harimau  merepresentasikan  orang  yang  pandai,  sedangkan  menyembunyikan kuku  diperbandingkan  dengan  sifat  tidak  pamer.  Pada  kenyataannya,  seekor
harimau  ketika  menyembunyikan  kukunya  menandakan  bahwa  harimau  tersebut sedang  tidak  memperlihatkan  kebuasannya
,  „kebuasan‟  di  sini  dimaknai  dengan kepandaian  seseorang,  sedangkan  menyembunyikan  kuku  dimaknai  dengan  sifat
tidak  pamer.  Harimau  menyembunyikan  kuku  mendeskripsikan  orang  pandai yang  tidak  memamerkan  kepandaiannya.  Berdasarkan  maknanya,  maksud  dari
contoh  587  adalah  memberi  gambaran  perilaku  baik  yang  dimiliki  oleh seseorang yakni tidak pamer atau rendah diri.  Peribahasa ini sangat sesuai ketika
konteks  dituturkan  kepada  seorang  Profesor  yang  tidak  pernah  pamer  dengan kepandaiannya saat berada di depan umum, seperti tampak dalam kalimat berikut:
“Prof. Suprapto itu seperti harimau menyembunyikan kuku ya?”
Contoh  588,  gagak  bersuara  murai bermakna  „orang  bodoh  tetapi
bersuara dan berbudi bahasa baik‟. Dari makna tersebut, gagak merepresentasikan orang  bodoh,  sedangkan  murai  merepresentasikan  orang  yang  bersuara  dan
berbudi  bahasa  baik.  Pada  kenyataannya,  seekor  gagak  itu  bersuara  keras, sedangkan  murai  itu  burung  yang  kicauannya  kecil.  Suara  gagak  yang  keras
mendeskripsikan  satu  keadaan  orang  yang  bodoh,  sedangkan  kicauan  kesil  dari seekor  murai  mendeskripsikan  satu  sifat  baik  yakni  berbudi  bahasa  baik.
Berdasarkan maknanya, maksud contoh 588 adalah memberi gambaran perilaku baik, yakni perilaku berbudi bahasa baik atau tentang kesopanan, misalnya di sini
penutur  memiliki  teman  yang  bodoh  akan  tetapi  dia  berbudi  bahasa  baik  kepada semua orang. Penutur menuturkan peribahasa ini kepada anaknya mitra tuturnya
dengan  maksud  memberi  contoh  gambaran  perilaku  yang  baik  dari  temannya tersebut. seperti tampak dalam kalimat berikut:
“Lihatlah Pak Budi itu nak, dia itu bagai gagak bersuara murai”.
3.6 Maksud Menggambarkan Perilaku Buruk
Definisi dari perilaku buruk, yaitu sifat batin manusia yang memengaruhi segenap  pikiran  dan  tingkah  laku;  budi  pekerti;  tabiat  yang  jahat  atau  tidak
menyenangkan  Sugono,  dkk.,  2008:  227  1558.  Maksud  menggambarkan watak  buruk  adalah  satu  tuturan  yang  diberikan  oleh  penutur  kepada  mitra  tutur
dengan  tujuan  menggambarkan  tingkah  laku,  budi  pekerti,  dan  tabiat  yang  jahat atau  tidak  menyenangkan.  Manusia  terkadang  ada  yang  memiliki  perilaku-
perilaku  buruk  di  dalam  menjalani  kehidupannya.  Peribahasa  juga  dapat digunakan  untuk  menggambarkan  perilaku  buruk  seseorang.  Peribahasa  yang
berunsur  nama  binatang  dalam  bahasa  Indonesia  dengan  tujuan  menggambarkan perilaku buruk tersebut tampak seperti pada contoh berikut:
580 Seperti  lebah,  mulut  membawa  madu,  pantat  membawa  sengat
Widjoputri, 2009: 93 581
Badak makan anak Sugono, dkk., 2008: 110 582
Memukul kucing di dapur Widjoputri, 2009: 65
Contoh  589,  seperti  lebah,  mulut  membawa  madu,  pantat  membawa sengat
bermakna „berwajah rupawan, namun punya sifat yang sangat sombong‟. Dari makna tersebut, lebah merepresentasikan orang yang berwajah rupawan akan
tetapi  dia  sombong.  Pada  kenyataannya  seekor  lebah  itu  merupakan  serangga
penyengat,  seekor  lebah  yang  membawa  sengat  mendeskripsikan  satu  perilaku buruk yang dimiliki seseorang. Dalam konteks ini, perilaku buruk yang dimaksud
adalah  perilaku  sombong  atau  congkak.  Berdasarkan  maknanya,  maksud  dari contoh  589  adalah  memberi  gambaran  tentang  perilaku  buruk  seseorang,
perilaku buruk di sini yaitu sombong atau congkak, misalnya di sini penutur ingin menggambarkan  perilaku  buruk  mitra  tutur  yang  berwajah  rupawan  akan  tetapi
mempunyai sifat sombong, misalnya seperti tampak dalam peribahasa berikut:
“Kau  ini  seperti  lebah,  mulut  membawa  madu,  pantat  membawa sengat
”.
