1, dan air beriak tanda tak dalam 161, hilang di mata di hati jangan

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang nama-nama binatang yang digunakan di dalam peribahasa bahasa Indonesia dan deskripsi tentang maksud yang direpresentasikan oleh nama-nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretisnya adalah memperkaya khazanah linguistik, terutama dalam kajian semantik dan pragmatik. Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah mendokumentasikan atau mendaftar peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Bagi pengguna bahasa hasil penelitian tentang peribahasa nama binatang dapat menjadi rujukan untuk digunakan kembali dalam kehidupan sehari-hari.

1.5 Tinjauan Pustaka

Tulisan tentang peribahasa Bahasa Indonesia telah dikemukakan sebelumnya oleh Kartono 2004: 62-66 dan Antono 2011: 59-66. Kartono 2004: 62- 66, dalam artikel yang berjudul “Pembelajaran Peribahasa: Mengasah Budi Membangun Pekerti” dalam buku Bahasa Merajut Sastra Merunut Budaya, menjelaskan peribahasa adalah bahasa berkias yang berupa kalimat atau kelompok kata yang tetap susunannya. Kartono memberi sumbangan tentang pembelajaran peribahasa, yakni tentang budi pekerti. Kartono memaparkan pembelajaran peribahasa tentang budi pekerti kepada siswa adalah makna bijak yang terkandung di dalamnya. Tidak ada yang mengingkari bahwa setiap peribahasa memuat nasihat yang tidak terbantahkan. Setiap siswa diajak untuk merefleksikan peribahasa yang akan mendorong mereka mengambil setiap pengalamannya yang berkaitan dengan pesan-pesan nan bertuah. Antono 2011: 59- 66, dalam artikel yang berjudul “Kreativitas dalam Peribahasa dan Pemendekan” dalam buku Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia dalam Jebakan Kapitalisme, menjelaskan bahwa peribahasa merupakan sesuatu yang dimiliki masyarakat yang bersifat mapan. Antono memberi sumbangan tentang kreativitas yang terjadi dalam peribahasa yang memberikan nuansa lain dalam berbahasa. Setelah dilakukan tinjauan pustaka dari Kartono 2004 dan Antono 2011, dapat dicatat bahwa sudah dilakukan kajian tentang peribahasa. Hal tersebut berupa peribahasa secara umum. Namun, Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia belum pernah diteliti. Oleh karena itu, penelitian tentang Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia ini layak dilakukan.

1.6 Landasan Teori

Dalam landasan teori ini dipaparkan pengertian peribahasa, pengertian representasi, pengertian konteks, pengertian makna, dan pengertian maksud.

1.6.1 Peribahasa

Topik tentang peribahasa secara luas telah dikemukakan antara lain oleh Widjoputri 2009: iii. Widjoputri merumuskan peribahasa adalah bentuk pengucapan atau kata kiasan yang sering dijumpai dalam kesusasteraan lama yang mengandung makna tersembunyi. Peribahasa juga merupakan ungkapan yang dibentuk dari kalimat ringkas dan padat, yang biasa berisikan perbandingan, perumpamaan, sindiran, dan nasihat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 1055, peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan maksud tertentu dulu peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan. Peribahasa juga disebut sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. Menurut Sadikin 2010 : 31-32, peribahasa ialah bentuk pengucapan yang banyak dijumpai dalam kesusastraan lama, sebagai wakil cara berpikir bangsa kita di zaman lama itu. Perhubungan mereka yang rapat dengan sekelilingnya menimbulkan ilham dan kaca perbandingan bagi mereka terutamanya ahli-ahli fikirnya waktu itu. Peribahasa banyak digunakan dalam kehidupan keseharian orang pada masa dahulu untuk memberi nasihat, teguran atau sindiran dan mudah pula ditangkap oleh pihak yang dinasehatinya.

1.6.2 Representasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:1167, representasi adalah perbuatan mewakili, keadaan diwakili, dan apa yang mewakili; perwakilan. Menurut Barker 2005: 259, representasi merupakan suatu ekspresi langsung realitas sosial dan atau suatu distorsi potensial dan distorsi aktual atas realitas tersebut. 1.6.3 Konteks Menurut Lubis 2011 dalam Analisis Wacana Pragmatik, konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu; 1 konteks fisik physical context yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu; 2 konteks epistemis epistemic context atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara ataupun pendengar; 3 konteks linguistik linguistics context yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau satu tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; 4 konteks sosial social context, yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara penutur dengan pendengar. Dalam bahasa, tuturan patut dilandasi oleh konteks. Mengenai hal ini, Baryadi 2002 dalam Dasar-dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa-nya, perihal wacana dan konteks, mencantumkan apa yang pernah Hymes kemukakan, yakni: SPEAKING. Setiap huruf pada akronim tersebut bila dipanjangkan satu persatu, ialah: S setting and scene, P participants, E end, A act sequences, K key, I instrumentalities, N norms, dan G genres. Baryadi menyatakan 2002: 40, “Dari delapan butir konteks tersebut, sebenarnya yang mendasar hanyalah tiga jenis, yaitu pembicara speakeraddresserwriter, isi bicara topicinformation, dan mitra bicara listenerhearerreaderaddressee .” Begitu pula peribahasa juga membutuhkan setidaknya tiga butir kontesk yang mendasar tersebut. Aminuddin 2002: 36 mengutarakan, “Konteks ujaran merupakan konteks pertuturan berupa situasi, lokasi, persona yang terlibatkan, kondisi saat pertuturan berlangsung dan berbagai situasi dan kondisi pada umumnya yang memungkinkan terjadinya peristi wa tuturan.” Apa yang dinyatakan oleh Hamid Hasan Lubis, Baryadi, dan Aminuddin memacu kerangka pikir peneliti dalam memandang konteks tuturan. Dalam hal ini, konteks bersifat luas dan dinamis.

1.6.4 Makna

Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti Aminuddin, 1988: 53. Dari batasan pengertian itu dapat diketahui adanya tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya., yakni 1 makna adalah hasil hubungan