, hening, tetapi penuh dengan isi.Yang dimaksud dengan kosong tetapi penuh isi adalah situasi batin seseorang ketika tengah bermeditasi.Penggunaan kata Hong di awal juga berfungsi sebagai pengantar bagi umat untuk mencapai tahap kosong yang penuh isi tersebut. Baris kedua 30b dalam mantra vertikal terakhir adalah sukma sejati dewa kang linuwih yang dapat diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia sebagai “sukma sejati dewa yang paling utama”.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada roh manusia yang disebut sebagai sukma sejati yang memang dianggap sebagai sebuah manifestasi Tuhan yang paling sempurna.Pada baris kedua 30c, dituliskan hinggih Sang Guru Sejati.Frasa ini dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “Yaitu guru sejati”.Frasa Sang Guru Sejati memiliki referen wujud roh manusia yang telah menemukan kesucian diri maupun keseimbangan antara duniawi dan surgawi yang mengacu pada baris sebelumnya 30b. Secara keseluruhan baris 30b dan 30c berarti suksma sejati adalah sungguh-sungguh dewa yang paling utama ketika sebuah suksma sejati telah menemukan keseimbangan dan mencapai titik pertemuan dengan Sang Guru Sejati. Tujuan dari penemuan Sang Guru Sejati dijelaskan pada baris 34d dan 44 30e. Pada baris 30d dituliskan dados warananing Sang Hyang Widhi, yang dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “menjadi sarana Tuhan Yang Maha Esa”. Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada sosok suksma sejati yang telah menemukan Sang Guru Sejati seperti yang dijelaskan pada baris sebelumnya sehingga dapat menjadi sarana dari Tuhan.Sedangkan pada baris 30e dituliskan haparing tuntunan dhumateng pepadhang saha keslametan yang dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “menjadi tuntunan kepada cahaya dan keselamatan”. Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada baris-baris sebelumnya, sehingga karena menjadi sarana Tuhan Yang Maha Esa, suksma sejati dewa kang linuwih yang telah menemukan Sang Guru Sejati dapat menjadi tuntunan kepada jalan hidup yang lebih baik. Secara garis besar mantra vertikal yang terakhir ini menjelaskan bahwa di dalam setiap diri manusia terdapat rohyang merupakan akumulasi dari segala manifestasi Tuhan di dunia, sehingga manusia merupakan wujud kehidupan yang paling unggul.Dengan kelebihan ini, manusia diharapkan dapat mencari keseimbangan dalam kehidupan dan menemukan Sang Guru Sejati. Karena setelah menemukan Sang Guru Sejati kemudian seorang manusia dapat sungguh- sungguh menjadi sarana Tuhan dan menemukan kebahagiaan maupun keselamatan. 45

3.2.2 Mantra Horizontal

Dengan alasan dan tujuan yang sama dengan kumpulan mantra vertikal, mantra horizontal terdiri dari tiga mantra. Ketiga mantra yang dianggap sebagai bagian dari kelompok mantra horizontal masih tetap mewakili tiga dunia, yaitu Tuhan, alam, dan diri sendiri.Meskipun masih menggunakan konsep tiga dunia tersebut, pada kelompok mantra horizontal ditemukan perbedaan mendasar yang membedakan kelompok mantra ini dengan kelompok mantra vertikal.Perbedaan tersebut dapat ditemukan pada mantra ketiga dalam kelompok mantra horizontal. Mantra ketiga yang seharusnya memiliki tema tentang mikrokosmos diri sendiri digantikan dengan mantra yang sifatnya merangkum ketiga dunia secara sekaligus dengan tujuan untuk menjelaskan proses penciptaan makhluk hidup. Sedangkan mantra yang bertema mikrokosmos diri sendiri berada pada mantra kedua.Dengan begitu mantra horizontal pertama dapat dimengerti sebagai mantra yang secara khusus mengacu pada rasa syukur dan harapan seorang manusia untuk mendapatkan kebahagiaan duniawi dari Tuhan. Mantra horizontal kedua adalah mantra yang menjabarkan proses terciptanya seorang manusia dengan beragam unsur-unsur spiritual yang terdapat di dalam diri seorang manusia. Mantra ketiga adalah mantra yang merangkum ketiga dunia jagad pepadhang, jagad ageng, jagad alit sesuai dengan urutan penciptaan makhluk hidup di dunia.

