Contoh  596,  seperti  kucing  tidur  di  lantai bermakna  „sudah  tidak
kekurangan  lagi‟  widjoputri,2009:  93.  Dari  makna  tersebut,  kucing merepresentasikan  seseorang  yang  merasa  puas  karena  sudah  tidak  kekurangan
lagi.  Pada  kenyataannya,  seekor  kucing  yang  tidak  dipelihara  biasanya  hanya tidur  di  sembarang  tempat  dan  mencari  makanannya  sendiri.  Dalam  peribahasa
ini, kucing yang sudah tidur di lantai dimaknai sebagai satu hal yang sudah tidak kekurangan  lagi  sudah  dipelihara  dan  kucing  yang  sudah  dipelihara  biasanya
diberi makan oleh yang memelihara. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh 596 adalah penutur menggambarkan keadaan menyenangkan yang dialami oleh
seseorang, yakni merasa puas dengan keadaan yang sudah tidak kekurangan lagi. Konteks di sini misalnya dituturkan untuk menggambarkan keadaan seorang anak
gelandangan  misalnya  Hasan  yang  telah  diangkat  menjadi  seorang  anak  oleh keluarga yang berada. Tuturan tersebut muncul seperti contoh berikut:
“Lihatlah  Hasan  sekarang  seperti  kucing  tidur  di  lantai  setelah  ia
diangkat menjadi anak Pak Lurah”.
Contoh  597,  seperti  kuda  lepas  dari  pingitan bermakna  „orang  yang
sangat bahagia karena terlepas dari masalah‟ Widjoputri, 2009: 93. Dari makna tersebut,  kuda  merepresentasikan  orang  yang  bahagia.  Pada  kenyataannya  kuda
yang dipingit dikurung tidak akan dapat pergi ke tempat dimana banyak rumput ladang.  Dalam  konteks  ini  kuda  yang  lepas  dari  pingitan  kurungan
mendeskripsikan bahwa orang yang lepas dari masalah pingitan sudah pasti dia merasa bahagia. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh 597 adalah penutur
menggambarkan  keadaan  menyenangkan  yang  dialami  oleh  mitra  tutur,  yakni
seseorang merasa bahagia karena terlepas dari masalah. Masalah di sini misalnya perjodohan.  Ada  seorang  anak  gadis  misalnya  Ratna  yang  telah  dijodohkan
dengan  seorang  lelaki  yang  tidak  dicintainya.  Akan  tetapi  Ratna  berhasil menggagalkan perjodohan tersebut dengan cara mengenalkan lelaki pilihan Ratna
di  depan  keluarganya  yang  lebih  baik  dari  calon  yang  dijodohkan  oleh  orang tuanya.  Akhirnya  kedua  orang  tua  Ratna  membatalkan  perjodohan  itu  dan
merestui  Ratna  menikah  dengan  lelaki  pilihannya.  Untuk  itu  peribahasa  ini muncul seperti berikut:
“Lihatlah ratna seperti kuda lepas dari pingitan”.
3.9 Maksud Menggambarkan Keadaan Menyedihkan
Kata  menyedihkan  memiliki  arti,  yaitu  menimbulkan  rasa  sedih  pilu; menyusahkan hati, atau bersedih hati tentang sesuatu Sugono, dkk., 2008: 1238-
1239.  Maksud  menggambarkan  keadaan  yang  menyedihkan  adalah  satu  tuturan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur dengan tujuan memberi gambaran
tentang perasaan sedih, menyusahkan hati, atau bersedih hati tentang sesuatu hal. Seseorang  terkadang  ada  yang  mengalami  permasalahan  dalam  kehidupannya
yang  membuatnya  merasa  sedih.  Dengan  peribahasa  seseorang  dapat menggambarkan keadaan menyedihkan  yang dialami  oleh orang lain.  Peribahasa
yang  berunsur  nama  binatang  dalam  bahasa  Indonesia  dengan  maksud menggambarkan  keadaan  menyedihkan  tersebut  tampak  seperti  pada  contoh
berikut:
589 Seperti anak ayam kehilangan induknya Widjoputri, 2009: 88
590 Bagai kucing kehilangan anak Widjoputri, 2009: 15
591 Seperti cacing kepanasan Widjoputri, 2009: 90
Contoh  598,  seperti  anak  ayam  kehilangan  induknya  bermakna „menderita  kesusahan  karena  kehilangan  panutanpemimpinnya‟  Widjoputri,
2009:88. Dari makna tersebut, anak ayam merepresentasikan seorang anak buah dalam organisasi, sedangkan induk ayam merepresentasikan seorang pemimpin.
