9 Kompetensi menumbuhkembangkan kelembagaan.
Kompetensi agen pemberdayaan dalam menumbuhkan kelembagaan masyarakat meliputi: kemampuan dalam menguatkan atau menghidupkan
kelembagaan yang sudah ada di masyarakat, kemampuan dalam membentuk kelembagaan yang belum ada tetapi diperlukan oleh masyarakat,
mensinergikan kelembagaan yang telah ada di masyarakat dengan kelembagaan di luar masyarakat.
10 Kompetensi pendampingan.
Pendampingan merupakan salah satu kemampuan yang sangat perlu dimiliki oleh agen pemberdayaan. Pendampingan ini tugasnya bukan
menggurui, tetapi lebih tepat sebagai fasilitator, komunikator, dinamisator, dan pembimbing masyarakat di lapangan.
11 Kompetensi Teknologi Informasi dan komunikasi
Kompetensi ini bagi agen pemberdayaan dapat berfungsi mulai dari: mencari informasi yang berkembang sesuai kebutuhan pemberdayaan,
sebagai media komunikasi baik dengan masyarakat maupun dengan pihak lain dalam mendukung kegiatan pemberdayaan; sebagai media pendidikan
dalam menambah wawasan dan ketrampilan serta mencari dukungan partisipasi pihak-pihak luar yang mendukung kegiatan pemberdayaan.
12 Kompetensi mencari sponsorship.
Terkait dengan menarik dukungan sponsorship, agen pemberdayaan perlu memiliki kemampuan dalam melakukan pendekatan atau menjelaskan
berbagai program pemberdayaan. Agen pemberdayaan juga dituntut perlu
47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki keuletan dan bekerja keras untuk dapat memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Dalam aspek lain diperlukan adanya kejujuran dan
keterbukaan dari agen pemberdayaan dalam menggunakan dana atau dkungan lainnya dari pihak sponsor, sehingga akan dipercaya oleh para donatur.
13 Kompetensi mempengaruhi media massa.
Kompetensi ini memungkinkan agen pemberdayaan untuk mempengaruhi media massa untuk mendukung kegiatan pemberdayaan
dengan menonjolkan nilai positif dan daya tarik. Daya tarik kegiatan pemberdayaan antara lain: tingkat partisipasi masyarakat, berbagai kegiatan
pemberdayaan, niai-nilai empati, dan kepedulian sosial baik secara individu ataupun lembaga. Dalam hal ini, kreativitas agen pemberdayaan sangat
diperlukan.
2.4. Kerangka Berpikir
Berdasarkan berbagai kajian di atas, kerangka berpikir penelitian ini dapat dijabarkan dalam skema 2.1. Berikut ini.
48 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKEMA 2.1 KERANGKA BERPIKIR
Program Pemanfaatan Dana Aksi Puasa Pembangunan di Keuskupan Agung Semarang
Potensi Keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana Aksi Puasa Pembangunan di Keuskupan Agung Semarang
Model Ecclesia Social Responbility Management Evaluasi
Alat Ukur Prinsip-Prinsip Ajaran Sosial Gereja
Hormat pada Martabat dan hidup manusia
Kesejahteraan Umum
Subsidiaritas
Solidaritas
Kategori-Kategori Community Empowerment dalam Dimensi Corporate Social Responbility
Konsep Community Empowerment
Partisipasi Masyarakat
Kompetensi Agen Pemberdayaan
49 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pengantar
Sebagaimana telah diuraikan dalam bab-bab terdahulu, Program Pemanfaatan Dana APP merupakan salah satu bentuk dimensi sosial Gereja dalam
upaya merespon dan menangani masalah sosial. Dalam demensi ini, signifikansi dan relevansi Gereja bagi masyarakat tampak dalam keterlibatan Gereja dalam
pergulatan hidup masyarakat. Gereja ikut ambil bagian dalam kehidupan bersama secara khusus dalam pengembangan sosial ekonomi, maupun dalam
memperjuangkan keadilan, kedamaian dan keutuhan alam ciptaan Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang, 2011. Program Pemanfaatan Dana APP
merupakan fenomena kompleks yang memuat dimensi Social Responbility Management dalam konteks prinsip-prinsip Ajaran Sosial Gereja. Agar fenomena
kompleksitas tersebut dapat ditangkap dengan baik dan dapat dilakukan evaluasi kinerja dan keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana APP, serta faktor-faktor
