dan pantang menyerah untuk mencukupi segala kebutuhan hidup. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh 593 adalah penutur ingin menggambarkan suatu
keadaan wajar, yakni manusia itu harus bekerja keras supaya dapat mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Peribahasa ini misalnya dituturkan dalam konteks
pekerjaan, seperti tampak dalam kalimat berikut:
“Jika kita hanya diam tidak bekerja, darimana kita dapat uang? Ibarat ayam, tidak mengais tidak makan
”.
Tuturan di atas dapat dimaknai sebagai gambaran keadaan wajar, yakni jika kita sebagai manusia hanya diam saja tidak bekerja bagaimana kita dapat
mencukupi kebutuhan hidup kita. Untuk itu sudah hal wajar kita sebagai manusia harus bekerja keras untuk mencukupi segala kebutuhan, ibarat ayam yang selalu
mengais agar dapat makanan. Contoh 594, bangkai gajah tak dapat ditutup dengan nyiru bermakna
„kejahatan yang besar sangat sulit untuk disembunyikan‟ Widjoputri, 2009: 19. Dari makna tersebut, bangkai gajah merepresentasikan suatu kejahatan yang
besar. Pada kenyataannya seekor gajah memiliki tubuh yang besar, apabila gajah itu mati sudah tentu bangkai tubuhnya besar pula, sedangkan nyiru merupakan
alat rumah tangga, berbentuk bundar, dibuat dari bambu yang dianyam, gunanya untuk menampi beras, dsb. Berdasarkan kenyataan tersebut, sudah tentu bangkai
gajah yang besar jika hanya ditutup dengan nyiru, bangkai gajah tersebut tidak akan tertutup sepenuhnya. Bangkai gajah mendeskripsikan satu perilaku besar.
Perilaku besar di sini dimaknai sebagai suatu “kejahatan yang besar”, sedangkan
nyiru mendeskripsikan satu benda yang lebih kecil. Benda kecil di sini dimaknai dengan sesuatu yang tidak mungkin dapat dijadikan tempat persembunyian.
Berdasarkan maknanya,
maksud dari
contoh 594
adalah penutur
menggambarkan suatu keadaan wajar, yakni kejahatan yang besar sangat sulit untuk disembunyikan. Misalnya konteks di sini tentang kasus korupsi yang terjadi
di Indonesia. Seperti tampak dalam kalimat berikut: “Akhirnya Komisi Pemberantasan Korupsi menyatakan Ratu Atut
Chosiyah sebagai tersangka dalam kasus sengketa Pilkada Kabupaten Lebak,
karena sesungguhnya bangkai gajah tak dapat ditutup dengan nyiru
”.
3.8 Maksud Menggambarkan Keadaan Menyenangkan
Kata menyenangkan secara leksikal mempunyai makna, yaitu menjadikan senang atau membuat bersuka hati, membangkitkan rasa senang hati; memuaskan;
menarik hati, dan merasa senang atau puas akan; menyukai Sugono, dkk., 2008: 1267. Maksud menggambarkan keadaan yang menyenangkan adalah satu tuturan
yang diberikan penutur kepada mitra tutur dengan tujuan memberi gambaran tentang rasa senang hati, memuaskan, menarik hati. Dalam kehidupan manusia
pasti ada yang merasakan keadaan menyenangkan ketika mendapatkan sesuatu. Dengan sebuah peribahasa kita dapat menggambarkan keadaan menyenangkan
yang dialami oleh seseorang. Peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia dengan maksud menggambarkan keadaan menyenangkan
tampak seperti pada contoh berikut:
586 Seperti tikus jatuh ke beras Widjoputri, 2009: 96
587 Seperti kucing tidur di lantai Widjoputri, 2009: 93
588 Seperti kuda lepas dari pingitan Widjoputri, 2009: 93
Contoh 595 , bermakna „mendapatkan tempat yang membahagiakan dan
menguntungkan. Dari makna tersebut, tikus merepresentasikan orang yang sedang merasa senang atau bahagia. Pada kenyataannya, beras adalah salah satu makanan
yang disukai tikus. Jika tikus itu jatuh ke beras, sudah tentu itu menjadi tempat yang menguntungkan karena beras-beras tersebut akan dimakan. Tikus jatuh ke
beras mendeskripsikan
seseorang yang
mendapatkan tempat
yang membahagiakan dan menguntungkan. Berdasarkan maknanya, maksud dari
contoh 595 adalah penutur menggambarkan suatu keadaan yang menyenangkan yang dialami oleh seseorang, yakni mendapatkan tempat yang membahagiakan
dan menguntungkan. Peribahasa ini sangat cocok dituturkan dalam bidang pekerjaan. Misalnya salah satu karyawan memperoleh kenaikan pangkat di
perusahannya karena prestasinya dalam bekerja, seperti tampak dalam kalimat berikut:
“Ratri dulu itu cuma bawahan sekarang setelah jadi supervisor seperti tikus jatuh ke beras
”.
Tuturan di atas dapat dimaknai sebagai keadaan yang menyenangkan karena mitra tutur Ratri yang dulunya hanya pegawai bawahan kini ia menjadi
supervisor. Sudah tentu Ratri merasa bahagia dan beruntung karena kini dia menjadi pegawai yang akan disegani oleh teman-temannya dan gajinya pun juga
lebih banyak dari gaji yang sebelumnya.
Contoh 596, seperti kucing tidur di lantai bermakna „sudah tidak
kekurangan lagi‟ widjoputri,2009: 93. Dari makna tersebut, kucing merepresentasikan seseorang yang merasa puas karena sudah tidak kekurangan
lagi. Pada kenyataannya, seekor kucing yang tidak dipelihara biasanya hanya tidur di sembarang tempat dan mencari makanannya sendiri. Dalam peribahasa
ini, kucing yang sudah tidur di lantai dimaknai sebagai satu hal yang sudah tidak kekurangan lagi sudah dipelihara dan kucing yang sudah dipelihara biasanya
diberi makan oleh yang memelihara. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh 596 adalah penutur menggambarkan keadaan menyenangkan yang dialami oleh
seseorang, yakni merasa puas dengan keadaan yang sudah tidak kekurangan lagi. Konteks di sini misalnya dituturkan untuk menggambarkan keadaan seorang anak
gelandangan misalnya Hasan yang telah diangkat menjadi seorang anak oleh keluarga yang berada. Tuturan tersebut muncul seperti contoh berikut:
“Lihatlah Hasan sekarang seperti kucing tidur di lantai setelah ia
diangkat menjadi anak Pak Lurah”.
Contoh 597, seperti kuda lepas dari pingitan bermakna „orang yang
sangat bahagia karena terlepas dari masalah‟ Widjoputri, 2009: 93. Dari makna tersebut, kuda merepresentasikan orang yang bahagia. Pada kenyataannya kuda
yang dipingit dikurung tidak akan dapat pergi ke tempat dimana banyak rumput ladang. Dalam konteks ini kuda yang lepas dari pingitan kurungan
mendeskripsikan bahwa orang yang lepas dari masalah pingitan sudah pasti dia merasa bahagia. Berdasarkan maknanya, maksud dari contoh 597 adalah penutur
menggambarkan keadaan menyenangkan yang dialami oleh mitra tutur, yakni