3.2.2.1 Mantra Horizontal Pertama “Manifestasi Tuhan Pada Manusia”

Mantra horizontal pertama sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan mantra vertikal kedua. Jika mantra vertikal ketiga mengekspresikan rasa syukur 46 pada Tuhan yang telah memberikan berkat melalui manifestasi-manifestasinya pada alam yang kemudian dapat dinikmati oleh manusia, maka mantra horizontal pertama mengekspresikan rasa syukur pada Tuhan karena telah memberikan berkat-berkat duniawi melalui kebesarannya, yang kemudian dapat dinikmati manusia secukupnya. Mantra horizontal pertama menjadi sangat penting karena melalui beragam berkat duniawi yang telah diberikan Tuhan untuk mencukupi kebutuhan duniawi, kemudian timbul berbagai macam godaan dan cobaan dalam hidup. Besarnya godaan dan cobaan dalam proses penerimaan kenikmatan duniawi yang diberikan Tuhan sepertinya sangat dipahami oleh penulis mantra, sehingga hal ini sangat ditekankan pada akhir mantra. Dalam membaca mantra ini, kedua tangan berada di depan kening memegang bunga warna putih. 31 a Hong b Kang maha suci c Kuasaning Sang Hyang Widhi d Haparing daya suci e Kang maha mulya f Kuasaning Sang Hyang Widhi g Haparing kamulyan h Kang maha agung i Kuasaning Sang Hyang Widhi j Haparing cekap tirah hing kabegjan k Kang maha purba l Kuasaning Sang Hyang Widhi 47 m Haparing handarbeni hing kadonyan n Kang maha kuasa o Kuasaning Sang Hyang Widhi p Haparing kalenggahan kuasa hangatur hing kadonyan q Kuasa kuasaning kuasa r Isih kuasa Kang Maha Kuasa s Gilang gumilang tan hana pindane t Sang Hyang Widhi yen ngendika hakarana warana Sama seperti mantra pada rangkaian mantra kedalaman lainnya, mantra pembuka dalam rangkaian mantra horizontal pertama dibuka dengan kata Hong, seperti pada mantra 31a.Kata Hong adalah sebuah kata referensial karena kata Hong memiliki referen yang mengacu pada suatu situasi yang kosong, hening, tetapi penuh dengan isi.Yang dimaksud dengan kosong tetapi penuh isi adalah situasi batin seseorang ketika tengah bermeditasi.Penggunaan kata Hong di awal juga berfungsi sebagai pengantar bagi umat untuk mencapai tahap kosong yang penuh isi tersebut. Pada baris 31b mantra horizontal pertama, dituliskan wujud Tuhan yang pertama, yaitu wujud yang kang maha suci.Baris 31b dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “yang maha suci”.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada wujud Tuhan sebagai sosok yang maha suci. Sosok Tuhan kemudian ditekankan pada baris 31c, Kuasaning Sang Hyang Widhi.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada wujud Tuhan sebagai sosok yang kang maha suci yang kemudian memiliki kuasa pada beragam hal yang berhubungan 48 dengan kesucian.Kuasa Tuhan sebagai sosok yang maha suci kemudian di jelaskan pada baris 31d.Pada baris ini dijelaskan wujud nyata di dunia dari kuasa Tuhan sebagai sosok yang maha suci yang haparing daya suci.Baris 31d dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “memberikan kekuatan kesucian”.Paragraf pertama dari mantra horizontal pertama dapat dimengerti sebagai berkat Tuhan yang diberikan di dunia sebagai sosok yang maha suci.Berkat yang diberikan ini adalah kekuatan kesucian. Pada baris 31e mantra horizontal pertama, dituliskan wujud Tuhan yang kedua, yaitu wujud yang kang maha mulya.Baris 31e dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “yang maha mulia”.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada wujud Tuhan sebagai sosok yang maha mulia. Sosok Tuhan kemudian ditekankan pada baris 31f, Kuasaning Sang Hyang Widhi.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada wujud Tuhan sebagai sosok yang yang maha muliayang kemudian memiliki kuasa pada beragam hal yang berhubungan dengan kemuliaan.Kuasa Tuhan sebagai sosok yang maha mulia kemudian di jelaskan pada baris 31g.Pada baris ini dijelaskan wujud nyata di dunia dari kuasa Tuhan sebagai sosok yang maha mulia yang haparing kamulyan.Baris 31g dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “memberikan kemuliaan”.Paragraf kedua dari mantra horizontal pertama dapat dimengerti sebagai berkat Tuhan yang diberikan di dunia sebagai sosok yang maha mulia.Berkat yang diberikan ini adalah kekuatan kemuliaan. Pada baris 31h mantra horizontal pertama, dituliskan wujud Tuhan yang kedua, yaitu wujud yang kang maha agung.Baris 31h dapat diterjemahkan ke 49 dalam Bahasa Indonesia sebagai “yang maha agung”.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada wujud Tuhan sebagai sosok yang maha agung. Sosok Tuhan kemudian ditekankan pada baris 31i, Kuasaning Sang Hyang Widhi.