yang berkaitan dengan kedua hal tersebut secara holistik, maka penelitian ini menggunakan trianggulasi data dan metode analisis Sugiyono, 2014:397; Yin,
1987: 119 - 122. Secara spesifik, penelitian ini menggunakan desain studi kasus embedded,
dimana analisis mengenai kinerja dan tingkat keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana APP dan hal-hal yang berkaitan dengan keduanya dilakukan berdasarkan
fenomena Program Pemanfaatan Dana APP secara holistik dan hal-hal detail
50 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terkait unit-unit dalam Program Pemanfaatan Dana APP. Pendekatan dengan menggunakan sub-subunit analisis yang terjalin ini memungkinkan desain yang
lebih kompleks bisa berkembang. Subunit tersebut dapat menambah peluang- peluang signifikan bagi analisis yang lebih luas, yang mengembangkan bagian-
bagian kasus tunggal yang bersangkutan Yin, 2014:54. Selanjutnya, menurut Yin pendekatan studi kasus dapat dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan
evaluasi terkait kinerja dan keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana APP 2014:17.
Bab ini akan mendiskusikan metodologi yang digunakan oleh peneliti dalam mengevaluasi kinerja dan keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana APP
di Keuskupan Agung Semarang, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan kedua hal tersebut. Bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, membahas
paradigma penelitian dan penggunaan trianggulasi dalam penelitian ini. Bagian kedua akan membahas mengapa penelitian ini menggunakan strategi studi kasus.
Ketiga, akan membahas metoda penelitian yang mencakup Desain Penelitian; Data dan Metode Pengumpulan Data; serta Metode Penelitian dan Alat Analisis
yang akan digunakan dalam penelitian ini.
3.2. Paradigma Penelitian dan Triangulasi
Dalam kerangka menempatkan secara tepat posisinya di dalam penelitian, peneliti yang menggunakan sebuah metode penelitian tertentu harus mengetahui
dan memahami paradigma yang memayungi metode yang diterapkannya tersebut. Pemahaman terhadap posisinya tersebut, akan membantu peneliti dalam
51 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menempatkan penelitian dan pemikiran-pemikirannya pada posisi yang tepat dan memiliki alasan-alasan atas setiap pertanyaan yang berkaitan dengan posisinya
tersebut. Bagian ini adalah kajian tentang paradigma penelitian yang menaungi atau menjadi landasan pemikiran tesis ini.
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan
peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai
landasan untuk menjawab masalah penelitian Guba dan Lincoln, 1988: 80- 115.
Mengacu pada definisi paradigma tersebut, dapat kita ketahui bahwa paradigma ilmu itu beragam, ini didasarkan pada pandangan dan
pemikiran filsafat ilmuwan yang berbeda-beda. Dimana, masing-masing aliran filsafat tersebut memiliki cara pandang tersendiri mengenai hakikat sesuatu serta
mempunyai ukuran-ukuran tertentu tentang kebenaran. Perbedaan aliran filsafat yang dijadikan pijakan berpikir oleh para ilmuwan , berakibat pada perbedaan
paradigma yang dianut, baik menyangkut tentang hakikat apa yang harus dipelajari, obyek yang diamati maupun metode penelitian yang digunakan.
Perbedaan paradigma yang dianut para ilmuan ternyata tidak hanya berakibat pada perbedaan skema konseptual penelitian, melainkan juga pada
pendekatan yang melandasi semua proses dan kegiatan penelitian Creswell, 2009: 7-28. Dalam praktek penelitian ilmiah, setidaknya terdapat dua pendekatan
untuk menjawab permasalahan penelitian yang timbul sebagai suatu fenomena yang harus dicari jawabannya, yaitu: penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
52 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI