1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang nama-nama binatang yang digunakan di dalam peribahasa bahasa Indonesia dan deskripsi tentang maksud
yang direpresentasikan oleh nama-nama binatang dalam peribahasa bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat teoretis dan praktis.
Manfaat teoretisnya adalah memperkaya khazanah linguistik, terutama dalam kajian semantik dan pragmatik. Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah
mendokumentasikan atau mendaftar peribahasa yang berunsur nama binatang dalam bahasa Indonesia. Bagi pengguna bahasa hasil penelitian tentang
peribahasa nama binatang dapat menjadi rujukan untuk digunakan kembali dalam
kehidupan sehari-hari.
1.5 Tinjauan Pustaka
Tulisan tentang peribahasa Bahasa Indonesia telah dikemukakan sebelumnya oleh Kartono 2004: 62-66 dan Antono 2011: 59-66. Kartono
2004: 62- 66, dalam artikel yang berjudul “Pembelajaran Peribahasa: Mengasah
Budi Membangun Pekerti” dalam buku Bahasa Merajut Sastra Merunut Budaya, menjelaskan peribahasa adalah bahasa berkias yang berupa kalimat atau kelompok
kata yang tetap susunannya. Kartono memberi sumbangan tentang pembelajaran peribahasa, yakni tentang budi pekerti. Kartono memaparkan pembelajaran
peribahasa tentang budi pekerti kepada siswa adalah makna bijak yang terkandung di dalamnya. Tidak ada yang mengingkari bahwa setiap peribahasa memuat
nasihat yang tidak terbantahkan. Setiap siswa diajak untuk merefleksikan peribahasa yang akan mendorong mereka mengambil setiap pengalamannya yang
berkaitan dengan pesan-pesan nan bertuah. Antono 2011: 59-
66, dalam artikel yang berjudul “Kreativitas dalam Peribahasa dan Pemendekan” dalam buku Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia
dalam Jebakan Kapitalisme, menjelaskan bahwa peribahasa merupakan sesuatu yang dimiliki masyarakat yang bersifat mapan. Antono memberi sumbangan
tentang kreativitas yang terjadi dalam peribahasa yang memberikan nuansa lain dalam berbahasa.
Setelah dilakukan tinjauan pustaka dari Kartono 2004 dan Antono 2011, dapat dicatat bahwa sudah dilakukan kajian tentang peribahasa. Hal tersebut
berupa peribahasa secara umum. Namun, Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia belum pernah diteliti. Oleh karena itu, penelitian tentang
Peribahasa Berunsur Nama Binatang dalam Bahasa Indonesia ini layak dilakukan.
1.6 Landasan Teori
Dalam landasan teori ini dipaparkan pengertian peribahasa, pengertian representasi, pengertian konteks, pengertian makna, dan pengertian maksud.
1.6.1 Peribahasa
Topik tentang peribahasa secara luas telah dikemukakan antara lain oleh Widjoputri 2009: iii. Widjoputri merumuskan peribahasa adalah bentuk
pengucapan atau kata kiasan yang sering dijumpai dalam kesusasteraan lama yang mengandung makna tersembunyi. Peribahasa juga merupakan ungkapan yang
dibentuk dari kalimat ringkas dan padat, yang biasa berisikan perbandingan, perumpamaan, sindiran, dan nasihat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008: 1055, peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan
maksud tertentu dulu peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan. Peribahasa juga disebut sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi
perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. Menurut Sadikin 2010 : 31-32, peribahasa ialah bentuk pengucapan yang
banyak dijumpai dalam kesusastraan lama, sebagai wakil cara berpikir bangsa kita di zaman lama itu. Perhubungan mereka yang rapat dengan sekelilingnya
menimbulkan ilham dan kaca perbandingan bagi mereka terutamanya ahli-ahli fikirnya waktu itu. Peribahasa banyak digunakan dalam kehidupan keseharian
orang pada masa dahulu untuk memberi nasihat, teguran atau sindiran dan mudah pula ditangkap oleh pihak yang dinasehatinya.
1.6.2 Representasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:1167, representasi adalah perbuatan mewakili, keadaan diwakili, dan apa yang mewakili; perwakilan.
Menurut Barker 2005: 259, representasi merupakan suatu ekspresi langsung realitas sosial dan atau suatu distorsi potensial dan distorsi aktual atas
realitas tersebut. 1.6.3
Konteks
Menurut Lubis 2011 dalam Analisis Wacana Pragmatik, konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu; 1 konteks fisik
physical context yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan
atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu; 2 konteks epistemis epistemic context atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama
diketahui oleh pembicara ataupun pendengar; 3 konteks linguistik linguistics context yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului
satu kalimat atau satu tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; 4 konteks sosial social context, yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi
hubungan antara pembicara penutur dengan pendengar.
Dalam bahasa, tuturan patut dilandasi oleh konteks. Mengenai hal ini, Baryadi 2002 dalam Dasar-dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa-nya,
perihal wacana dan konteks, mencantumkan apa yang pernah Hymes kemukakan, yakni: SPEAKING. Setiap huruf pada akronim tersebut bila dipanjangkan satu
persatu, ialah: S setting and scene, P participants, E end, A act sequences, K key, I instrumentalities, N norms, dan G genres. Baryadi menyatakan
2002: 40, “Dari delapan butir konteks tersebut, sebenarnya yang mendasar hanyalah tiga jenis, yaitu pembicara speakeraddresserwriter, isi bicara
topicinformation, dan mitra bicara listenerhearerreaderaddressee .” Begitu
pula peribahasa juga membutuhkan setidaknya tiga butir kontesk yang mendasar tersebut.
Aminuddin 2002: 36 mengutarakan, “Konteks ujaran merupakan konteks pertuturan berupa situasi, lokasi, persona yang terlibatkan, kondisi saat pertuturan
berlangsung dan berbagai situasi dan kondisi pada umumnya yang memungkinkan terjadinya peristi
wa tuturan.” Apa yang dinyatakan oleh Hamid Hasan Lubis, Baryadi, dan Aminuddin memacu kerangka pikir peneliti dalam memandang
konteks tuturan. Dalam hal ini, konteks bersifat luas dan dinamis.
1.6.4 Makna
Makna ialah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti
Aminuddin, 1988: 53. Dari batasan pengertian itu dapat diketahui adanya tiga unsur pokok yang tercakup di dalamnya., yakni 1 makna adalah hasil hubungan