Contoh  590,  badak  makan  anak bermakna  „ayah  membuang  anaknya
karena  takut  akan  musnah  kebesarannya  pada  raja-raja  zaman  dahulu  Sugono, dkk.
,  2008:  110‟.  Dari  makna  tersebut,  badak  merepresentasikan  seorang  ayah yang egois dan tidak bertanggung jawab. Pada kenyataannya seekor badak adalah
binatang pemakan rumput akan tetapi jika secara fisik badak tidak kuat bisa juga badak makan anaknya sendiri. Badak makan anak mendeskripsikan seorang ayah
yang  membuang  anaknya  sendiri.  Membuang  anaknya  sendiri  dimaknai  sebagai bagian dari perilaku buruk seseorang karena dia tidak bertanggung jawab sebagai
orang  tua  yang  seharusnya  merawat  sang  anak  sampai  tumbuh  dewasa,  bukan malah  membuangnya.  Berdasarkan  maknanya,  maksud  dari  contoh  590  adalah
memberi  gambaran  perilaku  buruk  seseorang,  perilaku  buruk  di  sini  adalah perilaku  tidak  bertanggung  jawab  perihal  ayah  yang  membuang  anaknya  sendiri
untuk  kepentingan  kekuasaannya.  Dalam  konteks  ini  misalnya  peribahasa  ini dituturkan kepada seorang Raja yang telah membuang anak perempuannya karena
yang  diharapkan  adalah  seorang  anak  lelaki  yang  dapat  meneruskan  tahtanya. Misalnya tampak dalam kalimat berikut:
“Raja Senopati bagai badak makan anak”.
Contoh  591,  memukul  kucing  di  dapur bermakna  „menyakiti  keluarga
sendiri‟  Widjoputri,  2009:  65.  Dari  makna  tersebut,  kucing  merepresentasikan sebuah keluarga. Pada kenyataannya kucing biasanya menjadi binatang piaraan di
rumah  dan  bisa  dijadikan  binatang  kesayangan  seseorang.  Dalam  konteks  ini menjadi  binatang  kesayangan  dimaknai  sebagai  keluarga  sendiri.  Ketika  kucing
dipukul dimaknai dengan seperti kita menyakiti keluarga kita sendiri. Berdasarkan maknanya,  maksud  dari  contoh  591  adalah  menggambarkan  perilaku  buruk
seseorang, perilaku buruk di sini yakni menyakiti keluarga sendiri. Konteks di sini misalnya  dituturkan  kepada  seorang  anak  misalnya  Malin  yang  tidak  mau
mengakui  ibunya  di  depan  teman-temannya  karena  ibunya  adalah  seorang pengemis.  Suatu  ketika  ibu  Malin  sedang  mengemis  di  tempat  di  mana  Malin
sedang berkumpul dengan teman-temannya. Karena Malin malu kalau itu ibunya Malin langsung mengusir sang ibu agar pergi dan salah satu tetangganya melihat
kejadian tersebut, lalu munculah tuturan seperti contoh berikut:
“Malin kau ini telah memukul kucing di dapur, karena sebenarnya yang
kau usir itu adalah ibumu sendiri”.