taraf direktive kaidah untuk kehidupan di tengah masyarakat; dan taraf deliberative hati nurani, yang dipanggil untuk mengantarai norma objektif serta
norma umum dalam situasi sosial yang konkret dan tertentu. Ketiga taraf ini secara implisit menentukan pula metode yang tepat serta struktur epistemologis
yang khas dari ajaran sosial Gereja Pontifical Council for Justice and Peace, 2005:73.
Terkait dengan tujuan penelitian tesis ini, maka pada komponen landasan teori mengenai Ajaran Sosial Gereja akan dipaparkan mengenai tiga hal, yaitu:
pengertian tentang Ajaran Sosial Gereja, catatan historis perjalanan Ajaran Sosial Gereja dan prinsip-prinsip Ajaran Sosial Gereja. Selanjutnya, untuk kepentingan
penyusunan instrumen evaluasi Program Pemanfaatan Dana APP di Keuskupan Agung Semarang akan digunakan prinsip-prinsip Ajaran Sosial Gereja yang
merupakan nilai-nilai penting yang dirangkum dari setiap Ajaran Sosial Gereja yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya.
2.2.1. Pengertian tentang Ajaran Sosial Gereja
Istilah “Ajaran Sosial Gereja” atau dalam bahasa Inggris sering disebut Social Doctrines of the Catholic Church menunjuk pertama-tama pada Ajaran
para Paus dalam Ensiklik atau Surat Apostolik mengenai persolan-persoalan sosial sejak Surat Ensiklik Rerum Novarum dari Paus Leo XIII. Perhatian Gereja
untuk persoalan-persoalan sosial tentu saja tidak baru dimulai dengan dokumen tersebut, karena Gereja tidak pernah lupa menunjukkan perhatiannya terhadap
masyarakat. Namun demikian, Ensiklik Rerum Novarum menandai permulaan
21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kesadaran-kesadaran baru dalam hidup menggereja. Kesadaran baru ini dalam hal keterlibatan umat Katolik pada persoalan-persoalan politik, keadilan kerja, tata
ekonomi dan relasi perdagangan, tata damai dunia, relasi pemilik modal dan buruh, kesehatan dan hidup manusia, teknologi komunikasi, radio, film, aneka
perkembangan dan kemajuan global, hak asasi dan kebebasan beragama, kebebasan beremigrasi dan menentukan nasionalitas, soal-soal lingkungan dan
pemanasan global. Ajaran Sosial Gereja bertujuan agar hidup beriman tidak hanya dipenuhi
oleh sekedar “perbuatan-perbuatan saleh pribadi”, melainkan menampilkan dinamika partisipasi hidup beriman yang kongkret dalam pengalaman suka dan
duka masyarakat. Ajaran Sosial Gereja memiliki tujuan agar umat beriman bertindak, bergerak, bekerja bersama-sama dalam cara-cara yang efektif untuk
membangun tata hidup manusia. Cara efektif diwujudkan dalam aneka kerja sama pemberdayaan dan pengentasan sesama dari keterpurukan Riyanto,
2015:3. Selanjutnya, dalam Ajaran Sosial Gereja terdapat pemahaman yang
menyeluruh mengenai keterlibatan nyata bagaimana iman Katolik mendorong umat untuk berkarya nyata. Ajaran Sosial Gereja memiliki jalan pikiran yang
integral dalam semua tahapan. Pada prinsipnya dokumen-dokumen Ajaran Sosial Gereja berpolakan jalan pikiran To see, judge and act seperti yang termuat dalam
Ensiklik Mater et Magistra dari Yohanes XXIII Riyanto, 2015:12. To see memuat maksud bahwa Gereja pertama-tama menyimak, mendengarkan dan
mempelajari segala persoalan yang ada dalam realitas sosial. To judge
22 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI