serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri Ife, 1995. Dalam hal ini, konsep pemberdayaan dikaitkan dengan
proses mendidik dengan tujuan peningkatan kualitas individu, kelompok masyarakat supaya mampu berdaya, memiliki daya saing, serta mampu hidup
mandiri. Pemberdayaan memiliki makna kesetaraan, adil dan demokrasi tanpa
adanya tekanan atau dominasi dalam suatu komunitas atau masyarakat. Perbedaan karakter dan kemampuan individu adalah suatu keniscayaan. Namun setiap
individu memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Realitas kesetaraan dan perbedaan individu ini menjadi prinsip dalam melakukan pemberdayaan. Dengan
demikian pemberdayaan merupakan proses meningkatkan kemampuan individu atau masyarakat untuk berdaya yang dilakukan secara demokratis agar mampu
membangun diri dan lingkungannya dalam meningkatkan kualitas kehidupannya sehingga mampu hidup mandiri dan sejahtera Anwas, 2014:50.
Penuntasan kemiskinan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat menekankan pada proses bukan semata-mata output dari proses tersebut. Oleh
karena itu ukuran keberhasilan pemberdayaan adalah seberapa besar partisipasi atau keberdayaan yang dilakukan oleh individu atau masyarakat. Semakin banyak
masyarakat terlibat dalam proses tersebut, semakin berhasil kegiatan pemberdayaan tersebut. Keberdayaan dalam konteks masyarakat merupakan
kemampuan individu berpartisipasi aktif dalam masyarakat Anwas, 2014:51.
39 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dalam kerangka penelitian ini , upaya memberdayakan masyarakat, akan dilihat dari tiga sisi. Pertama, memberdayakan analog dengan membangun
kondisi yang mendorong potensi masyarakat berkembang . Pijakan dari konsep ini adalah bahwa setiap individu atau masyarakat memiliki kapasitas yang dapat
dikembangkan. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan kapasitas yang
dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan. Kedua, memperkuat kapasitas atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Konsep ini dapat direalisasikan melalui
kegiatan pendidikan, pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan. Individu dan masyarakat perlu dibiasakan untuk belajar menggunakan berbagai sumber
yang tersedia. Sumber belajar bisa berupa buku, orang lain, alat, bahan dan juga lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Ketiga, dalam istilah pemberdayaan
termuat juga pengertian menggerakkan partisipasi aktif individu dan masyarakat seluas-luasnya. Partisipasi ini mulai dari tahapan perencanaan, pengembangan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
2.3.2. Partisipasi Masyarakat
Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat tentu membutuhkan partisipasi masyarakat, terutama partisipasi masyarakat yang menjadi sasaran
program. Tanpa partisipasi masyarakat, maka efektivitas pelaksanaan program perlu dipertanyakan. Oleh karena itu, dinamika partisipasi masyarakat dalam
program pemberdayaan masyarakat dipandang sebagai salah satu indikator penting dalam pemberdayaan masyarakat Anwas,2014:92. Partisipasi
40 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
masyarakat mempunyai peranan penting ,hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa masyarakat dapat berperan bukan saja sebagai objek tetapi juga berperan
sebagai subyek. Partisipasi masyarakat pada dasarnya merupakan kesediaan secara
sukarela dari seseorang untuk membantu kegiatan pembangunan yang berlangsung di daerahnya. Partisipasi yang dilakukan dengan sukarela tersebut
akan membuat masyarakat merasa turut menjadi bagian dari kegiatan tersebut Mulyadi, 2011:21. Keith Davis dalam Sastropoetro, 1988:89 mengartikan
partisipasi sebagai keterlibatan mental atau pikiran dan emosi atau perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Tingkat partisipasi masyarakat sebagai salah satu indikator keberhasilan pemberdayaan perlu diketahui agen pemberdayaan. Oleh karena itu indikator
dalam mengevaluasi tingkat partisipasi masyarakat penting untuk dipahami. Mengukur partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan indikator
kuantitatif dan kualitatif Ife dan Tesoriero, 2008. Indikator kuantitatif dalam mengukur partisipasi mencakup:
1 perubahan-perubahan positif dalam layanan lokal;
2 jumlah pertemuan dan jumlah peserta;
3 proporsi berbagai bagian dari kehadiran masyarakat;
4 jumlah orang yang dipengaruhi oleh isu;
5 jumlah pemimpin lokal yang memegang peranan;
41 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6 jumlah warga lokal yang memegang peran dalam program;
7 jumlah warga lokal dalam berbagai aspek program dan pada waktu yang
berbeda-beda. Semakin tinggi skor dari indikator-indikator tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa secara kuantitatif partisipasi masyarakat juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Secara kualitatif indikator dalam mengukur partisipasi masyarakat
mencakup: 1
suatu kapasitas masyarakat yang tumbuh untuk mengorganisasi aksi; 2
dukungan yang tumbuh dalam masyarakat dan jaringan yang bertambah kuat; 3
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hal-hal seperti keuangan dan manajemen program;
4 keinginan masyarakat untuk terlibat dalam pembuatan keputusan;
5 peningkatan kemampuan dari mereka yang berpartisipasi dalam mengubah
keputusan menjadi aksi; 6
meningkatnya jangkauan partisipasi melebihi program untuk mewakilinya dalam organisasi-organisasi lain;
7 pemimpin-pemimpin yang muncul dari masyarakat;
8 meningkatnya jaringan dengan program-program, masyarakat dan organisasi
lainnya; dan 9
mulai mempengaruhi kebijakan.
