Maksud Menggambarkan Keadaan Kecelakaan
Contoh 604, ayam berinduk, sirih berjunjung bermakna „melindungi
yang lemah supaya selamat‟ Widjoputri, 2009: 11. Dari makna tersebut, ayam dan sirih merepresentasikan seseorang yang memiliki gambaran sifat melindungi
atau menolong. Pada kenyataannya, seekor ayam membutuhkan induk untuk melindunginya hingga dewasa, di sini induk ayam dimaknai sebagai orang yang
mampu melindungi anaknya. Sama halnya dengan sirih, tanaman ini juga memerlukan junjungan atau tempat tanaman menjalar atau melilit agar tanaman
ini dapat tumbuh. Berdasarkan makna di atas, contoh 604 memiliki gambaran keadaan
sosial, yakni berkaitan dengan masyarakat yang mampu melindungi yang lemah supaya selamat. Konteks di sini misalnya dituturkan untuk menggambarkan
program pemerintah yang peduli dengan keluarga miskin di Indonesia. Seperti dalam kalimat berikut:
“Pemerintah akan membagikan Kartu Keluarga Sejahtera bagi keluarga
yang kurang mampu, sudah sewajarnya pemerintah itu seperti ayam berinduk, sirih berjunjung
”.
Tuturan di atas dapat dimaknai sebagai gambaran keadaan sosial yang ada di Indonesia, dimana pemerintah melindungi keluarga kurang mampu supaya
kehidupan rakyatnya sejahtera. Contoh 605, masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang
kerbau menguak bermakna „dimanapun kita tinggal hendaklah kita turut adat
istiadat negeri itu‟ Widjoputri, 2009: 66. Dari makna tersebut, kambing dan
kerbau merepresentasikan seseorang yang sopan atau seseorang yang pandai menyesuaikan diri apabila berada di negeri orang. Pada kenyataannya, kambing
itu bersuara mengembik dan kerbau itu bersuara menguak. Kambing mengembik dan kerbau menguak dimaknai dengan penyesuaian diri seseorang di suatu
tempat. Gambaran keadaan sosial di sini adalah sopan santun atau penyesuaian diri seseorang ketika berada di negeri orang.
Berdasarkan makna di atas, contoh 605 memiliki gambaran keadaan sosial yang terpancar dari perilakunya yakni seseorang yang diharuskan turut adat
istiadat ketika berada di negeri orang. Konteks di sini misalnya, penutur menggambarkan keadaan seorang lelaki bujang yang baru saja pindah rumah dan
kini tinggal di suatu tempat yang memiliki aturan tertentu misalnya aturan perempuan dan laki-laki tidak boleh tinggal satu rumah jika belum resmi
menikah. Sebagai masyarakat yang menghargai aturan di tempat itu sudah seharusnya dia tidak melanggar aturan tersebut. Munculah peribahasa seperti
berikut:
“Sudah seharusnya warga baru itu masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang kerbau menguak
”.
Contoh 606, gajah mati meninggalkan tulang bermakna „jasa baik
seseorang yang telah mati, dikenang juga‟ Sarwono, 2003: 106. Dari makna tersebut, gajah merepresentasikan seseorang yang berjasa baik semasa hidupnya.
Pada kenyataannya, gajah binatang yang hidupnya berkelompok dan memiliki perilaku kesetiakawanan yang sangat tinggi. Gajah selalu berjalan bersama, tidak
pernah meninggalkan yang kecil atau yang sakit. Perilaku kesetiakawanan inilah yang mendeskripsikan jasa baik seseorang. Ketika gajah mati tentu saja
meninggalkan tulang-tulang berharga yang dapat dimuseumkan guna pengetahuan anak cucu di masa mendatang. Gambaran keadaan sosial di sini ialah jasa baik
dari seseorang pasti akan dikenang ketika sudah tiada. Berdasarkan
makna di
atas, contoh
606 memiliki
maksud menggambarkan keadaan sosial seseorang yakni jasa baik seseorang yang dapat
dijadikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Dalam konteks ini misalnya peribahasa ini dituturkan untuk menggambarkan jasa Raden Ajeng Kartini yang
telah memperjuangkan kesetaraan hak bagi kaum perempuan. Seperti tampak dalam kalimat berikut:
“Bagai gajah mati meninggalkan tulang, itulah sebabnya setiap tanggal
21 April diperingati sebagai Hari Kartini”.
142