Pada  kenyataannya  apabila  anak  ayam  kehilangan  induknya  sudah  tentu  anak ayam  tadi  akan  kebingungan  lari  kesana-kemari  untuk  mencari  induknya.
Kebingungan di sini mendeskripsikan rasa susah. Berdasarkan maknanya, maksud contoh 598 adalah penutur menggambarkan keadaan menyedihkan yang dialami
oleh  mitra  tutur,  yakni  seseorang  merasa  kesusahan  karena  kehilangan panutanpemimpinnya. Misalnya peribahasa ini dituturkan untuk menggambarkan
sebuah  organisasi  yang  kehilangan  figur  seorang  pemimpin  karena  pemimpin sibuk dengan dunianya sendiri. Seperti terlihat dalam kalimat berikut:
“Sungguh  malang  nasibmu  anak  buah.  Kamu  tuh  seperti  anak  ayam kehilangan induknya
”.
Contoh  599,  bagai  kucing  kehilangan  anak bermakna  „seseorang  yang
sangat  gelisah  karena  berpisah  dengan  seseorang  yang  sangat  dicintainya Widjoputri, 2009: 15. Dari makna tersebut, kucing merepresentasikan seseorang
yang  mencintai  sesuatu.  Pada  kenyataannya,  kucing  merupakan  binatang penyanyang. Apabila seekor kucing betina yang kehilangan anaknya meninggal
pasti  kucing  ini  akan  mengeong  tanpa  henti  dan  berlarian  kesana-kemari  untuk
mencari  anak  yang  disanyanginya.  Mengeong  tanpa  henti  merepresentasikan perasaan  gelisah.  Dalam  hal  ini  gelisah  dimaknai  dengan  rasa  sedih  karena
berpisah dengan orang yang sangat dicintai. Berdasarkan makna tersebut, maksud dari  contoh  599  adalah  penutur  menggambarkan  keadaan  menyedihkan  yang
dialami oleh mitra tuturnya, yakni rasa gelisah karena berpisah dengan orang yang sangat  dicintainya.  Peribahasa  ini  sangat  sesuai  dituturkan  ketika  ada  seorang
perempuan yang baru saja putus dengan kekasihnya, dimana perempuan ini hanya berdiam  diri  di  kamar  dan  tidak  mau  makan  atau  keluar  dari  kamar.  Seperti
tampak dalam kalimat berikut: “Lihatlah Rani, sudah tiga hari dia tidak makan dan hanya di kamar terus.
Dia itu bagai kucing kehilangan anak setelah Hendi meninggalka
nnya”.
Tuturan di atas diucapkan oleh Ibu Rani selaku penutur dan mitra tuturnya di  sini  adalah  ayah  Rani.  Ibu  Rani  bermaksud  menggambarkan  keadaan
menyedihkan yang dialami Rani setelah kehilangan kekasihnya kepada ayah Rani. Contoh  600,  seperti  cacing  kepanasan
bermakna  „orang  yang  selalu gelisah,  karena  kehidupannya  penuh  dengan  masalah‟  Widjoputri,  2009:  90.
Dari  makna  tersebut,  cacing  merepresentasikan  orang  yang  selalu  gelisah.  Pada kenyataanya cacing itu bernapas dengan kulit mereka yang tipis, jika kulit cacing
mongering, cacing tanah akan mati lemas. Cacing sangat sensitif terhadap cahaya matahari  lansung  ataupun  suhu  panas  yang  dapat  membuat  kulit  mereka  kering.
Dalam konteks ini cacing yang terkena cahaya matahari langsung atau suhu panas sudah tentu cacing akan menggeliat-liat bahkan bisa sampai mati karena kulitnya