Indikator-indikator partisipasi tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif dapat menjadi acuan dalam mengukur partisipasi masyarakat yang
42 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
efektif dalam kegiatan pemberdayaan. Agen pemberdayaan dapat menentukan sejumlah indikator atau seluruh indikator tersebut berdasarkan kebutuhan dan
kondisi yang ada. Agen pemberdayaan juga dapat menentukan jumlah indikator minimun atau indikator prioritas, indikator yang mempresentasikan proses
partisipasi, serta sesuai dengan tujuan dari kegiatan pemberdayaan tersebut.
2.3.3. Kompetensi Agen Pemberdayaan
Usaha-usaha pembangunan suatu masyarakat selalu ditandai oleh adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses
perubahan tersebut. Mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai agen perubahan. Nama yang diberikan sesuai dengan misi yang ingin dibawa, yakni
membuat suatu perubahan yang berarti bagi sekelompok orang. Agen pembaharu dalam konteks pemberdayaan lebih tepat disebut sebagai Agen Pemberdayaan.
Agen pemberdayaan disyaratkan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Kompetensi memberdayakan masyarakat
yang berorientasi pada kegiatan menumbuhkan partisipasi masyarakat, program pemberdayaan yang berdasarkan pada kebutuhan dan potensi masyarakat serta
dilakukan dengan menggunakan pendekatan holistik. Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman maka kompetensi agen
pemberdayaan dalam melakukan pemberdayaan sumber daya manusia perlu dinamis. Kompetensi dalam pemberdayaan masyarakat memiliki makna upaya
kemampuan yang harus dimiliki oleh para agen pemberdayaan masyarakat. Kompetensi yang diwujudkan dalam pengetahuan dan ketrampilan serta ditunjang
43 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
oleh sikap yang diperlukan dalam kegiatan pemberdayaan yang dapat diuraikan dalam beberapa dimensi sebagai berikut ini Anwas, 2014:61-79.
1 Kompetensi pemahaman sasaran.
Kompetensi ini meliputi kemampuan individu dalam mengidentifikasikan sumber daya yang dapat dikembangkan sesuai dengan
tuntutan masyarakat sebagai sasaran pemberdayaan. Dengan memahami kondisi sasaran dapat membantu agen pemberdayaan dalam memahami
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan juga lingkungan budaya sasaran. Pemahaman kondisi sasaran juga akan memudahkan agen pemberdayaan
dalam mengetahui permasalahan yang dihadapi masyarakat, kendala-kendala dan mencari solusi pemecahan, serta potensi-potensi yang dapat
dikembangkan dalam pelaksanaan penyuluhan. Informasi ini sangat penting bagi agen pemberdayaan dalam melaksanakan pemberdayaan mulai dari
tahap merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pendampingan, serta evaluasi dan tindak lanjutnya.
2 Kompetensi menumbuhkan kesadaran.
Menumbuhkan kesadaran merupakan bagian inti dalam pemberdayaan masyarakat. Kompetensi ini meliputi kemampuan untuk
memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa dalam dirinya memiliki peluang dan potensi untuk menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik
dalam meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan.
44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI