memegang timbangan pengadilan, dan terdapat tiga iblis dengan menghambur- hamburkan uang mengitari manusia.
3. Interpretant
Adalah tanda yang ada dalam bentuk seseorang tentang obyek yang dirujuk sebuah tanda. Interpretant dalam penelitian ini adalah hasil dari interpretasi
dari peneliti. Berdasarkan obyeknya Peirce membagi tanda atas icon ikon, index
indeks, symbol simbol. Ketiga kategori tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Ikon icon
Adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petanda bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara
tanda dan obyek atau acuan yang bersifat kemiripan. Ikon dalam karikatur yang dimuat dalam majalah Tempo adalah seorang manusia, iblis dan timbangan.
2. Indeks index
Adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang
langsung mengacu pada kenyataan. Indeks dalam karikatur majalah Tempo adalah teks “Keadilan tak berpihak dan keadilan tak bisa dibeli”, teks “Lihat Lawan
Laporkan”, teks “KPK Komisi Pemberantasan Korupsi”. 3.
Simbol symbol Adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda
dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat abitrer atau semena, hubungan
berdasarkan konvensi perjanjian masyarakat. Simbol dalam karikatur yang dimuat dalam majalah Tempo ini adalah jubah, dasi, timbangan , lingkaran
malaikat, iblis, uang, kepala manusia yang botak, hidung bulat dan tangan yang bulat, warna background dan bercak tinta pada tulisan judul.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Majalah Tempo
Diawali peristiwa tahun 1969, dimana era keterbukaan setelah berbagai peristiwa politik dalam negeri yang dianggap kacau, seorang Goenawan
Mohammad mempunyai ide untuk membuat majalah yang dianggap baru. Sebagai langkah perbedaan dari membanjirinya hiburan waktu itu. Namun
dengan semangat yang besar, tantangan ekonomi yang morat-marit mencoba untuk dilawan.
Majalah Ekspress kemudian dibentuk oleh tiga orang pers senior yakni Goenawan Mohammad, Christianto Wibisono, dan Fikri Jufri, dengan dibantu
oleh B.M.Diah. Ketiganya adalah wartawan Harian Kami. Namun perpecahan diantara pengelola terjadi., tidak luput kemudian Goenawan dan kawan-kawan
melakukan eksodus. Berita ini kemudian menyebar sampai ke telinga ketua Yayasan Jaya Raya, Ir. Ciputra, yang juga mendirikan Djaja. Lewat Lukman
Setiawan, Ciputra mencoba berdialog dengan Goenawan. Hasil rembugan tersebut menghasilkan gagasan baru, majalah Tempo dikelola 30 orang, eks
pengelola Ekspress dan Djaja. Akhirnya, pada akhir Desember 1970 dengan rekomendasi Adam Malik, Menteri Penerangan waktu itu, Budhiharjo
mengeluarkan SIT atas nama Tempo. Adapun ide dasarnya adalah mengambil bentuk yang mirip dengan Time atau Newsweek di Amerika. Dibawah
60
naungan kelompok Perusahaan Grafiti Pers. Dengan dibantu oleh Gubernur DKI Jakarta waktu itu Ali Sadikin, Tempo mulai memproses persiapan
penerbitan. Baru setelah pemrosesan SIT tahun 1971, Tempo baru bisa terbit pada bulan September. Dengan jumlah halaman untuk pertama kalinya 80
halaman. Pertama kali terbit, Tempo telah mampu menjual sekitar 45.000
eksemplar baik sebagai perkenalan atau dijual bebas. Dan semakin bertambah tahun, akhirnya pada tahun 1977 meningkat menjadi 50.000 eksemplar.
Tempo pertama kali menempati kantor di Jalan Senen Raya 83 Jakarta. Dengan Goenawan Mohammad sebagai pemimpin umum merangkap
pemimpin redaksi. Sedangkan untuk pimpinan perusahaan dipercayakan kepada Harjoko Trisnadi. Meskipun dengan kantor yang sempit, namun tidak
mengahalangi semangat idealisme yang tinggi. Tempo seperti bekerjaran dengan waktu dan belomba dengan penerbitan, khususnya majalah yang telah
ada. Namun dengan segala kelebihan dan kehandalan Goenawan Mohammad yang memang sudah senior dibidangnya, dengan dibantu oleh Bang Ali
Sadikin selaku Gubernur DKI, maka Tempo berani memilih visi dan misi pers menuju pers yang serius yang lebih menonjolkan diri pada politik,
menyuarakan kebenaran lewat ulasan dan kritikan, saran atas keputusan yang diambil oleh penguasa atau masalah-masalah yang sedang actual dn hangat
dibicarakan oleh masyarakat. Nampaknya pilihan ini berdampak cukup serius, sebab baru dua tahun
terbit sudahpernah mendapat teguran dari pemerintah, lewat Departemen