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada wujud Tuhan sebagai sosok yang yang maha agungyang kemudian memiliki kuasa pada beragam hal yang berhubungan dengan keagungan.Kuasa Tuhan sebagai sosok yang maha agung kemudian di jelaskan pada baris 31j.Pada baris ini dijelaskan wujud nyata di dunia dari kuasa Tuhan sebagai sosok yang maha agung yang haparing cekap tirah hing kabegjan. Baris 31j dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “memberikan keberuntungan yang cukup dan berlebih”.Paragraf pertama dari mantra horizontal ketiga dapat dimengerti sebagai berkat Tuhan yang diberikan di dunia sebagai sosok yang maha agung.Berkat yang diberikan ini adalah keberuntungan yang cukup dan berlebih. Pada baris 31k mantra horizontal pertama, dituliskan wujud Tuhan yang kedua, yaitu wujud yang kang maha purba.Baris 31k dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “yang maha tahu”.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada wujud Tuhan sebagai sosok yang maha tahu. Sosok Tuhan kemudian ditekankan pada baris 31l, Kuasaning Sang Hyang Widhi.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada wujud Tuhan sebagai sosok yang yang maha tahuyang kemudian memiliki kuasa pada beragam hal yang berhubungan dengan pengetahuan.Kuasa Tuhan sebagai sosok yang maha tahu kemudian di jelaskan pada baris 31m.Pada baris ini dijelaskan wujud nyata di dunia dari kuasa Tuhan sebagai sosok yang maha tahu yang haparing handarbeni hing kadonyan.Baris 50 31m dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “memberikan rasa memiliki di dunia”.Paragraf keempat dari mantra horizontal pertama dapat dimengerti sebagai berkat Tuhan yang diberikan di dunia sebagai sosok yang maha tahu.Berkat yang diberikan adalah rasa memiliki di dunia.Rasa memiliki di dunia adalah wujud akhir dari pengetahuan yang telah diberkatkan oleh Tuhan kepada manusia. Dengan kata lain, rasa memiliki akan timbul bagi manusia setelah mengetahui dan memahami terlebih dahulu. Pada baris 31n mantra horizontal pertama, dituliskan wujud Tuhan yang kedua, yaitu wujud yang kang maha kuasa.Baris 31n dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “yang maha kuasa”.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada wujud Tuhan sebagai sosok yang maha kuasa. Sosok Tuhan kemudian ditekankan pada baris 31o, Kuasaning Sang Hyang Widhi.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada wujud Tuhan sebagai sosok yang yang maha kuasayang kemudian memiliki kuasa pada beragam hal yang berhubungan dengan kekuasaan.Kuasa Tuhan sebagai sosok yang maha kuasa kemudian di jelaskan pada baris 31p.Pada baris ini dijelaskan wujud nyata di dunia dari kuasa Tuhan sebagai sosok yang maha kuasa yang haparing kalenggahan kuasa hangatur hing kadonyan.Baris 31p dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “memberikan kekuatan dalam menata kehidupan”.Paragraf kelima dari mantra horizontal pertama dapat dimengerti sebagai berkat Tuhan yang diberikan di dunia sebagai sosok yang maha kuasa.Berkat yang diberikan adalah kekuatan dalam menata kehidupan. Pada paragraf terakhir dalam rangkaian mantra pertama, baris 31q berisi 51 kuasa kuasaning kuasa, yang dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “sekuasa-kuasanya kekuasaan penguasa”.Frasa ini memiliki referen yang mengacu pada sosok seorang penguasa yang memiliki kekuasaan yang begitu besar.Sosok seorang penguasa yang begitu besar ini kemudian dibandingkan dengan sosok Tuhan pada baris 31r isih kuasa Kang Maha Kuasa, yang dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “lebih kuasa yang maha kuasa”.Baris 31r memiliki referen yang mengacu pada kekuasaan Tuhan yang maha kuasa.Dengan begitu baris 31q dan 31r merupakan perbandingan dari besarnya kekuasaan Tuhan yang tidak dapat disaingi oleh apapun di dunia. Kemudian pada baris 31s, kekuasaan Tuhan yang tidak dapat dibandingkan ini diberikan penekanan dalam bentuk lain sebagai kekuasaan yanggilang gumilang tan hana pindane, atau dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “terang benderang tanpa ada yang menyamai”. Baris 31s memiliki referen yang mengacu pada bentuk cahaya yang sangat terang hingga tidak tersaingi.Pada baris 31s, kekuasaan Tuhan yang begitu berkuasa digambarkan sebagai sebuah terang cahaya yang tidak dapat disaingi.Pada baris terakhir 31t, dijelaskan Sang Hyang Widhi yen ngendika hakarana warana, yang dapat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai “Tuhan Yang Maha Esa memberikan petunjuk melalui sarananya”.Baris ini memiliki referen yang mengacu pada sosok Tuhan, petunjuk atau biasa dimengerti dengan wahyu, dan sarananya yang mengacu pada berbagai berkat Tuhan di dunia. Baris terakhir ini merangkum berbagai berkat duniawi Tuhan sebagai bagian dari cara Tuhan untuk memberikan petunjuk. Mantra horizontal pertama merupakan wujud dari Tuhan yang telah