terbitnya dibedakan atas majalah bulanan, majalah tengah bulanan, majalah mingguan dan sebagainya.
Majalah lazimnya berjilid, sampul depannya dapat berupa ilustrasi foto, gambar atau lukisan tetapi dapat pula berisi daftar isi atau artikel utama serta
kertas yang digunakan lebih mewah dari surat kabar. Majalah sebagai salah satu bentuk dari media massa yang snagat perlu diperhatikan keheterogenan pembaca
yang merupakan ciri dari komunikasi massa. Majalah adalah terbitan berkala yang berita bacaannya ditujukan untuk umum dan ditulis oleh beberapa orang dengan
bahasa yang popular sehingga mudah dipahami oleh masyarakat. Menurut Junaedhie 1991:54, dilihat dari isinya majalah dibagi menjadi 2
jenis, yaitu: a.
Majalah Umum Majalah yang memuat karangan-karangan, pengetahuan umum, komunikasi
yang menghibur, gambar-gambar, olahraga, film dan seni. b.
Majalah Khusus Majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang
khusus seperti majalah keluarga, politik dan ekonomi.
2.1.3 Representasi
Representasi merupakan tindakan yang menghadirkan sesuatu lewat sesuatu yang lain diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau simbol Pilang,
2006:24. Representasi adalah proses dan hasil yang memberi makna khusus pada tanda. Melalui representasi, ide-ide ideologis dan abstrak mendapat bentuk
abstraknya. Representasi juga berarti sebuah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, video,
film, fotografi, berita dsb. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahsa. Ada empat komponen dasar dalam industri media yang mengemas
pesan dan produk: 1.
Khalayak yang memperoleh pesan dan mengkonsumsi produk 2.
Pesan atau produk itu sendiri 3.
Teknologi yang selalu berubah, yang membentuk baik industri maupun bagaimana pesan tersebut dikomunikasikan
4. Dan penampakan akhir dari produk itu tersebut
Komponen-komponen ini yang secara bersamaan berinteraksi di sekitar dunia sosial dan budaya, menempati suatu ruang yang diperjuangkan secara terus-
menerus. Perubahan garis bentuk ruang ini dapat menimbulkan pola-pola dominasi dan representasi yang berbeda-beda.
Menurut Stuart Hall 1977 Representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat
luas, kebudayaan menyangkut pengalaman berbagi. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama jika manusia-manusia yang ada disitu membagi
pengalaman yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam bahasanya yang sama dan saling berbagi konsep-konsep yang sama.
Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memahami sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan semua
ini karena ia beroperasi sebagai sistem representasi lewat bahasa simbol-simbol
dalam tanda tertulis, lisan atau gambar kita mengungkapkan pikiran, konsep dan ide-ide tentang sesuatu, makna sesuatu hal sangat tergantung dari cara kita
merepresentasikannya. Dengan mengamati kata-kata dan image yang kita gunakan dalam merepresentasikan sesuatu atau bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita
berikan pada sesuatu tersebut. Untuk menjelaskan bagaimana representasi makna lewat bahasa bekerja,
kita bisa memaknai representasi. Pertama adalah pendekatan reflektif. Disini bahasa berfungsi sebagai cermin yang merefleksikan makna yang sebenarnya dari
segala sesuatu yang ada didunia. Kedua, pendekatan intensional dimana kita menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara
pandang kita terhadap sesuatu. Sedangkan yang ketiga, adalah pendekatan konstruksionis, pendekatan ini kita percaya bahwa kita mengkonstruksi makna
lewat bahasa yang kita pakai. Bagi Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama, mental yaitu
konsep tentang sesuatu yang ada dikepala kita masing-masing peta konseptual. Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, bahasa
yaitu berperan penting pada proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang lazim, supaya kita
dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.
Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dini dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem
peta konseptual kita. Dalam proses kedua kita mengkonstruksi seperangkat rantai
korespondensi antara peta konseptual dengan bahasa atau simbol makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-sama
itulah yang dinamakan representasi. Juliastuti, 2000:httpkunci.or.idteks04rep2.htm
2.1.4 Kredibilitas
Kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan. Aplikasi umum yang sah dari istilah kredibilitas berkaitan dengan
kesaksian dari seseorang atau suatu lembaga selama persidangan. Kesaksian haruslah kompeten dan kredibel apabila ingin diterima sebagai bukti dari sebuah
isu yang diperdebatkan. Kredibilitas dari saksi atau pihak tergantung kepada kemampuan hakim atau juri di negara yang menggunakan sistem juri untuk
mempercayai dan menyakini apa yang ia katakan, dan terkait dengan akurasi dari kesaksiannya sendiri terhadap logika, kebenarannya, dan kejujuran. Kredibilitas
pribadi tergantung pada kualitas dari seseorang yang akan mengarahkan juri untuk percaya atau tidak percaya kepada apa yang ia katakan www.wikipedia.com.
Seorang hakim haruslah independen, tidak memihak kepada siapapun juga walaupun itu keluarganya, kalau sudah dalam sidang semuanya diperlakukan
sama. Hakim juga adalah pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman
yang syarat dan tata cara pengangkatan, pemberhetian dan pelaksanaan tugasnya ditentukan oleh undang-undang.
Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional. Kode etik hakim disebut juga kode kehormatan
hakim.
Tugas hakim adalah mengkonstatir, mengkwalifisir dan kemudian mengkonstituir. Apa yang harus dikonstatirnya adalah peristiwa dan kemudian
peristiwa ini harus dikwalifisir, pasal 5 ayat 1 UU. 141970 mewajibkan hakim mengadili menurut hukum. Maka oleh karena itu hakim harus mengenal hukum di
samping peristiwanya. Hakim harus berpegang kepada Tri Parasetya Hakim Indonesia. Hakim
harus dapat membedakan antar sikap kedinasan sebagai jabatannya sebagai pejabat negara yang bertugas menegakkan keadilan dengan sikap hidup sehari-
hari sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat. Untuk membedakan itu hakim mempunyai kode etik sendiri bagaimana supaya dia dapat mengambil sikap.
Zaman sekarang kadang-kadang hakim salah menempatkan sikapnya, yang seharusnya sikap itu harus dilingkungan keluarga, ia bawa waktu persidangan. Ini
tentunya akan mempengaruhi putusan. Untuk jabatan hakim, Kode Etik Hakim disebut Kode Kehormatan Hakim
berbeda dengan notaris dan advokat. Uraian Kode Etik Hakim meliputi : 1. Etika keperibadian hakim
2. Etika melakukan tugas jabatan 3. Etika pelayanan terhadap pencari keadilan
4. Etika hubungan sesama rekan hakim 5. Etika pengawasan terhadap hakim
Setiap hakim bertanggung jawab atas perbuatannya di bidang hukum peradilan. Tanggung jawab tersebut dibedakan antara tanggung jawab undang-
undang public dan tanggung jawab moral. Tanggung jawab undang-undang