Dan ada 70 nama binatang yang berunsur dua binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia, yaitu 1 anjing dan babi, 2 anjing dan kucing, 3 anjing dan
kuda, 4 anjing dan musang, 5 anjing dan gajah, 6 ayam dan elang, 7 ayam dan itik, 8 ayam dan musang, 9 ayam dan penyu, 10 balam dan ketitiran, 11
bangau dan badak, 12 bangau dan kerbau, 13 beruk dan kera, 14 buaya dan harimau, 15 buaya dan ikan, 16 burung dan ketam, 17 burung dan punai, 18
cacing dan ular, 19 cecak dan kaper, 20 elang dan agas, 21 elang dan ayam, 22  elang  dan  belalang,  23  elang  dan  buaya,  24  elang  dan  burung  pungguk,
25 elang dan murai, 26 elang dan musang, 27 elang dan punai, 28 enggang dan pipit, 29 gagak dan bangau, 30 gagak dan murai, 31 gajah dan babi, 32
gajah  dan  harimau,  33  gajah  dan  kancil,  34  gajah  dan  katak,  35  gajah  dan kera,  36  gajah  dan  kuman,  37  gajah  dan  pelanduk,  38  gajah  dan  rusa,  39
gajah  dan  tuma,  40  gajah  dan  udang,  41  gajah  dan  ular,  42  harimau  dan kambing,  43  harimau  dan  pelanduk,  44  harimau  dan  tikus,  45  ikan  dan
belalang,  46 ikan dan  burung, 47 ikan dan kucing, 48 kambing dan kerbau, 49 katak dan lembu, 50 kera dan belacan, 51 kerbau dan ayam, 52 kerbau
dan  harimau,  53  kerbau  dan  kuda,  54  kerbau  dan  sapi,  55  kucing  dan harimau, 56 kucing dan tikus, 57 kuda dan keledai, 58 kuda dan lembu, 59
lalat  dan  kerbau,  60  langau  dan  gajah,  61  musang  dan  ayam,  62  pipit  dan enggang,  63  pipit  dan  gajah,  64  semut  dan  belalang,  65  sepat  dan  cacing,
66 serigala dan domba, 67 tikus dan kucing, 68 udang dan ikan, 69 ular dan belut, serta 70 ular dan ikan.
Kedua,  ada  sepuluh  maksud  yang  direpresentasikan  oleh  nama  binatang dalam  peribahasa  bahasa  Indonesia,  yaitu  1  maksud  memuji,  2  maksud
menyindir, 3 maksud menasehati, 4 maksud menggambarkan perilaku baik, 5 maksud  menggambarkan  perilaku  buruk,  6  maksud  menggambarkan  keadaan
wajar,  7  maksud  menggambarkan  keadaan  menyenangkan,  8  maksud menggambarkan  keadaan  menyedihkan,  9  maksud  menggambarkan  keadaan
kecelakaan, dan 10 maksud menggambarkan keadaan sosial.
4.2 Saran
Penelitian tentang peribahasa  yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia  dapat  diperluas  lagi  permasalahannya.  Penelitian  tidak  hanya  tentang
peribahasa  yang  berunsur  nama  binatang  saja  melainkan  dapat  berunsur  referen lainnya,  misalnya  peribahasa  yang  berunsur  nama  tumbuhan,  peribahasa  yang
berunsur nama benda, dan peribahasa yang berunsur nama bagian tubuh manusia. Penelitian  tentang  peribahasa  juga  dapat  diperluas  dengan  mengambil  data  dari
surat kabar, tabloid, dan karya-karya sastra. Demikian saran penulis untuk peneliti selanjutnya. Semoga penelitian ini bermanfaat.
145
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin, dkk. 1988. Semantik: Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: CV Sinar Baru.
.  2002.  Analisis  Wacana  dari  Linguistik  sampai  Dekonstruksi. Yogyakarta: Penerbit Kanal.
Antono ,  Hery.  2011.  ”Kreativitas  dalam  Peribahasa  dan  Pemendekan”.  Dalam
Taum,  Yoseph  Yapi;  I.  Praptomo  Baryadi;  S.E,  Peni  Adji.  2011.  Bahasa, Sastra,  dan  Budaya  Indonesia  dalam  Jebakan  Kapitalisme.  Yogyakarta:
Penerbit Universitas Sanata Dharma, hlm. 59-67.
Barker,  Chris.  2005.  Cultural  Studies:  Teori  dan  Praktik.  Yogyakarta:  Kreasi Wacana.
Baryadi,  I.  Praptomo.  2002.  Dasar-dasar  Analisis  Wacana  dalam  Ilmu  Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondosuli.
.  2012.  Bahasa,  Kekuasaan,  dan  Kekerasan.  Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Chaer,  Abdul.  1989.  Pengantar  Semantik  Bahasa  Indonesia.  Jakarta:  Rineka Cipta.
.  1990.  Pengantar  Semantik  Bahasa  Indonesia.  Jakarta:  Rineka Cipta.
Depdikbud.  2008.  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia.  Jakarta:  Gramedia  Pustaka Utama.
Kartono,  ST.  2004. “Pembelajaran  Peribahasa:  Mengasah  Budi  Membangun
Pekerti”. Dalam Taum, Yoseph Yapi; I. Praptomo Baryadi; S.E Peni Adji. 2004.  Bahasa  Merajut  Sastra  Merunut  Budaya.  Yogyakarta:  Universitas
Sanata Dharma, hlm. 62-66.
Kridalaksana,  Harimurti.  2008.  Kamus  Linguistik.  Jakarta:  Gramedia  Pustaka Utama.
Kusuma,  Tri  Mastoyo  Jati.  2007.  Metode  Penelitian  Bahasa.  Yogyakarta: Carasvatibooks.
Lubis, A. Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.
Pusposaputro,  Sarwono.  2003.  Kamus  Peribahasa.  Jakarta:  Gramedia  Pustaka Utama.
Sadikin,  Mustofa.  2010.  Kumpulan  Sastra  Indonesia  Pantun  Puisi  Majas Peribahasa Kata Mutiara. Jakarta: Gudang Ilmu.
Sudaryanto.  1993.  Metode  dan  Aneka  Teknik  Analisis  Bahasa:  Pengantar Penelitian  Kebudayaan  secara  Linguitis.  Yogyakarta:  Duta  Wacana
University Press. Widjoputri,  A.  2009.  Kumpulan  Peribahasa    Pantun  Plus  Majas.  Jakarta:
Talenta Media. Wijana,  I  Dewa  Putu  dan  Muhammad  Rohmadi.  2011.  Semantik:  Teori  dan
Analisis. Surakarta: Yama Pustaka.
147
LAMPIRAN
A. Peribahasa yang Berunsur Satu Nama Binatang
1. Anjing
598 Anjing diberi makan nasi, bilakah kenyang? Widjoputri, 2009: 8
Tak ada gunanya menanamkan kebaikan pada orang yang jahat 599
Anjing ditepuk menjungkit ekor Widjoputri, 2009: 8 Orang yang tidak berbudi kalau dihormati malah menyombongkan
diri 600
Anjing itu jika dipukul sekalipun, berulang juga dia ke tempat yang banyak tulang Widjoputri, 2009: 8
Orang  jahat  pasti  akan  mengulang  kejahatannya  meskipun  kerap mendapat hukuman
601 Anjing mengulangi bangkai Sarwono, 2003: 15
Laki-laki yang mengulangi perbuatan tak senonoh 602
Anjing tiada bercawat ekor Sarwono, 2003: 16 Sesuatu  yang  hina  tak  indah  dan  tak  berguna  bagi  mata  sekalian
orang 603
Anjing manyalak kafilaf berlalu Sarwono, 2003: 17 Jalan terus, tak mengindahkan rintangan
604 Anjing menyalak tak akan menggigit Sarwono, 2003: 17
Ancaman yang tidak berbahaya 605
Anjing bersepit ekor Sarwono, 2003: 97 Lari
606 Arangnya tak termakan oleh anjing Widjoputri, 2009: 9
Bicaranya tajam dan sangat menyinggung perasaan 607
Anjing  itu  meskipun  dirantai  dengan  rantai  emas  sekalipun, niscaya berulang-ulang juga ia ke tempat najis Widjoputri, 2009:
9 Orang  yang  dasarnya  hina  tidak  akan  dapat  mengubah  tingkah
lakunya, meskipun ia diberi tempat yang baik dan layak
608 Bagai anjing beranak enam Widjoputri, 2009: 12
Perihal orang yang kurus sekali bagai tidak terurus 609
Bagai anjing kedahuluan Widjoputri, 2009: 12 Hal  seseorang  yang  sangat  kecewa  dan  gelisah,  karena  laba  yang
diharap-harap telah didapat orang lain 610
Bagai anjing melintang denai Sarwono, 2003: 16 Seorang yang sombong menunjukkan kesombongannya
611 Bagai anjing tersepit di pagar Sarwono, 2003: 16
Seseorang yang dalam kesusahan; halnya serba salah 612
Bagai disalak anjing bertuah Sarwono, 2003: 16 Tak  dapat  bertangguh,  permintaan  pasti  dikabulkan  anak-anak
yang tak dapat ditolak kehendaknya Sarwono, 2003: 16